Anda di halaman 1dari 14

PELAYANAN SEDASI

Disusun Oleh :

TIM PELAYANAN ANESTESI

APRIL, 2016

0
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat yang telah dikaruniakan kepada tim penyusun, sehingga buku
Panduan Pelayanan Sedasi Anestesi l ini dapat diselesaikan.
Buku Panduan Pelayanan Sedasi Anestesi ini merupakan panduan bagi
semua pihak yang ada kaitannya dengan Anestesi dan Rawat intensif Persada
Hospital, dalam tata cara pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan pasien yang
akan dilakukan sedasi.
Dalam buku panduan ini diuraikan tentang persiapan pasien, persiapan alat
dan tempat, persiapan petugas, pelaksanaan sedasi sampai dengan pelayanan
pasca sedasi, penanganan komplikasi yang kemungkinan terjadi.
Tidak lupa tim penyusun menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya
atas bantuan semua pihak dalam pembuatan buku Panduan Pelayanan Sedasi
Anestesi .
Malang,
Kepala Anestesi
RSKB Hasta Husada

dr. Joni Budi S, Sp.An,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ 1
DAFTAR ISI............................................................................................. 2
BAB I DEFINISI.................................................................................. 3
1.1 Pengertian.......................................................................... 3
1.2 Kriteria Sedasi.................................................................... 3
1.3 Tujuan Sedasi.................................................................... 5
1.4 Resiko dan Kompikasi....................................................... 5
BAB II RUANG LINGKUP.................................................................... 6
2.1 Petugas Pemberi Sedasi................................................... 7
2.2 Managemen Keselamatan Pasien..................................... 7
2.3 Fasilitas Ruang Pelayanan Sedasi.................................... 7
BAB III TATA LAKSANA....................................................................... 10
3.1 Evaluasi Pre Prosedur....................................................... 10
3.2 Konseling Pasien............................................................... 10
3.3 Puasa Pre Prosedur.......................................................... 10
3.4 Pemantauan....................................................................... 11
3.5 Pilihan Obat-obatan sedasi................................................ 11
3.6 Titrasi Dosis....................................................................... 12
3.7 Penggunaan Obat Anestesi Induksi.................................. 12
3.8 Akses Intravena................................................................. 12
3.9 Obat Antagonis.................................................................. 12
3.10 Pemulihan......................................................................... 12
BAB IV DOKUMENTASI...................................................................... 14

2
BAB I
DEFINISI

A.1 PENGERTIAN
Sedasi adalah penggunaan obat untuk menghasilkan keadaan depresi
dari sistem saraf pusat sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan.
Selama tindakan, kontak verbal dengan pasien harus tetap terjaga. Berdasarkan
definisi ini, maka setiap kehilangan kesadaran yang berhubungan dengan teknik
yang dilakukan dapat didefinisikan sebagai anestesi umum. Selama sedasi,
diharapkan pasien dapat dipertahankan jalan nafas dan reflek protektif. Telah
disarankan suatu konsep sedasi dalam, akan tetapi definisi terhadap hal ini
belum jelas. Mungkin lebih sulit untuk menentukan tingkat sedasi pada anak
serta kemungkinan bahaya teranestesi dapat terjadi.
Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan / kontinu, sehingga tidak
selalu mungkin untuk memprediksi bagaimana respons setiap pasien yang
mendapat sedasi. Oleh karena itu, petugas anestesi yang memberikan sedasi
harus dapat melakukan penanganan segera terhadap pasien yang efek
sedasinya lebih dalam / berat daripada efek yang seharusnya terjadi.
Pedoman terbaru dari Departement Of Health on general anesthesia and
dentistry telah merekomendasikan untuk lebih banyak menggunakan sedasi
sadar dan lokal anestesi, sisanya untuk keadaan yang sangat mutlak baru
menggunakan anestesi umum.

A.2 KRITERIA SEDASI


Sedasi diklasifikasikan ke dalam 3 tahapan yaitu :
1. Sedasi ringan / minimal (anxiolysis): kondisi di mana pasien masih dapat
merespons dengan normal terhadap stimulus verbal. Meskipun fungsi kognitif
dan koordinasi dapat terganggu, ventilasi dan fungsi kardiovaskular tidak
terpengaruh.
Contoh sedasi minimal adalah:
a. Blok saraf perifer yang mendapatkan ansiolitik
b. Anestesi lokal atau topikal yang mendapat ansiolitik
c. Pemberian 1 jenis obat sedatif / analgesik oral dengan dosis yang sesuai
untuk penanganan insomnia, ansietas, atau nyeri
2. Sedasi sedang/moderat (pasien sadar): suatu kondisi depresi tingkat
kesadaran dimana pasien memberikan respons terhadap stimulus sentuhan.
Tidak diperlukan intervensi untuk mempertahankan patensi jalan napas, dan
ventilasi spontan masih adekuat. Fungsi kardiovaskular biasanya terjaga
dengan baik.

3
3. Sedasi berat / dalam : suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien
memberikan respons terhadap stimulus berulang / nyeri. Fungsi ventilasi
spontan dapat terganggu / tidak adekuat. Pasien mungkin membutuhkan
bantuan untuk mempertahankan patensi jalan napas. Fungsi kardiovaskular
pada umumnya terjaga dengan baik.

Sedasi berbeda dengan anestesi umum, anestesi umum mempunyai


pengertian hilangnya kesadaran di mana pasien tidak sadar, bahkan dengan
pemberian stimulus nyeri. Pasien sering membutuhkan bantuan untuk
mempertahankan patensi jalan napas, dan mungkin membutuhkan ventilasi
tekanan positif karena tidak adekuatnya ventilasi spontan/ fungsi kardiovaskular
dapat terganggu.

Sedasi
Sedasi
ringan / Sedasi Anestesi
sedang/modera
minimal berat / dalam umum
t (pasien sadar)
(anxiolysis)
Merespons
Respons Tidak sadar,
Merespons setelah
normal meskipun
terhadap diberikan
Respons terhadap dengan
stimulus stimulus
stimulus stimulus
sentuhan berulang /
verbal nyeri
stimulus nyeri
Sering
Tidak Tidak perlu Mungkin perlu
Jalan napas memerlukan
terpengaruh intervensi intervensi
intervensi
Ventilasi Tidak Dapat tidak Sering tidak
Adekuat
spontan terpengaruh adekuat adekuat
Biasanya
Biasanya dapat
Fungsi Tidak dapat Dapat
dipertahankan
kardiovaskular terpengaruh dipertahankan terganggu
dengan baik
dengan baik

A.3 TUJUAN
Tujuan sedasi antara lain :
1. mengurangi kecemasan, memberikan efek tenang agar dapat membantu
berjalannya prosedur dan memfasilitasi pengalaman yang membuat pasien
merasa nyaman.
2. Meminimalisir cedera selama prosedur

4
3. Memberikan kondisi lingkungan yang ideal bagi endoskopi

A.4 RESIKO DAN KOMPLIKASI


Faktor resiko sedasi antara lain :
1. Riwayat gagal sedasi
2. Mengalami efek samping pada pemberian obat sedasi
3. Riwayat sulit intubasi atau ventilasi
4. Bentuk jalan nafas yang tidak normal
5. Status ASA klas 3-4
6. Pengosongan lambung terganggu dan resiko refluk Gastro-Esphageal yang
tinggi
7. Neonatus, infant, dan prematuritas
8. Kehamilan
9. Geriatri
10. Gangguan fungsi organ vital yang berat (jantung, paru, hati atau ginjal)

5
BAB II
RUANG LINGKUP

Jika pemilihan pasien secara cermat dan dengan prosedur yang sesuai,
penggunaan sedasi bisa sangat berhasil (lihat Kotak 1). Semua penggunaan sedasi
harus mempunyai :
1. Staf trainer dan asisten khusus. Termasuk staf medis dan dental staf, perawat
dan personil operasi lain dalam departemen ini, yang semuanya harus terlatih
dalam aspek teoritis dan klinis tentang sedasi dan masing-masing mengerti jelas
tentang peran mereka.
2. Orang yang melakukan prosedur didefinisikan sebagai operator dan orang yang
terlatih secara terpisah mengelola sedasi dan merawat selama sedasi disebut
sedationist.
3. Sistem pengorganisasian perawatan pasien termasuk : penilaian pra operasi,
informasi pra dan pasca operasi, protokol puasa, pemberian informed consent.
4. Tersedianya monitoring dan peralatan yang terawat. Monitoring minimal meliputi
tingkat kesadaran, nyeri, frekuensi dan pola pernafasan, denyut nadi. Jika
menggunakan sedasi IV, penggunaan oksimetri nadi merupakan prosedur
standar dan pada banyak prosedur lainnya monitoring tekanan darah,
capnography, elektrokardiogram dan suhu semakin sering digunakan secara
rutin.
5. Fasilitas resusitasi
6. Pelatihan basic life support, dan idealnya ada pelatihan advanced life support.
7. Pelatihan resusitasi secara reguler
8. Staf dilatih untuk membantu dalam pengelolaan darurat medis
9. Rekam medis dan audit praktek.

Kotak 1. Prosedur yang dapat dilakukan dengan sedasi

Ekstraksi gigi, radiologi : CT-Scan, MRI, angiografi, insersi


kateter lumbar puncture, aspirasi sumsum tulang,
kateterisasi jantung, oesophagogastroscopy,
BAB I
pengangkatan/penggantian plester, penjahitan minor,
DEFINISI seperti
injeksi sendi, biopsi otot, biopsi transkutaneus,
ginjal dan hepar, dressings seperti luka bakar, dll.

2.1 PETUGAS PEMBERI SEDASI


Berikut adalah anggota tim pemberi sedasi :
A. Dokter
Anestesiologis (Dokter spesialis anestesi dan Terapi Intensif)
Pimpinan Tim sedasi

6
Merupakan seorang dokter yang memiliki SIP dan telah menyelesaikan
program studi spesialisasi di bidang anestesi yang terakreditasi.
B. Non-dokter
Asisten anestesi
Merupakan professional kesehatan yang telah menyelesaikan program
studi Asisten Anestesi terakreditasi.

2.2 MANAGEMEN KESELAMATAN PASIEN


A. Dokter yang mengawasi bertanggungjawab akan semua aspek yang terlibat
selama penanganan pasien (pre-, intra-, dan pasca-prosedur).
B. Saat pasien disedasi, dokter yang bertanggungjawab harus hadir /
mendampingi di ruang tindakan.
C. Praktisi yang melakukan sedasi harus terlatih dengan baik dalam
mengevaluasi pasien sebelum prosedur dilakukan untuk mengenali kapan
terdapat peningkatan risiko sedasi.
D. Kebijakan dan prosedur yang terkait harus memperbolehkan praktisi untuk
menolak berpartisipasi dalam kasus-kasus tertentu jika mereka merasa tidak
kompeten dalam melakukan suatu tindakan sedasi dan terdapat kemungkinan
dapat membahayakan pasien / menurunkan kualitas pelayanan pasien.
E. Dokter yang mengawasi bertanggungjawab memimpin timnya dalam situasi
emergensi dimana diperlukan tindakan resusitasi, termasuk manajemen jalan
napas.
F. Sertifikat PTC dan atau ACLS dan ATLS merupakan standar persyaratan
minimal yang harus dimiliki oleh praktisi yang melakukan sedasi dan dokter
non-anestesi yang mengawasinya, serta sertifikat BLS dan atau sertifikat
perawat asisten/terampil anestesi bagi tenaga asisten perawat.
2.3 FASILITAS RUANG PELAYANAN SEDASI
Standar minimal fasilitas yang harus ada adalah :
A. Airway Management Kit
Tersedianya alat untuk penanganan kegawatan nafas, antara lain :
- Ambubag sesuai ukuran
- Jackson Reese
- Ventilasi Breathing Mask (VBM) sesuai ukuran
- Oro-Pharingeal Airway (OPA) / guedel sesuai ukuran
- Naso-Pharingeal Airway (NPA)
- Laringeal Mask Airway (LMA) sesuai ukuran
- Laringoskop
- Endo-Tracheal Tube (ETT) dan introduser/stylet sesuai ukuran
- Masker oksigen (NRBM)

7
B. Gas Oksigen
Di dalam ruang pelayanan sedasi harus tersedia suplai gas oksigen, dalam
hal ini bisa berupa gas oksigen dalam tabung atau gas sentral lengkap
dengan konektor humidifier.

C. Alat Pijat Jantung / Defibrillator

D. Bedside Monitor
Bedside monitor yang harus ada mencakup alat pemantauan saturasi oksigen
(oksimetri), alat pengukur tekanan darah (tensimeter), alat pengukur nadi, alat
rekam jantung (ECG minimal 2 lead), alat pengukur suhu tubuh.

E. Mesin suction
Mesin yang sudah siap dengan perlengkapannya, antara lain : tabung, slang
suction dan catheter suction (sesuai ukuran)

F. Obat Emergensi
Obat-obatan emergensi yang harus tersedia di ruang pelayanan sedasi,
antara lain :
- Sulfas Atrophine (SA)
- Ephineprine
- Epedrine
- Lidokain
- Dexamethason
- Aminophilyne

G. Lembar Rekam Medis


Lembar rekam medis yang diperlukan adalah :
- Perkembangan Penyakit dan Instruksi Dokter RM 014
- Form. laporan sedasi
- Form. Edukasi tindakan sedasi
- Form informed consent dan penolakan tindakan sedasi

H. Standar Prosedur Operasional (SPO)

8
Standar Prosedur Operasional (SPO) minimal harus ada, yaitu :
- SPO Pengkajian Pra Sedasi
- SPO Pemberian Sedasi
- SPO Asistensi Pemberian Sedasi
- SPO Monitoring Selama Sedasi
- SPO Perawatan Pasca Sedasi

9
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 EVALUASI PRE PROSEDUR


A. Untuk meningkatkan efikasi klinis (proses pemberian sedasi dan analgesik
yang berjalan lancar)
B. Menurunkan risiko kejadian efek samping.
C. Evaluasi ini meliputi:
1) Riwayat penyakit pasien yang relevan
- Abnormalitas sistem organ utama
- Riwayat anestesi / sedasi sebelumnya, dan efek samping yang
pernah terjadi / dialami
- Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini, alergi obat, dan interaksi
obat yang mungkin terjadi
- Asupan makan terakhir
- riwayat merokok, alkohol, atau penyalahgunaan obat-obatan
2) Pemeriksaan fisik terfokus
- Tanda vital
- Evaluasi jalan napas
- Auskultasi jantung dan paru
3) Pemeriksaan laboratorium (berdasarkan pada kondisi yang mendasari
dan efek yang mungkin terjadi dalam penanganan pasien)
4) Temuan klinis dikonfirmasi segera sebelum melakukan sedasi.
5) Konsultasi

3.2 KONSELING PASIEN


Mengenai resiko, keuntungan, keterbatasan, dan alternative/pilihan yang ada

3.3 PUASA PRE PROSEDUR


A. Prosedur elektif: mempunyai waktu yang cukup untuk pengosongan
lambung
B. Situasi emergensi: berpotensi terjadi pneumonia aspirasi, pertimbangkan
dalam menentukan tingkat / kategori sedasi, apakah perlu penundaan
prosedur, dan apakah perlu proteksi trakea dengan intubasi.

3.4 PEMANTAUAN
Data yang harus dicatat dengan interval yang teratur sebelum, selama, dan
setelah prosedur dilakukan:
1) Tingkat kesadaran pasien (dinilai dari respons pasien terhadap
stimulus)
respons menjawab (verbal): menunjukkan bahwa pasien bernapas
hanya memberikan respons berupa refleks menarik diri
(withdrawal): dalam sedasi berat / dalam, mendekati anestesi
umum, dan harus segera ditangani.
2) oksigenasi:

10
memastikan konsentrasi oksigen yang adekuat selama proses
anestesi
gunakan oksimetri denyut (pulse oximetry)
3) Respons terhadap perintah verbal (jika memungkinkan)
4) Ventilasi paru (observasi, auskultasi)
Semua pasien yang menjalani sedasi harus memiliki ventilasi yang
adekuat dan dipantau secara terus-menerus
Lihat tanda klinis: pergerakan dinding dada, pergerakan kantong
pernapasan, auskultasi dada
5) Sirkulasi
Elektrokardiogram (EKG) untuk pasien dengan penyakit
kardiovaskular yang signifikan
Pemeriksaan analisis gas darah (AGD)
Tekanan darah dan frekuensi denyut jantung setiap 5 menit
(kecuali dikontraindikasikan)
6) Temperatur tubuh

3.5 PILIHAN OBAT-OBATAN SEDASI


A. Sedatif: untuk mengurangi ansietas / kecemasan, menyebabkan kondisi
somnolen
B. Analgesik: untuk mengurangi nyeri
C. Kombinasi sedatif dan analgesik: efektif untuk sedasi sedang dibandingkan
dengan penggunaan satu jenis obat

3.6 TITRASI DOSIS


A. Pengobatan intravena diberikan secara bertahap dengan interval yang
cukup antar-pemberian untuk memperoleh efek yang optimal
B. Pengurangan dosis yang sesuai jika menggunakan sedatif dan analgesik
C. Pemberian berulang dosis obat-obatan oral untuk menambah efek sedasi /
analgesik tidak direkomendasikan.

3.7 PENGGUNAAN OBAT ANESTESI INDUKSI (diazepam, midazolam, propofol,


ketamin, etomidate, penthotal, dexmethomidin)
A. Digunakan untuk sedasi ringan, sedang, berat dan anestesi umum
B. Tanpa memandang rute pemberian dan tingkat sedasi yang diinginkan,
pasien dengan sedasi berat harus dipantau secara konsisten, termasuk
penanganan jika pasien jatuh dalam keadaan anestesi umum.

3.8 AKSES INTRAVENA


A. Pemberian obat sedasi melalui jalur intravena: pertahankan akses
intravena dengan baik selama prosedur hingga pasien terbebas dari risiko
depresi kardiorespirasi dan ekstravasasi.
B. Pemberian obat sedasi melalui jalur lain: keputusan diambil berdasarkan
kasus per-kasus.

11
C. Tersedia personel / petugas yang memiliki keterampilan / keahlian
mengakses jalur intravena

3.9 OBAT ANTAGONIS


Tersedia nalokson dan flumazenil jika pasien diberikan obat opioid dan
benzodiazepin.

3.10 PEMULIHAN
A. Observasi sampai pasien terbebas dari risiko depresi sistem kardiorespirasi
B. Oksigenasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai pasien terbebas
dari risiko hipoksemia
C. Ventilasi dan sirkulasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai
pasien diperbolehkan pulang.
D. Gunakan kriteria pemulangan yang sesuai untuk meminimalisir risiko
depresi kardiovaskular / pernapasan setelah pasien dipulangkan.

12
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi yang di gunakan pada pelayanan sedasi sama dengan dokumentasi


pada pelayanan anesthesia antara lain :
1. Informasi Tindakan Medis Anestesi
2. Persetujuan / Penolakan Tindakan
3. Dokumen Perioperatif anestesi

13

Anda mungkin juga menyukai