Anda di halaman 1dari 10

Dasar Teori

Teknik pengecatan Gram dikembangkan oleh Hans Christian Gram (dokter berkebangsaan
Denmark, 1884). Pengecatan Gram merupakan salah satu langkah awal mengidentifikasi sel
bakteri yang memisahkan bakteri menjadi 2 kelompok yaitu bakteri Gram positif (berwarna
ungu/biru) dan bakteri Gram negatif (berwarna merah)
Perbedaan 2 kelompok bakteri ini didasarkan pada kemampuan sel menahan (mengikat) warna
ungu dari kristal violet selama proses dekolorisasi oleh alkohol. Bakteri gram positif tidak
mengalami dekolorisasi karena tetap mengikat warna ungu kristal violet dan pada tahap akhir
pengecatan tidak terwarnai safranin. Bakteri gram negatif mengalami dekolorisasi oleh alkohol
dan pada tahap akhir pengecatan terwarnai menjadi merah oleh safranin.
Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid)
kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna
merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal.
Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi
oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru.
Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama.
Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel,bakteri
berukuran sangat kecil dan memiliki peran besar dalam kehidupan dibumi. Beberapa bakteri
dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit,sedangkan agen lainnya bakteri dapat
memberikan manfaat misalnya dalam bidang pangan,pengobatan,dan industri.
Adapun struktur dari bakteri,yaitu :
a. Inti/nucleus
Dengan mikrosof electron tampak bahwa badan atau inti tidak mempunyai dinding inti/membran
inti.
b. Struktur sitoplasma
Bahan sel yang dikandung didalam membran sitoplasma dibagi menjadi : Daerah
sitoplasma,daerah kromatin,bagian zat cair.
c. Membran sitoplasma
Membran sitoplasma disebut juga membrab sel yang komposisinya terdiri dari fosfolipid(20-
30%).
d. Dinding sel
Dinding sel adalah suatu struktur yang kaku yang memberi bentuk pada sel.
e. Kapsul
Ukuran kapsul sangaat dipengaruhi oleh medium tempat ditumbuhkannya bakteri tersebut.
f. Flagel
Flagel adalah bagian yang berbentuk seperti benang/rambut yang teramat tipis mencuat
menmbus dinding dibawah membran sel didalam sitoplasma.
g. Piil = fimbriae
Beberapa bakteri gram negatif memiliki rambut pendek dan keras yang disebut pili,berukuran
lebih kecil,lebih pendek dan lebih banyak dari pada flagella.
h. Spora
Spesies-spesies tertentu bakteri menghasilkan spora,diluar sel vegetatif (H.Herman,2012;9).
Selian itu bakteri juga memiliki morfologi. Adapun bentuk bakteri bermacam-macam
yaitu sebagai berikut :
Bakteri berbentuk bulat ( bola )
1. Bakteri bulat dinamakan juga kokus (coccus) dapat dibedakan atas :
a. Monokokus : Bakteri yang berbentuk bola tunggal,misalnya neisseria gonorrhoeae,penyebab
penyakit kencing nanah.
b. Diplokokus : Bakteri berbentuk bola yang bergandengan duadua,misalnya diplococcus
pneumoniae,penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
c. Sarkina : Bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat- empat,sehingga bentuknya mirip
kubus.
d. Sterpkokus : Bakteri bentuk bola yang berkelompok memenjang membentuk rantai.
e. Stafilokokus : Bakteri berbentuk bola yang berkoloni membentuk sekelompok sel tidak
teratur,sehingga bentuknya mirip dongkolan buah anggur.
2. Bakteri berbentuk batang
Bakteri berbentuk batang dinamakan basilus (bacillus yang berarti batang). Bentuk basilus dapat
pula dibedakan atas :
a. Basil tunggal : Bakteri yang hanya berbentuk satu batang tunggal misalnya salmonella
typhi,penyebab penyakit tifus.
b. Diplobasil : Bakteri berbentuk batang yang bergandengan duadua.
c. Sterptobasil : Bakteri berbentuk batang yang bergandengan memanjang membentuk rantai
misalnya bacillus anthracis,penyebab penyakit antraks.
3. Bakteri berbentuk melilit
Bakteri berbentuk melilit,yang dinamakan spirillum atau spiral. Ada 3 macam bentuk spiral,yaitu
sebagai berikut :
a. Spiral:golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral,misalnya spirillum. Sel tubuhnya
umumnya kaku.
b. Vibrio atau bentuk koma yang dianggap sebagai bentuk spiral tak sempurna,misalnya vibrio
cholerae. Penyebab penyakit kolera.
c. Spirochaeta:golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur pada saat
bergerak,tubuhnyan dapat memenjang dan mengerut (Drs.Koes Irianto,2006;56).
Karena bakteri merupakan jasad renik yang kecil,untuk melihat dengan jelas tubuhnya
perlu di isi dengan zat warna,pewarnaan ini disebut pengecetan bakteri. Pada umumnya,ada dua
macam zat warna (bahan cat) yang sering dipakai,yaitu sebagai berikut :
a. Zat warna yang bersifat asam: Komponen warnanya adalah anion,biasanya dalam bentuk
garam natrium.
b. Zat warna yang bersifat alkalis,dengan komponen warna kation,biasanya dalam bentuk
klorida(Drs.Koes Irianto,2006;59).
Dalam pengecatan bakteri,ada dua cara pengecatan yang sering digunakan yaitu sebagai
berikut :
1. Pengecetan Sederhana
Pengecatan sederhana adalah pengecatan yang digunakan untuk memperlihatakan atau
memperjelas kontras antara sel dan latar belakanganya sehingga dapat mempertajam bentuk dari
selsel mikroba itu sendiri,dengan cara mewarnai sel mikroba dengan zat warna yang umumnya
bersifat alkalin (kromatifnya yang bermuatan positif) misalnya methylen blue,safranin atau
kristal ungu. Tujuan pengecatan ini ialah untuk membedakan bakteri dari benda benda mati lain
yang bukan bakteri dan untuk melihat bentuk dan ukurannya.
2. Pengecetan Gram
Pewarnaan gram pertama kali diuraikan dan dipublikasikan olehh seorang ahli bakteriologi
Denmark Hans Cristian Gram pada tahun 1884. Pewarnaan gram bertujuan untuk mengetahui
bakteri-bekteri gram positif atau bakteri gram negatif yang memilki struktur yang berbeda
terutama pada dinding selnya (Sinta sasika Novel,S.Si;69).
Pengecatan Gram adalah suatu pewarnaan diferensial yang mengelompokkan bakteri
menjadi gram positif dan gram negatif bergantung kepada kemampuan bakteri yang
bersangkutan untuk menahan pewarna primer (ungu kristal) ketika mengalami perlakuan dengan
bahan pengecat.
Diantara macammacam bakteri yang dicat,ada yang dapat menahan zat warna ungu
(metil violet,kristal violet,gentian violet) dalam tubuhnya meskipun telah didekolorisasi dengan
alkohol atau aseton. Sebaliknya,bakteri yang tidak dapat menahan zat warna setelah dekolorisasi
dengan alkohol akan kembali menjadi tidak berwarna dan bila diberikan pengecatan dengan zat
warna kontras,akan berwarna sesuai dengan zat warna kontras. Bakteri ini dinamakan bakteri
gram negatif.
Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satu macam zat warna
dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan
susunan selnya . pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pasda umumnya antara lain
kristal violet, metylen blue, karbol, fuchsin, dan safranin(Lay.1994).
Pewarnaan negatif yaitu pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang sulit diwarnai,
dimana bakterinya tidak diwarnai melainkan latar belakangnya, metode pewarnaan negatif
merupakan suatu metode perwarnaan umum, dimana digunakan larutan zat warna yang tidak
meresap ke dalam sel-sel bakteri melainkan melatar belakangi sehingga kelihatan atau nampak
sebagai bentuk-bentuk kosong tak berwarna(negatif) (Lay.1994).
Pewarnaan gram pertama kali diuraikan dan dipublikasikan olehh seorang ahli
bakteriologi Denmark Hans Cristian Gram pada tahun 1884. Pewarnaan gram bertujuan untuk
mengetahui bakteri-bekteri gram positif atau bakteri gram negatif yang memilki struktur yang
berbeda terutama pada dinding selnya (Sinta sasika Novel,S.Si.2010;69).
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokan bakteri
gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna crystal
violet dan akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif
akan kehilangan zat warna crystal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat
pewarna air fucsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan zat warna ini
disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan
dalam pewarnaan gram antara lain : crystal violet, alkohol, safranin, dan iodine (Lay.1994).
Cirri-ciri gram negative:
a. Struktur dinding selnya tipis,sekitar 10-45mm,berlapis tiga atau multi layer.
b. Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%),peptidoglikan terdapat dalam
lapisan kaku,sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering, tidak mengandung
asam laktat.
c. Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
d. Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
Ciri-ciri bakteri gram positif:
a. Struktur dindingnya tebal.
b. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal.
c. Bersifat lebih rentan terhadap senyawa penisilin.
d. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu Kristal.
e. Komposisi yang dibutuhkan lebih rumit.
f. Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
BAB V
PEMBAHASAN
Bakteri yang diwarnai dengan teknik pewarnaan Gram terbagi dua golongan, yaitu: Gram
positif , bila warna zat pewarna pertama (karbol gentian violet) tetap bertahan, dengan demikian
warna bakteri tampak ungu tua; dan Gram negatif, bila warna zat pewarna pertama tidak
bertahan (luntur) kemudian tercat oleh zat pewarna tandingannya, misal: air fuchsin, safranin,
dan oleh zat pewarna tandingan lainnya. (Razali, 1987).
Dengan demikian tubuh bakteri itu tetap berwarna ungu meskipun disertai dengan
pengecatan oleh zat warna kontras,warna ungu itu tetap dipertahankan. Bakteri yang memberi
reaksi semacam ini dianamakan bakteri garam positif.
Dalam membuat sediaaan yang pertama dilakukan adalah :
a. Membuat sediaan dari spesimen/perbenihan cair
Dengan sengklit yang telah disterilkan pada nyala api dan telah dingin. Spesimen perbenihan cair
diambil,lalu dioleskan pada permukaan bagian tengah dari kaca objek yang steril dan
kering,sehingga diperoleh sediaan yang agak tipis,rata dengan ukuran sekitar 3x2 cm,kemudian
dikeringkanpada udara terbuka yang tidak langsung berhubungan dengan dsinar matahari.\
b. Membuat sediaan dari perbenihan padat
Dengan ose steril dan dingin koloni/pertumbuhan diambil sedikit dengan menggunakan
ose,yang selanjutnya dicampur sedemikian rupa pada saline NaCL,sehingga diperoleh sediaan
yang agak tipis,rata-rata dengan ukuran 3x2 cm. Sediaan dikeringkan pada suhu kamar yang
terhindar dari cahaya matahari langsung. Sediaan yang telah kering terlebih dahulu diviksasi
diatas nyala api 3 kali dimana permukaan sediaan sebelah atas waktu viksasi.
Presentasi kandungan lipid bakteri Gram negatif lebih tinggi daripada Gram positif.
Kenyataannya dalam eksperimen pengecatan menunjukkan bahwa perlakuan dengan alkohol
mengeskstrak lipid, yang menyebabkan poisitas atau permeabilitas di diding sel meningkat.
Dengan demikian, kompleks karbol gentian violet dan lugol dapat disari keluar dan bakteri Gram
negatif terwarnakan. Keterangan lain yang hampir sama juga mendasarkan pada perbedaan
permeabilitas antara kedua golongan bakteri itu, yaitu pada bakteri Gram negatif kandungan
peptidoglikan jauh lebih sedikit sehingga kerapatan jalinannya jauh lebih sedikit daripada baktri
gram posiif. Pori-pori dalam peptidoglikan bakteri Gram negatif tetap masih cukup besar untuk
dapat disari keluar kompleks karbol gentian violet dan lugol. Selanjutnya, bila sel-sel Gram psitif
diperlakukan dngan lisozim untuk menyingkirkan dinding selnya, sisa strukturnya yang disebut
protoplas atau sel tanpa dinding akan tercatat juga oleh kompleks karbol gentian violet dan lugol.
Tetapi, sel ini mudah dihapuskan oleh alkohol. Kenyataan ini menunjukkan bahwa struktur
dinding sel bakteri Gram positif itu yag menjadi tempat tertahannya zat pewarna pertama yaitu
karbol gentian violet.
Fuchsin carbon, merupakan campuaran fuchsin fenol dan dasar yang digunakan dalam
prosedur pewarnaan bakteri. Hal ini umumnya digunakan dalam pewarnaan mikrobkateria
karena memiliki ketertarikan untuk asam mycolic yang ditemukan di dinding sel mikroba, carbol
fuchsin juga digunakan sebagai antiseptik tropikal (Lay,1994).
Crystal violet atau ungu gentian adalah pewarna triarylmethane. Pewarna ini digunakan
sebagai histologis noda dalam metode gram klasifikasi bakteri. Crystal violet memiliki sifat sifat
anti bakteri, jamur dan obat cacing,dan sebelumnya penting sebagai antiseptik topikal
(Sutedjo,1991).
Larutan yodium lugol digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan, dan untuk
desinfikasi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk deteksi pasti di dalam laboratorium,
pewarnaan dan tes medis (Dwidjoseputro.1998).
Safranin dalah noda biologis yang digunakan dalam histologi dan sitologi. Safranin
digunakan sebagai conterstain dalam beberapa protokol pewarnaan. Mewarnai seluruhinti sel
darah merah. Ini adalah counterstain klasik dalam gram stain. Hal ini juga dapat digunakan untuk
deteksi tulang rawan, musin dan butiran sel mast. Safranin biasanya memilki struktur kimia. Ada
juga trimetil safranin kedua senyawa berperilaku dasarnya identik dan aplikasi pewarnaan
biologi dan kebanyakan prosedur safranin tidak membedakan diantara keduanya. Persiapan
safranin komersial sering mengandung campuran dari kedua jenis. Safranin juga digunakan
sebagai indikator redok dalam kimia analitik (Sutedjo,1991).
Fiksasi adalah suatu metode persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar tampak
realistik dengan menggunakan grutaldehid dengan proses pemabakaran. Fiksasi bertujuan untuk
mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa merusak struktur selnya
(Lay,1994),memprmudah pengecetan,dan sediaan tahan untuk disimpan jika belum sempat dicat
(Penuntun Bakteriologi Praktikum,2011;3).
Devenisi koloni yaitu suatu organisasi hidup,baik uniseluler maupun multiseluler dapat
berada sebagai individu terpisah sebagai agregat (kumpulan) yang bebas satu sama lain atau
kumpulan bakteri yang sama dan sejenis.

aftar pustaka
Dwijoseputro, D. 1981. Dasar dasar mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Eva. 2000. Sterilisasi secara kimiawi. Laboratorium mikrobiologi dasar, UNPAD.


Bandung.

Saskia sinta dkk. 2010. Praktikum mikrobiologi dasar. Trans Info Media. Jakarta.

Irianto koes,D. 2006. Mikrobilogi Menguak dunia Mikroornisme.Yrama Widya.


Bandung.

Silvia Y. 2009. Bakteri Intra Seluler Obligat. Erlangga. Jakarta.

Staf. 1993. Mikrobiologi kedoktern. Binapura Aksara. Jakarta.

Pewarnaan granula bakteri _ Ripani Musyaffa Ahdanlab Blog.htm

Fauziah.,2008,http://www.fkugm2008.com/wp-content/uploads/HSC/1-
2x/6/Praktikum6.pdf. diakses pada tangan 04 April 2009, Makassar.

Laporan praktikum mikrobiologi kali ini adalah pewarnaan dan pengamatan morfologi
pada bakteri. Pewarnaan Gram merupakan salah satu teknik pewarnaan yang dikerjakan di
laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme. Morfologi
mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya yang khas terhadap pewarnaan tertentu
(pewarnaan gram) dapat digunakan untuk identifikasi awal. Pewarnaan gram dibagi menjadi dua
hasil yaitu gram positif dan gram negative, tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta
safranin atau Kristal violet.
Proses sterilisasi sangat penting dibutuhkan sebelum memulai maupun mengakhiri
sebuah pekerjaan di laboratorium dengan menggunakan teknik aseptik. Alkohol 70% yang
disemprotkan pada tangan, kaca preparat dan meja, bahkan tangan pun sebelumnya harus dicuci
dengan sabun terlebih dahulu. Hal tersebut berfungsi untuk membunuh mikroorganisme yang tak
diinginkan agar mendapatkan pengukuran yang akurat.
Pada proses pewarnaan gram, harus gelas obyek yang bersih. Pembersihan ini dilakukan
supaya gelas obyek bebas lemak dan debu. Pembersihan biasanya menggunakan alkohol.
Setelah di cuci kemudian di beri satu tetes aquades pada permukaan gelas obyek. Kultur bakteri
murni diambil dan diratakan diatas kaca obyek. Pengambilan kultur bakteri tidak diambil terlalu
banyak, karena jika terlalu banyak akan sulit diratakan dan apabila kultur bakteri tidak dapat
diratakan tipis-tipis maka bakteri akan tertimbun hal ini akan mengakibatkan pemeriksaan
bentuknya satu per satu menjadi tidak jelas.
Apabila sudah kering, dilakukan fiksasi dengan cara melewatkan diatas nyala api. Proses
fiksasi dilakukan supaya bakteri benar-benar melekat pada kaca obyek sehingga olesan bakteri
tidak akan terhapus apabila dilakukan pencucian. Yang perlu diperhatikan dalam proses fiksasi
adalah bidang yang mengandung bakteri dijaga agar tidak terkena nyala api.
Setelah dilakukan fiksasi kemudian ditetesi dengan larutan gram A (methylene blue)
sebanyak 1-2 tetes dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian dicuci dengan air mengalir dan
dibiarkan sampai kering dengan cara dianginkan dan menggunakan tissue untuk mengeringkan
bagian bawah ojek gelas. Pencucian dengan air bertujuan untuk mengurangi kelebihan zat warna
dari methylen blue.
Kemudian ditambahkan larutan gram B yang merupakan iodium. Gram B merupakan
larutan yang berfungsi untuk meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri sehingga
pengikatan zat warna oleh bakteri lebih kuat, memperjelas warna dari zat warna tersebut,
mempersulit pelarutan zat warna. Pada pewarnaan gram, penambahan larutan mordan
menyebabkan terbentuknya persenyawaan kompleks. Tanpa penambahan larutan mordan, zat
warna methylene blueakan larut saat penambahan larutan alkohol. Lalu dibiarkan selama 1 menit
untuk dibilas kembali dengan aquades. Akibat pemberian cat Gram B, maka pengikatan warna
oleh bakteri akan lebih baik (lebih kuat).
Alkohol 95% ditambahkan atau diteteskan pada biakan bakteri untuk melakukan
penetrasi ke dalam dinding sel dan melunturkan pewarnaan biru dari komplek methylen blue dan
KI pada gram negatif, karena mengandung lipid sedangkan pada gram positif akan tetap
mempertahankan warna biru karena mengandung peptidoglikan. Larutan ini juga berfungsiuntuk
melarutkan lipida pada membrane bakteri gram negatif yang akan menyebabkan pori-pori sel
membesar sehingga meningkatkan daya larut persenyawaan methylene blue.Perlakuan ini
dilakukan tidak membutuhkan waktu yang lama atau secepat mungkin untuk melakukan
pembilasan dengan aquades. Kemudian dilakukan pengeringan.
Pewarnaan selanjutnya dengan menggunakan safranin (gram D) sebanyak 2 tetes dan
diamkan selama 30 detik. Safranin pada gram D tidak akan menyebabkan perubahan warna pada
bakteri positif karena persenyawaan kompleksmethylene blue tetap terikat pada dinding sel. Pada
bakteri gram negatif penambahan safranin akan menyebabkan warna bakteri berubah menjadi
merah karena warna biru yang dihasilkan oleh methylene blue telah luntur dengan lisisnya
membran sel sehingga safranin dapat terikat. Oleh sebab itu, gram D atau zat pewarna kedua
berfungsi sebagai pembeda terhadap zat warna kristal violet (Lay, 1994). Kemudian cuci dengan
air mengalir dan kering dianginkan, Cat ini berwarna merah. Cat ini merupakan cat sekunder
atau kontras. Cat ini berfungsi untuk memberikan warna mikroorganisme non target. Cat
sekunder mempunyai spektrum warna yang berbeda dari cat primer. Kemudian preparat
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan lalu dilakukan pengamatan di bawah mikroskop.
Pemberian methylen blue pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna biru.
Perbedaan respon terhadap mekanis pewarnaan gram pada bakteri adalah didasarkan pada
struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan gram
negative mengandung lemak dalam persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Pemberian
alkohol (etanol) pada praktikum pewarnaan bakteri, menyebabkan terekstraksi lipid sehingga
memperbesar permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan
menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri
gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori pori mengkerut, daya
rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk
sehingga sel berwarna biru.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding
selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme
gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan
pencucian alkohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki membran
tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan bakteri negative lapisan
peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna ,
substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah
meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus.
sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri seperti ini
dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies
(Dwidjoseputro, 1994).
Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop, diidentifikasi bakteri
jenis Bacillus sp. merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan tergolong dalam bakteri gram
positif.
I. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pewarnaan gram merupakan pewarnaan difrensial karena dapat digunakan untuk membedakan
antara bakteri gram negatif dan gram positif. Pewarnaan ini sering digunakan untuk identifikasi
dan klasifikasi bakteri. Komposisi dinding sel bakteri gram positif berbeda dengan bakteri gram
negatif sehingga hasil pewarnaan gram akan berbeda.
2. Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan warna methylene blue sewaktu proses
pewarnaan gram. Bakteri ini mempunyai lapisan peptidoglikan yang tebal.
3. Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan warna methylene blue sewaktu
prose pewarnaan gram. Bakteri ini mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis.
4. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diidentifikasi bahwa bakteriBacillus sp. merupakan bakteri
berbentuk batang (basil), dan tergolong dalam bakteri gram positif .
J. Daftar Pustaka
Cappuccino, J., G., & Natalie., S, 1983, Microbiology A Laboratory Manual, Addison-
Wesley Publishing Company : New York.
Dwidjoseputro. 1994. Mikrobiologi untuk Universitas. Ganesha Expect. Bandung.
Gozali, Amir, 2009, Pewarnaan Gram, http://www.gozali.blogspot.com/ gram/pewarnaan
gram-prinsip.html . Diakses pada tanggal 14 April 2012.
Lay, B.W, 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Madigan, M.T, 2003, Brock Biology of Microorganism, Pearson Education : inc. United
State of America.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S, 2007, Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book
Company: New York.
Razali, U., 1987, Mikrobiologi Dasar, Jatinangor: FMIPA UNPAD.
Suriawiria, U. 1999. Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sutedjo, M., 1991, Mikrobiologi Tanah, Rineka Cipta. Jakarta.
Tracy,2005, GramStaining, www.tracy.k12.ca.us/ thsadvbio/ pdfs/ gram%20stain.pdf,
Diakses pada tanggal 18 April 2014.
Umsl, 2008, StainingBacteria, www.umsl.edu /~microbes/pdf/ stainingbacteria.pdf,
Diakses pada tanggal 18 April 2014.
Volk & Wheeler, 1993, Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga : Jakarta
Waluyo. 2004. Mikrobiologi Tanah. Jakarta : CV Rajawali.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai