Anda di halaman 1dari 22

BAB I

DEFINISI

A.PENGERTIAN
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Sedasi adalah Anestesi dimana obat diberikan untuk menenangkan pasien dalam suatu
periode yang dapat membuat pasien cemas, tidak nyaman atau gelisah. Sering kali
diberikan pada pasien segera sebelum pembedahan atau selama prosedur medis yang
tidak nyaman. Sedasi menggunakan obat-obat sedatif
2. Sedasi ringan / minimal (anxyolysis) adalah kondisi dimana pasien masih dapat
merespon dengan normal terhadap stimulus verbal. Meskipun fungsi kognitif dan
koordinasi dapat terganggu, ventilasi dan fungsi kadiovasculer tidak terpengaruh.
Contoh sedasi minimal :
a. Blok saraf perifer
b. Anestesi local atau topical
c. Pemberian 1 jenis obat sedatif/analgesic oral dengan dosis yang sesuai untuk
penanganan insomnia, ansietas atau nyeri.
3. Sedasi sedang (pasien sadar) adalah suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana
pasien memberikan respon terhadap stimulus sentuhan.
a. Sedasi sedang merupakan suatu tehnik untuk mengurangi kecemasan dan
ketidaknyamanan pasien selama menjalani prosedur medis.
b. Tidak diperlukan intervensi untuk mempertahankan patensi jalan nafas dan
ventilasi spontan masih adequate. Fungsi kardiovasculer biasanya terjaga dengan
baik
c. Selama tindakan sedasi sedang, dokter mengawasi proses pemberian anestesi
d. Pemberian sedasi sedang melalui intevena
e. Pasien akan merasa setengah sadar dan mengantuk tetapi dapat segera bangun bila
diajak bicara/disentuh.pasien mungkin tidak akan mengingat dengan detail tahapan
prosedur yang dilakukan.
f. Pasien akan tetap dimonitor sebelum, selama dan setelah prosedur dilakukan.
g. Persiapan presedasi :
 nilai apakah pasien secara rutin mengkonsumsi alcohol, obat-obatan anti-
depresan/relasans otot atau obat tidur (karena dapat menurunkan efektifitas
obat anestesi).
 Pasien menggunakan nasal kanul
 Pengukuran tanda-tanda vital

1
h. Penilaian dan pencatatan selama proses anestesi
 Denyut dan irama jantung
 Tekanan darah
 Saturasi oksigen dalam darah
i. Penilaian setelah prosedur
 Pasien diobservassi di ruang Rawat Pulih selama 30 menit hingga efek anestesi
menghilang
 Biasanya tidak ada efeklanjutan/ikutan setelah pemberian anestesi sedang.
Akan tetapi mendapat kemungkinan terjadi gangguan dalam konsentrasi,
penilaian dalam membuat keputusan, reflex/reaksi dan ingatan jangka pendek
selama 24 jam pasca anestesi
j. Pasien tidak diperbolehkan mengemudi sehingga diperlukan orang dewasa lainnya
untuk mendampingi pasien pulang ke rumah
k. Pasien juga disarankan untuk tidak mengoperasionalkan peralatan yang berbahaya,
membuat keputusan penting, atau menandatangani dokumen resmi apapun selama
24 jam pasca anestesi
l. Jika pasien tidak didampingi oleh pengantarnya saat tiba di Rumah Sakit/Klinik
untuk mendapat prosedur maka pasien tidak akan diberi sedasi/anestesi sedang.
Pilihannya adalah menjalani prosedur tanpa anestesi atau membatalkan prosedur
tersebut.
4. Sedasi berat adalah suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien
memberikan respon terhadap stimulus berulang/nyeri. Pasien mungkin membutuhkan
bantuan untuk mempertahankan patensi jalan napas. Fungsi kardiovasculer biasanya
terjaga dengan baik.

B. KEBIJAKAN
Sedasi khususnya sedasi sedang dan dalam menimbulkan risiko pada pasien.Oleh karena
itu sedasi harus menggunakan definisi, kebijakan dan prosedur yang jelas. Kadar sedasi
terjadi dalam suatu rangkaian proses dan kondisi seorang pasien dapat berubah dari satu
tingkat ke tingkat lainnya berdasarkan obat-obatan yang diberikan,rute dan dosis
pemberian. Yang perlu menjadi pertimbangan penting antara lain kemampuan pasien
untuk mempertahankan reflex protektif, jalan nafas yang mandiri dan berkesinambungan
dan mampu untuk merespon rangsangan fisik atau perintah lisan.
Kebijakan dan prosedur sedasi mengidentifikasikan :
1. Bagaimana perencanaan dilakukan termasuk menetapkan perbedaan penerapan sedasi
antara populasi dewasa dan pediatric atau pertimbangan-pertimbangan khusus lainnya.

2
2. Dokumentasi yang diperlukan tim perawatan untuk bekerja dan berkomunikasi secara
efektif.
3. Pertimbangan persetujuan khusus jika sesuai
4. Frekwensi dan jenis persyaratan pemantauan pasien
5. Kualifikasi atau ketrampilan khusus staf yang terlibat dalam proses sedasi
6. Ketersediaaan dan penggunaan peralatan khusus
Kualifikasi dokter, dokter gigi atau individu lain yang bertanggung jawab akan pasien
yang menerima sedasi sedang dan dalam. Individu tersebut harus kompeten dalam :
a. Teknik-teknik berbagai cara sedasi
b. Pemantauan yang tepat
c. Respons terhadap komplikasi
d. Penggunaan zat antidorum dan
e. Setidaknya melakukan pertolongan pertama atau P3K (pertolonga Pertama Pada
Kecelakaan) atau menggunakan alat-alat bantu kehidupan yang mendasar

BAB II

3
RUANG LINGKUP PELAYANAN SEDASI

 INDIKASI PENGGUNAAN OBAT-OBATAN SEDATIF

 PREMEDIKASI

Obat-obat sedatif dapat diberikan pada masa preoperative untuk mengurangi


kecemasan sebelum dilakukan anestesi dan pembedahan.Sedasi dapat digunakan pada
anak-anak kecil, pasien dengan kesulitan belajar dan orang yang sangat cemas.Obat-
obat sedatifdiberikan untuk menambah aksi agen-agen anestetik. Pemilihan obat
tergantung pada pasien, pembedahan yang akan dilakukan dan keadaan-keadaan
tertentu; misalnya kebutuhan pasien dengan pembedahan darurat berbeda
dibandingkan dengan pasien dengan pembedahan terencana atau pembedahan mayor.
Penggunaan oral lebih dipilih dan benzodiazepine adalah obat yang paling banyak
digunakan untuk premedikasi.

 SEDO-ANALGESIA

Istilah ini menggambarkan penggunaan kombinasi obat sedatif dengan anestesi local,
misalnya selama pembedahan gigi atau prosedur pembedahan yang menggunakan blok
regional. Perkembangan pembedahan invasif minimal saat ini membuat teknik ini
lebih luas digunakan.

 PROSEDUR RADIOLOGIK

Beberapa pasien, terutama anak-anak dan pasien cemas, tidak mampu mentoleransi
prosedur radiologis yang lama dan tidak nyaman tanpa sedasi.Perkembangan
penggunaan radiologi intervensi selanjutnya meninhgkatkan kebutuhan penggunaan
sedasi dalam bidang radiologi.

 ENDOSCOPI
Obat-obat sedasi umumnya digunakan untuk menghilangkan kecemasan dan memberi
efek sedasi selama pemeriksaan dan intervensi endoscopi.Pada endoscopi
gastrointestinal (GI), analgesic local biasanya tidak tepat digunakan, perlu penggunaan
bersamaan obat sedatif dan opioid sistemik.Sinergisme antara kelompok obat-obat ini
secara signifikan meningkatkan risiko obstuksi jalan nafas dan depresi ventilasi.
 TERAPI INTENSIF

4
Kebanyakan pasien dalam masa kritis membutuhkan sedasi untuk memfasilitasi
penggunaan ventilasi mekanik dan intervensi terapetik lain dalam unit terapi intensif
(ITU). Dengan meningkatnya penggunaan ventilator mekanik, pendekatan modern
yaitu dengan kombinasi analgesia yang adequate dengan sedasi yang cukup untuk
mempertahankan pasien pada keadaan tenang tapi dapat dibangunkan.Farmakokinetik
dari tiap-tiap obat harus dipertimbangkan dimana sedative terpaksa diberikan lewat
infus untuk waktu yang lama pada pasien dengan disfungsi organ serta kemampuan
metabolism dan ekskresi obat terganggu.
Beberapa obat yang berbeda digunakan untuk menghasilkan sedasi jangka pendek dan
jangka panjang di ITU, termasuk benzodiazepine, obat anestetik seperti propofol,
opioid dan agoni α²- adrenergic nilai skorsedasi selama perawatan masa kritis telah
dibuat sejak bertahun-tahun, tapi perhatian lebih terfokus akhir-akhir ini pada
pentingnya sedai harian ‘holds’ strategi interupsi harian dengan obat-obat sedasi
menyebabkan lebih sensitifnya kebutuhan untuk sedasi. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi insiden terjadinya komplikasi terkait penggunaan vebtilasi mekanik
selama masa kritis dan untuk mengurangi lama perawatan.

 SUPLEMENTASI TERHADAP ANESTESI UMUM


Penggunaannya yaitu dari sinergi antara obat-obat sedative dan agen induksi intravena
dengan teknik ko-induksi.Penggunaan sedative dalam dosis rendah dapat
menghasilkan reduksi signifikan dari dosis agen induksi yang dibutuhkan dan dengan
demikian mengurangi frekwensi dan beratnya efek samping.
Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan/kontinu sehingga tidak selalu mungkin
untuk memprediksi Bagaimana respons setiap pasien yang mendapat sedasi. Oleh
karena itu petugas anestesi yang memberikan sedasi harus dapat melakukan
penanganan segera terhadap pasien yang efek sedasinya lebih dalam/berat daripada
efek yang seharusnya terjadi
Sedasi ringan / Sedasi sedang Sedasi berat dalam
minimal (pasien sadar)
(anxiolysys)
Respon Respon normal Merespon terhadap Merespons setelah
terhadap stimulus stimulus sentuhan diberikan stimulus
verbal berulang stimulus nyeri
Jalan napas Tidak terpengaruh Tidak perlu Mungkin perlu intervensi
intervensi
Ventilasi Tidak terpengaruh Adequate Dapat tidak adequate
spontan

5
Fungsi Tidak terpengaruh Biasanya dapat Biasanya dapat
kardiovaskuler dipertahankan dipertahankan dengan
dengan baik baik

 PELAKSANAAN PROSEDUR SEDASI


1. Tim sedasi anestesi melibatkan dokter dan non dokter
2. Setiap anggota tim memiliki kewajiban untuk mengidentifikasi mereka sendiri dan
anggota tim lainnya secara akurat kepada pasien dan keluarganya.
3. Anestesiologis bertanggung jawab untuk mencegah agar tidak terjadi salah
penafsiran/anggapan terhadap petugas non dokter sebagai dokter residen atau dokter
umum
4. Tindakan / layanan anestesi dilakukan oleh tim sedasi-anestesi termasuk pemantauan
dan pelaksanaan tindakan anestesi.
5. Instruiksi diberikan oleh dokter anestesi dan harus sejalan dengan kebijakan dan
regulasi pemerintah serta kebijakan Rumah Sakit.
6. Tenggung jawab keseluruhan terhadap kinerja tim dan keselamatan pasien terletak
pada anetesiologis
7. Anestesiologis harus mewujudkan keselamatan pasien yang optimal dan memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada setiap pasien yang menjalani tindakan sedasi-
anestesi. Selain itu anestesiologis juga diharapkan memberikan pengajaran/edukasi
kepada siswa anestesi.
8. Berikut adalah anggota tim sedasi-anestesi :
a. Dokter
 Anetesiologis (spesialis anestesi) – ketua tim sedasi-anestesi. Merupakan
seorang dokter yang memiliki SIP dan telah menyelesaikan program study
spesialis di bidang anestesi yang terakreditasi
 Residen dan fellowship anestesiologis
Merupakan dokter/anetesiologis yang sedang mengikuti program
pelatihan/studi untuk memperoleh pendidikan tambahan dalam salah satu
subdisiplin ilmu anetsesioligi.
 Dokter umum dan dokter gigi
Merupakan dokter yang diberikan delegasi tanggung jawab pemberian sedasi
atas superfisi ketua tim sedasi-anestesi.
b. Praktisi medis lain
 Perawat anestesi
Merupakan perawat dengan SIP yang telah menyelesaikan studi anestesi
terakreditasi.

6
 Asisten anestesi
Merupakan professional kesehatan yang telah menyelesaikan studi asisten
anestesi terakreditasi
 Siswa perawat anestesi
Merupakan perawat dengan SIP yang sedang mengikuti studi perawat anestesi
terakreditasi.

 PEMILIHAN RUTE PEMBERIAN OBAT SEDASI


 Oral
Pemberian sedasi oral lebih nyaman dan tidak menyakitkan prosedurnya, namun
umumnya dosis harus lebih besar daripada intra vena karena obat harus melewati efek
metabolism first pass.
 Rektal
Pemberian sedasi melalui rektal adalah pemilihan bagi pasien yang dalam kondisi
mual hebat. Metabolism first pass di hati sebagian dihindari untuk peningkatan
absorbs di distal usus. Dosis lebih kecil daripada pemberian oral
 Intramuscular
Sedasi intramuscular adalah yang paling cepat onsetnya dan mudah dilakukan.Namun
pemberian menyebabkan sakit dan tidak nyaman.Sedasi intramuscular bisa digunakan
pada anak-anak yang tidak kooperatif.Keterbatasan absorbs tergantung denga
kecepatan aliran darah. Lokasi pemberian dapat dilakukan di area deltoid, trisep dan
gluteus
 Intra nasal
Sedasi intranasal dapat langsung bekerja dalam sirkulasi sistemik tidak melalui
metabolism first pass.Dosis lebih kecil dari dosis oral maupu rektal namun durasi obat
juga lebih cepat bekerjanya. Intranasal mudah diberikan namun tidak dapat diberikan
pada anak-anak dengan demam diatas 37 C. SEDASI INTRANASAL
DIANTARANYA MEDAZOLAM KETAMIN DAN DEXMEDETOMIDINE
 Inhalasi
Sedasi inhalasi juga menjadi salah satu alternative pilihan.Onset cepat dan durasi lama
serta dapat digunakan untuk anak-anak. Keterbatasan inhalasi adalah harus
menggunakan masker terutama untuk anak-anak usia dibawah 2 tahun. Sedangkan
inhalasi diantaranya nitrous oksida.

 DASAR PEMILIHAN SEDASI BERDASARKAN FARMAKODINAMIK DAN


FARMAKOKINETIK
Ada 4 pertanyaan mendasar bagi klinisi dalam memilih obat sedasi bagi pasien:

7
1. Efek apa yang diharapkan dalam penggunaan sedasi?
2. Seberapa cepat onset kerja sedasinya?
3. Seberapa lama durasi kerja sedasinya?
4. Adakah efek samping sedasi yang tidak diharapkan dan kontraindikasi lainnya?
Berikut adalah daftar medikasi sedasi-anestesi yang dapat diberikan ke pasien sesuai ktiteria
umur:
Nama Golongan Dosis Onset dan Reaksi dan Antidotum
obat pemakaian durasi efek samping efek
samping
Midaz Benzodiazepine Anak : 0,05- Onset Respiratory Flumazenil
olam 0,1mg/kgbb anak :<1 and 0,2 mg dan
Dewasa:50- menit, durasi cardiovascular dapat
100mg/kgbb 15-30menit depression, diulang 1
Tua>65th : Onset ataxia,dizzines menit
25-50kgbb dewasa:1-3 s, hipotensi, kemudian
menit bradikardi,
Onset puncak : blurred vision,
5-7 menit dan
Durasi obat : paradoxical
20-30 menit agitasi
Loraz Benzodiazepine Anak : Onset anak :2- Respiratory Flumazenil
epam 0,05mg/kgbb 3 menit, durasi and 0,2 mg dan
Dewasa:0,02- 1-2jam cardiovascular dapat
0,05mg dapat Onset depression, diulang 1
diulang setiap dewasa:3-7 ataxia,dizzines menit
3-4 menit menit s, hipotensi, kemudian
hingga max Onset puncak : bradikardi,
dosis 4mg 10-20 menit blurred vision,
Tua>65th : Durasi obat : dan
0,02mg dapat 6-8jam. paradoxical
diulang tiap 4 agitasi
menit hingga
dosis max 4
mg
Diaze Benzodiazepine Anak : 0,1- Onset Respiratory Flumazenil
pam 0,15mg/kgbb anak :<1 and 0,2 mg dan
Dewasa:5mg menit, durasi cardiovascular dapat

8
dapat diulang 15-20 menit depression, diulang 1
setiap 5 menit Onset ataxia,dizzines menit
hingga max dewasa:1-5 s, hipotensi, kemudian
dosis 20mg menit bradikardi,
Tua>65th : Durasi obat :1- blurred vision,
2,5mg dapat 8jam. dan
diulang tiap 5 paradoxical
menit hingga agitasi
dosis max 10
mg
Fenta Opioid narkotik Anak : 0,5- Onset anak :2- Respiratory Nalokson
nyl 2mg/kgbb 3 menit, durasi depression, 0,4mg dapat
Dewasa:0,5- 20-30 menit hipotensi, dilanjutkan
1mg/kgbb Onset bradikardi, 0,1-0,2 bila
dalam dosis dewasa:1-2 nausea, perlu setiap
25-50mg menit vomitus, 2-3 menit
hingga max Onset puncak : konstipasi, sekali
dosis 250mg 10-15 menit biliar spasme,
Tua>65th : Durasi obat : and skin rash
0,5-1mg/kgbb 30-60 menit
diberikan
dalam dosis
max 75 mg
Meper Opioid narkotik Dewasa:20- Onset :5 menit Respiratory Nalokson
idin 50mg hingga Onset depression, 0,4mg dapat
max dosis puncak :1 jam hipotensi, dilanjutkan
150mg Durasi obat : bradikardi, 0,1-0,2 bila
Tua>65th : 2-4 jam nausea, perlu setiap
25mg vomitus, 2-3 menit
hoingga dosis konstipasi, sekali
max 75 mg biliar spasme,
and skin rash,
seizure untuk
beberapa
kondisi pasien
dengan
gangguan

9
ginjal

Morpin Opioid narkotik Anak : 0,05- Onset anak :5- Respiratory Nalokson
0,2mg/kgbb 10 menit, depression, 0,4mg dapat
Dewasa:2- durasi 3-4 jam hipotensi, dilanjutkan
4mg dapat Onset:2-3 bradikardi, 0,1-0,2 bila
diberiakan menit nausea, perlu setiap
dalam 5 Onset puncak : vomitus, 2-3 menit
menit hingga 20 menit konstipasi, sekali
max dosis 10- Durasi obat : biliar spasme,
20mg 2-3 jam and skin rash
Tua>65th : 1-
2mg dapat
diberikan
dalam 5
menit hingga
10mg
Propo Hipnotik gol. Dewasa:10- Onset:30 detik hipotensi,
fol phenol 20mgdapat Durasi obat : heart block,
diberiakan 10-15 menit asystole,
tiap 5 menit aritmia,
hingga max bradikardi,
dosis 100mg infeksi
Tua>65th : jaringan,
10mg dapat reaksi alergi
diberikan tiap untuk pasien
5 dengan
menithingga riwayat alergi
dosis max telur
50mg
Keta Agen Dewasa:0,2- Onset:1-2 Reaksi depresi
mine arisiklohexylami 1mg/kgbb menit SSP,
n dapat diulang Durasi obat : halusinasi
hingga max 15-30 menit delirium,
dosis hipertensi,
2mg/kgbb tachicardi,
Tua>65th : peningkatan

10
0,2-0,75mg/k TI, kejang,
gbb dapat tonik klonik,
diulang respirasi
hingga dosis depresi
max
2mg/kgbb
Thiop Barbiturate Dewasa:50- Onset:1-2 hipotensi,
ental 100 hingga menit myocardial
max dosis Durasi obat : depresi,
3mg/kgbb 10-30 menit respirasi
Tua>65th : depresi, dan
25-50mg SSP, nausea,
hingga dosis vomiting,
max diare, kramp,
2mg/kgbb laryngospasme
Fenob Barbiturate Dewasa:100 Onset:kurang hipotensi,
arbital mg dapat dari 1 menit cardiovascular
diulang tiap Durasi obat : depresi,
1-3 menit 15 menit respirasi
hingga max depresi,
dosis 500mg nausea,
Tua>65th : vomitus,
50mg dapat laringospasme
diulang 1-3
menit hingga
dosis max
250mg
NO2 Pelumpuh Dewasa:25- Onset:2-5 Penggunaan
system syaraf 59% menit dalam jangka
pusat NO2dengan panjang
O2 via nasal mengakibatka
mask tidak n supresi sum-
diperbolehka sum tulang
n untuk dan disfungsi
wanita hamil neurologic
trimester I keterlambatan
dan II(efek perkembangan

11
teratogen dan janin dan
abortus) defisiensi
vitamin B12
dan
keterlambatan
perkembangan
neurologis
pada bayi

BAB III
PEDOMAN PELAYANAN SEDASI

12
A. Kebijakan
1. Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa dilengkapi dengan pelayanan sedasi
ringan, sedang hingga sedasi dalam
2. Setiap pasien yang dilakukan tindakan sedasi, dilengkapi dengan formulir
monitoring yang berisi kondisi dan tanda-tanda vital pasien dari mulai prasedasi,
durantesedasi hingga pascasedasi
3. Dokter penanggungjawab pasien dapat memberikan medikasi jenis sedasi ringan
yang diawasi dan dipantau secara langsung terhadap pasiennya.
4. Pemberian medikasi yang bersifat sedasi sedang dan sedasi dalam harus atas
persetujuan ayau dilakukan oleh dokter spesialis anestesi baik diruang IBS ataupu
di ruang lain
5. Unit rawat jalan yang memiliki kebutuhan akan sedasi juga dilengkapi dengan
persediaan antidot sedasi
B. Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan sedasi
1. Fasilitas dan alat ; jenis obat sedasi, alat penunjang sedasi, kondisi lingkungan
2. Sumber daya manusia : petugas / dokter yang berkompetensi, adanya training dan
pelatihan petugas yang mendukung keberhasilann sedasi.
3. Regulasi : standar prosedur operasional, proses, pengendalian mutu kerja

DAFTAR OBAT YANG DIPERGUNAKAN UNTUK SEDASI SEDANG,


DALAM DAN ANTIDOTUMNYA

Nama Dosis Cara Pemberian


Obat
Diazepam 0,05 – 0,2 mg/kg i.v
0,1 - 0,4 mg/kg oral
Fentanyl 0,5 – 3,0 mcg/kg i.v
Ketamin 1 – 3 mg/kg i.m
0,2 – 1 mg/kg i.v
Lorazepam 0,02 – 0,05 mg/kg i.v
petidine 0,5 – 1 mg/kg i.v
Midazolam 0,01 – 0,1 mg/kg i.v
Morfin 0,05 – 0,2 mg/kg i.v
Propofol 25 - 100mcg/kg i.v
ANTIDOTUM
Flumazenil 5-15 mcg/kg i.v
Naloxon 1-10 mcg/kg i.v

13
PRESEDASI
Prosedur presedasi dilakukan untuk meningkatkan efek sedasi yang maksimal dan
meminimalisir efek samping dari sedasi sedang maupun sedasi dalam
1. Asesmen pasien meliputi :
a. Pemeriksaan / riwayat abnormalitas organ-organ vital pasien
b. Riwayat mendapat obat-obat sedasi sebelumnya terutama anestesi regional
atau anestesi umum
c. Riwayat alergi, pengobatan lama, dan konsumsi obat-obatan yang
memungkinkan dapat bereaksi dengan obat sedasi
d. Waktu/jarak konsumsi obat terakhir
e. Rieayat perokok, alcohol, atau zat aditif lainnya
2. Konseling pasien : risisko, keuntungan, keterbatasan dan alternative yang ada
3. Puasa pre sedasi
Sebelum dilakukan sedasi moderat dan dalam, pada pasien elektif harus
dilakukan pengosongan lambung dengan berpuasa :
USIA JENIS MAKANAN LAMA
PUASA
Bayi 0-6 bln Air putih 2 jam
ASI/Formula 4 jam
Makanan padat 8 jam
Anak 7bln-1th Air putih 2 jam
ASI/Formula 6 jam
Makanan padat 8 jam
Anak 13bln- Air putih 2 jam
dewasa ASI/Formula 8 jam
Makanan padat 8 jam
Klasifikasi ASA dan Hubungannya dengan Tingkat Mortalitas
ANGKA KEMATIAN
KLASIFIKASI ASA DESKRIPSI PASIEN
(%)
I Pasien normal dan sehat fisik
0,1
dan mental
II Pasien dengan penyakit
sistemik ringan
0,2
tidak ada keterbatasaan
fungsional
III Pasien dengan penyakit 1,8

14
sistemik sedang
hingga berat yang
menyebabkan keterbatasan
fungsi

IV Pasien dengan penyakit


sistemik berat yang
mengancam hidup dan 7,8
menyebabkan keterbatasan
fungsi
V Pasien yang tidak dapat hidup
/ bertahan
dalam 24 jam dengan atau 9,4
tanpa operasi

E Bila operasi dilakukan darurat


atau cito

Tindakan yang memerlukan sedasi sedang dan dalam


Di Kamar operasi Di luar kamar operasi
Diagnostik :Laparascopi Diagnostik : gastroscopy
Biopsi Kolonoscopi
endoscopi

Tindakan : Curetage Tindakan : Intubasi


Ganti balut

Durante sedasi
Data yang harus dilengkapi selama prosedur sedasi :
1. Review ulang mengenai kondisi pasien sebelum melakukan insiasi tindakan sedasi

15
a. Reevaluasi pasien
b. Periksa kembali kesiapan dan kelengkapan peralatan, obat, dan suplai oksigen
2. Pemantauan pasien berupa:
a. Tingkat kesadaran pasien
b. Oksigenasi
c. Respon terhadap perintah verbal (jika memungkinkan)
d. Ventilasi paru
e. Sirkulasi
f. Temperature tubuh
g. Dosis dan jenis obat yang digunakan, waktu dan jalur pemberian obat
h. Jenis dan jumlah cairan intravena yang digunakan
i. Teknik yang digunakan dan posisi pasien saat dilakukasn sedasi
j. Peralatan jalan napas yang digunakan
k. Kejadian-kejadian yang tidak biasa yang terjadi selama sedasi
3. Jenis obat emergensi yang perlu disiapkan saat sedasi:
a. Albuterol (2.5 mg/3ml)
b. Atropine (0.4mg/ml)
c. Calcium chlorine (100mg/ml)
d. Dextrose 50% (50mg/ml)
e. Diphenhydramine (50mg/ml)
f. Epinephrine 1:1000(1 mg/ml)
g. Apinephrine 1:10,000(0.1mg/ml)
h. Flumazenil (0.5mg/5ml)
i. Lidocaine (100mg/5ml)
j. Naloxone (1mg/ml)
k. Vecuronium (1mg/ml)
Monitoring pasca sedasi
Sedasi jangka panjang perlu dievaluasi kemungkinan timbulnya withdrawal
syndrome.Penyebab tersering tertundanya pulih sadar (belum sadar penuh setelah 30
menit) adalah pengaruh dari sisa-sisa obat anetesi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien paske pemberian sedasi-anestesi :
1. Ada petugas/perawat anestesi yang berkompeten dalam memonitor kondisi pasien
pasca sedasi terutama sedasi dalam dan anetesi umum terutama tanda-tanda
vital,oksigenasi, saturasi, EKG, dan efek samping yang timbul pasca sedasi
2. Pasien diobservasi hingga tidak didapat tanda-tanda depresi cardiovascular
3. Dokteranestesi menentukan kriteria pasien dinyatakan stabil dan dapayt kembali ke
ruang perawatan biasa setelah dilakukan tindakan sedasi dalam terutama general
anestesi

16
4. Dokter anestesi membuat kriteria pasien dapat pulang dari perawatan pasca sedasi

KRITERIA PEMULANGAN PASIEN

1. Kriteria discharge pasien yang dipakai adalah scorePost Anesthetic Discharge Scoring
System dan diisi dan ditandatangani oleh DPJP atau perawat yang bertugas di ruang
pulih.
2. Kriteria pemindahan ke ruangan menggunakan Skor Modified Aldrette ≥12 atau ≥5
pada Steward score atau sama dengan skor preprosedur.
Pemantauan terhadap skor Aldrette dan skot Steward dilakukan secara periodik setiap
15 menit.
3. Monitoring pasien sampai skor Aldrette mencapai ≥12 atau≥5 pada Steward score
sama dengan skor preprosedur.
4. Rasio antara perawat ruang pulih dengan pasien disesuaikan dengan kondisi pasien:
a. Pasien belum sadar = 1:1
b. Pasien sudah sadar = 1:2
c. Pasien sudah ke tahap persiapan pulang = 1:4
5. Beritahukan DPJP Anestesi bila skor pasien tidak mencapai kriteria discarge sampai 2
jam.
6. Semua kondisi pasien pasca operasi harus diinformasikan kepada keluarga pasien.

MODIFIED ALDRETTE SCORE

NO KRITERIA SCOR
E
1 Warna Kulit Merah / Normal 2
Pucat 1
Sianosis 0
2 Aktifitas Gerak empat anggota tubuh 2
Motorik
Gerak dua anggota tubuh 1
Tidak ada gerak 0
3 Pernafasan Nafas dalam, batuk dan tangis kuat 2
Nafas dangkal dan adekuat 1
Nafas apnea / nafas tidak adekuat 0
4 Tekanan darah TD berbeda ± 20 mmHg dari 2
Pre-op

17
TD berbeda 20-50 mmHg dari 1
Pre-op
TD berbeda ± 50 mmHg dari 0
Pre-op
5 Kesadaran Sadar penuh mudah di panggil 2
Bangun jika di panggil 1
Tidak ada respon 0
6 Mual muntah 1-2x muntah dapat di therapy 2
-3-5x muntah perlu therapy 1
parenteral 0
-Berat : perlu pengawasan khusus
7 perdarahan Minimal : tidak perlu ganti balut 2
-sedang : Perlu 1x ganti balut 1
-berat >3x ganti balut 0

STEWARD SCORE
NO KRITERIA SCOR
E
1 Kesadaran Bangun 2
Respon Terhadap Rangsang 1
Tidak ada Respon 0
2 Pernafasan Batuk / menangis 2
Pertahanan jalan nafas 1
Perlu bantuan nafas 0
3 Motorik Gerak bertujuan 2
Gerak tidak bertujuan 1
Tidak gerak 0
Score ≥ 5, pasien pindah ke ruangan

Pada regional anestesi, pemindahan pasien ke ruangan berdasarkan Bromage score.

BROMAGE SCORE
SKOR KRITERIA

18
0 Dapat mengangkat tungkai bawah
1 Tidak dapat menekuk lutut, tetapi dapat mengangkat kaki
2 Tidak dapat mengangkat tungkai bawah, tetapi dapat
penekuk
3 Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali
Skor ≤ 2 pasien boleh pindah ke ruangan

BAB IV
DOKUMENTASI

FORMAT ASSESMEN PRA SEDASI

19
No. RM
Nama pasien
Umur
Jenis Kelamin L/P
alamat

Tanggal : Jam :
Data subyektif (anamnesis) Riwayat penyakit
Batuk pusing gigi palsu DM TB Paru Hepatitis
Pilek mual …………. Hipertensi AMI HIV / AIDS
Sesak nafas puasa Asma CHF ……………
Data obyetif (pemeriksaan fisik) Hasil pemeriksaan penunjang
Tekanan darah Rontgen laboratorium
Pernapasan CT Scan …………………………
Nadi USG …………………………
Suhu EKG …………………………
Abdomen Riwayat operasi sebelumnya :
Thorax
Extremitas
Keterangan / catatan penting :

Diagnosa pra operasi : Persediaan darah :


LEVEL ASA : 1 2 3 4 5 6
Penyulit pra anestesi :

20
Rekomendasi tindakan anestesi yang dipilih :
General Anestesi Regional Anestesi Epidural Anestesi Lokal Anestesi
………………………..

INSTRUKSI PRA ANESTESI :

Dokter Spesialis Anestesi

(…………………………………)
Tanda tangan & nama terang

LAPORAN ANESTESI Bangsal Nomor


LOKAL Nama Umur
lk/pr
Diagnose preoperatif Nama ahli bedah Nama perawat perioperative

Diagnose postoperatif RISIKO ANESTESI

21
Nama operasi Ringan Sedang Berat
Tanggal dan operasi Keadaah umum :
TD :
Nadi :
Pernapasan :
OBAT YANG DIBERIKAN
Nama obat :
Cara pemberian :

CATATAN SELAMA OPERASI


Kesadaran :
Respon nyeri :
Reaksi alergi :

Tanda tangan dokter operator

(………………………………………….
)
Nama & tanda tangan

22

Anda mungkin juga menyukai