Rengasdengklok, Karawang
2018
LEMBAR PENGESAHAN
NOMOR : 47/RSUP/SK-DIR/IV/2018
REVISI
PEMBUATAN
REVISI I ……2018
REVISI II
BAB I
DEFINISI
Sedasi adalah tehnik pembiusan dengan penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan
depresion dari sistem saraf pusat sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan. Selama
tindakan, kontak verbal dengan pasien harus tetap terjaga.
Berdasarkan definisi ini, maka setiap kehilangan kesadaran yang berhubungan dengan teknik
yang dilakukan dapat didefinisikan sebagai anestesi umum. Selama sedasi, diharapkan pasien
dapat dipertahankan jalan napas dan refleks protektif.
Republik Indonesia The American Society of Anesthesiologists menggunakan definisi berikut
untuk sedasi :
1. Sedasi minimal adalah: suatu keadaan dimana selama terinduksi obat, pasien berespon
normal terhadap perintah verbal. Walaupun fungsi kognitif dan koordinasi terganggu,
tetapi fungsi kardiovaskuler dan ventilasi tidak dipengaruhi.
2. Sedasi sedang (MODERAT) adalah: suatu keadaan depresi kesadaran setelah terinduksi
obat di mana pasien dapat berespon terhadap perintah verbal secara spontan atau setelah
diikuti oleh rangsangan taktil cahaya. Tidak diperlukan intervensi untuk menjaga jalan
napas paten dan ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga.
3. Sedasi dalam adalah: suatu keadaan di mana selama terjadi depresi kesadaran setelah
terinduksi obat, pasien sulit dibangunkan tapi akan berespon terhadap rangsangan
berulang atau rangsangan sakit. Kemampuan untuk mempertahankan fungsi ventilasi
dapat terganggu dan pasien dapat memerlukan bantuan untuk menjaga jalan napas paten.
Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga.
Dapat terjadi progresi dari sedasi minimal menjadi sedasi dalam di mana kontak verbal dan
refleks protektif hilang. Sedasi dalam dapat meningkat hingga sulit dibedakan dengan anestesi
umum, dimana pasien tidak dapat dibangunkan, dan diperlukan tingkat keahlian yang lebih
tinggi untuk penanganan pasien. Kemampuan pasien untuk menjaga jalan napas pasien sendiri
merupakan salah satu karakteristik sedasi sedang atau sedasi sadar, tetapi pada tingkat sedasi
ini tidak dapat dipastikan bahwa refleks protektif masih baik. Beberapa obat anestesi dapat
digunakan dalam dosis kecil untuk menghasilkan efek sedasi. Obat-obat sedative dapat
menghasilkan efek anestesi jika diberikan dalam dosis yang besar.
SEDASI
RINGAN/ SEDASI SEDASI ANESTESI
TINGKATAN
MINIMAL SEDANG BERAT/DALAM UMUM
(ANXIOLYSIS )
Tidak sadar,
Merespons Merespons setelah
Respons normal meskipun
terhadap diberikan stimulus
RESPONS terhadap stimulasi dengan
stimulus berulang/stimulus
verbal stimulus
sentuhan nyeri
nyeri
JALAN NAPAS Tidak terpengaruh Tidak perlu Mungkin perlu Sering
intervensi intervensi memerlukan
intervensi
VENTILASI Dapat tidak Sering tidak
Tidak terpengaruh Adekuat
SPONTAN adekuat adekuat
Biasanya dapat Biasanya dapat
FUNGSI Dapat
Tidak terpengaruh dipertahankan dipertahankan
KARDIOVASKULER terganggu
dengan baik dengan baik
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Sedasi pada orang dewasa.
B. Sedasi pada anak.
Perbedaan pelayanan sedasi pada anak dan dewasa, pada dasarnya terletak pada :
1. Berat badan.
2. Umur.
3. Aktifitas basal metabolism.
C. Kelebihan tehnik sedasi :
1. Obat diberikan secara bertahap.
2. Selama tindakan pasien dalam keadaan mengantuk dan tidur.
3. Obat yang diberikan dapat memiliki efek amnesia.
D. Kelemahan tehnik sedasi
1. Pasca sedasi pasien harus sadar penuh sebelum bias diberi minum.
2. Sampai 24 jam pasca sedasi pasien tidak diperbolehkan mengendarai mobil,
mengoperasikan mesin dan menandatangani dokumen penting yang bersifat legal.
E. Komplikasi sedasi
1. Oleh karena tindakan sedasi merupakan rangkaian proses dinamik dan dapat berubah,
maka sedasi ringan ataupun moderat bias bergeser menjadi sedasi dalam.
2. Efek samping pasca sedasi dapat berupa mual / muntah, menggigil, pusing,
mengantuk, yang bias diatasi dengan obat-obatan.
3. Alergi / hipersensitif terhadap obat (sangat jarang) mulai derajat ringan hingga berat.
4. Berisiko pada pasien yang tidak puasa, bias terjadi
BAB III
TATA LAKSANA
1. Kualifikasi dan Ketrampilan
Semua pengguna sedasi harus mempunyai :
a. Staf trainer dan asisten khusus. Termasuk staf medis dan dental staf, perawat dan
personil operasi lain dalam Instalasi ini, yang semuanya harus terlatih dalam
aspek teoritis dan klinis tentang sedasi dan masing-masing mengerti jelas tentang
peran serta mereka.
b. Orang yang melakukan prosedur didefinisikan sebagai ‘operator’ dan orang yang
terlatih secara terpisah mengelola sedasi dan merawat anak selama prosedur disebut
anesthetist.
c. Sistem pengorganisasian perawatan pasien termasuk :
1) Penilaian pra operasi, informasi pra-dan pasca operasi
2) Protokol
3) Pemberian informed
d. Tersedianya monitoring dan peralatan yang terawat. Monitoring minimal meliputi
tingkat kesadaran, nyeri, frekuensi dan pola pernapasan, denyut nadi. Jika
menggunakan sedasi IV, pengunaan oksimetri nadi merupakan prosedur standar
dan pada banyak prosedur lainnya monitoring tekanan darah,elektrokardiogram dan
suhu semakin sering digunakan.
e. Fasilitas
f. Pelatihan basic life support, dan idealnya ada pelatihan Advanced life
g. Pelatihan keterampilan resusitasi secara
h. Staf dilatih untuk membantu dalam pengelolaan darurat
i. Rekam medis.
2. Kontraindikasi
Kontraindikasi untuk sedasi :
a. Pasien menolak / keluarga
b. Bayi kecil dengan prosedur tidak menyakitkan, misalnya komputer tomografi,
biasanya dapat dengan pemberian makanan dan menjaga tetap hangat sehingga
bayinya bisa tidur selama prosedur.
c. Bayi exprematur < 56 minggu dari usia konsepsional, karena berisiko terjadinya
depresi pernapasan serta sedasi
d. Gangguan perilaku
e. Diketahuinya ada masalah pada jalan napas, misalnya obstructive sleep apnoea,
abnormalitas
f. Adanya penyakit pernapasan yang secara signifikan memerlukan terapi
g. Adanya ketidakstabilan jantung
h. Adanya penyakit ginjal atau hati yang diprediksi akan menghambat bersihan obat
sedasi.
i. Berisiko secara signifikan untuk terjadinya refluks gastro-esofagus.
j. Peningkatan tekanan
k. Epilepsi berat atau tidak
l. Alergi atau kontraindikasi spesifik untuk obat-obatan sedasi atau gas (misalnya
nitrogen oksida harus dihindari jika dijumpai adanya pneumotoraks).
m. Prosedur lama
3. Pengguna Obat
Obat yang digunakan untuk sedasi :
Sedasi yang efektif harus memungkinkan prosedur dilakukan dimana anak sementara
dalam keadaan mengantuk,bebas nyeri, dengan ketakutan atau kecemasan yang
minimal. Penggunaan anestesi lokal dan analgesik sederhana sangatlah penting, dan
terapi pengalihan perhatian juga sangat berguna. Orang tua sering dihadirkan, dimana
hal ini sangat membantu dalam menjaga kepercayaan anak.
Kebanyakan obat sedasi, yang diberikan dalam jumlah tertentu, dapat beresiko
menghasilkan ketidaksadaran pada anak.Hal ini dapat menyebabkan hipoksia,
hiperkapnia dan berpotensi terjadi aspirasi. Untuk itu pada penggunaan tehnik sedasi
non-anestesi, maka harus mempunyai margin of safety lebar.
Personil non-anestesi yang memberikan obat sedasi termasuk dokter (terutama ahli
radiologi, gastroenterologis dan kardiologis), perawat spesialis dan dokter gigi,
semuanya harus benar-benar terlatih untuk memberikan pelayanan yang aman dan
efektif.
Organisasi sedasi untuk anak di rumah sakit semakin berkembang pesat. Beberapa pusat
pediatrik melatih sedationists yang biasanya berasal dari perawat spesialis (nurse-lead
sedation). Namun, tanggung jawab untuk pelatihan dan pengembangan idealnya harus
terletak pada departemen anestesi dengan konsultan yang membawahi layanan.
Pasien harus dipersiapkan seolah-olah mereka akan mengalami anestesi umum. Mereka
harus :
a. Diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan dan telah memberikan persetujuan
tindakan.
b.Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum terakhir, dan diidentifikasi faktor-faktor
risiko potensial seperti alergi atau kondisi medis
Obat Oral
Penilaian dosis obat oral dalam bentuk kombinasi mungkin agak sulit,
dimana kemungkinanakan meningkatkansedasi yang efektif tetapi juga berpotensi meni
ngkatkan kejadian efek samping
Hal ini terutama terjadi pada bayi yang kecil dan pada anak dengan kelainan ginjal, hati
atau fungsi neurologis dimana kerja obat sukar untuk diprediksi.
Catatan: Pada anak yang lebih besar dosis tidak boleh melebihi dosis dewasa normal.
Kotak 3. Agen sedasi intravena
Obat Dosis sedasi (mg/kg) Detail
Apnue mungkin terjadi Amnesia
Midazolam 0,5 – 0,2
Gangguan prilaku dapat terjadi
Diazemuls = lipid formulasi
Diazepam 0,1-0,5
Waktu paruh panjang, berisiko pemulihan tertunda
Anestesia pada bayi dan anak kecil berbeda dengan anestesia pada orang dewasa, karena
mereka bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini.Seperti pada anestesia untuk orang
yang dewasa anestesia anak kecil dan bayi khususnya harus diketahui betul sebelum
dapat melahirkan anestesia karena itu anestesia pediatri seharusnya ditangani oleh
dokter spesialis anestesiologi atau dokter yang sudah berpengalaman.
Beberapa perbedaan dengan orang dewasa adalah hal-hal yang menyangkut masalah
psikologi, anatomi, fisiologi, farmakologi dan patologi. Ada 5 perbedaan mendasar
anatomi dari airway pada anak-anak dan dewasa yaitu :
a. Pada anak-anak, kepala lebih besar, dan lidah juga alebih besar
b. Laring yang letaknya lebih anterior
c. Epiglottis yang lebih panjang
d. Leher dan trache yang lebih pendek daripada dewasa
e. Cartilago tiroid yang terletak berdekatan dengan airway
8. Pemeriksan Fisik
Perhatian khusus dilakukan untuk evaluasi jalan napas, jantung, paru-paru dan
pemeriksaan neurologik .Jika ingin melaksanakan teknik anestesi regional maka perlu
dilakukan pemeriksaan extremitas dan punggung. Pemeriksaan fisik sebaiknya terdiri
dari :
a. Keadaan umum
Gelisah, takut, kesakitan, malnutrisi.
b. Tanda-tanda Vital
1) Tinggi dan berat badan perlu untuk penentuan dosis obat terapeutik dan
pengeluaran urine yang adekuat selama operasi .
2) Tekanan darah sebaiknya diukur dari kedua lengan dan tungkai (perbedaan
bermakna mungkin memberikan gambaran mengenai penyakit aorta thoracic
atau cabang-cabang besarnya).
3) Denyut nadi pada saat istirahat dicatat ritmenya, perfusinya (berisi) dan jumlah
denyutnya. Denyutan ini mungkin lambat pada pasien dengan pemberian beta
blok dan cepat pada pasien dengan demam, regurgitasi aorta atau sepsis. Pasien
yang cemas dan dehidrasi sering mempunyai denyut nadi yang cepat.
4) Respirasi diobservasi mengenai frekwensi pernapasannya , dalamnya dan pola
pernapasannya selama dilakukan observasi.
5) Suhu tubuh (Febris/ hipotermi).
6) Visual Analog Scale (VAS). Skala untuk menilai tingkat nyeri
c. Kepala dan Leher
1) Mata : anemis, ikteric, pupil (ukuran, isokor/anisokor, reflek cahaya)
2) Hidung : polip, septum deviasi, perdarahan
3) Gigi : gigi palsu, gigi goyang, gigi menonjol, lapisan tambahan pada gigi,
kelainan ortodontik lainnya.
4) Mulut : Lidah pendek/besar, TMJ (buka mulut jari), Pergerakan (baik/kurang
baik), sikatrik, fraktur, trismus, dagu kecil
5) Tonsil : ukuran (T1-T3), hiperemis, perdarahan
6) Leher : ukuran (panjang/pendek), sikatrik, masa tumor, pergerakan leher
(mobilitas sendi servical) pada fleksi ektensi dan ritasi, TMD, trakea (deviasi),
karotik bruit, kelenjar getah bening.
7) Dalam prediksi kesulitan intubasi sering di pakai 8T yaitu : Teet, Tongue,
Temporo mandibula joint, Tonsil, Torticolis, Tiroid notch/TMD, Tumor.
d. Thorak
1) Auskultasi jantung mungkin ditemukan murmurs (bising katup), irama gallop
atau perikardial rub.
2) Paru-paru.
a) Inspeksi : Bentuk dada (Barrel chest, pigeon chest, pectus excavatum,
kifosis, skoliosis) Frekwensi (bradipnue/takipnue) Sifat pernafasan
( torakal, torako abdominal/abdominal torako), irama pernafasan
(reguler/ireguler, cheyne stokes, biot), Sputum (purulen, pink frothy),
Kelainan lain (stridor, hoarseness/serak, sindroma pancoas).\
b) Palpasi : Premitus (normal, mengeras, melemah)
c) Auskulatasi : Bunyi nafas pokok ( vesikuler, bronchial, bronkovesikuler,
amporik), bunyi nafas tambahan (ronchi kering/ wheezing, ronchi
basah/rales, bunyi gesekan pleura, hippocrates succussion)
d) Perkusi : sonor, hipersonor, pekak, redup.
e) Abdomen.Pristaltik (kesan normal/meningkat/meenurun), Hati dan limpa
(teraba/tidak, batas, ukuran, per-mukaan), distensi, massa atau
asites (dapat menjadi predisposisi untuk regurgitasi).
f) Kateter (terpasang/tidak), urin (volume : cukup (0,5-1 cc/jam), anuria (<
20 cc/24 jam), oliguria (25 cc/jam atau 400 cc/24jam), Poliuria (> 2500
cc/24 jam)], kwalitas (BJ, sedimen), tanda tanda sumbatan saluran kemih
(seperti kolik renal)
g) Muskulo Skletal – Extremitas. Edema tungkai, fraktur, gangguan
neurologik /kelemahan otot (parese, paralisis, neuropati perifer, distropi
otot), perfusi ke distal (perabaan hangat/dingin, cafilay refil time,
keringat) , Clubbing fingger, sianosis, anemia, dan deformitas, infeksi
kutaneus (terutama rencana canulasi vaskuler atau blok saraf regional).
9. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaanlaboratorium ada 2 yaitu pemeriksaan rutin dan khusus
a. Pemeriksaan laboratorium rutin :
1) Darah : Hb, lekosit, hitung jenis lekosit, golongan darah, masa pembekuan, masa
perdarahan.
2) Foto toraks : terutama untuk bedah mayor, pasien diatas 60 thn, atau sesuai
3) EKG : terutama untuk pasien berumur diatas 40 tahun atau sesuai
b. Pemeriksaan khusus, dilakukan bila ada riwayat atau indikasi, misalnya :
1) EKG pada
2) Spirometri dan bronkospirometri pada pasien tumor
3) Fungsi hati pada pasien
4) Fungsi ginjal pada pasien
5) Analisa gas darah, elektrolit pada pasien ileus obstruksi atau bedah
6) Untuk pemeriksaan khusus yang lebih mendalam, misalnya ekokardiografi atau
kateterisasi jantung diperlukan konsulatasi dengan ahli-ahli bidang lain sehingga
persiapan dan penilaian pasien dapat dilakukan lebih
PT /
Kondisi preo Lek Elekt Gula X–ra
APT PLT/BT BUN/Creat SGOT/Al.Ph E K G Preg T/S
perative Hb osit rolit darah y
T
P W
Operasi dengan
X X X
perdarahan
Operasi tanpa
perdarahan
Neonatus X X
Umur < 40 X
Umur40-49 X M
Umur50–64 X X
Umur > 65 X X X X + X
Peny. Kardiovaskul
X X X
ar
Penyakit paru X X
Keganasan X X * * X
Terapi radiasi X X X
Penyakit hati X X
Terpapar hepatitis X
Penyakit ginjal X X X X
Gangguan
X X
Perdarahan
Diabetes X X X X
Merokok X X X
Kehamilan X
Pemakaian
X X
Deuretik
Pemakain digoxin X X X
Pemakaian Steroid X X
Pemakaian anti
X X X
agulan
Penyakit SSP X X X X X
Tabel berikut ini merupakan suatu petunjuk untuk menggunakan penilaian klinis dalam
membuat permintaan pemeriksaan.
13. Informed
Pasien, anggota keluarga atau wali pasien harus diberitahu tentang intervensi bedah dan
kemungkinan komplikasi yang dapat timbul. Kapasitas putusan merupakan prasyarat
untuk suatu informed consent yang sesuai dengan hukum dan moral. Pasien usia lanjut
mungkin tidak sepenuhnya memahami intervensi yang direncanakan, sehingga kerabat
terdekat harus terlibat untuk memperoleh informed consent yang terperinci. Status
mental dan kognitif pasien harus dipertimbangkan dan didokumentasikan.
14. Peralatan
a. Alat-alat :
1) Mesin anestesi
2) Circuit/breathing anestesi
3) Ventilator anestesi
4) Monitor
b. Mesin anestesi
Gas supplies O2 dan N2O
c. Monitor
1) Blood pressure (noninvasive or invasive)
2) ECG (electrocardiograf)
3) Pulse oxymeter
4) Caphinograf
d. Ventilator anestesi
1) Menggunakan daya listrik
2) Ventilator Flowmeter (rotameter)
a) Measure gas flow –> FGF
b) Have safety systems (FGF, 25%)
3) Vaporizer
4) High flow VAP, or low flow DAP / drawover VAP
5) Temperatur compensated VAP
e. System Sirkulasi
1) One way value (inspiratory dan ekspiratory)
2) Canister with CO2 absorber (sodalyme or baralyme)
a) Ca(OH)2 + NaOH + KOH + Silica
b) Ba(OH)2 + Ca(OH)2
3) Oxygen analyzer sensor
BAB IV
DOKUMENTASI