Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN

PROSEDUR SEDASI MODERAT DAN DALAM

RUMAH SAKIT FATIMA KETAPANG


2018

RS Fatima Ketapang
KATA PENGANTAR

Pelayanan sedasi Moderat dan dalam adalah Prosedur sedasi adalah


teknik pemberian obat penenang atau obat disosiatif dengan atau tanpa
analgetik yang memungkinkan pasien untuk mentolerir prosedur tindakan dimana
fungsi kardio respirasi tetap terjaga, dan mampu mempertahankan oksigenasi
serta kontrol nafas secara mandiri
Panduan sedasi disusun untuk di jadikan panduan dalam memberikan
pelayanan sedasi di RS Fatima Ketapang.

Tim penyusun

POKJA PAB

RS Fatima Ketapang
DAFTAR ISI

Halaman i
Judul.................................................................................................................
SK DIREKTUR RS FATIMA KETAPANG TENTANG PANDUAN PELAYANAN
SEDASI MODERAT DAN DALAM RS FATIMA KETAPANG ii
....................................................................................................................................... iii
.. i
Kata v
Pengantar................................................................................................................. 1
Daftar 2
Isi.......................................................................................................................... 3
BAB I : DEFINISI.............................................................................................. 4
BAB II : RUANG LINGKUP.............................................................................. 5
BAB III : TATA LAKSANA................................................................................ 6
BAB IV : DOKUMENTASI..................................................................................
BAB V : PENUTUP……………………………………………………….……
Kepustakaan..................................................................................................................
..

RS Fatima Ketapang
BAB I
DEFINISI

1. Prosedur sedasi adalah teknik pemberian obat penenang atau obat disosiatif
dengan atau tanpa analgetik yang memungkinkan pasien untuk mentolerir
prosedur tindakan dimana fungsi kardio respirasi tetap terjaga, dan mampu
mempertahankan oksigenasi serta kontrol nafas secara mandiri.
2. Sedasi sedang adalah pemberian obat yang mnyebabkan penurunan kesadaran,
namun pasien masuh dapat merespon perintah verbaldengan atau tanpa
rangsangan sentuh, tidak diperlukan intervensi untuk menjaga patensi jalan
nafas, ventilasi spontan aadekuat, dan fungsi kardiovaskuler biasanya tidak
terganggu.
3. Sedasi dalam adalah pemberian obat yang menyebabkan penurunan kesadaran
sehingga pasien tidak mudah untuk dibangunkan, namun merespon terhadap
rangsangan nyeri mungkin diperlukan intervensi untuk menjaga patensi jalan
nafas, ventilasi spontan mungkin tidak adekuat, dan fungsi kardiovaskuler
biasanya tidak terganggu.

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Pelayanan sedasi meliputi:


1. Pelayanan anestesi di kamar operasi IBS
2. Pelayanan sedasi di luar kamar operasi:
o HCU/ICU
o IGD
o Ponek/ VK Obsgyn
o Radiologi dan
o Poli GiGi
3. Pelayanan Perioperatif
4. Penanggulangan nyeri
5. Resusitasi jantung paru

Klasifikasi Sedasi :
a. Sedasi ringan
 Mampu secara normal merespon stimulasi verbal

RS Fatima Ketapang
 Fungsi kognitif dan koordinasi dapat mulai terganggu, sedangkan fungsi
ventilasi dan kardiovaskuler tidak terganggu.
b. Sedasi sedang / analgesia
 Pasien tidur, merespon terhadap perintah verbal
 Jalan nafas paten, dan ventilasi spontan masih adekuat
 Fungsi kardiovaskuler tidak terganggu

c. Sedasi dalam
 Pasien bisa merespon terhadap perintah verbal, namun respon terhadap
stimulasi nyeri tidak kuat atau berkurang
 Fungsi ventilasi mungkin sudah terganggu, pasien mungkin sudah
membutuhkan bantuan untuk menjaga patensi jalan nafas
 Ventilasi spontan umumnya tidak adekuat
 Kardiovaskuler tidak terganggu

BAB III
TATA LAKSANA

1. Assesmen pra sedasi di gunakan untuk mengevaluasi risiko dan ketepatan


sedasi bagi pasien.
2. Tenaga medis yang melakukan prosedur sedasi harus mahir dalam manajemen
jalan nafas, resusitasi kardiovaskuler dan harus memiliki keterampilan yang
dibutuhkan untuk mengontrol kedalaman sedasi.
3. Sedasi ringan pasien dewasa dapat dikerjakan oleh tenaga medis yang sudah
mendapatkan pelatihan sedasi, termasuk prosedur sedasi ringan pada pasien
pediatrik.
4. Sedasi sedang dan sedasi dalam dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi
sesuai kompetensinya dalam:
a. Teknik berbagai modus sedasi;
b. Monitoring yang tepat;
c. Respons terhadap komplikasi;
d. Penggunaaan zat- zat reversal; dan
e. Sekurang – kurangnya bantuan hidup dasar
5. Persiapan pasien :
a. Perhatian khusus pada pasien anak-anak dan pasien usia lanjut
b. Pastikan ketersediaan obat-obat emergensi dan peralatan resusitasi
c. Memastikan akses intravena berfungsi dengan baik

RS Fatima Ketapang
d. Memastikan kondisi fisik dan kelengkapan administrasi (inform
concent)
e. Pastikan monitor pasien sesuai dengan kebutuhan dan berfungsi baik
f. Sediakan obat-obat premedikasi, induksi, dan pemeliharaan sesuai
dengan kebutuhan kondisi pasien
g. Premedikasi sesuai kebutuhan
6. Pelaksanaan :
a. Pasien masuk ruang tindakan
b. Dilakukan monitoring sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien tiap
lima menit dan di dokumentasikan pada lembar rekam medis
c. Diberikan obat-obatan sedasi dan pemeliharaan sesuai dengan kondisi
pasien dan jenis tindakan
d. Teknik pemberian obat pemeliharaan sedasi disesuaikan dengan kondisi
pasien dan jenis tindakan
7. Pengakhiran sedasi :
a. Diberikan obat analgesi dan pencegahan mual muntah sesuai kebutuhan
dan kondisi pasien
b. Obat-obat pemeliharaan sedasi dihentikan setelah tindakan selesai
8. Pemulihan sedasi :
a. Selesai tindakan sedasi pasien dilakukan pengelolaan pasca sedasi di
ruang pemulihan pasca anestesi dan sedasi (recovery room).
b. Pasien dinilai tingkat kesadaran dan monitoring tanda vital tiap 5 menit
selama 15 menit pertama
c. Selanjutnya penilaian dilakukan tiap 15 menit sampai pasien benar-benar
sadar.
d. Kriteria pemindahan pasien menggunakan skor Aldrette dan Steward
e. Dilakukan serah terima pada saat pasien dipindahkan
9. Pelayanan sedasi sedang dan dalam :
a. Tahap pra-sedasi :
 Perencanaan tindakan sedasi yang akan dilakukan berdasarkan
hasil penilaian pra-sedasi yang dilakukan oleh dokter anestesi
 Dokter anestesi dapat meminta konsultasi ke spesialis yang lain jika
diperlukan, misalnya pasien anak ke dokter spesialis anak, dan lain-
lain
 Sebelum dilakukan tindakan sedasi sedang dan dalam dimulai,
dokter anestesi memberikan penjelasan dan edukasi serta meminta
persetujuan tindakan medis (inform concent) kepada pasien atau
wali sah

RS Fatima Ketapang
 Persiapan sedasi dilakukan jika pasien atau wali sah dan atau
keluarga pasien setuju terhadap tindakan sesuai dengan hasil
kunjungan pra-sedasi
b. Tahap intra sedasi :
 Tim anestesi melakukan evaluasi ulang kelengkapan rekam medis,
obat-obatan, monitoring pasien, troliemergensi, dan peralatan
resustasi
 Dilakukan pemasangan infuse, oksigen (bila diperlukan) dan alat
monitoring
 Tim anestesi melakukan proses sign in
 Dokter anestesi melakukan penilaian ulang untuk menilai kesiapan
pasien menjalani prosedur sedasi
 Seluruh tim melakukan proses time out, kemudian prosedur
tindakan dapat dimulai
 Tim anestesi melakukan pemantauan yang berkesinambungan
selama proses sedasi berlangsung dan bereaksi cepat terhadap
segala kondisi pasien akibat tindakan sedasi

BAB IV
DOKUMENTASI

Semua proses pra-sedasi, intra-sedasi, dan pasca-sedasiterdokumentasikan dalam


rekam medis pasien yaitu di status pasien sebagai bukti yang akurat dalam
melaksanakan asuhan kepada pasien.

RS Fatima Ketapang
BAB V
PENUTUP

Panduan pelayan sedasi dibuat dengan tujuan sebagai acuan pelayanan sedasi
sehingga proses pelayanan sedasi berjalan aman dan efektif, berperikemanusiaan dan
memuaskan bagi pasien yang menjalani proses sedasi atau prosedur medis.
Revisi sebagai bentuk perbaikan dan penyempurnaan akan dilakukan secara
periodik, sehingga panduan ini dapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisi
perkembangan Rumah Sakit.

Ditetapkan di : Ketapang
Pada tanggal : 05 Januari 2018

Direktur
Rumah Sakit Fatima Ketapang

Dr. Margaretha Indah W., MPH

RS Fatima Ketapang
KEPUSTAKAAN

1. Undang-undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

2. Undang-undang RI No. 36 tentang Kesehatan;

3. Undang- undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;

4. Permenkes RI No. 398/Menkes/1994 tentang standar Pelayanan Rumah Sakit;

5. Permenkes RI No. 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan


Kedokteran;

6. Peraturan Menteri Kesehatan no 519/MENKES/PER/III/2011 tentang Pedoman


Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi Dan Terapi Intensif di Rumah Sakit;

7. Permenkes RI No.18 tahun 2016 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek


Penata Anestesi

8. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. HK.02.02/MENKES/251/2015 tentang


Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Anestesiologi dan Terapi Intensif

9. American Collage of Emergency Physicians. (2001). Procedural Sedation.


http:/ace p. org ‘Physician-Resources’ Procedural-Sedation.

10. American Society of Anesthesiologists. (2002). Practice Guidelines for Sedation


and Analgesia by Non-Anesthesiologists.

11. The South African Society of Anesthesiologist. (2010). SASA Sedation Guidelines
2010. http:/www.sasaweb.com Adult Sedation Guidelines 2010.pdf

RS Fatima Ketapang

Anda mungkin juga menyukai