Anda di halaman 1dari 4

SEDASI

No.Dokumen :
No. Revisi :0
SO Tgl. Terbit :
P Halaman :1/4

1. Pengertia a. Sedasi adalah proses menenangkan, tujuan utama sedasi


n adalah meringankan kecemasan, kidaknyamanan pasien
untuk mempermudah perawatan dan pengobatan karena
banyak faktor yang mendukung timbulnya stressfisik mau
pun psikis
b. The American Society of Anesthesiologists menggunakan
definisi berikut untuk sedasi :
1) Sedasi minimal adalah suatu keadaan dimana selama
terinduksi obat, pasien berespon normal terhadap
perintah verbal. Walaupun fungsi kognitif dan
koordinasi terganggu, tetapi fungsi kardiovaskuler dan
ventilasi tidak dipengaruhi.
2) Sedasi sedang (sedasi sadar) adalah suatu keadaan
depresi kesadaran setelah terinduksi obat di mana
pasien dapat berespon terhadap perintah verbal secara
spontan atau setelah diikuti oleh rangsangan taktil
cahaya. Tidak diperlukan intervensi untuk menjaga
jalan napas paten dan ventilasi spontan masih adekuat.
Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga.
Sedasi dalam adalah suatu keadaan di mana selama terjadi
depresi kesadaran setelah terinduksi obat, pasien sulit
dibangunkan tapi akan berespon terhadap rangsangan
berulang atau rangsangan sakit. Kemampuan untuk
mempertahankan fungsi ventilasi dapat terganggu dan pasien
dapat memerlukan bantuan untuk menjaga jalan napas paten.
Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga.
2. Tujuan a. Pencegahan
1) Pasien epilepsi. Pasien epilepsy memiliki resiko
kejang khususnya jika suatu benzodiazepine
diresepkan sebagai terapi anti epilepsi.
2) Ketergantungan benzodiazepin. Gejala putus obat
dapat terjadi.

3) Reaksi cemas. Dapat terjadi pada pemberian secara


cepat pada sedasi yang lama.

4) Pasien dengan trauma kepala yang berat. Flumazenil


dapat mepercepat suatu peningkatan tiba-tiba dari
tekanan intrakranial.
atau pembedahan mayor. Penggunaan oral lebih dipilih
dan benzo diazepine adalah obat yang paling banyak
digunakan untuk premedikasi.
b. Sedo-analgesia.
Istilah ini menggambarkan penggunaan kombinasi obat
sedative dengan anestesi lokal, misalnya selama
pembedahan gigi atau prosedur pembedahan yang
menggunakan blok regional. Perkembangan pembedahan

4/4
invasif minimal saat ini membuat teknik ini lebih luas
digunakan.
c. Prosedur radiologic.
Beberapa pasien, terutama anak-anak dan pasien cemas,
tidak mampu mentoleransi prosedur radiologis yang lama
dan tidak nyaman tanpa sedasi. Perkembangan
penggunaan radiologi intervensi selanjutnya meningkatkan
kebutuhan penggunaan sedasi dalam bidan gradiologi.
d. Endoskopi.
Obat-obat sedative umumnya digunakan untuk
menghilangkan kecemasan dan member efeksedasi selama
pemeriksaan dan intervensi endoskopi. Pada endoskopi gas
trointestinal (GI), analgesic lokal biasanya tidak tepat
digunakan, perlu penggunaan bersamaan obat sedative dan
opioid sistemik. Sinergisme antara kelompok obat-obat ini
secara signifikan meningkatkan resiko obstruksi jalan
napas dan depresi ventilasi.
e. Terapi intensif.
Kebanyakan pasien dalam masa kritis membutuhkan
sedasi untuk memfasilitasi penggunaan ventilasi mekanik
dan intervensi terapetik lain dalam Unit Terapi Intensif
(ITU). Dengan meningkatnya penggunaan ventilator
mekanik, pendekatan modern yaitu dengan kombinasi
analgesia yang adekuat dengan sedasi yang cukup untuk
mempertahankan pasien pada keadaan tenang tapi dapat
dibangunkan. Farma kokinetik dari tiap-tiap obat harus
dipertimbangkan, di mana sedatif terpaksa diberikan lewat
infuse menyebabkan lebih sensitifnya kebutuhan untuk
sedasi. Hal ini bertujuan untuk mengurang iinsiden
terjadinya komplikasi terkait penggunaan ventilasi
mekanik selama masa kritis dan untuk mengurangi lama
perawatan.
f. Suplementasi terhadap anestesi umum.
Penggunaannya yaitu dari sinergi antara obat-obat sedative
dan agen induksi intravena dengan teknikko-induksi.
Penggunaan sedative dalam dosis rendah dapat
menghasilkan reduk.
3. Kebijaka .
n
4. Referens 1. Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
i 2. Petunjuk Praktis Anestesi Local.
3. Buku Kedokteran EGC.
5. Alat dan a. Alat
bahan. 1. Alat-alat diagnostik ( pinset, ekskavator ).
2. Masker.
3. Sarung tangan.
4. Tempat tidur dan lampu penerangan.
5. Alat suntik sekali pakai.
6. Meja alat.
7. Bak instrument.
8. Obat desinfeksi.
9. Kapas.
b. Bahan.
1. Benzodiazepin.
2. Diazepam.

4/4
c. Petugas yang menjalankan.
- Staff puskesmas.
6. Langkah a. Persiapan Tindakan.
-langkah 1. Petugas mempersiapkan bahan-bahan dan alat yang
akan di gunakan.
2. Petugas memakai masker dan sarung tangan.
b. Langkah Kerja.
1. Pasien tidur, atur posisi di sesuaikan dengan tindakan
yang akan diLakukan.
2. Pasien Dewasa.
a) Siapkan alat suntik sekali pakai – 3cc.
b) Benzodiazepin ampul di buka.
c) Sedot cairan dalam ampul secara pelan-pelan.
d) Buang gelembung udara dalam alat suntik sekali
pakai, siapkan.
e) Masukkan jarum sesuai keperluan bisa IV atau IM.
f) Injeksikan perlahan-lahan untuk IV antara 2-3 menit.
Untuk IM. Langsung masukkan perlahan.
g) Lakukan tindakan yang diperlukan.
h) Sambil melakukan tindakan lakukan Observasi
pasien tiap jam. tentang tingkat kesadaran,
pernafasan, tekanan darah, dan nadi pasien.
7. Bagan
Alir Siapkan alat suntik sekali pakai – 3cc.

Benzodiazepin ampul di buka.

Sedot cairan dalam ampul secara pelan-pelan.

gelembung udara dalam alat suntik sekali pakai, siapkan.

Masukkan jarum sesuai keperluan bisa IV atau IM.

Injeksikan perlahan-lahan untuk IV antara 2-3 menit. Untuk IM.


Langsung masukkan perlahan.

Lakukan tindakan yang diperlukan.

Sambil melakukan tindakan lakukan Observasi pasien tiap jam. tentang


tingkat kesadaran, pernafasan, tekanan darah, dan nadi pasien.

8. Hal-hal
yang
perlu Langkah melakukan sedasi.
diperhati
kan
9. Unit
Unit Obat
terkait

4/4
10. Dokume a) Prosedur kerja pemberian sedasi.
n Terkait b) Kartu status pasien.
c) Register harian.
d) Blangko resep.
e) Blangko rujukan.
f) Inform consent

11. Rekaman historis perubahan.

No Yang diubah Isi Perubahan Tgl.mulai diberlakukan

4/4

Anda mungkin juga menyukai