Anda di halaman 1dari 42

Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam

Rumah Sakit Metro Hospitals

DAFTAR ISI HALAMAN


BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………..2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN……………………………………………………………….10
BAB III
STANDAR FASILITAS……………………………………………………………………..15
BAB IV
KEBIJAKAN……………………………………………………………………………………21
BAB V
TATA LAKSANA…………………………………………………………………………….27
BAB VI
LOGISTIK……………………………………………………………………………………..36
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN………………………………………………………………..37
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA…………………………………………………………………38
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU………………………………………………………………41
BAB X
PENUTUP…………………………………………………………………………………..42

Halaman 1dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT METRO HOSPITALS
NO : 1-10-1.02/SK/DIR/MHCB/X/2018

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anestesiologis mempuyai keahlian spesifik dalam hal farmakologi, fisiologi,


dan manajemen klinis terhadap pasien-pasien yang mendapatkan sedasi dan
analgesik, oleh karena itu, anestesiologis sering diminta untuk berpartisipasi dalam
mengembangkan kebijakan dan prosedur rumah sakit untuk sedasi dan analgesik
yang digunakan pada saat melakukan prosedur diagnostic atau terapeutik.Pedoman
ini diaplikasikan secara spesifik untuk sedasi sedang (sering disebut sebagai anestesi
dimana pasiennya sadar) dan sedasi berat / dalam. Pedoman ini juga tidak ditujukan
untuk pasien yang menjalani anestesi umum/anestesi induksi (misalnya blok spinal,
epidural/kaudal) dimana harus diawasi dan dilakukan oleh dokter spesialis anestesi.

Keuntungan yang didapat dari pemberian sedasi / analgesik, diantaranya:


pasien dapat menoleransi prosedur yang tidak menyenangkan dengan mengurangi
kecemasan, ketidak nyamanan, atau nyeri yang mereka rasakan.Pada anak-anak dan
orang dewasa yang tidak kooperatif, sedasi / analgesik dapat mempercepat dan
memperlancar pelaksanaan prosedur yang memerlukan pasien untuk diam / tidak
bergerak.

Risiko pemberian sedasi berpotensi menimbulkan depresi kardiorespirasi,


sehingga petugas / personel yang memberikan sedasi harus dapat segera mengenali
dan menanganinya untuk mencegah kejadian: kerusakan otak akibat hipoksia, henti
jantung, atau kematian.Pemberian sedasi / analgesik yang tidak adekuat dapat
menimbulkan ketidak nyamanan pada pasien, meningkatkan risiko cedera karena

Halaman 2dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

pasien menjadi kurang / tidak kooperatif, timbulnya efek fisiologis atau psikologis
akibat respons terhadap stress yang dialami pasien.

Pelayanan anestesiolog dan terapi insentif merupakan salah satu bagian


dari pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang anestesia.Sehingga
pemberian pelayanan anesthesi di RS Metro Hospitals dituntut untuk memberikan
pelayanan yang aman, profesional dan berkualitas.

Pelayanan anestesi di RS Metro Hospitals meliputi pelayanan sedasi,


pelayanan anestesi di Kamar Bedah dan di IGD, Rawat inap, serta unit lain di
lingkungan RS Metro Hospitals. Pelayanan anestesi meliputi kedokteran
perioperatif, penanggulangan nyeri akut dan kronis, resusitasi jantung paru otak,
pelayan kegawatdaruratan dan terapi intensif.

B. TUJUAN
1. Meningkatkan kualitas pelayanan pasien dengan memberikan pelayanan anestesi,
analgesic dan sedasi yang aman, efektif, berperikemanusiaan dan memuaskan bagi
pasien yang menjalani pembedahan, prosedur medis dan trauma yang
menyebabkan nyeri. Kecemasan dan stress psikis lainnya dengan mengunakan ilmu
kedokteran yang mutakhir dan teknologi tepat guna dan mendayagunakan
manusia yang berkompeten dan profesional dengan mengunakan peralatan dan
obat-obatan yang sesuai standar, pedoman dan rekomendasi profesi anestesi.
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan nafas, pernafasan, peredaran darah
dan kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena
menjalani pembedahan, prosedur medis, trauma dan penyakit lain.
3. Menerapkan budaya keselamatan pasien.
4. Menstandarisasi layanan kesehatan dirumah sakit yang sesuai dengan akreditasi.

Halaman 3dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

C. Ruang lingkup
1. Unit pelayanan instalansi Anestesi di rumah sakit.
2. Dokter spesialis anestesi.
3. Penata anestesia/perawat yang telah mendapat pelatihan anestesia.
4. Direktur rumah sakit.
D. Batasan Operasional
1. Pedoman ini dapat dimodifikasi dan diadaptasikan sesuai dengan kebutuhan klinis
dan keterbatasan yang ada
2. Pedoman ini tidak dimaksudkan sebagai persyaratan yang mutlak atau standard.
3. Pemilihan teknik dan obat-obatan sedasi atau analgesik yang digunakan
bergantung pada :
a. Preferensi dan pengalaman masing-masing dokter
b. Kebutuhan dan keterbatasan yang terdapat pada pasien atau prosedur.
c. Kecenderungan terjadinya efek sedasi yang lebih dalam dari pada yang
diinginkan atau diantisipasi.
4. Penerapan pedoman ini tidak dapat menjamin hasil akhir yang spesifik.
5. Pedoman ini harus direvisi karena pengetahuan, teknologi dan praktik kedokteran
selalu berkembang sepanjang waktu.
6. Pedoman ini menyediakan rekomendasi dasar yang didukung dengan analisi
literature terkini dan pengolahan opini para ahli / pakar kedokteran, forum
terbuka dan data klinis.
7. Desain agar dapat diaplikasikan oleh dokter non anestesi di berbagai fasilitas,
yaitu rumah sakit, praktik dokter, dokter gigi dan fasilitas lainnya.
8. Kategori pemberian sedasi moderat dan dalam, terdiri dari:
a) Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan/ kontinyu sehinngga tidak
terlalu mungkin memprediksi bagaimana respon setiap pasien yang mendapat
sedasi. Oleh karena itu, petugas anestesi yang memberikan sedasi harus dapat
melakukan penanganan segera terhadap pasien yang efek sedasinya lebih
dalam/ berat daripada efek yang seharusnya terjadi (misalnya: petugas
anestesi yang memberikan anestesi sedang harus dapat melakukan
penanganan terhadap pasien yang jatuh kedalam kondisi sedasi berat).

Halaman 4dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

b) Sedasi ringan/ minimal (anxiolysis): kondisi dimana pasien masih dapat


merespon dengan normal terhadap stimulus verbal. Meskipun fungsi kognitif
dan koordinasi dapat terganggu, ventilasi dan fungsi kardiovaskuler tidak
terpengaruh.
Contoh sedasi minimal adalah:
1) Blok saraf perifer
2) Anestesi local atau topical
3) Pemberian 1 jenis obat sedative/ analgetik oral dengan dosis yang sesuai
untuk penanganan insomnia, ansietas atau nyeri.
c) Sedasi sedang (pasien sadar): Suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana
pasien masih mampu memberikan respon memberikan respon terhadap
stimulus sentuhan. Tidak diperlukan intervensi untuk mempertahankan
patensi jalan nafas, dan ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi kardiovaskuler
biasanya tetap terjaga dengan baik.
d) Sedasi berat/ dalam: Suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien
hanya mampu memberikan respon terhadap stimulus berulang/ nyeri. Fungsi
ventilasi spontan dapat terganggu atau tidak adekuat. Pasien mungkin
membutuhkan bantuan untuk mempertahankan patensi jalan nafas. Fungsi
kardiovaskuler biasanya terjaga dengan baik
9. Pelayanan sedasi meliputi :
a. Sedasi ringan :
Kondisi dimana pasien masih dapat merespon dengan normal terhadap
stimulus verbal. Meskipun fungsi kognitif dan koordinasi dapat terganggu,
namun ventilasi dan fungsi kardiovaskuler tidak terpengaruh. Contoh yang
memerlukan tindakan sedasi ringan adalah :
- Blok saraf perifer
- Anastesi lokal atau topical
- Pemberian suatu jenis obat sedative/analgesic oral dengan dosis yang sesuai
untuk penangganan insomnia, ansietas atau nyeri.

Halaman 5dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

a. Sedasi moderat :
Suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien memberikan respon
terhadap stimulus sentuhan. Tidak diperlukan intervensi untuk
mempertahankan patensi jalan nafas dan ventilasi spontan masih adekuat.
b. Sedasi dalam :
Suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien memberikan respon
terhadap stimulus berulang /nyeri. Fungsi ventilasi spontan dapat
terganggu/tidak adekuat. Pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk
mempertahankan petensi jalan nafas. Fungsi kardiovaskuler biasanya terjaga
dengan baik.
c. Anestesi umum :
Hilangnya kesadaran dimana pasien tidak sadar bahkan dengan pemberian
stimulus nyeri. Pasien sering membutuhkan bantuan untuk mempertahankan
patensi jalan nafas dan mungkin membutuhkan ventilasi tekanan positif karena
tidak adekuatnya ventilasi spontan/fungsi kardiovaskuler dapat terganggu. Sedasi
adalah suatu proses yang berkelanjutan, sehingga tidak selalu mungkin
memprediksi bagaiman respon pasien yang mendapat sedasi. Oleh karena itu
petugas anestesi yang memberikan sedasi harus dapat melakukan penanganan
segera terhadap pasien yang efek sedasinya lebih berat/dalam daripada efek
yang dapat terjadi

Sedasi Sedasi Sedasi dalam Anestesi


ringan moderat umum
Respon Normal thd Merespon thd Merespon stlh Tidak sadar
simulus stimulus diberikan meski
verbal sentuhan stimulus dengan
berulang/nyeri stimulus
nyeri
Jalan nafas Tidak Tidak perlu Mungkin perlu Sering
terpengaru intervensi intervensi memerlukan
h intervensi
Ventilasi Tidak Adekuat Dapat tidak Sering tidak

Halaman 6dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

spontan terpengaru adekuat adekuat


h
Kardiovaskuler Tidak Biasanya dpt Biasanya dpt Dpt
terpengaru dipertahankan dipertahankan terganggu
h dgn baik dgn baik

10. Keuntungan yang didapat dari pemberian sedasi/analgetik :


a. Pasien dapat mentoleransi prosedur yang tidak menyenangkan dengan
mengurangi kecemasan, ketidaknyamanan atau nyeri yang mereka rasakan.
b. Pada populasi anak-anak dan orang dewasa yang tidak kooperatif : sedasi /
analgetik dapat mempercepat dan memperlancar pelaksanaan prosedur yang
memerlukan pasien untuk diam/ tidak bergerak.
c. Resiko pemberian sedasi : berpotensi menimbulkan depresi kardirespirasi,
sehingga petugas/ personel yang memberikan sedasi harus dapat segera
mengenali dan menanganinya untuk mencegah kejadian kerusakan otak akibat
hipoksia, hentijantung atau kematian.
d. Pemberian sedasi/ analgetik yang tidak adekuat :
1. Menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.
2. Meningkatkan resiko cidera karena pasien menjadi kurang/ tidak
kooperatif.
3. Timbulnya efek fisiologis atau psikologi akibat respon terhadap stress
yang dialami pasien.
11. Pelayanan sedasi moderat dan dalam yang dimulai sejak pre op visit harus dapat
mengidentifikasi masalah antara populasi dewasa, anak, dan pertimbangan khusus
lainnya misalnya pasien geriatric.
12. Prosedur sedasi moderat dan dalam yang akan dilakukan pada orang dewasa
dalam keadaan sadar, tetapi pada anak memerlukan anestesi umum terutama jika
prosedur dengan waktu yang lama atau meyakitkan, namun,sekarang ada
peningkatan minat dalam penggunaan sedative pada pediatrik karena kurang
invansif.
13. Pelayanan/penyusunan sedasi moderat dan dalam pada populasi dewasa berbeda
dengan populasi pada anak/pediatric atau adanya pertimbangan khusus lainnya

Halaman 7dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

dilihat dari aspek anatomi, farmakologi, fisiologi,psikologi dan patologi yang


berbeda

14. Persyaratan persetujuan / Informed Concent yang diperlukan:


a. Dokter spesialis anestesi memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga
atau penanggung jawab pasien tentang manfaat, resiko dan alternative serta
tata cara menghadapi resiko yang mungkin terjadi dari tindakan anestesi yang
akan diberikan.
b. Prosedur elektif : mempunyai waktu yang cukup untuk pengosongan
lambung.
c. Situasi emergency : berpotensi terjadi pnemunia aspirasi, pertimbangan
dalam menentukan tingkat kategori sedasi, apakah perlu penundaan
prosedur, dan apakah perlu proteksi trachea dengan intubasi.
d. Pasien, keluarga atau penanggung jawab pasien memberikan persetujuan
atas tindakan anestesi dan alternatik yang akan dilakukan.
e. Informed concent terdokumentasi dalam rekam medis.
15. Pelayanan sedasi moderat dan dalam yang dilakukan didalam kamar operasi atau
diluar kamar operasi, harus dilakukan pemantauan selama pra sedasi, intra sedasi
dan pasca sedasi
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentangPraktik Kedokteran (Lembaran
Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam

Halaman 8dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 tahun 2013, tentang penyelenggaraan
perawat anestesi

Halaman 9dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kepala Intalasi
a. Diutamakan spesialis Anestesi dengan pengalaman kerja 5 tahun di
Instalasi Anestesi
b. Berdedikasi tinggi dan sanggup mengutamakan pentingan instalasi
khususnya serta rumah sakit pada umumnya diatas kepentingan
pribadi/golongan.
c. Dapat bekerjasama dengan staf medik, staf perawat, teknisi, tenaga
administrasi serta atasan.
2. Kepala Ruang
a. Diutamakan Sarjana Anestesi dengan pengalaman kerja 5 tahun di anestesi
b. D3 keperawatan anestesi dengan pengalaman kerja 10 tahun di anestesi
c. Memiliki sertifikat pelatihan anestesi, sertifikat manajemen bangsal, Basic
Life Support (BLS)
d. Memiliki sertifikat manajemen keperawatan
3. Penanggung Jawab Logistik
a. Diutamakan S1 dengan pengalaman kerja 1 tahun di kamar bedah
b. D3 dengan pengalaman kerja 2 tahun di kamar bedah
c. Menguasai logistik dan kontrol arus barang
4. Penanggung Jawab Administrasi
a. Diutamakan S1 administrasi dengan pengalaman kerja 1 tahun di anestesi
b. D3 dengan pengalaman kerja 2 tahun di anestesi
c. Menguasai keuangan dan akuntansi
5. Penanggung Jawab Pelayanan Klien
a. Diutamakan sertifikat dasar perawat anestesi dengan pengalaman kerja 1
tahun di anestesi
b. D3 keperawatan dengan pengalaman kerja 2 tahun di anestesi
6. Penanggung Jawab Alat Medis

Halaman 10dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

a. Diutamakan D IV dengan pengalaman kerja 1 tahun di anestesi


b. D3 keperawatan anestesi dengan pengalaman kerja 2 tahun di anestesi
7. Penanggung Jawab Alat Non Medis
a. Diutamakan S1 elektro medik dengan pengalaman kerja 1 tahun di kamar
bedah
b. D3 kesehatan dengan pengalaman kerja 2 tahun di kamar bedah
8. Penanggung Jawab Sterilisasi dan kebersihan
a. Diutamakan S1 kesehatan dengan pengalaman kerja 1 tahun di kamar
bedah
b. D3 kesehatan dengan pengalaman kerja 2 tahun di kamar bedah
9. Penanggung Jawab Obat-obatan
a. Diutamakan S1 apoteker dengan pengalaman kerja 1 tahun di kamar
bedah
b. D3 kesehatan dengan pengalaman kerja 2 tahun di kamar bedah
10. Penata / perawat anestesi yang kompeten dan memiliki kewenangan dalam
tehnik sedasi moderat dan dalam;
a. Penata Anestesi adalah setiap orang yang melalui jalur pendidikan
keperawatan anestesi dan reanimasi.
b. Perawat anestesi, yang memiliki sertifikat pelatihan anestesi, dan Besic Life
Support (BLS) dengan pengalaman kerja di anestesi minimal 1 tahun.
c. Semua perawat yang memberikan pelayanan di anestesi harus mempunyai
SIPPA dan SIKPA.
11. Syarat-syarat penata / perawat anestesi yang mempunyai kewenangan dan
kompeten diruang recovery room yang terdiri dari:
a. Pemantauan pasca anestesi dilakukan di ruang Recovery Room oleh
perawat yang bekerja dilingkup anestesi minimal 1 tahun
b. Mampu melakukan tugas dan tanggung jawab selama pre intra dan pasca
anestesi,yang terdiri dari:
1) Melakukan asuhan keperawatan pra-anestesia, yang meliputi:
a) Pengkajian keperawatan pra-anestesia;
b) pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien;
c) pemeriksaan tanda-tanda vital;

Halaman 11dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

d) persiapan administrasi pasien;


e) analisis hasil pengkajian dan merumuskan masalah pasien;
f) evaluasi tindakan keperawatan pra-anestesia, mengevaluasi secara mandiri
maupun kolaboratif;
g) mendokumentasikan hasil anamnesis/pengkajian.
h) persiapan mesin anestesia secara menyeluruh setiap kali akan digunakan
dan memastikan bahwa mesin dan monitor dalam keadaan baik dan siap
pakai.
i) pengontrolan persediaan obat-obatan dan cairan setiap hari untuk
memastikan bahwa semua obat-obatan baik obat anestesia maupun obat
emergensi tersedia sesuai standar rumah sakit.
j) memastikan tersedianya sarana prasarana anestesia berdasarkan jadwal,
waktu dan jenis operasi tersebut.
2) Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anestesi, yang meliputi:
a) Menyiapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan teknik
anestesia;
b) Membantu pelaksanaan anestesia sesuai dengan sesuai instruksi dokter
spesialis anestesi;
c) Membantu pemasangan alat monitoring non invasif;
d) membantu dokter melakukan pemasangan alat monitoring invasif;
e) pemberian obat anestesi;
f) mengatasi penyulit yang timbul;
g) pemeliharaan jalan napas;
h) pemasangan alat ventilasi mekanik;
i) pemasangan alat nebulisasi;
j) pengakhiran tindakan anestesia;
k) pendokumentasian semua tindakan yang dilakukan agar seluruh tindakan
tercatat baik dan benar.
3) Melakukan asuhan keperawatan pasca anestesi, yang meliputi:
a) Merencanakan tindakan keperawatan pasca tindakan anestesia;
b) pelaksanaan tindakan dalam manajemen nyeri;

Halaman 12dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

c) pemantauan kondisi pasien pasca pemasangan kateter epidural dan


pemberian obat anestetika regional;
d) evaluasi hasil pemasangan kateter epidural dan pengobatan anestesia
regional;
e) pelaksanaan tindakan dalam mengatasi kondisi gawat;
f) pendokumentasian pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan yang
dipakai.
g) pemeliharaan peralatan agar siap untuk dipakai pada tindakan anestesia
selanjutnya.

12. Penanggung jawab pelayanan sedasi adalah dokter spesialis anestesi.

B. Distribusi ketenagaan
No Nama Jabatan

1 Dr. Chairul Julaga O Sp B Kepala Instalasi

2 Rizky Odi Pramono Kepala Ruangan

3 Bowo Budi Hartono Perawat pelaksana & Penanggung


Jawab Logistik
4 Ari wibowo Perawat pelaksana & Penanggung
Jawab Alat Medis
5 Drin Patricia Perawat pelaksana & Penanggung
Jawab Alat Non Medis
6 Usman Abdilah Perawat pelaksana & Penanggung
Jawab Alat Non Medis

Dokter Spesialis

NO NAMA JABATAN
1 Dr. Hendry Agus, Sp An Penangung jawab pelayanan Instalansi
anestesi

Perawat

Halaman 13dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

NO NAMA PENDIDIKAN MASA KERJA DI RSMH


1 Usman D-3 Keperawatan 1 Tahun
2 Drin S1 Keperawatan 1 Tahun
3 Bowo D-3 Keperawatan 2 Tahun
4 Ari D-3 Keperawatan 3 Bulan
5 Dwi hidayanti D-3 Keperawatan 1 Tahun

Pelatihan Yang Pernah Diikuti Perawat Anestesi


SERTIFIKAT
NO NAMA
1 2 3 4 5 6
1 Rizky Odi Pramono √ √ √ √
2 Dwi Hidayanti √ √

1. BTCLS 5. Patien Safety


2. ACLS 6.Asesor kompetensi
3. Pelatihan Perawat Mahir Anestesi
4. PPI

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi
perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan di instalasi anestesi. sehingga
semua kegiatan pelayanan anestesi dapat terkoordinir dengan baik.
Adapun pengaturan dinas di instalasi anestesi, pelaksanaan pelayanan anestesi
dilaksanakan di setiap hari kerja yaitu
 Dinas Pagi Jam 10.00 sampai dengan Jam 17.30
Adapun pengaturan dinas di bedah cito / emergency, pelaksanaan pelayanan
bedah nya di laksanakan dalam 2 shift yaitu :
 Dinas Pagi Jam 07.00 sampai dengan Jam 14.00
 Dinas Sore Jam 14.00 sampai dengan Jam 21.00
Bila ada operasi di atas jam 21.00 maka di berlakukan jam on call sesuai jadwal
Pengaturan jaga atau jadwal dinas di buat setiap bulan

Halaman 14dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

BAB III
STANDAR FASILITAS

1. Umum
a. Setiap bangunan (sarana) ruang operasi rumah sakit merupakan tempat
untuk melakukan tindakan pembedahan secara elektif maupun akut, yang
membutuhkan kondisi steril dan kondisi khusus lainnya.
b. Fungsi bangunan (sarana) ruang operasi rumah sakit di kualifikasikan
berdasarkan tingkat sterilitas dan tingkat aksesibilitas
2. Pembagian Zona pada sarana ruang operasi rumah sakit
Ruangan-ruangan pada bangunan (sarana) ruang operasi rumah sakit dapat
dibagi beberapa kedalam beberapa zona”
a. Zona 1, Tingkat Resiko Rendah (Normal)
b. Zona 2 Tingkat Resiko Sedang
Zona ini terdiri dari Ruang dokter,ruang ganti,ruang Transfer pasien,ruang
pemulihan.
c. Zona 3, Tingkat Resiko Tinggi (semi steril )
Zona ini terdiri dari ruang persiapan,ruang peralatan instrument
steril,ruang induksi ,area scub up ,ruang Resusitasi neonates,pelaporan
bedah,Trolly emergency
d. Zona 4 Tingkat Resiko sangat Tinggi ( Steril dengan Hepafilter)
Zona ini meliputi ruang operasi, yang terdiri dari ruang persiapan ,
peralatan/instrument steril,memakai gaun operasi)
e. Zona 5,Area Nuidel steril.
Area ini dimana pembedahan dilakukan.

Halaman 15dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

3. Pelayanan penunjang medik dan non medik terdiri dari pelayanan instalasi
gawat darurat, laboratorium, radiologi, farmasi, gizi, rekam medik, teknik
medik dan non medik, serta kamar jenazah. Kamar bedah RS METRO
HOSPITAL CIKARANG mempunyai 1 kamar operasi elektif dan 1 kamar operasi
cyto. Kamar operasi elektif terdiri dari OK 1,dan Kamar operasi cyto OK
2,untuk pelayanan bedah umum,. Ruang penerimaan terletak dibagian depan
kamar operasi serta ditunjang 1 ruangan pulih sadar dengan 2 tempat tidur.
4. Prosedur penyedian obat anestesi dan sedasi moderat dan dalam serta obat
obat emergency lainnya yang tersedia di trolly emergensi:

Tabel 1 obat-obat di trolly emergency


NO NAMA OBAT SATUAN JUMLAH
1 Atropin sulfas 0,25 mg inj ampul 5 ampul
2 Dextrose 40 % fles 1fles
3 Ephineprin 0,1 % inj ampul 5 ampul
4 Midazolam 5 mg inj ampul 1 ampul
5 Methyl prednisolone inj ampul 1 ampul
6 Nacl 0,9 % 25 ml fles 2 fles
7 Valisanbe inj ampul 1 ampul
8 Syring,1cc,3cc,5cc,10cc,20cc,50cc, pcs 18 pcs
9 Infus set Micro,Macro set 2 set
10 Gloves non steril no M dus 1dus
11 ECG paper Rol 1rol
12 Aquasonic jelly Tube 1tube
13 Elektroda : Aduld,Baby buah 5, 5 buah
14 Guedel airway,no000,00,1,2,3,4,5 buah 7 buah
15 Iv catheter no18,20,22,24,26 pcs 10 pcs
16 Hypafix 5x10 cm Rol 1rol
17 Micropore o,5 inch Rol 1rol
18 Torniquet buah 1buah
19 3 way stopcook tube buah 1buah
20 Tegaderm 1623 6x7 buah 2 buah
21 Alkohol swab buah 10 buah
22 First Aid buah 5 buah
23 ETT no
Halaman 16dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

2.0,2,5,3.0,3,5,4.0,4,5,5.0,5,5.6.0,6,5,7.0,7,5,8.0 buah 8 buah


24 Intubaating stylet portex buah 1 buah
25 Suction catheter,no 8,10,12 buah 3 buah
26 Mask non Rebreting,Child,Adult buah 2 buah
27 Nasal O2,Child,Adult buah 2 buah
28 Suction connecting funnel 1 buah 1 buah
29 Nacl 0,9 % 500ml Kolf 2 kolf
30 Xylocain gel Tube 1tube
31 Laryngoskop,Child,Adult set 2 set
32 Penlight buah 1 buah
33 Ambu Bag,bayi,anak,dewasa set 3 set
34 Gunting buah 1buah

Table 2:Prosedur Penyediaan obat obat anestesi dan sedasi moderat dan dalam

NO NAMA OBAT SATUAN JUMLAH

1 Atropine Sulfat ampul 10 ampul

2 Asam Tranexsamat ampul 20 ampul

3 Ephedrin ampul 20 ampul

4 Lidocain 2% ampul 4 ampul

5 Prostigmin ampul 2 ampul

6 Ketesse ampul 2 ampul

7 Ketorolac ampul 20 ampul

8 Dexa ampul 10 ampul

9 Epinephrine ampul 10 ampul

10 Misoprostol tab Tablet 14 tablet

11 Ondansentron 8 ampul 10 ampul

12 Nifedipin tab Tablet 4 tablet

13 Regivel ampul 10 ampul

14 Bledstop ampul 20 ampul

15 Nopovel vial 2 vial

Halaman 17dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

16 Oxytocin ampul 20 ampul

17 Ketamin vial 2 vial

18 Marcain 0,5% fles 4 fles

19 Atracurium ampul 2 ampul

20 Tramal supp buah 10 buah

21 Suprafenid supp buah 10 buah

22 Halotathan liquit botol 1botol

Tabel 3.Persediaan Alkes untuk Anestesi

NO NAMA ALKES SATUAN JUMLAH

1 Syring 3ml Pcs 20 pcs

2 Siryng 5ml Pcs 20 pcs

3 Siryng 10 ml Pcs 20 pcs

4 Siryng 20ml Pcs 2 pcs

5 Siryng 50 ml Pcs 2 pcs

6 Macro set Set 2 set

7 Blood set Set 2 set

8 RL 500ml Kolp 20 kolf

9 Nacl 0,9 % Kolp 20 kolf

10 Gelofusin Kolp 2 kolf

11 Gelofusal Kolp 2 kolf

12 Spinocan 25 Pcs 10 pcs

13 Spinocan 26 Pcs 10 pcs

14 Spinocan 27 Pcs 10 pcs

15 Two way catheter no 16 buah 2 buah

16 Urine bag buah 2 buah

17 Vasopik 18 Pcs 2 pcs

Halaman 18dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

18 Vasopik 20 Pcs 2 pcs

19 Alkohol Swab buah 10 buah

20 HS Gamex 7,5 pasang 10 pasang

21 HS Gamex 8 pasang 10 pasang

Tabel 4. Persediaan Alat Anestesi

N0 NAMA MERK SATUAN JUMLAH


1 Ambu Bag anak M.O.W set 1 set
2 Ambu Bag dewasa M.O.W set 1 set
3 blood set onemed set 2 set
4 cadd casette portex pcs 2 pcs
5 cadd extension set portex set 1 set
6 catheter no 16 onemed buah 2 buah
7 elektroda EKG buah 10 buah
8 ETT no 6.5 portex buah 2 buah
9 ETT no 7.0 portex buah 2 buah
10 ETT no 7.5 portex buah 2 buah
11 ETT no 8 portex buah 2 buah
15 konstante f-bosch buah 1 buah
16 Laringoscope Renz set 1 set
17 LMA no 3 veleflex buah 2 buah
18 LMA no 4 veleflex buah 2 buah
19 magill dressing buah 1 buah
20 Mesin anesthesi Mindray unit 2 unit
21 Monitor Mindray unit 3 unit
22 ngt no 14 onemed buah 2 buah
23 ngt no 18 onemed buah 2 buah
24 NPA no 6.0 portex buah 2 buah
25 NPA no7.0 portex buah 2 buah
26 OPA no 0 buah 3 buah
27 OPA no 1 buah 1 buah
28 OPA no 2 buah 1 buah
29 OPA no 3 buah 2 buah
30 OPA no 4 buah 2 buah
31 OPA no 5 buah 3 buah
32 OPA no 7 buah 1 buah
33 suction catheter no 14 onemed buah 2 buah
35 xylocaine jelly astra zeneca tube 2 tube

Halaman 19dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

5. Sistem Pelayanan
Kegiatan pelayanan anestesiologi dan terapi intensif dilaksanakan secara
terpadu dan terintegrasi dengan pelayanan lainnya di rumah sakit.Pelayanan
anestesiologi dan terapi intensif dapat berupa pelayanan rawat jalan atau rawat
inap dengan jenis layanan yang disesuaikan dengan klasifikasi pelayanan
anestesi di rumah sakit, Pelayanan anestesi di kamar bedah utamanya terkait
dengan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh:
a. Dokter spesialis bedah
b. Dokter spesialis kebidanan dan kandungan
Pelayanan sedasi moderat dan dalam di luar kamar bedah dapat dilakukan
antara lain di kamar bersalin, radiologi, endoskopi, dan ICU/HCU

Halaman 20dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

BAB IV
KEBIJAKAN

1. Rumah sakit menyediakan pelayanan anastesi ( termasuk sedasi sedang dan


dalam ) untuk memenuhi kebutuhan pasien dan pelayanan tersebut memenuhi
peraturan perundang-undangan serta standar profesi.
2. Pelayanan anastesi, serta sedasi moderat dan dalam yang adekuat, reguler, dan
nyaman tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.
3. Pelayanan anastesi, serta sedasi moderat dan dalam ( termasuk layanan yang
diperlukan untuk kegawat daruratan) tersedia dua puluh empat jam ( 24 jam )
4. Ada staf medis anastesi yang kompeten dan berwenang, bertanggung jawab
untuk mengelola pelayanan anastesi, serta sedasi moderat dan dalam.
5. Rumah Sakit mengatur pelayanan Anestesi, serta sedasi Moderat dan dalam
seragam di seluruh Rumah Sakit dan berada di bawah tanggung jawab seorang
dokter anestesi sesuai dengan peraturan perundang undangan.
6. Penanggung jawab pelayanan anestesi dibawah tanggungjawab seorang dokter
anestesi meliputi :
a. Mengembangkan, menerapkan dan menjaga regulasi
b. Melakukan pengawasan administrasi
c. Menjalankan program pengendalian mutu yang dibutuhkan
d. Monitor dan evaluasi pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam
7. Program mutu dan keselamatan pasien pada pelayanan anestesi,serta sedasi
moderat dan dalam meliputi :
a. pelaksanaan asesmen pra sedasi dan pra anestesi
b. proses monitoring status fisiologis selama anestesi.
c. proses monitoring ,proses pemulihan anestesi dan sedasi dalam
d. Evaluasi ulang bila terjadi konversi tindakan dari lokal /regional
ke general.
8. Rumah sakit menetapkan pemberian sedasi yang seragam di semua tempat di rumah
sakit (didalam dan diluar kamar bedah) sesuai dengan peraturan perundang
undangan ditetapkan dan dilaksanakan sesuai dengan elemen :

Halaman 21dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

a. Kualifikasi staf yang memberikan sedasi


b. Peralatan medis yang digunakan
c. Bahan yang dipakai
d. Cara monitoring di rumah sakit
9. Assessment pra anastesi dilakukan pada semua pasien yang akan dilakukan
dengan konsep IAR oleh dokter anastesi dan hasil assement didokumentasikan
dalam rekam medis pasien
10. Asessment pra induksii dilakukan untuk semua pasien yang dilakukan induksi
dengan konsep IAR oleh dokter anastesi dan didokumentasikan dalam rekam
medis
11. Setiap pelayanan anastesi direncanakan dan didokumentasikan meliputi:
a. Tehnik anastesi
b. Dosis anastesi, dosis dan rute
12. Para profesional pemberi asuhan (PPA) kompeten dan berwenang memberikan
pelayanan sedasi moderat dan dalam serta melaksanakan monitoring
13. Profesional pemberi asuhan (PPA) yang bertanggung jawab memberikan sedasi
adalah orang yang kompeten dalam hal
a. Teknik dan berbagai macam cara sedasi
b. Farmakologi obat sedasi dan penggunaan zat reversal (antidot)
c. Memonitoring pasien
d. Bertindak jika ada komplikasi
14. Dokter anestesi yang bertanggung jawab melakukan pemantauan selama
diberikan sedasi adalah orang yang berkompeten dalam hal
a. Monitoring yang diperlukan
b. Bertindak jika ada komplikasi
c. Penggunaan zat revelsal (antidot)
d. Kriteria pemulihan
15. setiap pasien yang akan di operasi dokter anestesi melakukan asesment pra
sedasi,dan dicatat dalam rekam medis adalah sebagai berikut :

Halaman 22dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

a. Mengidentifikasi setiap permasalahan saluran pernafasan yang


dapat ,mempengaruhi jenis sedasi
b. Mengevaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi
c. Merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi yang diperlukan
pasien berdasar atas sedasi yang diterapkan
d. Pemberian sedasi secara aman
e. Mengevaluasi serta menyimpulakan temuan monitor selama dan sesudah
sedasi
16. Dokter spesialis anestesi melakukan proses edukasi. Risiko, manfaat dan
alternative berhubungan dengan tindakan sedasi moderat dan didiskusikan
dengan pasien dan keluarga pasien atau dengan mereka yang membuat
keputusan yang mewakili pasien.
Pasien dan keluarga atau pihak lain yang berwenang diberi edukasi tentang
pemberian analgesi paska tindakan sedasi dan didokumentasikan dalam rekam
medis pasien

17. Jenis dan frekuensi pemantauan selama anestesi dan operasi dilakukan berdasar
atas status pasien pra-anestesi, metode anestesi yang dipakai, dan tindakan
operasi yang dilakukan
18. Pemantauan status fisiologis pasien sesuai dengan praktik klinis dan hasil
monitoring dicatat di form anestesi
19. Monitoring status pasca-anestesi setiap pasien di catat dalam rekam medis
20. Pasien dipindahkan dari ruang pemulihan oleh staf yang kompeten dan
berwenang atau berdasar atas kriteria baku yang ditetapkan
21. Pasien keluar dari ruang pemulihan pasca-anestesi atau menghentikan
monitoring pada periode pemulihan dilakukan dengan mengacu pada salah satu
alternatif dibawah ini
a. Pasien dipindahkan (atau monitoring pemulihan dihentikan) oleh dokter
anestesi
b. Pasien dipindahkan (atau monitoring pemulihan dihentikan) oleh penata
anestesi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh rumah sakit dan rekam
medis pasien membuktikan bahwa kriteria yang dipakai dipenuhi

Halaman 23dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospitals

c. Pasien dipindahkan ke unit yang mampu memberikan asuhan pasca-anestesi


atau pasca sedasi pasien tertentu, seperti ICCU atau ICU
22. pemantauan dan monitoring dilakukan oleh perawat anestesi dibawah supervisi
dokter anestesi secara terus menerus terhadap fisiologis pasien
23. monitoring dilakukan selama pra anestesi/ pra sedasi , pemantauan durante
anestesi/ sedasi dan pasca anestesi/ sedasi di sesuaikan dengan form
anestesi ,dengan frekwensi monitoring sbb:
a. Pra anestesi/ sedasi ,TTV di monitoring per 15 menit
b. Durante anestesi / sedasi ,TTV monitoring per 5 menit
c. Pasca anestesi / sedasi , TTV dimonitoring per 15 menit .
24. Monitor status pasca anestesi setiap pasien di catat dalam rekam medis
pasien ,pasien di pindahkan dari ruang pemulihan oleh dokter anestesi dan
perawat anestesi ( delegasi dokter) berdasarkan Aldrete score ( GA) dan
Bromage score ( Regional).

Halaman 24dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

A Pedoman Pemberian Sedasi moderat dan dalam


Anestesi mempunyai keahlian spesifik dalam hal farmakologi dan
manajemen klinis terhadap pasien-pasien yang mendapat sedasi dan analgetik.
Oleh karena itu, anestesi sering diminta untuk berpartisipasi dalam
mengembangkan kebijakan dan prosedur rumah sakit untuk sedasi dan analgetik
yang digunakan pada saat melakukan prosedur diagnostic atau terapeutik.
Pedoman ini diaplikasikan secara spesifik untuk sedasi sedang (sering disebut
sebagai anestesi dimana pasiennya sadar dan sedasi berat/ dalam. Pedoman ini
juga tidak ditujukan untuk pasien yang menjalani anestesi umum/ anestesi
induksi ( misalnya blok spinal/ epidural/ kaudal dimana harus diawasi dan
dilakukan oleh dokter spesialis anestesi, dokter bedah atau dokter lain yang telah
mengikuti pelatihan khusus mengenai teknik sedasi, anestesi dan resusitasi.

B Tujuan
1. Membantu dokter dan pasien dalam membuat keputusan mengenai
pelayanan kesehatan.
2. Membantu dokter memberikan keuntungan dilakukan sedasi/ analgetik
sementara meminimalisasi resiko yang terjadi.
C Prinsip
1. Pedoman ini dapat dimodifikasi dan diadaptasi sesuai dengan kebutuhan klinis
dan keterbatasan yang ada.
2. Pedoman ini tidak dimaksudkan sebagai persyaratan yang mutlak atau
standar.
3. Pemilikan teknik dan obat-obatan sedasi/ analgetik yang digunakan
bergantung pada :
a) Preferensi dan pengalaman masing-masing dokter
b) Kebutuhan dan keterbatasan yang terdapat pada pasien atau prosedur

Halaman 25dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

c) Kecendrungan terjadi efek sedasi yang lebih dalam daripada yang


diinginkan/ diantisipasi.
4. Penerapan Pedoman ini tidak dapat menjamin hasil akhir yang spesifik
5. Pedoman ini harus direvisi karena pengetahuan, teknologi dan praktik
kedokteran selalu berkembang sepanjang masa.
6. Pedoman ini menyediakan rekomendasikan dasar yang didukung dengan
analisis literature terkini dan pengolahan opini para ahli/ pakar kedokteran,
forum terbuka dan data klinis.
7. Didesain agar dapat diaplikasikan oleh dokter non anestesiologis berbagai
fasilitas, yaitu rumah sakit, klinik swasta, praktik dokter, dokter gigi dan
fasilitas lainnya.
D Indikasi dan kontra indikasi terhadap tindakan sedasi moderat dan dalam
Sebagai manajemen cemas, nyeri dan control aktivitas pada pasien pediatric
untuk tindakan:
1. Lumbur puncture
2. Biopsy, diagnostic/evaluasi radiologis
3. Pemasangan intravena dan prosedur lainnya yang menimbulkan rasa
nyeri dan cemas
4. Tanda vital yang tidak stabil
5. Penderita dengan kemungkinan kesulitan dilakukan bantuan resusitasi.
E Sedasi sedang dan Berat / Dalam
1. Asesmen pra sedasi moderat dan dalam prosedur
a. Asesmen pra sedasi dilakukan sehari sebelum operasi atau sesaat
sebelum dilakukan tindakan sedasi guna menentukan tindakan sedasi
serta obat-obat yang akan digunakan sesuai dengan kondisi pasien.
b. Untuk meningkatkan efikasi klinis (proses sedasi dan analgesic yang
berjalan lancar ).
c. Menurunkan resiko kejadian efek samping.
d. Riwayat tindakan sedasi sebelumnya, penyakit penyerta, alergi
e. Pemeriksaan fisik
f. Pemeriksaan penunjang
g. Puasa
Halaman 26dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

h. Premedikasi ( anti emetic dll )


i. Evaluasi ini meliputi :
a) Riwayat penyakit pasien yang relevan
- Riwayat pengobatan dan anestesi sebelumnya
- Makan minum terakhir
- Penyakit sebelumnya
- Pengobatan yang dipakai
- Riwayat alergi
- Riwayat infeksi aktif
b) Persiapan preoperative
1) Persetujuan tindakan kedokteran setelah penjelasan mengenai
prosedur anestesi, penjelasan tentang resiko tindakan anestesi
dan penyulit yang mungkin terjadi pada orang tua/wali
2) Persiapan puasa telah dijalankan sebelumnya
Jenis Makanan Periode Puasa Minimal
Cairan bening/ jernih 2 jam
Air Susu Ibu 4 jam
Susu formula untuk bayi 6 jam
Susu sapi 6 jam
Makanan ringan 6 jam
Makanan padat 8 jam
3) Siap untuk komplikasi
4) Persiapan alat ( khususnya alat jalan nafas dan obat-obat
emergensi)
2. Monitoring
a. Observasi secara klinis, verbal, manual terhadap tanda tanda vital
b. Pulse Oksimetri
c. Capnograf jika ada
d. EKG
e. Anestesi dan resusitasi
f. Obat emergensi
g. Sumber oksigen

Halaman 27dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

h. Peralatan managemen jalan nafas


i. Laringoskop, LMA, ETT dll
j. Peralatan penunjang
k. Suction dll
3. Ruang pemulihan
a. Pengawasan diruang pemulihan sesuai dengan standar pengawasan
pemulihan pasca pasca anestesi umum
b. Score/kriteria untuk pemulangan pasien pasca tindakan sedasi
4. Kondisi khusus
a. Konsultasi dokter spesialis lain jika ada riwayat penyakit penyerta
sebelumnya
b. Perawatan di ruang HCU/ ICU pasca tindakan
F Pelaksanaan
1. Penggunaan suplemen oksigen
2. Titrasi dan monitoring agent sedasi dan analgetik
3. Monitoring kesadaran dan tanda-tanda vital secara terus menerus
4. Dokumentasi tanda vital tiap 15 menit buat sedasi sedang dan 5 menit buat
sedasi dalam.
5. Dokumentasikan penggunaan obat dan waktu pemberian
G Respon pasien yang akan dilakukan tindakan anestesi sedasi moderat dan dalam
Sedasi ringan/ Sedasi sedang Sedasi berat/ Anestesi
minimal Pasien sadar dalam umum
(Anxiolysis)
Respon Respon normal Merespon Merespon Tidak sadar,
terhadap terhadap setelah meskipun
stimulus stimulus diberikan dengan
stimulus stimulus nyeri
Sensasi Verbal Sentuhan Berulang/
stimulus nyeri
Jalan nafas Tidak Tidak perlu Mungkin perlu Sering
terpengaruh intervensi intervensi memerlukan
Ventilasi Tidak Adekuat Dapat tidak Sering tidak
spontan terpengaruh adekuat adekuat
Fungsi Tidak Biasanya dapat Puasanya dapat Dapat
kardiovaskuler terpengaruh dipertahankan dipertahankan terganggu

Halaman 28dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

dengan baik dengan baik

H Ada pun puasa menurut prosedur anestesi sebelum dilakukan anestesi, sedasi
mderat dan dalam, terdiri dari:
1. Puasa pre prosedur
a. Prosedur elektif : mempunyai waktu yang cukup untuk pengosongan
lambung.
b. Situasi emergensi : berpotensi terjadi pneumonia aspirasi, pertimbangan
dalam memerlukan tingkat/ katagori sedasi, apakah perlu penundaan
prosedur dan apakah perlu proteksi trakea dengan intubasi.
2. Pemantauan
a. Data yang harus dicatat dengan interval minimal 3 -5 menit secara teratur
sebelum, selama dan setelah prosedur dilakukan :
1) Tingkat kesadaran pasien ( dilihat dari nilai respon pasien terhadap
stimulus)
a) Respon menjawab ( verbal ) : menunjukan bahwa pasien bernafas.
b) Hanya memberikan respon berupa reflek menarik diri (
withddrawal ) : dalam sedasi berat/ dalam, mendekati umum dan
harus segera ditangani.
2) Oksigenisasi
a) Memastikan konsentrasi oksigen yang adekuat selama proses
anestesi.
b) Gunakan oksimetri denyut ( pulse oxymetri ).
3) Repon terhadap perintah verbal ( jika memungkinkan ).
4) Ventilasi paru ( observasi, auskultasi ).
a) Semua pasien yang menjalani anestesi umum harus memiliki
ventilasi yang adekuat dan dipantau secara terus menerus.
b) Lihat tanda klinis : pergerakan dinding dada, pergerakan kantong
pernafasan, auskultasi dada.
c) Pemantauan karbondioksida yang diekperasi untuk pasien yang
terpisah dari pengasuh/ keluarganya.
d) Jika terpasang ETT/ LMA pastikan posisi terpasang dengan benar.

Halaman 29dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

e) Kapnografi.
5) Sirkulasi.
a) Elektokardiogaram ( EKG ) untuk pasien dengan penyakit
kardiovaskular yang signifikan.
b) Pemeriksaan analisa gas darah ( AGD )
c) Tekanan darah dan frekuensi denyut jantung 5 menit, 3 menit bila
diperlukan ( kecuali dikontraindikasikan )
d) Pasien dengan anestesi umum : semua hal di atas ditambah evaluasi
kontinu fungsi sirkulasi dengan : palpasi nadi, auskultasi bunyi
jantung, tekanan intra arteri, oksimetri.
6) Temperatur tubuh.
b. Pencatatan data untuk sedasi berat/ dalam :
1) Respon terhadap perintah verbal atau stimulus yang lebih intens
( kecuali ) dikontraindikasikan ).
2) Pemantauan karbondioksida yang diekpresikan untuk semua pasien.
3) EKG untuk semua pasien.
3. Personel/ petugas
a. Sebaiknya ada petugas anestesi non dokter yang hadir dalam proses
anestesi, bertugas untuk memantau pasien sepanjang prosedur
berlangsung
b. Memiliki kemampuan untuk mempertahankan patensi jalan nafas,
melakukaan ventilasi tekanan positif dan resusitasi ( bantuan hidup
lanjut ) selama prosedur berlangsung.
c. Petugas ini boleh membantu dengan melakukan tugas-tugas ringan
lainnya saat pasien sudah stabil.
d. Untuk sedasi berat/ dalam : petugas yang melakukan pemantauan tidak
boleh diberikan tugas/ pekerjaan lain.

4. Pelatihan
a. Farmakologi obat-obat anestesi dan analgesic.
b. Farmakologi obat-obat antagonis yang tersedia
Halaman 30dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

c. Keterampilan bantuan hidup dasar


d. Keterampilan bantuan hidup lanjut
5. Peralatan emergensi
a. Suction, peralatan patensi jalan nafas dengan berbagai ukuran, ventilasi
tekanan positif.
b. Peralatan intravena, obat-obatan antagonis dan obat-obatan resusitasi
dasar.
c. Peralatan intubasi.
d. Defibrilator yang tersedia setiap saat dan dapat segera dipakai ( untuk
pasien-pasien dengan penyakit kardiovaskuler )
e. Untuk sedasi berat/ dalam : defibrillator tersedia setiap saat dan dapat
segera dipakai. ( untuk semua pasien )
6. Oksigen tambahan
a. Tersedianya peralatan oksigenisasi
b. Pemberian oksigen tambahan jika terjadi hipoksemia
c. Untuk sedasi berat/ dalam : pemberian oksigen kepada semua pasien
( kecuali dikontraindikasikan ).
7. Pilihan obat-obat anestesi
a. Sedatif : untuk mengurangi ansietas/ kecemasan, menyebabkan kondisi
somnolen.
b. Analgesik : untuk mengurangi nyeri
c. Kombinasi sedative dan analgesic : efektif untuk sedasi sedang
dibandingkan dengan penggunaan satu jenis obat.
1) Titrasi dosis
a) Pengobatan intravena diberikan secara bertahap dengan interval yang
cukup antar pemberian untuk memperoleh efek yang optimal.
b) Penggunaan dosis yang sesuai jika menggunakan sedative dan
analgesic.
c) Pemberian berulang dosis obat-obatan oral untuk menambah efek
obat sedasi/ analgesic tidak direkomendasikan.
8. Penggunaan obat anestesi induksi (propopol, ketamin)
a. Biasanya digunakan untuk anestesi umum
Halaman 31dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

b. Propofol dan ketamin efektif digunakan untuk sedasi sedang.


c. Methohexitalefektif untuk anestesi dala/ berat.
d. Tanpa memandang rute pemberian dan tingkat sedasi yang diinginkan,
pasien dengan sedasi berat harus dipantau secara konsisten termasuk jika
pasien jatuh kedalam anestesi umum.
9. Akses intravena
a. Pemberian obat sedasi melalui jalur intravena : pertahankan akses
intravena dengan baik selama prosedur hingga pasien terbebas dari
resiko depresi kardiorespirasi.
b. Pemberian obat sedasi melalui jalur lain : keputusan diambil berdasarkan
kasus perkasus.
c. Tersedia personel/ petugas yang memiliki keterampilan/ keahlian
mengakses jalur intravena.
10. Obat antagonis : tersedia nalokson dan flumazenil jika pasien diberikan obat
opioid/ benanzodiazepine
11. Pemulihan pasca sedasi moderat dan dalam
a. Observasi sampai pasien terbebas dari resiko depresi kardiorespirasi.
b. Oksigenisasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai pasien
terbebaas dari resiko hipoksemia.
c. Ventilasi dan sirkulasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai
pasien diperbolehkan pulang.
d. Gunakan kriteria pemulangan yang sesuai untuk meminimalisir resiko
depresi kardiorespirasi setelah pasien dipulangkan untuk pasien score
discharge telah tercapai yaitu minimal 9 untuk Aldrette Score untuk
penilaian dewasa, dan untuk steward score 6 untuk penilaian anak
e. Kriteria Discharge pasien yang dipakai adalah :
- Jalan nafas, ventilasi, oksigenasi, sirkulasi dalam kondisi baik dan
stabil.
- Aldrete score modified > 10. Jika setelah 2 jam nilai score < 8 pasien
dapat dipertimbangkan untuk dirawat di HCU/ I CU dan diberitahu
operator dan jelaskan kepada keluarga pasien.
- Steward score > 5,pasien boleh pindah ke ruang perawatan.
Halaman 32dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

- Disetujui oleh dokter anestesi dan ditanda tangani di RM anestesi


pasien.
12. Kriteria pemulihan dan pemulangan pasien setelah pemberian sedasi dan
analgesik
Setiap rumah sakit harus mempunyai kritreria pemulihan dan pemulangan
yang sesuai dengan pasien dan prosedur yang dilakukan, beberapa prinsip
dasar harus dimiliki adalah :
a. Prinsip umum
1) Pengawasan medis dalam fase pemulihan dan pemulangan pasien
setelah pemberian sedasi sedang / dalam merupakan tanggung jawab
dokter yang melakukan sedasi.
2) Ruang pemulihan harus dilengkapi dengan monitor dan peralatan
resusitasi yang adekuat.
3) Pasien yang menjalani sedasi sedang atau dalam harus dipantau sampai
kriteria pemulangan terpenuhi
4) Durasi dan frekuensi pemantauan harus disesuaikan dengan masing-
masing pasien bergantung pada tingkat sedasi yang diberikan, kondisi
umum pasien dan intervensi / prosedur yang dilakukan.
5) Oksigenasi harus dipantau sampai pasien terbebas dari resiko depresi
pernapasan.
6) Tingkat kesadaran, tanda vital, dan oksigenasi (jika diindikasikan) harus
dicatat dengan rutin dan teratur
7) Perawat atau petugas terlatih lainnya yang bertugas memantau pasien
dan mengidentifikasikan adanya komplikasi harus dapat hadir /
mendampingi pasien hingga kriteria pemulangan terpenuhi.
8) Petugas yang kompeten dalam menangani komplikasi (misalnya
mempertahankan patensi jalan napas, memberikan ventilasi tekanan
positif) harus dapat segera hadir kapanpun diperlukan hingga kriteria
pemulangan terpenuhi.
b. Kriteria pemulangan pasien
1) Pasien harus sadar dan memiliki orientasi yang baik, bayi dan pasien
dengan gangguan status mental harus kembali kestatus semula/awal
Halaman 33dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

sebelum menjalani anestesi/analgesik. Dokter dan keluarga harus


menyadari bahwa pasien anak-anak yang memiliki resiko obstruksi
jalan napas harus duduk dengan posisi kepala menunduk ke depan.
2) Tanda vital harus stabil
3) Penggunaan system skoring dapat membantu pencatatan untuk
kriteria pemulangan.
4) Telah melewati waktu yang cukup (hingga 2 jam) setelah pemberian
terakhir obat antagonis (nalokson, flumazenil) untuk memastikan
bahwa pasien tidak masuk kefase sedasi kembali setelah efek obat
antagonis menghilang.
5) Pasien rawat jalan boleh dipulangkan dengan didampingi oleh orang
dewasa yang dapat mengantarkan pasien sampai kerumah dan dapat
melaporkan jika terjadi komplikasi pasca-prosedur.
6) Pasien rawat jalan dan pendampingnya harus diberikan instruksi
tertulis mengenai diet pasca-prosedur, obat-obatan, aktivitas, dan
nomor telephone yang dapat dihubungi jika terjadi keadaan
emergency.
13. Situasi khusus
a. Masalah medis berat yang mendasari ( usia sangat lanjut, penyakit
jantung/ paru/ ginjal/ hepar/ yang berat ) : konsultasikan dengan
spesialis yang sesuai.
b. Resiko gangguan kardiovaskuler/ pernafasan yang berat atau
diperlukannya ketidaksadaran total pada pasien untuk menciptakan
kondisi operasi yang memadai : Konsultasikan dengan anesthesiologist.
c. Sedasi moderat dan dalam pada pediatric dan anak harus sesuai dengan
dosis dan dimonitoring oleh dokter anestesi, hal ini dapat menyebabkan
hipoksia, hiperkapnea dan berpotensi terjadi aspirasi pada anak.
14. Pelayanan sedasi moderat dan dalam yang dilakukan didalam dan diluar
kamar operasi seragam, dilakukan pemantauan selama pra sedasi, intra
sedasi dan pasca sedasi, yang terdiri dari:
a.Penilaian Pra sedasi

Halaman 34dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

1) Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan sedasi ringan tidak


melalui proses kunjungan pra anestesi dan proses penilaian pra
sedasi.
2) Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan sedasi moderat dan dalam
melalui proses kunjungan pra sedasi dan proses penilaian pra sedasi.
b. Penilaian Intra sedasi
1) Selama sedasi dilakukan pemantauan terhadap Tensi, Nadi, saturasi
dan ventilasi dilakukan penilaian nyeri serta dilakukan penilaia sedasi.
2) Penilaian kedalaman sedasi dengan derajat sedasi moderat dalam
c.Pasca sedasi
1) Pada saat pasca sedasi dilakukan lihat tentang Tensi, nadi, pernafasan
dan saturasi oksigen secara kontinyu sampai stabil dan kembali
kekondisi awal, dilakukan penilaian sakit dan penilaian kedalaman
sedasi dan didokumentasikan laporan anestesi.
2) Kriteria Discharge pasien sedasi yang dipakai adalah :
- Jalan nafas, ventilasi, oksigenasi, sirkulasi dalam kondisi baik dan
stabil.
- Aldrete score modified > 10. Jika setelah 2 jam nilai score < 8
pasien dapat dipertimbangkan untuk dirawat di HCU/ I C U dan
diberitahu operator dan jelaskan kepada keluarga pasien.
- Steward score > 5,pasien boleh pindah ke ruang perawatan.
- Disetujui oleh dokter anestesi dan ditanda tangani di RM anestesi
pasien

15. Laporan anestesi terlampir

Halaman 35dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

BAB VI

LOGISTIK

Prosedur Permintaan Obat dan Alat Kesehatan ke Logistik Farmasi


1. Pengertian :
Prosedur permintaan obat dan alat kesehatan ke logistic farmasi adalah suatu
permintaan obat dan alat kesehatan yang sudah digunakan oleh pasien dan
dibuat oleh perawat kamar bedah yang sedang bertugas, serta diserahkan
kebagian logistik farmasi untuk didapatkan penggantinya
2. Tujuan
Agar stok obat dan alat kesehatan yang ada di kamar bedah tetap terpenuhi.
3. Prosedur
Penata anestesi melakukan amprahan dengan buku amprahan yang
ditandatangani oleh penata anestesi dan petugas apotik kamar operasi. Obat
yang diperoleh harus di periksa kembali baik jumlah dan kode kadaluarsa obat
kemudian ditempatkan di tempat penyimpanan obat anestesi yang aman..

Halaman 36dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

1. Dokter yang mengawasi bertanggungjawab akan semua aspek yang terlibat


selama perawatan pasien ( pre, intra dan pasca prosedur )
2. Saat pasien diberi sedasi, dokter yang bertanggung jawab harus hadir/
mendampingi di ruang tindakan.
3. Praktisi yang melakukan sedasi harus terlatih dengan baik dalam mengevaluasi
pasien sebelum prosedur dilakukan untuk mengenali kapan terdapat
peningkatan resiko anestesi.
4. Kebijakan dan prosedur yang terkait harus memperbolehkan praktisi untuk
menolak berpartisipasi dalam kasus-kasus tertentu jika mereka merasa tidak
kompeten dalam melakukan tindakan anestesi dan terdapat kemungkinan dapat
membahayakan pasien/ menurunkan kualitas pelayanan pasien.
5. Dokter yang mengawasi bertanggungjawab memimpin timnya dalam situasi
emergensi dimana diperlukan tindakan resusitasi, termasuk manajemen jalan
nafas.
6. Sertifikat ACLS merupakan standar persyaratan yang harus dimiliki oleh praktisi
yang melakukan sedasi/ anestesi dan dokter non anestesi yang mengawasi.

BAB VIII

Halaman 37dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

KESELAMATAN KERJA

A. Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib
menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar
dapat bekerja maksimal.
B. Tujuan keselamatan kerja, terdiri dari:
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien masyarakat dari penyebaran penyakit.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindari paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip “ Universal Precaution “
3. Tindakan Yang Beresiko Terpajan
a) Cuci tangan yang kurang benar.
b) Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c) Penutupan kembali jarum untik secara tidak aman.
d) Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e) Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f) Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
4. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja di kamar operasi bedah menjaga hiegene sanitasi individu, hiegene
sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dapat
dijabarkan dalam kegiatan yaitu :
a) Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b) Pemakaian alat pelindung diri yaitu :
1) Pelindung kaki
2) Apron/ gaun pelindung
3) Topi
4) Masker
5) Kaca mata (pelindung wajah)
6) Sarung tangan

Halaman 38dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

c) Pengelolaan intrumen bekas pakai dan alat kesehatan lainnya.


d) Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e) Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
f) Pengelolaan alat tenun bekas pakai.
g) Pemeriksaan kesehatan berkala dan pemberian imunisasi / profilaksis
( imunisasi hepatitis B ).
5. Hal-Hal Yang Perlu Diketahui Petugas Yang Terpapar
a) Tindakan sesuai dengan jenis paparan
b) Status kesehatan petugas terpapar
c) Status kesehatan sumber terpapar
d) Kebijakan yang ada
e) Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh
f) Tindakan pasca tertusuk jarum bekas pakai.
6. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Untuk alat-alat yang menggunakan listrik harus memakai arde dan
stabilisator.
b) Dalam melakukan pelayanan harus memakai pelindung sesuai
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
c) Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material
harus sesuai dengan ketentuan yang mengacu pada keselamatan
pasien.
7. Pencatatan dan Pelaporan
a) Kegiatan, perubahan-perubahan dan kejadian yang terkait dengan
persiapan dan pelaksanaan pengelolaan pasien selama pra-anestesia,
pemantauan durante anestesia dan pasca anestesia di ruang pulih
dicatat secara kronologis dalam catatan anestesia yang disertakan
dalam rekam medis pasien.
b) Catatan sedasi moderat dan dalam ini dilakukan sesuai ketentuan
perundang-undangan, diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter
spesialis anestesiologi yang melakukan tindakan anestesia dan
bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.
Halaman 39dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

c) Penyelenggaraan pelaporan pelayanan anestesiologi di rumah sakit


dilaporkan secara berkala kepada pimpinan rumah sakit sekurang-
kurangnya meliputi:
1) Jenis sedasi moderat dan dalam
2) Alat jalan napas : intubasi ( ETT), LMA, ASA
3) Kasus emergensi : Ya/Tidak
4) Monitoring tambahan
5) Komplikasi : Ada/ Tidak
d) Tindakan anestesia diluar kamar bedah: penatalaksanaan nyeri,
endoskopi, radiologi, resusitasi, pemasangan kateter vena sentral.

BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

Halaman 40dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

Indikator mutu yang digunakan di instalasi anestesi Rumah Sakit Metro Hospital
Cikarang dalam memberikan pelayanan di kamar bedah adalah :

a. Antibiotik propilaksis diberikan 60 menit sebelum tindakan pembedahan


b. Assesmen pra sedasi moderat dan dalam pada pasien elektif, Indikator tersebut
dilaporkan setiap bulan dalam laporan kerja bulanan.
c. Dokumentasi sangat diperlukan yang berupa catatan pra sedasi, intra sedasi
serta dokumentasi pasca sedasi moderat dan dalam seperti terlampir.

d. Kegiatan evaluasi terdiri dari :


1. Evaluasi internal:
Rapat audit berupa pertemuan tim anestesia yang membahas
permasalahan layanan (termasuk informed consent, keluhan pasien,
komplikasi tindakan, efisiensi dan efektifitas layanan). Audit medik
dilakukan secara berkala untuk menilai kinerja keseluruhan pelayanan
anestesia oleh komite medik.
2. Evaluasi eksternal:
Lulus akreditasi rumah sakit (Standar Pelayanan Anestesi di Rumah Sakit)
pada 15 layanan.
e. Evaluasi Standar Prosedur Operasional Pelayanan Anestesi di Rumah Sakit
dilakukan secara berkala sesuai kebutuhan.

BAB X
PENUTUP

Halaman 41dari 42
Pedoman Pelayanan Anestesi Sedasi,Moderat dan Dalam
Rumah Sakit Metro Hospital Cikarang.

Pedoman Pelayanan sedasi moderat dan dalam di Rumah Sakit ini hendaknya
dijadikan acuan bagi rumah sakit dalam pengelolaan penyelenggaraan dan
penyusunan standar prosedur operasional pelayanan anestesi di masing-masing
rumah sakit. Pelayanan anestesi dibagi menjadi 4 (empat) klasifikasi berdasarkan
pada kemampuan pelayanan, ketersediaan sumber daya manusia, sarana dan
prasarana serta peralatan yang disesuaikan dengan kelas rumah sakit.

Dibutuhkan dukungan dari semua pihak terutama pimpinan rumah sakit agar
mutu pelayanan anestesi sedasi moderat dan dalam dan keselamatan pasien dapat
senantiasa ditingkatkan dan dipertahankan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang Anestesi

Halaman 42dari 42

Anda mungkin juga menyukai