Anda di halaman 1dari 14

Laporan Mikrobiologi

Sabtu, 14 May 2022

Laporan Pewarnaan Bakteri ( Pewarnaan Gram)

I. Tujuan
 Mengetahui bakteri gram positif dan bakteri gram negative
 Mempelajari teknik pewarnaan gram untuk pengamatan mikroba.
 Mempelajari bentuk-bentuk dan struktur sel bakteri dari hasil pengamatan dengan
pewarnaan gram.
 Membedakan kelompok bakteri berdasarkan reaksinya terhadap warna dan sekaligus
menunjukkan sifat bakteri tersebut.

II. Tinjauan Pustaka


Pewarnaan pada bakteri dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan.
Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme
tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena
sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui
bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan
sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan sederhana
ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan.
a. Pewarnaan Asam Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna
dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam
pewarnaan positif adalah metilen biru dan air furksin.
b. Pewarnaan Basa Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk
mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan
ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk
menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta
cina.
2. Pewarnaan Diferensial (Gram)
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram
negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama
berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan
bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram
positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol,
sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal
(counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif
menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk
mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel
mereka.
a. Bakteri Gram Negatif
Bakteri gram negative adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan
mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol,
sementara bakteri gram negative tidak.
b. Bakteri Gram Positif
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil
ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru
atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan
berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini
terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri
(Aditya,2010).
 Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida
(lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin
akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa
peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel
menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna
biru (Fitria, 2009).
 Sel bakteri gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama.
Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu pendek
(Fitria, 2009).

Perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan gram negatif.

Sifat Bakteri garam (+) Bakteri gram negatif(-)

Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah (1- Kandungan lipid tinggi
4%)
Ketahanan terhadap Lebih sensitif Lebih tahan
penisilin
Penghambatan oleh Lebih dihambat Kurang dihambat
pewarna basa (VK
Kebutuhan nutrisi Kebanyakan spesies relatif Relatif sederhana
kompleks
Ketahanaa terhadap Lebih tahan Kurang tahan
perlakuan fisik
(Manurung, 2010).

Pewarnaan tahan asam yang umum digunakan adalah pewarnaan Zieh – Neelson dengan
pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan pewarna tandingan metilen blue Loeffler.
Perlakuan panas tersebut diganti dengan penggunaan pembasah yaitu suatu deterjen untuk
mengurangi tegangan permukaan lemak, untuk menjamin penetrasi. Pewarna yang mengandung
pembasah ini disebut pewarna Kinyoun (Purwoko, 2010).

Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel organisme seperti mikobakteri menahan zat
warna tersebut dengan erat, artinya tidak terpucatkan sekalipun oleh zat yang bersifat keras seperti
asam alkohol (yaitu 3% HCL dalam etanol 95%). Alkohol asam ini merupakan pemucat yang
sangat intensif dan jangan dikelirukan dengan alkohol-aseton yang banyak digunakan dalam
prosedur pewarnaan Gram. Kondisi pewarnaan ini, organisme yang dapat menahan zat warna itu
dikatakan tahan asam dan tampak merah. Bakteri biasa yang dindingnya tidak bersifat terlampau
lipoidal, pewarna karbol fuksin yang mewarnai sel dapat dengan mudah dipucatkan oleh alkohol-
asam dan karenanya dikatakan tak tahan asam. Tercucinya karbol fuksin dapat diperagakan oleh
terserapnya pewarna tandingan biru metilen oleh sel, sehingga bakteri tersebut tampak biru
(Hadioetomo, 1993).

Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan
sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih
atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan
zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol
3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci
dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan methylene blue 0,1%
dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci
dengan air mengalir (Karuniawati, 2005).

3. Pewarnaan Khusus
Pewarnaan khusus merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai struktur khusus atau
tertentu dari bakteri seperti bagian spora, kapsul, flagel dsb. Contoh pewarnaan
khusus :Pewarnaan Endospora Anggota dari genus Clostridium, Desulfomaculatum, dan Bacillus
adalah bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan
bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan
dalam tekanan fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi, dan bahan kimia. Tujuan
dilakukannya pewarnaan endospora adalah membedakan endospora dengan sel vegetatif, sehingga
pembedaannya tampak jelas. Endospora tetap dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa
pewarnaan dan tampak sebagai bulatan transparan dan sangat refraktil. Namun jika dengan
pewarnaan sederhana, endospora sulit dibedakan dengan badan inklusi (Aditya, 2010).
a. Pewarnaan kapsul
Pewarnaan ini menggunakan larutan kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat
sebagai pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan
dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar belakang
yang berwana biru gelap.
b. Pewarnaan spora
Dinding spora relatif tidak permeable, namun zat warna bias menembusnya dengan cara
memanaskan preparat.
c. Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel dengan memberi suspensi koloid garam asam tanat yang tidak stabil,
sehingga terbentuk presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
d. Pewarnaan nucleoid
Pewarnaan nucleoid menggunakan pewarna fuelgen yang khusus untuk DNA (Rudi, 2010).

III. Alat dan Bahan

Alat :

 Gelas Benda             2 Buah


 Gelas Penutup          2 Buah
 Pipet                   4 Buah
 Bunsen                  1 Buah
 Mikroskop               1 Bua
 Tissue                   Secukupnya

Bahan:

 Bakteri Sampel A         1 Tetes


 Bakteri Sampel B         1 Tetes
 Alkohol 96%              2 Tetes
 Air                      Mengalir
 Larutan Kristal Violet   2 Tetes
 Safarin                  1 Tetes
 Larutan Iodin            2 Tetes

IV.   Cara Kerja

 Disiapkan dua gelas benda dan penutupnya,


 Bakteri sempel A dan B diteteskan satu tetes pada masing-masing gelas benda,
 Sampel dipanaskan diatas api Bunsen hingga terfiksasi, jangan sampai pecah
 1 tetes kristal violet diteteskan di atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 30
detik. Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang,
 1 tetes iodine diteteskan di atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 1 menit.
Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang,
 1 tetes etanol 96% diteteskan di atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 30
detik. Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang,
 1 tetes safranin diteteskan di atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 1 menit.
Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang,
 Setelah pembilasan terakhir, gelas benda dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop. Jika
terbentuk warna ungu maka termasuk golongan bakteri gram positif , dan jika terbentuk warna
merah atau merah muda maka termasuk golongan bakteri gram negatif.
V.    Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Tabel Hasil Pengamatan,

Pengamatan Warna
No Nama Hasil
Ungu Merah Muda

1. Bakteri Sampel A - ü Bakteri gram negatif

2. Bakteri sampel B ü - Bakteri gram positif

Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena
adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna (Manurung, 2010).

Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak
digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan penting dalam langkah
awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di
dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri
berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri
gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram
negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel (Manurung,
2010).

Langkah-langkah utama dalam teknik pewarnaan antara lain:

a. Pembuatan olesan bakteri, olesan bakteri tidak boleh terlalu tebal atau tipis.
b. Fiksasi, dapat dilakukan secara pemanasan atau dengan aplikasi bahan kimia seperti sabun,
formalin, fenol.
c. Aplikasi zat warna tunggal, atau lebih dari 1 zat warna. Pewarnaan gram pada praktikum
ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu:
d. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
e. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
f. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
g. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin.

Keempat tahap tersebut dijelaskan langsung dalam langkah percobaan di bawah ini.
Langkah selanjutnya, 1 tetes kristal violet diteteskan di atas gelas benda tersebut kemudian
didiamkan selama 30 detik. Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya
hilang. Kristal violet merupakan reagen yang berwarna ungu. Kristal violet ini merupakan
pewarna primer (utama) yang akan memberi warna pada mikroorganisme target. Kristal violet
bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam. Dengan
perlakuan seperti itu, sel mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (ungu).
Pemberian kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu muda.
Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah didasarkan pada
struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram positif mengandung protein dan gram
negatif mengandung lemak dalam persentasi lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Kristal violet
yang diteteskan didiamkan selama 30 detik bertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat
sempurna pada dinding sel bakteri.

Langkah percobaan yang dilakukan oleh praktikan dimulai dengan 1 tetes sampel yang
berupa bakteri sampel A dan bakteri sampel B diteteskan di atas gelas benda yang berbeda. Kedua
gelas benda berisi sampel tersebut dipanaskan (fiksasi) di atas bunsen burner. Hal ini bertujuan
untuk menguapkan air sehingga hanya akan didapat bakteri saja. Proses fiksasi juga bertujuan
supaya bakteri benar-benar melekat pada gelas benda sehingga olesan bakteri berupa tetesan
sampel tidak akan terhapus apabila dilakukan pencucian. Yang perlu diperhatikan dalam proses
fiksasi adalah bidang yang mengandung bakteri dijaga agar tidak terkena nyala api.

Langkah selanjutnya, 1 tetes iodine diteteskan di atas gelas benda tersebut kemudian
didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya
hilang. Iodine merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna yang berfungsi memfiksasi pewarna
primer yang diserap mikroorganisme target atau mengintensifkan warna utama. Pemberian iodine
pada pengecatan Gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri. Kompleks
zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif,
sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan pencucian
alkohol memungkinkan hilang dari sel. Iodine yang diteteskan didiamkan selama 1 menit
bertujuan agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi semakin lebih kuat.

Selanjutnya, 1 tetes alkohol 96% diteteskan di atas gelas benda tersebut kemudian
didiamkan selama 30 detik. Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya
hilang. Etanol 95% merupakan solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci) atau
melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Tercuci tidaknya warna
dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding sel kuat mengikat warna,
maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna
dasar, maka warna akan tercuci. Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan
terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu atau
bakteri menjadi tidak berwarna. Pemberian alkohol 96% juga menyebabkan terekstraksi lipid
sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel.

Reaksi yang terjadi ketika penambahan alkohol 96%

gram + : lipid << + alkohol 96%  pori dinding sel yang terbentuk kecil, protein dinding sel
terdehidrasi, pori tertutup (kompleks kristal violet-iodine tidak tercuci)

gram - : lipid >> + alkohol 96%        pori dinding sel yang terbentuk besar, protein dinding sel
terdehidrasi, pori tidak tertutup (kompleks kristal violet-iodine tercuci)

Alkohol 96% yang diteteskan di atas gelas benda didiamkan selama 30 detik kemudia
dibilas dengan aquades dengan tujuan agar warna dapat luntur secara sempurna dan tidak ada
yang tersisa di dalam gelas benda.

Setelah pembilasan reagen alkohol 96% pada gelas benda sebelumnya, selanjutnya
diteteskan 1 tetes safranin di atas gelas benda tersebut kemudian didiamkan selama 1 menit.
Setelah itu, gelas benda dibilas dengan aquades hingga warnanya hilang. Safranin merupakan
pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang
telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain, safranin
memberikan warna pada mikroorganisme non target serta menghabiskan sisa-sisa cat atau
pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah
pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan
perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun
sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.

Pemberian reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna lain dengan
waktu yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut dapat berikatan dengan
komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena itulah rentang waktu pemberian zat
warna yang satu ke yang lainnya tidak lama sehingga proses identifikasi bakteri berlangsung cepat
(efisiensi waktu).
Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap gelas
benda dengan menggunakan aquades. pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan
setiap zat warna yang sedang diberikan. Setiap akhir pembilasan pada masing-masing reagen,
perlu dilakukan penyerapan air bilasan dari aquades dengan menggunakan kertas tissu agar
aquades tidak tercampur dengan reagen atau pewarna baru yang akan diberikan. Setelah
pembilasan terakhir, gelas benda dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop. Jika terbentuk
warna ungu maka termasuk golongan bakteri gram positif , dan jika terbentuk warna merah atau
merah muda maka termasuk golongan bakteri gram negatif.

Gambar skematik langkah kerja yang dilakukan oleh praktikan


Tabel prosedur pewarnaan gram

(Pradhika, 2008)

Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna.
Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini
berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan
warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna
dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif
dari zat warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut
zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain.
Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4 -, CH3COO-, COOHCOO. Zat warna asam
umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan
zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel (Rudi, 2010).

Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti fiksasi, peluntur warna, substrat,
intensifikasi pewarnaan, dan penggunaan zat warna penutup. Pada bakteri gram positif
menunjukkan warna biru ungu dan bakteri gram negatif berwarna merah. Dalam praktikum ini
digunakan salah satu pewarnanya yaitu safranin yang sesuai teori bersifat basa sehingga lebih
mudah bersenyawa atau bereaksi dengan bagian-bagian inti sel bakteri.
Bakteri Gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu
gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan
Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat
semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna
untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel
mereka (Rudi, 2010).

Hasil pengamatan di bawah mikroskop menunjukkan bahwa bakteri sampel A memiliki


warna merah muda (gram negative), dan Bakteri sampel B memilki warna ungu (gram positif).

1.  Escherichia coli

     Gambar  E. coli dengan perbesaran 1000 x

Klasifikasi ilmiah

   Kingdom : Bakteria
Filum   : Proteobacteria
Kelas   : Gamma Proteobacteria
Order   : Enterobacteriales
Famili  : Enterobacteriaceae
Genus   : Escherichia
Spesies : E.  coli

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat bakteri Eschericia coli pada air WC. Berbentuk E.
coli adalah basil (batang) yang pendek. Bakteri tersebut pada saat diwarnai menunjukkan warna
merah muda yang berarti bahwa bakteri ini bersifat gram negatif.

Menurut literatur, E. coli termasuk dalam famili Enterobacteraceae yang termasuk bakteri
gram negatif dan berbentuk batang yang fermentatif. E. coli hidup dalam jumlah besar di dalam
usus manusia, yaitu membantu sistem pencernaan manusia dan melindunginya dari bakteri
patogen. Akan tetapi pada strain baru dari E. coli merupakan patogen berbahaya yang
menyebabkan penyakit diare, sindrom diare lanjutan, muntaber, hemolitik uremic (hus), infeksi
usus, infeksi saluran urin, dan neonatal meningitis. Peranan yang mengguntungkan adalah dapat
dijadikan percobaan limbah di air, indikator pada level pencemaran air serta mendeteksi patogen
pada feses manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Disamping itu, E. coli banyak
digunakan dalam teknologi rekayasa genetika dan biasa digunakan sebagai vektor untuk
menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan karena bakteri ini memiliki
pertumbuhan yang sangat cepat dan mudah dalam penanganannya (Fajriana, 2008).

Infeksi E.coli O157:H7 yang patogen pada manusia yaitu yang bersifat verotoksigenik yang
telah menyebabkan 16.000 kasus penyakit melalui makanan (Food Born Diseases) dan 900 orang
meninggal per tahun di AS, dengan perkiraan annual cost $ 200,000 hingga $ 600,000. Kejadian
wabah tunggal pada tahun 1993 di Western AS telah menyebabkan 700 orang menderita sakit dan
4 orang meninggal (Sartika, 2005).

VI.   Kesimpulan

1. Pewarnaan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram
adalah pewarnaan yang didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan pada
dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Pewarnaan ini
berguna untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni bakteri
gram positif dan gram negatif. Langkah-langkah utama dalam teknik pewarnaan bakteri
antara lain:
- Pembuatan olesan bakteri
- Fiksasi
- Aplikasi zat warna tunggal, atau lebih dari 1 zat warna.

2. Teknik pewarnaan gram pada praktikum ini dilakukan dalam 4 tahap yaitu:
- Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
- Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
- Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
- Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin.
- Dari hasil pengamatan warna bakteri, pada sampel A dapat dikelompokkan dalam bakteri
gram negatif karena menunjukkan warna merah muda ketika diamati di bawah mikroskop.
- Dari hasil pengamatan warna bakteri, pada sampel B dapat dikelompokkan dalam bakteri
gram positif karena menunjukkan warna ungu ketika diamati di bawah mikroskop.

VII. Daftar Pustaka

Aditya, Mushoffa. 2010. Teknik Pewarnaan Bakteri.


http://mushoffaditya.blogspot.com/2010/01/teknik-pewarnaan-bakteri.html. 11 November 2010.

Dwijoseputro, d. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Fajriana, Rizki. 2008. Mikrobiologi Umum Pewarnaan Gram. http //pewarnaan bakteri\
Mikroum…Pewarnaan Gram « RIZQI FAJRIANA BLOG’S.htm/. 11 November 2010.

Fitria, Bayu. 2009. Pewarnaan Gram (Gram positif dan Gram Negatif).
http://biobakteri.wordpress.com/2009/06/07/7-pewarnaan-gram-gram-positif-dan-gram-negatif.
11 November 2010.

Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.

Hardiningsih, Riani, Rostiati Nonta Refina Napitupulu, dan Titin Yulinery. 2006. Isolasi dan Uji
Resistensi Beberapa Isolat Lactobacillus pada pH Rendah. Biodiversitas Vol 7 No. 1.

Karuniawati, Risdiyani, S. Nilawati, Prawoto, Y. Rosana, B. Alisyahbana, I. Parwati, Wia Melia,


dan T.M. Sudiro. 2005. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen dan Fluorokrom sebagai
Metode Pewarna Basil Tahan Asam untuk Pemeriksaan Mikroskopik Sputum. Makara Kesehatan
Vol. 9 No. 1.

Manurung, Pebrin. 2010. Pengamatan Bentuk Bakteri.


http://pebrinmanurung.blogspot.com/2010/10/pengamatan-bentuk-bakteri.html. 11 November
2010.

Pradhika, E. Indra. 2008. Morfologi Mikroba. http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/11/bab-5-


morfologi-mikroba.html. 11 November 2010.

Purwoko, Tjahjadi. dkk. 2010. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Mikrobiologi


UNS.
Reyza, Muhammad. 2008. Metode Pewarnaan
Gram.http://qi206.wordpress.com/2008/10/17/mikroba/pewarnaan/ 11 November 2010.

Rudi. 2010. Bakteri Gram dan Pewarnaannya. http://rudyregobiz.wordpress.com/bakteri-gram-


dan-pewarnaannya-2/. 11 November 2010.

Sartika, Ratu Ayu, Yvonne M. Indrawani, dan Trini Sudiarti. 2005. Analisis Mikrobiologi
Escherichia coli O157:H7 pada Hasil Olahan Hewan Sapi dalam Proses Produksinya. Makara
Kesehatan Vol 9 No. 1.

Seri, Nesty Dwiyani. 2010. Bakteri Tahan Asam.


http://my.opera.com/chanlightz/blog/2010/07/13/bakteri-tahan-asam. 11 November 2010

Anda mungkin juga menyukai