Panduan Anestesi Dan Sedasi
Panduan Anestesi Dan Sedasi
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga buku Panduan Pelayanan Anestesi dan sedasi ini dapat terselesaikan
dengan baik, tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran atau materinya untuk
pembuatan buku Panduan Pelayanan Ini.
Kami berharap Panduan Pelayanan ini menjadi acuan RS dalam menjalankan
pelayanan demi kepuasan pelanggan dan tercapainya Kualitas mutu pelayanan
Keperawatan, Kami menyadari masih banyak kekurangan dari Panduan Pelayanan ini,
oleh sebab itu kami sangat menerima kritik dan masukkan untuk perbaikan dimasa yang
akan datang.
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................................1
B. Tujuan ........................................................................................................................2
C. Pengertian ..................................................................................................................2
BAB II TATA LAKSANA
A. Pelayanan Anestesi.....................................................................................................4
B. Pelayanan Sedasi......................................................................................................15
C. Pelayanan Intensif Atau Kondisi Kritis................................................................... 25
D. Pelayanan Tindakan Resusitasi............................................................................... 25
E. Pelayanan Anestesi Rawat Jalan.............................................................................. 25
F. Pelayanan Anestesi Regional................................................................................... 26
G. Pengelolaan Akhir Kehidupan................................................................................. 27
H. Organisasi dan Manajemen..................................................................................... 29
BAB III RUANG LINGKUP PELAYANAN...................................................................30
BAB III DOKUMENTASI ...............................................................................................32
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................................33
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Heartology
Nomor :
009D/PER/DIR/HRT/VI/2023
Tanggal Terbit : 20 Juni 2023
Revisi Ke- : 01
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seorang dokter spesialis anestesiologi mempunyai keahlian spesifik dalam hal
farmakologi, fisiologi, dan manajemen klinis terhadap pasien-pasien yang mendapat
sedasi dan analgesi. Oleh karena itu, dokter spesialis anestesiologi sering diminta untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan kebijakan dan prosedur rumah sakit untuk sedasi
dan analgesi yang digunakan pada saat melakukan prosedur diagnostik atau terapeutik.
Beberapa prinsip terkait panduan sedasi ini:
1. Panduan ini dapat dimodifikasi dan diadapatasi sesuai dengan kebutuhan klinis dan
keterbatasan yang ada.
2. Panduan ini tidak dimaksudkan sebagai persyaratan yang mutlak atau standar.
3. Pemilihan teknik dan obat-obatan sedasi / analgesik yang digunakan bergantung
pada:
a. Preferensi dan pengalaman masing-masing dokter
b. Kebutuhan dan keterbatasan yang terdapat pada pasien atau prosedur
c. Kecenderungan terjadinya efek sedasi yang lebih dalam daripada yang
diinginkan / diantisipasi.
4. Penerapan panduan ini tidak dapat menjamin hasil akhir yang spesifik.
5. Panduan ini harus direvisi karena pengetahuan, teknologi, dan praktik kedokteran
selalu berkembang sepanjang waktu.
6. Panduan ini menyediakan rekomendasi dasar yang didukung dengan analisis
literatur terkini dan pengolahan opini para ahli / pakar kedokteran, forum terbuka,
dan data klinis.
Kebutuhan pemberian sedasi pada pasien-pasien yang menjalani prosedur
diagnostik ataupun terapeutik semakin meningkat. Pemberian sedasi memungkinkan
prosedur-prosedur tindakan yang kurang nyaman menjadi lebih dapat diterima oleh
pasien, namun di Iain pihak, memiliki potensi untuk menyebabkan terjadinya
komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam nyawa. Pemberian sedasi intravena
untuk prosedur-prosedur yang tidak nyaman seringkali dilakukan oleh dokter-dokter
dengan latar belakang yang bervariasi dalam hal pemberian sedasi. Pemberian sedasi
intravena sangat berbahaya dan sangatlah penting untuk dapat memberikannya seaman
mungkin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Keuntungan yang didapat dari
pemberian sedasi /analgesi adalah pasien dapat menoleransi prosedur yang tidak
menyenangkan dengan mengurangi kecemasan, ketidaknyåmanan, atau nyeri yang
mereka rasakan. Untuk pasien anak-anak dan orang dewasa yang tidak kooperatif sedasi
/ analgesik dapat mempetcepat dan memperlancar pelaksanaan prosedur yang
memerlukan pasien untuk diam / tidak bergerak.
Risiko pemberian sedasi berpotensi menimbulkan depresi kardiorespirasi,
sehingga petugas/personel yang memberikan sedasi harus dapat segera mengenali dan
menanganinya untuk mencegah kejadian kerusakan Otak akibat hipoksia, henti jantung,
atau kematian.
Pemberian sedasi / analgetik yang tidak adekuat akan mengakibatkan beberapa
hal yang merugikan, antara Iain pemberian sedasi dapat menimbulkan ketidaknyamanan
pada pasien dan meningkatkan risiko cedera karena pasien menjadi kurang / tidak
kooperatif. Sedasi yang tidak adekuat juga dapat memicu timbulnya efek fisiologis atau
psikologis akibat respons terhadap stress yang dialami pasien.
B. TUJUAN
Panduan ini merupakan suatu rekomendasi untuk pelaksanaan pemberian sedasi
yang aman selama prosedur diagnostik, terapetik dan operasi. Sedangkan ruang lingkup
panduan ini:
1. Panduan ini berlaku pada semua pasien yang menerima sedasi intravena pada saat
suatu tindakan medis.
2. Panduan ini tidak meliputi sedasi pada pasien gelisah.
C. PENGERTIAN
1. Sedasi ringan adalah suatu keadaan di mana setelah pemberian Obat sedasi pasien
masih tetap sadar dan memiliki respon terhadap perintah verbal. Walaupun fungsi
kognitif dan koordinåsi terganggu, kesadaran, fungsi pernapasan dan kardiovaskuler
tidak terpengaruh. Refleks menelan dan refleks proteksi jalan napas masih
berfungsi. Stadium ini disebut juga ansiolitik.
2. Sedasi sedang / moderat adalah suatu keadaan di mana setelah pemberian obat
sedasi menyebabkan penurunan kesadaran, namun pasien masih memiliki respon
terhadap rangsang suara, baik disertai ataupun tidak dengan rangsang sentuhan.
Ventilasi spontan masih adekuat dan belum diperlukan intervensi untuk menjaga
patensi jalan napas. Fungsi kardiovaskuler masih tidak berubah.
3. Sedasi dalam adalah suatu keadaan di mana setelah pemberian Obat terjadi
penurunan kesadaran, pasien hanya bereaksi dengan pemberian rangsang nyeri.
Fungsi pernapasan dapat terganggu. Pasien membutuhkan bantuan untuk menjaga
patensi jalan napas dan pernapasan spontan dapat menjadi tidak adekuat. Fungsi
kardiovaskuler biasanya tidak terganggu.
4. Anestesi umum adalah keadaan dimana setelah pemberian obat anestesi terjadi
penurunan kesadaran, pasien tidak dapat dibangunkan, bahkan oleh rangsangan
nyeri. Kemampuan untuk menjaga ventilasi terganggu. Pasien membutuhkan
bantuan untuk menjaga patensi jalan napas dan pernberian ventilasi tekanan positif
seringkali diperlukan. Fungsi kardiovaskuler dapat terganggu.
5. Sedasi dan Anestesi diartikan sebagai satu jalur layanan berkesinambungan dari
kondisi sedasi hingga tingkatan anestesi.
6. Dokter Anestesi adalah dokter spesialis anestesi yang telah menyelesaikan pendidikan
spesialis Anestesi di lembaga pendidikan yang telah terakreditasi.
7. Asisten pelaku sedasi adalah dokter atau perawat yang memiliki STR yang bekerja di
bawah pelaku dokter penanggung jawab sedasi yang memiliki wewenang
8. Assesmen Pra Sedasi atau Pra Anestesi adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum
tindakan sedasi atau anestesi.
9. Sedasi: Penggunaan obat-obat farmakologik untuk menghasilkan depresi tingkat
kesadaran yang cukup menimbulkan rasa mengantuk dan menghilangkan kecemasan
dan tanpa kehilangan komunikasi verbal.
10. Sedasi Ringan adalah pemberian obat – obatan yang bertujuan untuk mengurangi
kesadaran pasien namun masih dapat berespon terhadap verbal tanpa mempengaruhi
fungsi pernapasan dan kardiovaskular.
11. Sedasi Sedang adalah pemberian obat – obatan yang bertujuan untuk menurunkan
kesadaran pasien dengan sedikit pengaruh pada respon terhadap verbal atau taktil
cahaya dengan fungsi pernapasan dan kardiovaskular masih terjaga.
12. Sedasi Dalam adalah pemberian obat – obatan yang bertujuan untuk menurunkan
kesadaran pasien yang sulit berespon terhadap verbal, namun masih berespon terhadap
rangsang nyeri, fungsi pernapasan dan jalan nafas umumnya terpengaruh sedangkan
fungsi kardiovaskular masih terjaga.
13. Anestesi: Tindakan pengurangan atau penghilangan kesadaran sensasi sementara
sehingga dapat dilakukan tindakan atau operasi.
14. Anestesi Umum adalah pemberian obat – obatan yang memberikan efek sedasi,
analgesia, amnesia dan/tanpa relaksasi otot sehingga menghilangkan respon terhadap
nyeri dan mempengaruhi fungsi pernapasan dan kardiovaskular.
15. Induksi adalah suatu tindakan pemberian obat – obatan untuk mengubah status
kesadaran pasien dari sadar menjadi tidur.
16. Populasi pasien pediatrik adalah populasi pasien bayi, anak atau remaja yang berusia
kurang dari 18 tahun.
17. Populasi pasien dewasa adalah populasi pasien yang berusia antara 18 - 59 tahun.
18. Populasi pasien geriatri adalah populasi pasien lanjut usia di atas 60 tahun dengan
multi penyakit/gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi
dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan
pendekatan multidisiplin yang bekerjasama dengan interdisiplin.
19. Induksi: Tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar sehingga
memungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan.
20. Tindakan Anestesi Elektif: Tindakan yang terencana dan dikerjakan pada hari dan jam
kerja setelah melalui proses penerimaan, penilaian, perencanaan dan persiapan yang
dikerjakan sebelum tindakan.
21. Tindakan Anestesi Cito/ Emergensi: Tindakan yang dikerjakan untuk lifesaving baik
pada hari kerja maupun di luar jam kerja setelah melalui penilaian, perencanaan dan
persiapan sebelum tindakan.
22. Redo: Operasi yang dikerjakan pada pasien yang sudah pernah dilakukan operasi
jantung sebelumnya untuk tujuan tindakan bedah yang sama atau untuk tindakan bedah
yang lain.
23. Re-Open: Yaitu tindakan bedah yang dikerjakan kepada pasien pasca bedah yang
masih dalam perawatan yang memerlukan tindakan segera.
BAB II
TATA LAKSANA
A. PELAYANAN ANESTESI
Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah tindakan medis yang dilakukan
melalui pendekatan tim sesuai dengan kompetensi dan kewenangan yang dimiliki. Tim
pengelola pelayanan anestesiologi dan terapi intensif dipimpin oleh dokter spesialis
anestesiologi dengan anggota dan/atau dokter peserta program pendidikan dokter spesialis
anestesiologi dan/atau dokter lain dan perawat anestesia/ perawat. Pelayanan anestesiologi
dan terapi intensif di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Heartology tidak dilakukan
oleh profesional pemberi asuhan (PPA) dari luar rumah sakit.
3. Perawat anestesi
Perawat anestesi adalah perawat yang memiliki STR yang bekerja di bawah dokter
anestesi yang memiliki wewenang. Staf lain yang kompeten dapat melakukan
pemantauan di bawah supervisi secara terus menerus terhadap parameter fisiologis
pasien dan memberi bantuan dalam hal tindakan resusitasi. Orang yang bertanggung
jawab melakukan pemonitoran, harus kompeten dalam:
Mengetahui secara umum proses anestesi serta obat yang terkait
Pemonitoran yg diperlukan dan melakukan pemantauan sistem kardiosirkulasi dan
parameter fisiologik lainnya selama dan setelah sedasi
Mampu mengenali efek samping dari obat anestesi dan bertindak jika ada
komplikasi
Penggunaaan zat reversal (antidot)
Mengetahui kriteria pemulihan
Mampu melakukan Bantuan Hidup Lanjut
Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif mencakup tindakan anestesia ( pra anestesia,
intra anestesia dan pasca anestesia) serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi seperti
pelayanan kritis, gawat darurat, penatalaksanaan nyeri, dan lain-lain. Dokter spesialis
anestesiologi hendaknya membatasi beban pasien yang dilayani dan tanggung jawab
supervisi anestesi sesuai dengan jumlah, kondisi dan risiko pasien yang ditangani.
Semua pasien yang akan dilakukan tindakan anestesi akan menjalani proses sebagai
berikut:
1. Asesmen pra anestesi
Merupakan dasar dari perencanaan ini, untuk mengetahui temuan apa pada monitor selama
anestesi dan setelah anestesi, dan juga untuk menentukan obat analgesi apa untuk pasca
operasi. Pengkajian pra-anestesi dilakukan untuk setiap pasien yang akan dilakukan
anastesi. Pengkajian tersebut telah dilakukan oleh PPA yang kompeten dan telah diberikan
kewenangan klinis didokumentasikan dalam rekam medis pasien. Asesmen pra anestesi,
berbasis IAR (Informasi, Analisis, Rencana) juga memberikan informasi yang diperlukan
untuk:
a. Mengetahui masalah saluran pernapasan
b. Memilih anestesi dan rencana asuhan anestesi
c. Memberikan anestesi yang aman berdasarkan asesmen pasien, risiko yang ditemukan,
dan jenis tindakan
d. Menafsirkan temuan pada waktu monitoring selama anestesi dan pemulihan
e. Memberikan informasi obat analgesia yang akan digunakan pasca operasi
Dokter spesialis anestesi melakukan asesmen pra anestesi. Asesmen pra anestesi dapat
dilakukan sebelum masuk rawat inap atau sebelum dilakukan tindakan bedah atau sesaat
menjelang operasi, misalnya pada pasien darurat.
Edukasi diberikan kepada pasien dan atau keluarga atau pendamping pasien yang
berwenang memberikan keputusan baik dalam hal sedasi ataupun pemberian analgesi
pasca tindakan anestesi yang diberikan oleh dokter dan atau perawat. Persetujuan
tindakan dan edukasi anestesi didokumentasikan dalam rekam medik.
No Usia Padat (jam) Clear liquids (jam) Susu formula Asi (jam)
1 Neonatus 4 2 4 4
2 <6 bulan 4 2 6 4
3 6 – 36 bulan 6 3 6 4
4 > 36 bulan 6 2 6
5 Dewasa 6-8 2
Metode pemonitoran ditentukan oleh status pasien pada pra anestesi, jenis anestesi, dan
kompleksitas operasi atau tindakan lain yang dilaksanakan selama operasi. Pelaksanaan
pemonitoran selama anestesi dijalankan sesuai panduan praktik klinis, hasilnya dicatat
di e-rekam medis pasien.
Penggunaan APD tenaga medis dalam menangani pasien COVID-19 merujuk pada
panduan PPI Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Heartology
5. Pelayanan Pasca-Anestesia
a. Rumah sakit telah menerapkan pemantauan pasien pasca anestesi baik di ruang
intensif maupun di ruang pemulihan dan didokumentasikan dalam e-rekam medis
pasien.
b. Setiap pasien pasca anestesi di ruang operasi dipindahkan ke ruang ICCU
c. Setiap pasien pasca anestesi di ruang kateterisasi dipindahkan ke ruang pemulihan.
d. Pemindahan pasien pasca anestesi ke ruang ICCU didampingi oleh dokter anestesi,
dokter bedah, perawat anestesi, perawat sirkulasi dan perfusionis.
e. Selama pemindahan, pasien harus dipantau tanda vitalnya secara berkelanjutan dan
diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.
f. Setelah tiba di ICCU dilakukan serah terima pasien kepada dokter ICCU dan perawat
disertai laporan kondisi pasien.
g. Pemindahan pasien pasca anestesi ke ruang pemulihan didampingi oleh dokter
anestesi dan perawat.
h. Selama pemindahan, pasien harus dipantau tanda vitalnya secara berkelanjutan dan
diberikan bantuan sesuai dengan kondisi pasien.
i. Setelah tiba di ruang pemulihan dilakukan serah terima pasien kepada perawat disertai
laporan kondisi pasien.
j. Pemantauan tanda vital (tekanan darah, saturasi, ECG) pasca operasi di ICCU
dilakukan sesuai dengan prosedur perawatan ICCU. Pemantauan dilakukan secara
berkelanjutan, dimulai sejak tiba di ICCU sampai pasien dinyatakan pindah dari
ICCU sesuai dengan kondisi klinis pasien. Pemantauan dilakukan oleh dokter dan
perawat ICCU.
k. Pemberian obat anti nyeri pasca operasi diberikan melalui jalur intravena dan atau per
oral sesuai dengan Pedoman Tatalaksana Nyeri di Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Heartology
l. Pasien yang dipindahkan ke ruang pemulihan, pemantauan kondisi pasien dilakukan
secara terus menerus, pencatatan dilakukan tiap 15 menit, menggunakan skor
Aldrette. Jika skor Aldrette>8 pasien boleh dipindahkan ke ruang rawat inap.
m. Waktu dan monitoring pasien pasca tindakan sedasi dan anestesi saat masuk ruang
pemulihan dan atau saat dipindahkan dari ruang pemulihan dicatat dalam formulir
anestesi dan sedasi
n. Keluar dari ruang pemulihan pasca anestesi atau menghentikan pemonitoran pada
periode pemulihan dilakukan dengan mengacu ke salah satu alternatif di bawah ini:
Pasien dipindahkan (atau pemonitoran pemulihan dihentikan) oleh dokter anestesi
Pasien dipindahkan (atau pemonitoran pemulihan dihentikan) oleh perawat
anestesi yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan rumah sakit, dan e-rekam
medis pasien membuktikan bahwa kriteria yang dipakai terpenuhi
Pasien dipindah ke unit yang mempu memberikan asuhan pasca anestesi pasien
tertentu seperti seperti ruang ICCU
B. PELAYANAN SEDASI
Pemberian sedasi merupakan proses yang umum dan kompleks di rumah sakit, terutama
berkaitan dengan suatu keadan yang memerlukan faktor ketenangan dalam melakukan
tindakan kedokteran. Tindakan-tindakan ini memerlukan pengkajian pasien yang lengkap dan
komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi, monitoring pasien yang
berkesinambungan dan kriteria pasien untuk pelayanan berkelanjutan, dan transfer atau
pemulangan pasien ke ruang perawatan (discharge). Tindakan sedasi umumnya dipandang
sebagai suatu rangkaian kegiatan (continuum) dari sedasi dengan tingkatan minimal,
moderate, dalam hingga anestesia penuh. Karena respons pasien dapat berada pada rangkaian
kegiatan tersebut, maka pelayanan anestesia dan sedasi harus dikelola secara terintegrasi.
Sedasi dapat didefinisikan sebagai suatu penekanan (supresi) dari kesiapsiagaan terhadap
suatu tingkat stimulasi tetap, dengan penurunan aktivitas spontan, penurunan ketegangan dan
penurunan timbulnya ide-ide. Perubahan perilaku ini terjadi pada dosis efektif yang terendah
dari obat hipnotik-sedatif yang biasa digunakan. Pelayanan sedasi adalah tindakan medis
yang dilakukan dengan memberikan obat hipnotik-sedatif tergantung dari kebutuhan sedasi
yang diharapkan. Pelayanan sedasi meliputi sedasi ringan, sedasi sedang (moderate), hingga
sedasi dalam.
Pemberian sedasi untuk prosedur diagnostik atau terapeutik dapat dilakukan pada
populasi pasien pediatrik, dewasa, atau geriatrik. Populasi pasien pediatrik adalah populasi
pasien bayi, anak, atau remaja yang berusia kurang dari 18 tahun. Populasi pasien dewasa
adalah populasi pasien yang berusia antara 18 – 59 Tahun. Populasi pasien geriatri adalah
populasi pasien yang telah mencapai usia 60 (Enam puluh) tahun ke atas. Seluruh area
pelayanan sedasi dilengkapi dengan obat dan peralatan kegawatdaruratan (trolley emergency)
yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan populasi pasien yang dilayaninya.
a. Pelayanan sedasi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi yang memiliki Surat Ijin
Praktek (SIP) sebagai Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) anestesi
b. Pelayanan sedasi ringan dapat dilakukan oleh seorang dokter non anestesiologi
(dokter spesialis kardiologi, dokter spesialis bedah jantung, dokter spesialis paru,
dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis saraf, dokter spesialis anak,
dokter gigi, dokter umum bagian hemodialisa) yang telah mendapat pelatihan dan
sertifikasi pelayanan sedasi, dengan tujuan untuk tindakan prosedural singkat,
diagnostik atau terapi di ruang selain kamar operasi, dalam lingkup layanan
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Heartology
c. Dokter yang bertanggung jawab memberikan sedasi memiliki kompetensi dan
berwenang dalam hal:
Jenis pelayanan sedasi
Pemeriksaan pra sedasi
Teknik dan berbagai macam cara sedasi,
Farmakologi obat sedasi dan penggunaan zat reversal (antidot),
Memonitor dan pemantauan selama sedasi
Komplikasi sedasi dan tatalaksananya.
Pencatatan dan pelaporan tindakan sedasi
Early warning system tindakan sedasi di lingkungan Heartology Rumah
Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Heartology
d. Perawat yang telah mendapatkan pelatihan sedasi berkompeten dalam melakukan
pemantauan berkesinambungan terhadap parameter fisiologis pasien dan
membantu dalam tindakan resusitasi. Serta Kompeten dalam melakukan:
Monitoring yang diperlukan
Bertindak jika ada komplikasi
Penggunaan zat reversal (antidot)
Kriteria pemulihan.
e. Kompetensi dokter dan perawat yang terlibat dalam sedasi diwajibkan memiliki
sertifikat Bantuan Hidup Dasar, Bantuan Hidup lanjut, pelatihan sedasi yang
tercatat dalam dokumen kepegawaian.
Tujuan pemberian sedasi untuk prosedur diagnostik atau terapeutik di ruang perawatan
adalah:
1. Meminimalisir stress kardiovaskular selama tindakan
2. Menjaga pasien tetap diam dan tenang selama tindakan berlangsung
3. Transisi yang lancar ke kondisi bangun setelah tindakan untuk meminimalisasi stres
kardiovaskular
4. Memberikan kondisi yang baik untuk mendapatkan data-data pemeriksaan yang
diperlukan
Keterangan Sedasi Ringan Sedasi Sedang Sedasi Berat
Penilaian (Assesment) Ya Ya Ya
Presedasi
Pemantauan selama Setiap 5 menit Setiap 5 menit Setiap 5 menit
sedasi
Pemantauan pascasedasi Setiap 15 menit Setiap 15 menit Setiap 15 menit
Kriteria Discharge Sesuai dengan prosedur poliklinik Skor Aldrete Post Anesthesia Discharge Skor Aldrete Post Anesthesia
rawat jalan Scoring System Discharge Scoring System
Pelaku Sedasi Anesthesiologist, Non- Anesthesiologist Anesthesiologist
Anesthesiologist
Sertifikasi Perlu (Non-Anesthesiologist) Tidak Perlu Tidak Perlu
Kewenangan klinis Tidak Ya Ya
Kualifikasi Menguasai Bantuan Hidup Dasar 1. Teknik berbagai modus sedasi 1. Teknik berbagai modus sedasi
2. Monitoring yang sesuai 2. Monitoring yang sesuai
3. Respon terhadap komplikasi 3. Respon terhadap komplikasi
4. Penggunaan zat penawar (reversal) 4. Penggunaan zat penawar
5. Sekurang-kurangnya bantuan hidup (reversal)
dasar 5. Sekurang-kurangnya bantuan
hidup dasar
Perlu Informed Consent Ya Ya Ya
terpisah
Pemberian obat sedasi diberikan secara titrasi untuk mencapai tahapan sedasi yang diharapkan. Pemberian obat sedasi diberikan di ruang
tindakan dan selama prosedur dilakukan pemantauan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi dan saturasi perifer
*Seluruh area pelayanan sedasi dilengkapi dengan obat dan perlatan kegawatdaruratan (trolley emergency) yang disesuaikan berdasarkan
kebutuhan populasi pasien yang dilayaninya
5. DPJP pelaku sedasi mengidentifikasi keadaan pasien bila terjadi keadaan sedasi yang
berkepanjangan, maka DPJP pelaku sedasi membuat rencana pengelolaan keperawatan
pasien selanjutnya dan bila diperlukan maka pasien dapat dipindahkan ke ruang rawat
intensif.
6. DPJP pelaku sedasi menginformasikan kepada perawat bila pasien sudah pulih dan siap
dipindahkan ke ruang rawat inap atau dapat dipulangkan. Waktu pemindahan pasien dari
ruang pulih dicatat oleh petugas ruang pulih.
7. Sebelum meninggalkan ruang pulih kondisi pasien dinilai kembali apakah pasien dapat
ditranspor ke ruang rawat inap. Bila diperlukan dapat dipasang alat monitoring pasien
selama transportasi jika kondisi pasien tidak stabil.
umum.
5. Analgesia regional dimulai oleh dokter spesialis anestesiologi dan dapat dirumat oleh
dokter atau perawat anestesia/perawat yang mendapat pelatihan anestesia di bawah
supervisi dokter spesialis anestesiologi.
6. Pemantauan fungsi vital selama tindakan analgesia regional dilakukan sesuai standar
pemantauan anestesia.
7. Analgesia regional dapat dilanjutkan untuk penanggulangan nyeri pasca bedah atau
nyeri kronik.
8. Pemantauan di luar tindakan pembedahan/di luar kamar bedah dapat dilakukan oleh
dokter atau perawat anestesia/perawat yang mendapat pelatihan anestesia dibawah
supervisi dokter spesialis anestesiologi
Unit anestesi dan sedasi merupakan unit pelayanan di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh
Darah Heartology yang memberikan pelayanan anestesi dan sedasi secara terintegrasi sesuai
dengan standar profesi tersedia 24 jam.
Pelayanan anestesi dan sedasi di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Heartology
memiliki tujuan:
1. Memberikan pelayanan anestesia, analgesia dan sedasi yang aman, efektif,
berperikemanusiaan dan memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan, prosedur
medis atau trauma yang menyebabkan rasaPedoman
nyeri, kecemasan danAnestesi
Pelayanan stres psikis
danlain.
Sedasi |
30
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan napas, pernapasan, peredaran darah dan
kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani
pembedahan, prosedur medis, trauma atau penyakit lain.
3. Melakukan terapi intensif dan resusitasi jantung, paru, otak (bantuan hidup dasar, lanjutan
dan jangka panjang) pada kegawatan mengancam nyawa di manapun pasien berada (ruang
gawat darurat, kamar bedah, ruang pulih, ruang terapi intensif/ICCU).
4. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolisme tubuh pasien yang
mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani pembedahan, prosedur medis,
trauma atau penyakit lain.
5. Menanggulangi masalah nyeri akut di rumah sakit (nyeri akibat pembedahan, trauma,
maupun nyeri persalinan).
6. Menanggulangi masalah nyeri kronik dan nyeri membandel (nyeri kanker dan penyakit
kronis).
7. Memberikan bantuan terapi inhalasi.
Ruang lingkup pelayanan anestesi sendiri terdiri dari kamar operasi, Instalasi gawat darurat
(IGD), ICCU serta ruang laboratorium kateterisasi. Sedangkan untuk ruang lingkup pelayanan
sedasi di Heartology Cardiovaskular Hospital Jakarta, diantaranya:
1. Poliklinik Khusus (Poliklinik Aritmia)
2. Non Invasive Cath Lab (NICL)
3. Ruang Perawatan High Care Unit
4. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
5. Ruang Rawat Intensif (ICCU)
6. Ruang Hemodialisa
7. Ruang Diagnostik Invasif dan Intervensi Non Bedah (DI & INB)
8. Ruang Radiologi
BAB IV
DOKUMENTASI
Semua tindakan terkait sedasi yang diberikan kepada pasien didokumentasikan dalam
formulir atau yang dimasukkan ke dalam Rekam Medis pasien atau by e-MR
Pedoman Pelayanan Anestesi dan Sedasi |
31
1. Rencana dan tindakan anestesi dan sedasi dicatat dan didokumentasikan
dalam rekam medik menggunakan formulir yang seragam, meliputi:
a. Jenis pelayanan anestesi dan sedasi tiap pasien
b. Obat, dosis dan rute pemberian
c. Dokter yang melakukan tindakan anestesi dan atau sedasi dan perawat
yang mendampingi.
2. Dokumentasi edukasi tindakan anestesi dan sedasi dalam formulir informed consent dan
formulir edukasi terintegrasi yang ditandatangani oleh dokter atau perawat yang
menjelaskan dan pasien/keluarga/wali yang mendapat informasi tersebut. Dokumen
yang terkait dengan pelayanan sedasi di Heartology Cardiovaskular Hospital Jakarta
yaitu:
A. Standar Prosedur Operasi
Pemberian sedasi pasien pediatri
Pemberian sedasi pasien dewasa
Pemberian sedasi pasien geriatri
Tuliskan nama, Medical Record (MR), tanggal lahir, umur, dan agama, atau
tempelkan stiker identitas pasien.
ASSESSMENT PRE
SEDASI/ANESTESI
Pedoman Pelayanan Anestesi dan Sedasi |
32
Tanggal Tanggal dilakukannya pemeriksaan, penilaian, dan evaluasi pasien pra
anestesi.
Jam Jam dilakukannya pemeriksaan, penilaian, dan evaluasi pasien pra
anestesi.
Berat Berat badan pasien, diukur dalam satuan kilogram, dalam rentang waktu
seminggu sebelum dilakukannya pemeriksaan, penilaian, dan evaluasi
pasien pra anestesi.
Tinggi Tinggi badan pasien, diukur dalam satuan centimeter, dalam rentang
waktu seminggu sebelum dilakukannya pemeriksaan, penilaian, dan
evaluasi pasien pra anestesi.
BSA Luas permukaan tubuh (Body Surface Area), didapatkan berdasarkan
formula DuBois & DuBois, dengan rumus BSA = 0.20247 x height
(m)0.725 x weight (kg)0.425, dengan satuan m2.
Posisi Posisi pasien saat operasi dilakukan, apakah supine, lateral decubitus
(right/left) atau posisi prone.
Alergi Apakah pasien memiliki riwayat alergi :
ada (+) bila memiliki riwayat alergi.
tidak (-) bila pasien tidak memiliki riwayat alergi.
Jenis operasi Pilih jenis operasi yang dilakukan, apakah bersifat elektif, urgent atau cito.
Elektif bila operasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Urgent bila operasi dilakukan dalam 6-24 jam paska penegakkan
diagnosa.
Cito bila operasi dilakukan dalam kurun waktu kurang dari 6 jam
paska penegakkan diagnosa.
Jenis kelamin Jenis kelamin pasien, pilih laki-laki atau perempuan.
Diagnosa Diagnosa primer, sekunder dan diagnosa lain yang dimiliki oleh pasien.
Anestesi Ahli anestesi kardiak yang akan melakukan anestesi dan bertanggung
jawab terhadap segala kejadian yang menimpa pasien.
Ahli bedah Ahli bedah jantung thoraks yang akan melakukan operasi dan bertanggung
jawab terhadap segala kejadian yang menimpa pasien.
(cm)2
Protrusi Pilih ya, bila terdapat protrusi mandibula
mandibula Pilih tidak, bila tidak terdapat protrusi mandibula
Mallampati Suatu cara untuk menilai kesulitan pada saat melakukan Intubasi yaitu
dengan melihat penampakan Faring posterior pada tes Mallampati, yang
terbagi menjadi 4 kelas.
ASA
Halaman 2
Kolom obat dan cairan :
Obat yang diberikan diletakkan pada kolom diatas garis tebal, dg
menggunakan satuan pemberian (misalnya, fentanyl : µg, midazolam : mg,
dobutamin : µg/kg/menit).
Cairan yang diberikan diletakkan pada kolom di bawah garis tebal,
sebutkan jenisnya ( misal : RL = ringer laktat).
O2 / Air / N2O %
Obat Inhalasi %
Suhu N/S/R
Heparine mg ECG
ST
Protamine mg ACT
Keterangan 200
V Sistolik 190
Ʌ Diastolik 180
• MAP 170
o Laju Nadi 160
150
Alat Pemantauan 140
No JENIS JALUR UKURAN 130
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
Hemodinamik dicatat di dalam kotak dengan kode seperti di atas (V,ʌ, X, ●) dengan angka tertera
pada pinggir kiri kotak tersebut.
Keterangan kotak berwarna abu-abu :
Kotak besar : rentang waktu 30 menit
Kotak kecil : rentang waktu 10 menit
Halaman 3
Masuk kamar operasi Waktu pasien masuk ke dalam kamar operasi
Induksi Waktu induksi anestesi dilakukan
Siap operasi Waktu dimana semua persiapan anestesi sampai dengan positioning
dan peletakkan pembatas (booh) dilakukan
Insisi kulit Waktu insisi kulit dilakukan
Hepari mulai Waktu dimana heparin diberikan
CPB berjalan Waktu dimana sirkulasi tubuh mulai diambil alih oleh mesin pintas
jantung paru
Aox dipasang Waktu dimana aorta diklem
Aox dilepas Waktu dimana klem aorta dilepas
CPB berhenti Waktu dimana sirkulasi darah diambil alih oleh tubuh kembali dan
tanpa bantuan dari mesin pintas jantung paru
Protamine diberikan Waktu dimana protamin mulai diberikan
Protamine selesai Waktu dimana protamin selesai diberikan
Kulit selesai ditutup Waktu dimana kulit baik daerah sternal maupun kaki sudah terjahit
sempurna
Keluar kamar operasi Waktu dimana pasien dibawa keluar dari kamar operasi
Input : adalah semua cairan yang masuk ke dalam tubuh pasien di luar mesin pintas
jantung paru, kemudian dijumlahkan
Output : adalah semua cairan yang keluar dari tubuh pasien kemudian dijumlahkan
Balans : adalah balans cairan total dimana balans anestesia (tidak termasuk urin
selama CPB) dikurangi balans saat pemakaian mesin pintas jantung paru.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 20 Juni 2023
Direktur Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Heartology
b. Obesitas
c. Kondisi yang dapat menimbulkan refluks oesofagus. (Peningkatan tekanan intra kranial,
hiatus hernia, obstruksi usus)
ASA 1
Pasien dengan kondisi kesehatan normal. Proses patologi yang akan dilakukan tindakan
pembedahan bersifat lokal dan bukan merupakan penyakit sistemik. Contoh: seorang
pasien sehat yang dijadwalkan untuk prosedur bedah minor atau intermediate.
ASA 2
Pasien dengan penyakit sistemik, yang disebabkan baik oleh proses penyakitnya atau
karena proses patofisiologi lain, tetapi tidak mengganggu aktifitas. Contoh: pasien dengan
asma, diabetes atau hipertensi yang terkontrol baik dengan pengobatan medis, dan tidak
menyebabkan gejala sisa sistemik.
ASA 3
Pasien dengan penyakit sistemik sedang atau berat yang disebabkan baik oleh kondisi
penyakit yang akan dilakukan pembedahan ataupun karena proses patofisiologi lain yang
menganggu aktivitas. Contoh: pasien hipertensi yang tidak terkontrol, pasien dengan asma
yang tidak terkontrol yang membatasi aktivìtasnya, diabetes yang memiliki gejala sisa atau
komplikasi sistemik seperti retinopati, nefropati
ASA 4
Pasien dengan penyakit sistemik berat yang berpotensi tetap mengancam kehidupan.
Contoh: pasien dengan gagal jantung, atau pasien dengan gagal ginjal yang memerlukan
cuci darah
ASA 5
Pasien yang mempunyai risiko kematian besar dalam 24 jam, dan tidak mempunyai
harapan hidup. Contoh: pasien dengan dilatasi pupil yang menetap pasca cedera kepala.
(Status Emergensi)
Hal ini ditambahkan pada status ASA hanya jika pasien menjalani prosedur darurat.
Contoh: Pasien sehat yang menjalani sedasi yang akan dilakukan reduksi pada displaced
fracture, menjadi ASA I E
Lampiran 4
Prosedur Pemeriksaan Patensi Jalan Napas Untuk Pemberian Sedasi
Pasien pasien yang memiliki salah satu poin yang dijelaskan dalam riwayat, atau
dengan pemeriksaan jalan napas yang abnormal (Mallampati Ill atau IV) harus
dipertimbangkan kemungkinan terjadinya sumbatan jalan napas selama sedasi. Mereka
juga kemungkinan memiliki kesulitan dalam ventilasi ataupun intubasi.
Pemberian ventilasi tekanan positif (VTP), dengan atau tanpa intubasi trakea
mungkin diperlukan jika timbul gangguan pernapasan selama proses pemberian sedasi /
analgesik.
Riwayat pasien yang akan meningkatkan risiko untuk sedasi
a. Stridor
b. Morbid Obesity (BMI>40)
c. Mengorok
d. Sleep Apnea
e. Advanced Rheumatoid Arthritis
f. Kelainan struktur wajah
g. Down Syndrome
h. Infeksi Saluran Napas Atas
a. Dagu kecil
b. Tidak dapat membuka mulut secara normal
c. Tidak dapat melihat paling sedikit uvula atau tonsil dengan mulut terbuka dan Iidah
menjulur (Mallampati III / IV)
d. Hipertrofi tonsil
e. Pergerakan leher erbatas
f. Obesitas signifikan pada wajah/leher
Lampiran 5
Ramsay Sedation Scale
Score Response
1 Cemas atau gelisah
2 Kooperatif, orientasi baik dan tenang
3 Respon terhadap perintah
4 Respon cepat terhadap rangsangan
5 Respon lambat terhadap rangsangan
6 Tidak berespon terhadap rangsangan
Lampiran 6
Pedoman Puasa Sebelum Menjalani Prosedur Menurut
American Society Of Anethesiologist
Jenis makanan Periode puasa minimal
Cairan bening / jernih 2 jam
Air susu lbu (ASI) 4 jam
Susu formula untuk bayi 6 jam
Susu sapi 6 jam
Makanan ringan 6 jam
Rekomendasi ini diaplikasikan untuk pasien sehat yang akan menjalani prosedur elektif.
Tidak ditujukan untuk wanita hamil. Perlu diingat bahwa dengan mengikuti pedoman ini
tidak menjamin pengosongan lambung yang sempurna.
Periode puasa minimal diaplikasikan untuk semua usia.
Contoh cairan bening / jernih adalah: air putih, jus buah tanpa bulir / ampas, minuman
berkarbonasi, teh, dan kopi.
Konsistensi susu sapi mirip dengan makanan padat dalam waktu pengosongan lambung,
jumlah susu yang diminum harus dipertimbangkan saat menentukan periode waktu puasa
yang tepat.
Contoh makanan ringan adalah roti dan cairan bening. Makanan yang digoreng atau
berlemak atau daging dapat memperlama waktu pengosongan lambung. Jumlah dan jenis
makanan yang dikonsumsi harus dipertimbangkan saat menentukan periode waktu puasa
yang tepat.
Lampiran 7
Peralatan Emergensi Untuk Sedasi Dan Analgesik
1. Peralatan emergensi yang sesuai harus tersedia saat melakukan pemberian sedasi /
analgesik yang berpotensi untuk menyebabkan depresi kardiorespirasi
2. Berikut adalah pedoman mengenai peralatan apa saja yang harus tersedia, dapat
dimodifikasi sesuai dengan kondisi tempat praktik / institusi.
a. Peralatan intravena
a. Sarung tangan
b. Tourniquet
c. Swab alcohol
d. Kassa steril
e. Kateter intravena / kanula infus (ukuran 24, 22)
f. Selang infus (untuk anak-anak menggunakan tetesan mikro: 60 tetes/ml)
g. Cairan intravena / cairan infuse
h. Jarum suntik untuk aspirasi obat, injeksi intramuscular (pada anak dan bayi:
jarum untuk injeksi intraosseous sumsum tulang)
i. Spuit dengan beragam ukuran
j. Perekat
b. Peralatan untuk manajemen jalan napas dasar
1) Sumber oksigen yang bertekanan
2) Mesin suction
3) Kateter untuk suction
4) Suction tipe-Yankauer
5) Sungkup wajah (berbagai ukuran dari bayi-dewasa)
6) Satu set self-inflating breathing bag-valve
7) Oropharyngeal aitways dan nasopharyngeal airways
8) Lubrikan / gel pelumas
c. Peralatan untuk manajemen jalan napas lanjut (untuk petugas dengan keahlian
intubasi)
1) Laryngeal mask aitways (LMA)
2) Pegangan laringoskop
3) Bilah laringoskop
4) Tabung endotrakeal (endotracheal tube-ETT): ukuran dengan balon berdiameter
6.0, 7.0, 8.0 mm.
5) Stilet / mandarin (ukuran disesuaikan dengan diameter ETT)
d. Obat-obatan antagonis
1) Nalokson
2) Flumazenil
e. Obat-obatan emergensi
1) Epinefrin
2) Efedrin
3) Vasopressin
4) Atropine
5) Nitrogliserin (tablet atau semprot)
6) Amiodaron
7) Lidokain
8) Dekstrose 10%, 25%,
9) Difenhidramin
10) Hidrokortison, metilprednisolon, atau deksametason
11) Diazepam atau midazolam
Lampiran 8
Setiap rumah sakit harus mempunyai kriteria pemulihan dan pemulangan yang sesuai
dengan pasien dan prosedur yang dilakukan. Beberapa prinsip dasar yang harus miliki
adalah:
1. Prinsip umum
a. Pengawasan medis dalam fase pemulihan dan pemulangan pasien setelah
pemberian sedasi sedang / dalam merupakan tanggung jawab dokter yang
melakukan sedasi.
b. Ruang pemulihan harus dilengkapi dengan monitor dan peralatan resusitasi yang
adekuat
c. Pasien yang menjalani sedasi sedang atau dalam harus dipantau sampai kriteria
pemulangan terpenuhi.
1) Durasi dan frekuensi pemantauan harus disesuaikan dengan masing-masing
pasien bergantung pada tingkat sedasi yang diberikan, kondisi umum pasien,
dan intervensi / prosedur yang dilakukan
2) Oksigenasi harus dipantau sampai pasien terbebas dari risiko depresi
pernapasan
d. Tingkat kesadaran, tanda Vital, dan oksigenasi (jika diindikasikan) harus dicatat
dengan rutin dan teratur
e. Perawat atau petugas terlatih Iainnya yang bertugas memantau pasien dan
mengidentifikasi adanya komplikasi harus dapat hadir / mendampingi pasien
hingga kriteria pemulangan terpenuhi.
PROSEDUR SEDASI
1. Pengertian (Definisi) Pemberian sedasi untuk pasien pediatrik, dewasa, atau geriatrik yang akan menjalani
prosedur diagnostik atau terapeutik di ruang perawatan oleh dokter non anestesiologi.
Populasi pasien pediatrik adalah populasi pasien bayi, anak, atau remaja yang berusia
kurang dari 18 tahun.
Populasi pasien dewasa adalah populasi pasien yang berusia antara 19 – 59 Tahun.
Populasi pasien geriatri adalah populasi pasien yang telah mencapai usia 60 (Enam
puluh) tahun ke atas.
Tujuan pemberian sedasi untuk pasien pediatrik, dewasa, atau geriatrik yang akan
menjalani prosedur diagnostik atau terapeutik di ruang perawatan adalah:
Meminimalisasi stres kardiovaskular selama tindakan
Menjaga pasien tetap diam dan tenang selama tindakan berlangsung
Healthcare Organization)
Pasien dengan prosedur tindakan singkat dengan risiko gangguan jalan nafas minimal.
3. Kontraindikasi Tidak ada kontraindikasi absolut untuk pemberian sedasi sedang pada pasien pediatrik, dewasa, atau
geriatrik, namun risiko tindakan harus diperhitungkan apabila dapat menyebabkan hemodinamik tidak
stabil atau perburukan kondisi pasien berkaitan dengan efek samping obat.
Pemeriksaan dan penilaian pasien; sesuaikan identitas pasien, anamnesa pasien atau keluarga
pasien, pemeriksaan fisik atau kondisi pasien saat itu, timbang berat badan, cek status puasa
Pasien sudah dipasang jalur intravena perifer di ruang rawat atau ruang
persiapan tindakan, bila sulit memasang akses intravena konsultasi kepada
DPJP non anestesi.
Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tujuan, prosedur sedasi
sedang yang akan dilakukan, resiko dan komplikasi.
Persiapkan ruang rawat atau ruang rawat intensif bila diperlukan untuk
prosedur yang rentan dapat menyebabkan penurunan kondisi pasien pada
pasien dengan kelainan jantung yang berat.
Persiapan Petugas
Persiapkan personel ruangan bahwa prosedur tindakan
akan dimulai.
DPJP hadir di ruang prosedur tindakan
Setelah dilakukan prosedur tindakan, satu perawat
mendampingi pasien sampai sadar pulih.
5. Prosedur Tindakan
Pemberian obat sedasi sedang dilakukan di ruang tindakan
Premedikasi diberikan sesuai penilaian DPJP
Penilaian awal tanda vital yang meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan
saturasi perifer
Pemberian obat sedasi secara titrasi untuk mencapai tahapan sedasi sedang
yang diharapkan
o Oral Kloralhirat dosis 50-100 mg/KgBB pada pasien pediatrik
o Intravena midazolam dengan dosis 0.02 – 0.1 mg/KgBB pada
pasien dewasa dengan dosis maksimal 2 mg.
o Intravena fentanyl dengan dosis 0.25-0.5 mikro/KgBB pada pasien
dewasa.
o Pasien harus mencapai Ramsay score kurang dari 4 sebelum dipindahkan
ke ruang pemulihan.
Tabel Skor Ramsay
Score Description
0 Bangun penuh
1 Agitasi, gelisah
2 Bangun, koperatif
3 Tidur tapi koperatif
4 Sedasi dalam, reaksi cepat terhadap nyeri
5 Sedasi dalam, reaksi lambat terhadap nyeri
6 Sedasi dalam, tak ada reaksi terhadap nyeri
11. Indikator Medis 90% pasien dengan hemodinamik stabil selama tindakan
12. Kepustakaan 1. Annas SM, Rashid A, Latif H. Sedation for children undergoing cardiac
catheterization: A review of literature. J Pak Med Assoc 2012;62(2):159-163.
2. Vittinghoff M. Deep sedation/procedural sedation for cardiac catheterization in
children. App Cardiopulm Pathophysiol 2009;13:34-40.
3. Moffit EA, Dawson B, O’Neil NC. Anesthesia for pediatric cardiac
catheterization and angiography. Anesth Analg 1960;40(5):483- 490.
4. Verghese ST, Martin GR. Heavy sedation versus general anesthesia for pediatric
invasive cardiology: A grayer shade of blue versus pinker shade of pale. Pediatr
Cardiol 2003;24:193-4.
5. Bernard PA, Ballard H, Schneider D. Current approaches to pediatric heart
catheterizations. Pediatric Reports 2011;3:93-6.
6. Bashore TM, Bates ER, Berger PB, Clark DA, Cusma JT, Dehmer GJ. American
College of Cardiology / Society for Cardiac Angiography and Interventions
Clinical Expert Consensus Document on Cardiac Catheterization Laboratory
Standards. J Am
College Cardiol 2011;3: 2170-214.
7. Tosun Z, Akin A, Guler G, Esmeglu A, Boyaci A. Dexmedetomidine- ketamine
and propofol –ketamine combinations for anesthesia in spontaneously breathing
pediatric patients undergoing cardiac catheterization. J Cardiothorac Vasc
Anaesth 2006;20:515-9.
8. Pino RM. The nature of anesthesia and procedural sedation outside of the
operating room. Curr Opin Anaesthesiol. 2007; 20: 347-351.
9. American Society of Anesthesiologists. Task Force on Sedation and Analgesia
by Non-anesthesiologists. Practice guidelines for sedation and analgesia by non-
anesthesiologists. Anesthesiology. 2002;96:1004-1017.
10. Joint Commission Resources: Comprehensive Accreditation Manual for
Hospitals: The Official Handbook. Oakbrook Terrace, IL: Joint Commission on
Accreditation of Healthcare Organizations, 2007, PC41-43.
11. Committee on Drugs, American Academy of Pediatrics. Guidelines for
monitoring and management of pediatric patients during and after sedation for
diagnostic and therapeutic procedures: addendum. Pediatrics. 2002;110:836-8.
12. Krauss B, Green SM. Procedural sedation and analgesia in
children. Lancet. 2006;367:766-780.