Kepala Unit
Disiapkan
Medis
Autorized Person
Diperiksa
Manajer
Diperiksa
Pelayanan
Disahkan Direktur
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM AGHISNA MEDIKA KROYA
NOMOR :XXX/SK/DIR/XX/XXXXX
TENTANG
PANDUAN SEDASI
RUMAH SAKIT UMUM AGHISNA MEDIKA KROYA
MEMUTUSKAN
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
di kemudian hari terdapat kesalahan akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Kroya
Pada Tanggal : .......................................
Direktur,
dr.
Lampiran Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Aghisna Medika Kroya
Nomor : //DIR/XI/
Tentang : Pemberlakuan Panduan Sedasi Rumah
Sakit Umum Aghisna Medika Kroya
Tanggal :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depresi dari sistem saraf pusat
sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan/ prosedur terhadap pasien. Selama
tindakan, kontak verbal dengan pasien harus tetap terjaga. Setiap kehilangan kesadaran
yang berhubungan dengan teknik yang dilakukan dapat didefinisikan sebagai anestesi
umum. Selama sedasi, diharapkan pasien tetap dapat mempertahankan jalan nafas dan
reflek protektif. Suatu konsep sedasi dalam telah disarankan, akan tetapi definisi terhadap
hal ini belum jelas. Menentukan tingkat sedasi pada anak mungkin lebih sulit, sehingga
bahaya anestesi dapat terjadi.
Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan / kontinu, sehingga tidak selalu mungkin
untuk memprediksi bagaimana respons setiap pasien yang mendapat sedasi. Oleh karena
itu, petugas anestesi yang memberikan sedasi harus dapat melakukan penanganan segera
terhadap pasien yang efek sedasi menjadi lebih dalam / berat daripada efek yang seharusnya
terjadi.
Pedoman terbaru dari Departement Of Healthon General Anesthesia and Dentistry telah
merekomendasikan untuk lebih banyak menggunakan sedasi ringan dan anestesi lokal,
sedangkan untuk keadaan yang sangat mutlak baru menggunakan anestesi umum.
Sedasi berbeda dengan anestesi umum. Pada anestesi umumterjadi hilangnya kesadaran
di mana pasien tidak memberikan respon, bahkan dengan pemberian stimulus nyeri.
Pasien sering membutuhkan bantuan untuk mempertahankan patensi jalan napas, dan
mungkin membutuhkan ventilasi tekanan positif karena tidak adekuatnya ventilasi
spontan/ fungsi kardiovaskular dapat terganggu.
Sedasi
Sedasi
ringan / Sedasi berat Anestesi
sedang/moderat
minimal / dalam umum
(pasien sadar)
(anxiolysis)
Merespons
Respons setelah Tidak sadar,
Merespons
normal diberikan meskipun
terhadap
Respons terhadap stimulus dengan
stimulus
stimulus berulang / stimulus
sentuhan
verbal stimulus nyeri
nyeri
Mungkin Sering
Tidak Tidak perlu
Jalan napas perlu memerlukan
terpengaruh intervensi
intervensi intervensi
1.3 Tujuan
Tujuan sedasi antara lain :
1. Mengurangi kecemasan, memberikan efek tenang agar dapat membantu berjalannya
prosedur dan memfasilitasi pengalaman yang membuat pasien merasa nyaman.
2. Meminimalkan cedera selama prosedur
3. Memberikan kondisi lingkungan yang ideal untuk tindakan endoskopi
Jika pemilihan pasien secara cermat dan dengan prosedur yang sesuai, penggunaan sedasi
bisa sangat berhasil (lihat Kotak 1). Semua penggunaan sedasi harus mempunyai :
1. Staf trainer dan asisten khusus. Termasuk staf medis dan dental staf, perawat dan
personil operasi lain dalam departemen ini, yang semuanya harus terlatih dalam aspek
teoritis dan klinis tentang sedasi dan masing-masing mengerti jelas tentang peran
mereka.
2. Orang yang melakukan prosedur disebut sebagai operator dan orang yang terlatih secara
terpisah mengelola sedasi dan merawat selama sedasi disebut sedationist.
3. Sistem pengorganisasian perawatan pasien termasuk : penilaian pra operasi, informasi
pra dan pasca operasi, protokol puasa, pemberian informed consent.
4. Tersedianya monitoring dan peralatan yang terawat. Monitoring minimal meliputi
tingkat kesadaran, nyeri, frekuensi dan pola pernafasan, denyut nadi. Jika menggunakan
sedasi IV, penggunaan oksimetri nadi merupakan prosedur standar dan pada banyak
prosedur lainnya memerlukan monitoring tekanan darah, capnography,
elektrokardiogram dan suhu secara rutin.
5. Fasilitas resusitasi
6. Pelatihan basic life support, dan idealnya ada pelatihan advanced life support.
7. Pelatihan resusitasi secara reguler
8. Staf dilatih untuk membantu dalam pengelolaan darurat medis
9. Rekam medis dan audit praktek.
2. Non-dokter
a. Perawat anestesi
Merupakan perawat dengan STR yang telah menyelesaikan program studi Perawat
Anestesi terakreditasi.
b. Asisten anestesi
Merupakan professional kesehatan yang telah menyelesaikan program studi Asisten
Anestesi terakreditasi.
2) Jackson Reese
3) Ventilasi Breathing Mask (VBM) sesuai ukuran
7) Laringoskop
b. Gas Oksigen
Di dalam ruang pelayanan sedasi harus tersedia suplai gas oksigen, dalam hal ini bisa
berupa gas oksigen dalam tabung atau gas sentral lengkap dengan konektor
humidifier.
d. Bedside Monitor
Bedside monitor yang harus ada mencakup alat pemantauan saturasi oksigen
(oksimetri), alat pengukur tekanan darah (tensimeter), alat pengukur nadi, alat rekam
jantung (ECG minimal 2 lead), alat pengukur suhu tubuh.
e. Mesin suction
Mesin yang sudah siap dengan perlengkapannya, antara lain : tabung, slang suction
dan catheter suction (sesuai ukuran).
f. Obat Emergensi
Obat-obatan emergensi yang harus tersedia di ruang pelayanan sedasi, antara lain :
1) Sulfas Atrophine (SA)
2) Ephineprine
3) Epedrine
4) Lidokain
5) Dexamethason
6) Aminophilyne
2) Riwayat anestesi / sedasi sebelumnya, dan efek samping yang pernah terjadi /
dialami
3) Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini, alergi obat, dan interaksi obat yang
mungkin terjadi
c. Pemeriksaan laboratorium (berdasarkan pada kondisi yang mendasari dan efek yang
mungkin terjadi dalam penanganan pasien)
d. Temuan klinis dikonfirmasi segera sebelum melakukan sedasi.
e. Konsultasi
Data yang harus dicatat dengan interval yang teratur sebelum, selama, dan setelah prosedur
dilakukan:
1. Tingkat kesadaran pasien (dinilai dari respons pasien terhadap stimulus)
a. respons menjawab (verbal): menunjukkan bahwa pasien bernapas
b. hanya memberikan respons berupa refleks menarik diri (withdrawal): dalam sedasi
berat / dalam, mendekati anestesi umum, dan harus segera ditangani.
2. Oksigenasi:
a. memastikan konsentrasi oksigen yang adekuat selama proses anestesi
b. gunakan oksimetri denyut (pulse oximetry)
3. Respons terhadap perintah verbal (jika memungkinkan)
4. Ventilasi paru (observasi, auskultasi)
a. Semua pasien yang menjalani sedasi harus memiliki ventilasi yang adekuat dan
dipantau secara terus-menerus
b. Lihat tanda klinis: pergerakan dinding dada, pergerakan kantong pernapasan,
auskultasi dada
5. Sirkulasi
a. Elektrokardiogram (EKG) untuk pasien dengan penyakit kardiovaskular yang
signifikan
b. Tekanan darah dan frekuensi denyut jantung setiap 5 menit (kecuali
dikontraindikasikan)
6. Temperatur tubuh
3.4 Pilihan Obat-Obatan Sedasi
1. Sedatif: untuk mengurangi ansietas / kecemasan, menyebabkan kondisi somnolen
2. Analgesik: untuk mengurangi nyeri
3. Kombinasi sedatif dan analgesik: efektif untuk sedasi sedang dibandingkan dengan
penggunaan satu jenis obat
3.5 Titrasi Dosis
1. Pengobatan intravena diberikan secara bertahap dengan interval yang cukup antar-
pemberian untuk memperoleh efek yang optimal
2. Pengurangan dosis yang sesuai jika menggunakan sedatif dan analgesik
3. Pemberian berulang dosis obat-obatan oral untuk menambah efek sedasi / analgesik tidak
direkomendasikan.
3.6 Penggunaan Obat Anestesi Induksi (diazepam, midazolam, propofol, ketamin,
etomidate, penthotal, dexmethomidin)
1. Digunakan untuk sedasi ringan, sedang, berat dan anestesi umum
2. Tanpa memandang rute pemberian dan tingkat sedasi yang diinginkan, pasien dengan
sedasi berat harus dipantau secara konsisten, termasuk penanganan jika pasien jatuh
dalam keadaan anestesi umum.
3.7 Akses Intravena
1. Pemberian obat sedasi melalui jalur intravena: pertahankan akses intravena dengan baik
selama prosedur hingga pasien terbebas dari risiko depresi kardiorespirasi dan
ekstravasasi.
2. Pemberian obat sedasi melalui jalur lain: keputusan diambil berdasarkan kasus per-kasus.
3. Tersedia personel / petugas yang memiliki keterampilan / keahlian mengakses jalur
intravena
3.8 Obat Antagonis
Tersedia nalokson dan flumazenil jika pasien diberikan obat opioid dan benzodiazepin.
3.9 Pemulihan
1. Observasi sampai pasien terbebas dari risiko depresi sistem kardiorespirasi
2. Oksigenasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai pasien terbebas dari risiko
hipoksemia
3. Ventilasi dan sirkulasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai pasien
diperbolehkan pulang.
4. Gunakan kriteria pemulangan yang sesuai untuk meminimalisir risiko depresi
kardiovaskular / pernapasan setelah pasien dipulangkan.
BAB IV DOKUMENTASI
Pencatatan rekam medis oleh pemberi sedasi dilakukan pada beberapa dokumen, antara lain
: catatan perkembangan pasien terintegrasi, lembar edukasi anestesi / sedasi, lembar
informed consent atau lembar penolakan anestesi / sedasi, lembar laporan sedasi.
5.1 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
Di lembar ini dokter pemberi sedasi melakukan dokumentasi tindakan pelayanan sedasi
dimulai dengan assesmen pra-sedasi sampai dengan pasca sedasi dengan tehnik S-O-A-P.
5.2 Lembar Edukasi Anestesi / Sedasi
Pemberian edukasi pada pasien dan keluarga berdasarkan lembar edukasi anestesi / sedasi
harus dilakukan oleh dokter pemberi sedasi.
5.3 Lembar Informed Consent
Lembar ini harus diisi dan ditandatangani oleh pasien, dokter pemberi sedasi, dan saksi
apabila pasien bersedia dilakukan sedasi. Pencatatan dokumen ini harus sudah dilakukan
sebelum pasien dilakukan sedasi.
5.4 Lembar Penolakan
Lembar ini juga harus terisi lengkap jika pasien menolak dilakukan tindakan sedasi.
5.5 Lembar Laporan Sedasi
1. Lembar Ke-1
Lembar ini adalah lembar dokumentasi tindakan assesmen pra-sedasi yang harus diisi
dengan lengkap. Lembar ini berisi informasi mengenai biodata pasien, informasi (I)
tentang pemeriksaan pra sedasi, analisa (A) dari hasil pemeriksaan, dan rencana (R)
program sedasi yang akan dilakukan, serta ditandatangani oleh dokter pemberi sedasi
(DPJP).
2. Lembar Ke-2
Lembar kedua adalah lembar dokumentasi monitoring selama sedasi. Lembar ini harus
terisi dengan lengkap karena lembar ini mencatat tentang waktu mulai dan akhir dari
sedasi, kondisi klinis pasien selama sedasi, pemberian jenis dan dosis obat sedasi serta
waktu pemberiannya, tanda-tanda vital yang harus diisi setiap 5 menit selama pemberian
sedasi, dan ditandatangani oleh petugas yang memonitor selama sedasi baik dokter
anestesi ataupun perawat asisten anestesi.
3. Lembar Ke-3
Lembar ini adalah lembar dokumentasi perawatan pasca sedasi yang dimulai dari
pencatatan waktu masuknya pasien ke ruang pemulihan, hasil pemantauan tanda-tanda
vital, skala nyeri, penilaian kriteria pemindahan/pemulangan pasien, discharge summary,
waktu pasien keluar dari ruang pemulihan, dan dokumentasi ini harus ditandatangani
oleh perawat RR.
4. Lembar Ke-4
Lembar ini adalah lembar instruksi dokter pasca sedasi yang harus diisi dan ditandangani
oleh dokter pemberi sedasi (DPJP). Instruksi yang diisi tentang obat-obatan, mobilisasi,
diet/nutrisi, edukasi / follow up, dll.
BAB V PENUTUP
Kroya,
dr.