Halaman 1dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT METRO HOSPITALS
NO : 1-10-1.02/SK/DIR/MHCB/X/2018
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halaman 2dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
pasien menjadi kurang / tidak kooperatif, timbulnya efek fisiologis atau psikologis
akibat respons terhadap stress yang dialami pasien.
B. TUJUAN
1. Meningkatkan kualitas pelayanan pasien dengan memberikan pelayanan anestesi,
analgesic dan sedasi yang aman, efektif, berperikemanusiaan dan memuaskan bagi
pasien yang menjalani pembedahan, prosedur medis dan trauma yang
menyebabkan nyeri. Kecemasan dan stress psikis lainnya dengan mengunakan ilmu
kedokteran yang mutakhir dan teknologi tepat guna dan mendayagunakan
manusia yang berkompeten dan profesional dengan mengunakan peralatan dan
obat-obatan yang sesuai standar, pedoman dan rekomendasi profesi anestesi.
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan nafas, pernafasan, peredaran darah
dan kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena
menjalani pembedahan, prosedur medis, trauma dan penyakit lain.
3. Menerapkan budaya keselamatan pasien.
4. Menstandarisasi layanan kesehatan dirumah sakit yang sesuai dengan akreditasi.
Halaman 3dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
C. Ruang lingkup
1. Unit pelayanan instalansi Anestesi di rumah sakit.
2. Dokter spesialis anestesi.
3. Penata anestesia/perawat yang telah mendapat pelatihan anestesia.
4. Direktur rumah sakit.
D. Batasan Operasional
1. Pedoman ini dapat dimodifikasi dan diadaptasikan sesuai dengan kebutuhan klinis
dan keterbatasan yang ada
2. Pedoman ini tidak dimaksudkan sebagai persyaratan yang mutlak atau standard.
3. Pemilihan teknik dan obat-obatan sedasi atau analgesik yang digunakan
bergantung pada :
a. Preferensi dan pengalaman masing-masing dokter
b. Kebutuhan dan keterbatasan yang terdapat pada pasien atau prosedur.
c. Kecenderungan terjadinya efek sedasi yang lebih dalam dari pada yang
diinginkan atau diantisipasi.
4. Penerapan pedoman ini tidak dapat menjamin hasil akhir yang spesifik.
5. Pedoman ini harus direvisi karena pengetahuan, teknologi dan praktik kedokteran
selalu berkembang sepanjang waktu.
6. Pedoman ini menyediakan rekomendasi dasar yang didukung dengan analisi
literature terkini dan pengolahan opini para ahli / pakar kedokteran, forum
terbuka dan data klinis.
7. Desain agar dapat diaplikasikan oleh dokter non anestesi di berbagai fasilitas,
yaitu rumah sakit, praktik dokter, dokter gigi dan fasilitas lainnya.
8. Kategori pemberian sedasi moderat dan dalam, terdiri dari:
a) Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan/ kontinyu sehinngga tidak
terlalu mungkin memprediksi bagaimana respon setiap pasien yang mendapat
sedasi. Oleh karena itu, petugas anestesi yang memberikan sedasi harus dapat
melakukan penanganan segera terhadap pasien yang efek sedasinya lebih
dalam/ berat daripada efek yang seharusnya terjadi (misalnya: petugas
anestesi yang memberikan anestesi sedang harus dapat melakukan
penanganan terhadap pasien yang jatuh kedalam kondisi sedasi berat).
Halaman 4dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
Halaman 5dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
a. Sedasi moderat :
Suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien memberikan respon
terhadap stimulus sentuhan. Tidak diperlukan intervensi untuk
mempertahankan patensi jalan nafas dan ventilasi spontan masih adekuat.
b. Sedasi dalam :
Suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien memberikan respon
terhadap stimulus berulang /nyeri. Fungsi ventilasi spontan dapat
terganggu/tidak adekuat. Pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk
mempertahankan petensi jalan nafas. Fungsi kardiovaskuler biasanya terjaga
dengan baik.
c. Anestesi umum :
Hilangnya kesadaran dimana pasien tidak sadar bahkan dengan pemberian
stimulus nyeri. Pasien sering membutuhkan bantuan untuk mempertahankan
patensi jalan nafas dan mungkin membutuhkan ventilasi tekanan positif karena
tidak adekuatnya ventilasi spontan/fungsi kardiovaskuler dapat terganggu. Sedasi
adalah suatu proses yang berkelanjutan, sehingga tidak selalu mungkin
memprediksi bagaiman respon pasien yang mendapat sedasi. Oleh karena itu
petugas anestesi yang memberikan sedasi harus dapat melakukan penanganan
segera terhadap pasien yang efek sedasinya lebih berat/dalam daripada efek
yang dapat terjadi
Halaman 6dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
Halaman 7dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
Halaman 8dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 tahun 2013, tentang penyelenggaraan
perawat anestesi
Halaman 9dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Halaman 10dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
Halaman 11dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
Halaman 12dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
B. Distribusi ketenagaan
No Nama Jabatan
Dokter Spesialis
NO NAMA JABATAN
1 Dr. Hendry Agus, Sp An Penangung jawab pelayanan Instalansi
anestesi
Perawat
Halaman 13dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi
perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan di instalasi anestesi. sehingga
semua kegiatan pelayanan anestesi dapat terkoordinir dengan baik.
Adapun pengaturan dinas di instalasi anestesi, pelaksanaan pelayanan anestesi
dilaksanakan di setiap hari kerja yaitu
Dinas Pagi Jam 10.00 sampai dengan Jam 17.30
Adapun pengaturan dinas di bedah cito / emergency, pelaksanaan pelayanan
bedah nya di laksanakan dalam 2 shift yaitu :
Dinas Pagi Jam 07.00 sampai dengan Jam 14.00
Dinas Sore Jam 14.00 sampai dengan Jam 21.00
Bila ada operasi di atas jam 21.00 maka di berlakukan jam on call sesuai jadwal
Pengaturan jaga atau jadwal dinas di buat setiap bulan
Halaman 14dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
BAB III
STANDAR FASILITAS
1. Umum
a. Setiap bangunan (sarana) ruang operasi rumah sakit merupakan tempat
untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang
membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya.
b. Fungsi bangunan (sarana) ruang operasi rumah sakit di kualifikasikan
berdasarkan tingkat sterilitas dan tingkat aksesibilitas
2. Pembagian Zona pada sarana ruang operasi rumah sakit
Ruangan-ruangan pada bangunan (sarana) ruang operasi rumah sakit dapat
dibagi beberapa kedalam beberapa zona”
a. Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal)
b. Zona 2 Tingkat Resiko Sedang
Zona ini terdiri dari Ruang dokter,ruang ganti,ruang Transfer pasien,ruang
pemulihan.
c. Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (semi steril )
Zona ini terdiri dari ruang persiapan,ruang peralatan instrument
steril,ruang induksi ,area scub up ,ruang Resusitasi neonates,pelaporan
bedah,Trolly emergency
d. Zona 4 Tingkat Resiko sangat Tinggi ( Steril dengan Hepafilter)
Zona ini meliputi ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan ,
peralatan/instrument steril,memakai gaun operasi)
e. Zona 5,Area Nuidel steril.
Area ini dimana pembedahan dilakukan.
Halaman 15dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
3. Pelayanan penunjang medik dan non medik terdiri dari pelayanan instalasi
gawat darurat, laboratorium, radiologi, farmasi, gizi, rekam medik, teknik
medik dan non medik, serta kamar jenazah. Kamar bedah RS METRO
HOSPITAL CIKARANG mempunyai 1 kamar operasi elektif dan 1 kamar operasi
cyto. Kamar operasi elektif terdiri dari OK 1,dan Kamar operasi cyto OK
2,untuk pelayanan bedah umum,. Ruang penerimaan terletak dibagian depan
kamar operasi serta ditunjang 1 ruangan pulih sadar dengan 2 tempat tidur.
4. Prosedur penyedian obat anestesi dan sedasi moderat dan dalam serta obat
obat emergency lainnya yang tersedia di trolly emergensi:
Table 2:Prosedur Penyediaan obat obat anestesi dan sedasi moderat dan dalam
Halaman 17dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
Halaman 18dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
Halaman 19dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
5. Sistem Pelayanan
Kegiatan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif dilaksanakan secara
terpadu dan terintegrasi dengan pelayanan lainnya di rumah sakit.Pelayanan
anestesiologi dan terapi intensif dapat berupa pelayanan rawat jalan atau rawat
inap dengan jenis layanan yang disesuaikan dengan klasifikasi pelayanan
anestesi di rumah sakit, Pelayanan anestesi di kamar bedah utamanya terkait
dengan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh:
a. Dokter spesialis bedah
b. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan
Pelayanan sedasi moderat dan dalam di luar kamar bedah dapat dilakukan
antara lain di kamar bersalin, radiologi, endoskopi, dan ICU/HCU
Halaman 20dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
BAB IV
KEBIJAKAN
Halaman 21dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
Halaman 22dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
17. Jenis dan frekuensi pemantauan selama anestesi dan operasi dilakukan berdasar
atas status pasien pra-anestesi, metode anestesi yang dipakai, dan tindakan
operasi yang dilakukan
18. Pemantauan status fisiologis pasien sesuai dengan praktik klinis dan hasil
monitoring dicatat di form anestesi
19. Monitoring status pasca-anestesi setiap pasien di catat dalam rekam medis
20. Pasien dipindahkan dari ruang pemulihan oleh staf yang kompeten dan
berwenang atau berdasar atas kriteria baku yang ditetapkan
21. Pasien keluar dari ruang pemulihan pasca-anestesi atau menghentikan
monitoring pada periode pemulihan dilakukan dengan mengacu pada salah satu
alternatif dibawah ini
a. Pasien dipindahkan (atau monitoring pemulihan dihentikan) oleh dokter
anestesi
b. Pasien dipindahkan (atau monitoring pemulihan dihentikan) oleh penata
anestesi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh rumah sakit dan rekam
medis pasien membuktikan bahwa kriteria yang dipakai dipenuhi
Halaman 23dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals
Halaman 24dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN
B Tujuan
1. Membantu dokter dan pasien dalam membuat keputusan mengenai
pelayanan kesehatan.
2. Membantu dokter memberikan keuntungan dilakukan sedasi/ analgetik
sementara meminimalisasi resiko yang terjadi.
C Prinsip
1. Pedoman ini dapat dimodifikasi dan diadaptasi sesuai dengan kebutuhan klinis
dan keterbatasan yang ada.
2. Pedoman ini tidak dimaksudkan sebagai persyaratan yang mutlak atau
standar.
3. Pemilikan teknik dan obat-obatan sedasi/ analgetik yang digunakan
bergantung pada :
a) Preferensi dan pengalaman masing-masing dokter
b) Kebutuhan dan keterbatasan yang terdapat pada pasien atau prosedur
Halaman 25dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
Halaman 27dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
Halaman 28dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
H Ada pun puasa menurut prosedur anestesi sebelum dilakukan anestesi, sedasi
mderat dan dalam, terdiri dari:
1. Puasa pre prosedur
a. Prosedur elektif : mempunyai waktu yang cukup untuk pengosongan
lambung.
b. Situasi emergensi : berpotensi terjadi pneumonia aspirasi, pertimbangan
dalam memerlukan tingkat/ katagori sedasi, apakah perlu penundaan
prosedur dan apakah perlu proteksi trakea dengan intubasi.
2. Pemantauan
a. Data yang harus dicatat dengan interval minimal 3 -5 menit secara teratur
sebelum, selama dan setelah prosedur dilakukan :
1) Tingkat kesadaran pasien ( dilihat dari nilai respon pasien terhadap
stimulus)
a) Respon menjawab ( verbal ) : menunjukan bahwa pasien bernafas.
b) Hanya memberikan respon berupa reflek menarik diri (
withddrawal ) : dalam sedasi berat/ dalam, mendekati umum dan
harus segera ditangani.
2) Oksigenisasi
a) Memastikan konsentrasi oksigen yang adekuat selama proses
anestesi.
b) Gunakan oksimetri denyut ( pulse oxymetri ).
3) Repon terhadap perintah verbal ( jika memungkinkan ).
4) Ventilasi paru ( observasi, auskultasi ).
a) Semua pasien yang menjalani anestesi umum harus memiliki
ventilasi yang adekuat dan dipantau secara terus menerus.
b) Lihat tanda klinis : pergerakan dinding dada, pergerakan kantong
pernafasan, auskultasi dada.
c) Pemantauan karbondioksida yang diekperasi untuk pasien yang
terpisah dari pengasuh/ keluarganya.
d) Jika terpasang ETT/ LMA pastikan posisi terpasang dengan benar.
Halaman 29dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
e) Kapnografi.
5) Sirkulasi.
a) Elektokardiogaram ( EKG ) untuk pasien dengan penyakit
kardiovaskular yang signifikan.
b) Pemeriksaan analisa gas darah ( AGD )
c) Tekanan darah dan frekuensi denyut jantung 5 menit, 3 menit bila
diperlukan ( kecuali dikontraindikasikan )
d) Pasien dengan anestesi umum : semua hal di atas ditambah evaluasi
kontinu fungsi sirkulasi dengan : palpasi nadi, auskultasi bunyi
jantung, tekanan intra arteri, oksimetri.
6) Temperatur tubuh.
b. Pencatatan data untuk sedasi berat/ dalam :
1) Respon terhadap perintah verbal atau stimulus yang lebih intens
( kecuali ) dikontraindikasikan ).
2) Pemantauan karbondioksida yang diekpresikan untuk semua pasien.
3) EKG untuk semua pasien.
3. Personel/ petugas
a. Sebaiknya ada petugas anestesi non dokter yang hadir dalam proses
anestesi, bertugas untuk memantau pasien sepanjang prosedur
berlangsung
b. Memiliki kemampuan untuk mempertahankan patensi jalan nafas,
melakukaan ventilasi tekanan positif dan resusitasi ( bantuan hidup
lanjut ) selama prosedur berlangsung.
c. Petugas ini boleh membantu dengan melakukan tugas-tugas ringan
lainnya saat pasien sudah stabil.
d. Untuk sedasi berat/ dalam : petugas yang melakukan pemantauan tidak
boleh diberikan tugas/ pekerjaan lain.
4. Pelatihan
a. Farmakologi obat-obat anestesi dan analgesic.
b. Farmakologi obat-obat antagonis yang tersedia
Halaman 30dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
Halaman 34dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
Halaman 35dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
BAB VI
LOGISTIK
Halaman 36dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
BAB VIII
Halaman 37dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
KESELAMATAN KERJA
A. Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib
menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar
dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan keselamatan kerja, terdiri dari:
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien masyarakat dari penyebaran penyakit.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindari paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “ Universal Precaution “
3. Tindakan Yang Beresiko Terpajan
a) Cuci tangan yang kurang benar.
b) Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c) Penutupan kembali jarum untik secara tidak aman.
d) Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e) Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f) Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
4. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja di kamar operasi bedah menjaga hiegene sanitasi individu, hiegene
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dapat
dijabarkan dalam kegiatan yaitu :
a) Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b) Pemakaian alat pelindung diri yaitu :
1) Pelindung kaki
2) Apron/ gaun pelindung
3) Topi
4) Masker
5) Kaca mata (pelindung wajah)
6) Sarung tangan
Halaman 38dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Halaman 40dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
Indikator mutu yang digunakan di instalasi anestesi Rumah Sakit Metro Hospital
Cikarang dalam memberikan pelayanan di kamar bedah adalah :
BAB X
PENUTUP
Halaman 41dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.
Pedoman Pelayanan sedasi moderat dan dalam di Rumah Sakit ini hendaknya
dijadikan acuan bagi rumah sakit dalam pengelolaan penyelenggaraan dan
penyusunan standar prosedur operasional pelayanan anestesi di masing-masing
rumah sakit. Pelayanan anestesi dibagi menjadi 4 (empat) klasifikasi berdasarkan
pada kemampuan pelayanan, ketersediaan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana serta peralatan yang disesuaikan dengan kelas rumah sakit.
Dibutuhkan dukungan dari semua pihak terutama pimpinan rumah sakit agar
mutu pelayanan anestesi sedasi moderat dan dalam dan keselamatan pasien dapat
senantiasa ditingkatkan dan dipertahankan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang Anestesi
Halaman 42dari 42