SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana kedokteran gigi
KARMILA SETYAWATI S.
J11115014
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
protrusi, retraksi dan pergerakan deviasi lateral dari mandibula pada tulang
paling sering dikeluhkan adalah nyeri pada saat pengunyahan, nyeri kepala,
nyeri telinga, nyeri rahang, atau nyeri preaurikular,2 nyeri sendi, dan
1
sedangkan gangguan fungsi timbul akibat penyimpangan fungsi yang terkait
dengan kondisi gigi, medis, dan mental seperti postur, kebiasaan parafungsi,
otot, genetik,7 dan faktor psikososial.2,6 Gejala TMD juga secara signifikan
kelamin. TMD adalah gangguan yang paling sering dilaporkan pada individu
antara usia 20 dan 40 tahun,5,8 yang akan meningkat saat dewasa muda.7
Sekitar 9% dari populasi memiliki setidaknya satu gejala TMD dan 3 individu
dengan kondisi nyeri yang tinggi.7,8,13 Namun, penelitian lain yang diadakan di
Hal tersebut mungkin disebabkan berbagai faktor risiko terkait TMD, seperti
adalah kelompok individu yang umumnya tergolong usia remaja akhir yang
tuntutan keluarga , maupun sosial. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian, 14
yang menyatakan bahwa tingkat tekanan stres lebih tinggi pada mahasiswa
laki-laki sedangkan menurut kelompok usia tingkat stres tertinggi berada pada
mengalami gejala TMD. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Brasil yang
pada TMD.
rahang terkunci,2,5 yang jika dibiarkan akan memberikan dampak buruk bagi
TMD. Namun, hanya 22,3% mahasiswa yang sadar bawah mereka mengalami
gejala TMD.6
Universitas di Taiwan memiliki prevalensi satu atau lebih dari TMD.5 Hal
TMD?
Dapat digunakan sebagai bahan bacaan, bahan ajar, sumber acuan dan
gangguan temporomandibula.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hampir horizontal.
tuberkulum artikularis.
Gambar 5. Komponen artikularis. AB: Anterior band;
IZ: zona intermedius; PB; band posterior; SPLM: unggul
otot lateral pterigoid; RT: jaringan retrodiskal; TL:
temporal lamina; IL: lamina yang lebih rendah; JC: kapsul
sendi; Gf: fossa glenoid; E: eminensia artikularis; Co:
kepala kondilus mandibula.
(Sumber : Sumber : Alomar X, Medrano J, Cabratosa J, Clavero JA, Lorente M,
Serra I, dkkl. Anatomy of temporomandibular joint. J sult 2007; 28: 170-83.)
ini tidak melekat erat, baik pada kondil maupun pada fossa
artikularis.
fossa temporalis.18, 19
pterigoideus lateralis.
pterigoideus lateralis.
temporalis.
2.2 Gangguan temporomandibular joint
2.2.1 Etiologi
pskiatrik. 16,17
a. Trauma
b. Maloklusi
kontraindikasi.18
d. Parafungsi
e. Stres emosi
atau clenching.18
2.2.2 Tanda dan gejala
menyertainya.20
TMD.2,12
remaja akhir yang kisaran usianya 18-20 tahun dan masuk dalam fase
tingkat stres tertinggi berada pada kelompok usia 19 dan 20 tahun.14 Hal
tersebut membuat mahasiswa rentan mengalami gejala TMD. Hal ini
1. Sifat kepribadian
mastikasi.26
2. Stres
dari stres tidak hanya bagi jiwa, tapi juga terbukti melalui
3. Depresi
4. Kecemasan
faktor risiko terkait TMD, seperti genetik, oklusi, budaya, usia, dan trauma
akut.9
2.5 Kuisioner Tanda dan Gejala TMD
Nama
TTL
Jenis Kelamin Laki-Laki / Perempuan (Coret yang tidak perlu)
Angkatan
Isilah seluruh kuisioner berikut ini dengan melingkari pilihan dan mengisi pertanyaan isian.
KUISIONER A
A. Nyeri
1. Pernahkah anda merasakan o Ya
nyeri di rahang, telinga,
pelipis, atau depan telinga o Tidak
pada sisi kanan maupun kiri? (Jika anda menjawab Tidak, maka langsung
kepertanyaan nomor 5)
2. Berapa tahun atau berapa bulan
bulan yang lalu anda …… tahun
merasakan nyeri tersebut ?
TRAUMA
DEEP PAIN
INPUT
3.1 KERANGKA TEORI
AKTIVITAS
PARAFUNGSI
GIGI SENDI TEMPOROMANDIBULA OTOT
OKLUSI
TEMPOROMANDIBULA NORMAL
STRES EMOSI
GIGI
BAB III
KLIKING KREPITASI
KERANGKA TEORI
Keterangan :
PENGETAHUAN
KESADARAN
MEMBUKA MENUTUP
SENDI OTOT
: Diteliti
: Tidak diteliti
3.2 KERANGKA KONSEP
Laki-laki Perempuan
Anatomi TMJ
Medikasi
Pemeriksa
Faktor psikososial
Stres
Faktor genetik
Oklusi
Kebiasaan
Munculnya tanda dan gejala Temporomandibula Disorder parafungsi
Bunyi pada TMJ Restorasi
Nyeri kepala Trauma
Nyeri saat mengunyah Perawatan ortodontik
Nyeri rahang Pertumbuhan strktur
Nyeri telinga persendian
Nyeri preaurikular
Tooth grinding
Sulit menelan
keterbatasan membuka mulut
Keterangan :
Variabel Bebas
Variabel akibat
Variabel penghubung
Variabel perancu
Variabel Kontrol
3.3 HIPOTESIS
Ha : Terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap tanda dan gejala TMD
pada mahasiswa
H0 : Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap tanda dan gejala
METODE PENELITIAN
ini berguna untuk mengetahui seberapa besar TMD yang terjadi pada
kelamin.
Universitas Hasanuddin.
persendian.
3. Variabel akibat : tanda dan gejala TMD yakni bunyi pada
TMJ, nyeri kepala, nyeri saat mengunyah, nyeri rahang, nyeri telinga,
membuka mulut.
Tanda dan gejala TMD dalam penelitian ini adalah tanda dan
dikenal dengan TMD. Beberapa tanda dan gejala tersebut antara lain
bunyi sendi rahang, rahang terkunci dalam keadaan tertutu; dan rahang
1. Kriteria inklusi:
2. Kriteria eksklusi:
2. Lembar kuesioner
3. Alat tulis
4.9 Prosedur penelitian
Fakultas Kedokteran Gigi Unhas dan disetujui oleh Komite etik Penelitian
peneliti.
kuesioner.
4.1 ALUR PENELITIAN
Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Gigi Unhas
Preklinik Klinik/Co-as
Lembar Kuisioner
Analisis Data
Hasil
4.2 ANALISIS DATA
Data ditabulasi dan dianalisis menggunakan uji chi-square pada program
komputer SPSS Statistik Base version 24.0 dengan taraf signifikan atau taraf
kesalahan 5% (0,05) dan taraf kepercayaan 95% (0,95).
4.3 ETIKA PENELITIAN
Mahasiswa yang menjadi objek penelitian telah diberi penjelasan
mengenai maksud, tujuan dan maksud penelitian. Mahasiswa yang bersedia ikut
serta dalam penelitian diminta untuk menandatangani informed consent.
Mahasiswa berhak menolak untuk diikut sertakan tanpa konsekuensi apapun.
Mahasiswa juga berhak untuk keluar dari penelitian sesuai keinginannya.
BAB V
HASIL PENELITIAN
2015 15 19 72 19 87 19
2016 11 14 99 27 110 25
2017 20 26 92 25 112 25
2018 32 41 109 29 141 31
Total 78 100 372 100 450 100
Bima 1 0,2
Bugis 265 59,3
Ambon 1 0,2
Mandar 1 0,2
Bungku 1 0,2
Buton 5 1,1
Duri 1 0,2
Gorontalo 2 0,4
Jawa 18 4
Kolaka 1 0,2
Luwu 7 1,6
Makassar 84 18,7
Maluku 1 0,2
Manado 1 0,2
Mandar 8 1,8
Massenrepulu 1 0,2
Mori 1 0,2
Muna 1 0,2
Selayar 1 0,2
Ternate 3 0,7
Tionghoa 4 0,9
Tiongkok 1 0,2
Tolaki 1 0,2
Toraja 35 7,8
Jumlah 450 100
Tabel 5.2 menunjukkan karakteristik sampel berupa suku yang beragam
yakni 26 suku. Dari distribusi suku dapat dilihat bahwa populasi sampel
didominasi oleh suku Bugis sebanyak 267 orang (59,3%), kedua suku Makassar
84 orang (18,7%), dan ketiga suku Toraja sebanyak 35 orang (7,8%). Adapun
suku dengan jumlah sampel sedikit adalah suku Jawa sebanyak 18 orang (4%),
Mandar sebanyak 8 orang (1,8%), Luwu sebanyak 7 orang (1,6%), Buton
sebanyak 5 orang (1,1%), Tionghoa sebanyak 4 orang (0,9%), Ternate sebanyak 3
orang(0,7%), Bali dan Gorontalo masing-masing sebanyak 2 orang (0,4%).
Adapun suku dengan jumlah sampel paling sedikit sebanyak 1 orang (0,2%)
berasal dari suku Bima, Ambon, Mandar, Bungku, Duri, Kolaka, Maluku,
Manado, Massenrepulu, Mori, Muna, Selayar, Tiongkok dan Tolaki.
Perempuan % Laki-laki % n %
Ada N 211 46,9 44 9,7 255 56,6 0,911
% 56,7 56,4
Tidak N 161 35,8 34 7,6 195 43,4
% 43,3 43,6
Total N 372 82,7 78 17,3 450 100
% 100 100 100
Uji statistik menggunakan uji komparatif non parametris jenis Chi Square.
Nilai signifikan p < 0,05.
Pada tabel 5.4 menunjukkan hasil pengisian kuisioner tanda dan gejala
temporomandibular disorder (TMD) pada 450 mahasiswa. Dari tabel tersebut,
diperoleh informasi bahwa perempuan yang mengalami tanda dan gejala TMD
sebanyak 211 orang (56,7% dari total sampel perempuan atau 46,9% dari total
sampel penelitian), dan perempuan yang tidak mengalami tanda dan gejala TMD
berjumlah 161 orang (43,3% dari total sampel perempuan atau 35,8% dari total
sampel penelitian). Sedangkan, laki-laki yang mengalami tanda dan gejala TMD
berjumlah 44 orang (56,4% dari total sampel laki-laki atau 9,7% dari total sampel
penelitian), dan laki-laki yang tidak mengalami tanda dan gejala TMD berjumlah
34 orang (43,6% dari total sampel laki-laki atau 7,6% dari total sampel
penelitian). Sehingga, jumlah mahasiswa yang mengalami tanda dan gejala TMD
berjumlah 255 orang (56,6% dari total sampel) dan mahasiswa yang tidak
mengalami tanda dan gejala TMD berjumlah 195 (43,4% dari total sampel
penelitian). Sampel yang paling banyak mengalami tanda dan gejala TMD adalah
perempuan yakni 211 orang (46,9%) dari 255 sampel yang memiliki tanda dan
gejala TMD.
Pada tabel 5.4 proporsi kejadian hampir sama antara jenis kelamin yakni
perempuan sebesar 56,7% (211 orang) dan laki-laki 56,4% (44 orang). Hasil uji
statistik chi-square diperoleh nilai p (0,911) > 0,05 yang berarti tidak terdapat
perbedaan signifikan proporsi kejadian tanda dan gejala TMD antara perempuan
dan laki-laki pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin.
Distribusi usia mahasiswa yang memiliki tanda dan gejala
temporomandiblar disorder (TMD), dapat diamati melalui tabel 5.5.
Tabel 5.5 Distribusi sampel yang memiliki tanda dan gejala TMD
berdasarkan usia
N % n % n % N %
16 7 1,6 3 42,6 4 57,4 7 100,0 0,387
17 41 9,1 25 61,0 16 39,0 41 100,0
18 104 23,1 56 53,8 48 46,2 104 100,0
19 109 24,2 61 56,0 48 44,0 109 100,0
20 103 22,9 55 53,4 48 46,6 103 100,0
21 71 15,8 42 59,2 29 40,8 71 100,0
22 14 3,1 12 85,7 2 14,3 14 100,0
23 1 0,2 1 100,0 0 0 1 100,0
Total 450 100,0 255 56,6 195 43,4 450 100,0
Uji statistik menggunakan uji komparatif non parametris jenis Chi Square.
Nilai signifikan p < 0,05.
Perempuan Laki-laki
Ya Tidak Ya Tidak Ya %
Kd. Jenis n % n % n %
A Nyeri dirahang, 127 60,2 84 39,8 31 70,5 13 29,5 158 62,0 0,269
dipelipis, atau
depan telinga
B Nyeri kepala 96 45,5 115 54,5 19 43,2 25 56,8 115 45,1 0,909
C Suara sendi 107 50,7 104 49,3 22 50,0 22 50,0 129 50,7 1,000
rahang
D Rahang terkunci 25 11,8 186 88,2 6 13,6 38 86,4 31 12,2 0,939
dalam keadaan
tertutup
E Rahang terkunci 12 5,7 199 94,3 6 13,6 38 86,4 18 7,1 0,097
dalam keadaan
terbuka
Uji statistik menggunakan uji komparatif non parametris jenis Chi Square.
Nilai signifikan p < 0,05.
Uji statistik menggunakan uji komparatif non parametris jenis Chi Square.
Nilai signifikan p < 0,05.
Pada tabel 5.8 distribusi jumlah tanda dan gejala TMD pada 255
mahasiswa penderita dihasilkan bahwa 115 orang (45,1%) mengalami 1 gejala
yang terbagi pada perempuan sebanyak 98 orang (46,4%) dan laki-laki 17 orang
(38,6%). Penderita yang mengalami 2 gejala sebanyak 94 orang (36,9%) yang
terbagi pada perempuan sebanyak 77 orang (36,5%) dan laki-laki sebanyak 17
(38,6%). Penderita yang mengalami 3 gejala sebanyak 39 orang (15,3%) yang
terbagi pada perempuan sebanyak 31 orang (14,7%) dan laki-laki sebanyak 8
orang (18,2%). Penderita yang mengalami 4 gejala sebanyak 3 orang (1,6%( yang
terbagi pada perempuan sebanyak 3 orang (1,4%) dan laki-laki sebanyak 1 orang
(2,3%). Adapun penderita yang mengalami 5 gejala sebanyak 3 orang (1,2%)
yang terbagi pada perempuan sebanyak 2 orang (0,9%) dan laki-laki sebanyak 1
orang (2,3%).
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa proporsi jumlah tanda dan gejala TMD
pada perempuan dan laki-laki sangatlah berbeda. Namun, melalui uji statistik
didapatkan nilai p (0,820) > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan signifikan
jumlah tanda dan gejala TMD antara perempuan dan laki-laki di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Distribusi detail terkait jenis-jenis tanda dan gejala TMD yang dialami
oleh 255 mahasiswa penderita, dapat diketahui melalui tabel 5.9.
Tabel 5.9 distribusi jenis-jenis tanda dan gejala TMD pada 255 mahasiswa
penderita.
Jumlah Tanda & Jenis kelamin Jumlah Uji Chi
gejala gejala Perempuan Laki-laki Square
` TMD N % N % n %
1 A 35 16,6 11 25,0 46 18,0 0,129
B 28 13,3 2 4,5 30 11,8
C 33 15,6 3 6,8 36 14,1
D 1 0,5 1 2,3 2 0,8
E 1 0,5 0 0,0 1 0,4
2 A,B 25 11,8 4 9,1 29 11,4
A,C 27 12,8 5 11,4 32 12,5
A,D 7 3,3 1 2,3 8 3,1
A,E 0 0,0 1 2,3 1 0,4
BC 15 7,1 4 9,1 19 7,5
BD 1 0,5 0 0,0 1 0,4
BE 0 0,0 2 4,5 2 0,8
CD 1 0,5 0 0,0 1 0,4
CE 1 0,5 0 0,00 1 0,4
3 A,B,C 18 8,5 5 11,4 23 9,0
A,B,D 3 1,4 0 0,0 3 1,2
A,B,E 1 0,5 0 0,0 1 0,4
A,C,D 3 1,4 1 2,3 4 1,6
A,C,E 2 0,9 1 2,3 3 1,2
A,D,E 1 0,5 0 0,0 1 0,4
B,C,D 2 0,9 0 0,0 2 0,8
C,D,E 1 0,5 1 2,3 2 0,8
4 A,B,C,D 0 0,0 1 2,3 1 0,4
A,B,D,E 1 0,5 0 0,0 1 0,4
A,C,D,E 2 0,9 0 0,0 2 0,8
5 A,B,C,D,E 2 0,9 1 2,3 3 1,2
Sampel pada penelitian ini sebesar 450 orang yang terbagi pada
perempuan 372 orang (82,7%) dan laki-laki 78 orang (17,3%). Pengambilan data
pada penelitian ini dilakukan melalui pengisian kuisioner Diagnostic Criteria for
Temporomandibular Disorders Symptom questionnaire of International
RDC/TMD Consortiom Network Questionnarie version 12 May 2013, yang
mengelompokkan lima tanda dan gejala TMD yakni nyeri rahang, di depan
pelipis, dan di depan telinga; nyeri kepala; suara sendi rahang; rahang terkunci
dalam keadaan tertutup dan keterbatasan membuka mulut; dan rahang terkunci
dalam keadaan terbuka.32 Adanya minimal satu tanda atau gejala yang muncul
maka sampel dapat dikategorikan sebagai penderita tanda dan gejala TMD.
Berdasarkan total sampel, hasil penelitian ini mengungkap bahwa proporsi
kejadian tanda dan gejala TMD pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin sebesar 56,7% (255 orang) dari 450 sampel. Hasil
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vojdani M dkk di
Universitas Shiraz Iran bahwa ditemukan lebih dari seperdua total mahasiswa
memiliki tanda dan gejala TMD.35 Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, hasil
penelitian ini mengungkap bahwa proporsi kejadian lebih besar pada perempuan
yakni 56,7% sedangkan pada laki-laki sebesar 56,4%. Hasil tersebut juga sejalan
dengan beberapa penelitian,6-9,11,13,26 yang mendapatkan prevalensi kejadian TMD
pada perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki. Berdasarkan uji statistik tidak
ada perbedaan yang signifikan. Hal tersebut kemungkinan karena perbandingan
jumlah sampel antara jenis kelamin yang cukup jauh sekitar 1:5. Hasil tersebut
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alhussini dkk di Universitas King
Abdulaziz Arab Saudi pada tahun 2017 dengan sampel 1:5, yang menyatakan
bahwa tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap
tanda dan gejala TMD.9 Hasil penelitian ini juga mirip dengan yang ditemukan
oleh Smiriti BJ dkk dan Bonjardim dkk bahwa hubungan jenis kelamin terhadap
tanda & gejala TMD tidaklah signifikan, tingkat kecemasan lebih terbukti
mempengaruhi tanda dan gejala TMD.33,34 Kecemasan memainkan peran penting
dalam TMD yang bertindak sebagai faktor predisposisi. Selain itu, beban
psikologi seperti kecemasan merupakan faktor penting dalam presepsi rasa nyeri,
sehingga subyek yang mengalami kecemasan akan lebih merasakan intensitas
nyeri yang dirasakan. Berbagai gangguan fisiologi terkait stres dan depresi dapat
mencetus TMD, karena dapat langsung mempengaruhi ketegangan otot.34
Pada penelitian ini usia 17 dan 22 tahun memiliki proporsi kejadian yang
besar yakni masing-masing sebesar 85,7% dan 61,0% padahal jumlah sampelnya
sedikit dibandingkan beberapa usia lainnya. Salah satu penyebab situasi tersebut
adalah faktor psikologi.2,12,13 Mahasiswa tingkatan tahun pertama memiliki usia
rata-rata 17 tahun dan lebih mudah untuk mengalami tekanan psikologi, depresi,
dan kecemasan,12 dikarenakan adanya lingkungan yang baru dan hal tersebut dapat
memicu munculnya gejala TMD.2,11,12 Sama halnya dengan mahasiswa tingkatan
akhir yang memiliki usia rata-rata 21 tahun, mereka mulai memikirkan tugas akhir
seperti skripsi dan kelanjutan karir hidupnya sehingga memicu beban psikologi
dan stres. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bonjardim dkk bahwa
dewasa muda memiliki prevalensi lebih besar untuk mengalami tanda dan gejala
TMD.35 Namun pada penelitian ini, melalui uji statistik didapatkan tidak ada
perbedaan signifikan antara usia terhadap tanda & gejala TMD. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan oleh perbandingan distribusi sampel pada tiap usia
sangatlah jauh berbeda bahkan pada usia 23 tahun hanya memiliki jumlah sampel
sebanyak 1 orang.
Berdasarkan tahun akademik yang terdiri dari angkatan 2015-2018,
didapatkan hasil bahwa semakin tinggi tingkatan akademik maka semakin besar
proporsi kejadian tanda dan gejala TMD. Proporsi kejadian berdasarkan tahun
akademik yakni angkatan 2018 sebesar 51,8%, angkatan 2017 sebesar 53,6%,
angkatan 2016 sebesar 57,3%, dan angkatan 2015 memiliki proporsi tertinggi
sebesar 67,5%. Menurut penelitian yang diadakan di Brazil oleh Paulino dkk, 11
mahasiswa memiliki beban emosi yang tinggi, termasuk kecemasan, kesedihan,
kegelisahan, dan stres yang berkontribusi pada TMD. Namun pada peelitian ini,
melalui uji statistik tidak ditemukan perbedaan dan hubungan yang signifikan
antara tingkatan tahun akademik terhadap tanda dan gejala TMD.11,14
Pada pembahasan hasil telah didapatkan bahwa dari 255 penderita, gejala
yang paling banyak dialami oleh sampel adalah gejala nyeri di rahang, di pelipis
dan di depan telinga yakni sebesar 62,2% (158 orang) dari total sampel penderita.
Diikuti oleh gejala Bunyi sendi rahang sebesar 50,6% (129 orang) dari total
sampel penderita. Adapun rahang terkunci dan keterbatasan membuka mulut pada
penelitian ini memiliki proporsi yang kecil yakni 12,2% (31 orang) terkunci dalam
keadaan tetutup dan 7,1% (18 orang) terkunci dalam keadaan terbuka. Pada
penelitian ini ditemukan juga bahwa pada laki-laki dan perempuan kebanyakan
dari mereka mengalami gejala TMD berupa nyeri dan tanda TMD berupa bunyi
sendi rahang. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Allhussini dkk yang menyatakan bahwa nyeri di sekitar kepala memiliki proporsi
paling besar dan diikuti oleh bunyi sendi rahang. 9 Nyeri ataupun rasa sakit pada
otot (myalgia) menjadi gejala yang paling utama dari TMD.23
Apabila distribusi tanda & gejala TMD dikaitkan dengan jenis kelamin,
maka pada penelitian ini melalui uji statistik didapatkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap distribusi jenis-jenis
tanda dan gejala TMD.
Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kejadian dengan proporsi
tertinggi adalah mahasiswa yang mengalami satu jenis gejala tanpa diserti gejala
lainnya, jumlah mahasiswa tersebut sebanyak 115 orang (45,1%) dengan gejala
nyeri rahang, pelipis dan depan telinga merupakan gejala yang paling tinggi
proporsinya yakni sebesar 18% (46 orang). Hasil tersebut berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Alhussini dkk yang menyatakan bahwa dari suatu
populasi sampel, kejadian dengan proporsi tertinggi adalah mereka yang
mengalami dua tanda atau gejala TMD.9 Hasil tersebut berbeda kemungkinan
dikarenakan oleh karateristik dari program studi, waktu ketika kuisioner
diberikan, dan karateristik dari populasi seperti faktor usia, perilaku dan
lingkungan sampel. Seperti yang dijelaskan pada hasil penelitian Majumder dkk
bahwa penyebab tanda dan gejala TMD adalah kompleks dan multifaktor, mereka
yang lebih lama mengalami suatu tanda dan gejala TMD tanpa pemeriksaan dan
pengobatan akan meningkatkan predisposisi, inisiasi dan memperpanjang
perkembangan tanda dan gejala TMD tersebut.5
Dari penelitian ini, melalui uji statistik didapatkan bahwa tidak ada
perbedaan signifikan antara perempuan dan laki-laki terhadap jumlah tanda dan
gejala TMD yang dialami.
Sedangkan, hubungan antara jenis kelamin terhadap distribusi jenis-jenis
tanda dan gejala TMD pada penderita, melalui uji chi-square menunjukkan angka
p (0,129)>0,005 yang artinya tidak terdapat perbedaan proporsi antara perempuan
dan laki-laki terhadap jenis-jenis tanda dan gejala TMD yang dialami.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Majumder dkk dan Alhussini dkk, bahwa jenis kelamin tidak
berkaitan terhadap munculnya tanda dan gejala TMD.5,9 Tanda dan gejala TMD
lebih diakibatkan oleh faktor psikologi seperti kecamasan dan stres, faktor risiko
oklusi, budaya, bad habid dan parafungsi.
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian yang
dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
dihasilkan tidak terdapat hubungan jenis kelamin terhadap tanda dan gejala
temporomandibular disorder (TMD), hubungan jenis kelamin terhadap distribusi
jumlah ataupun distribusi jenis-jenis dari tanda dan gejala TMD juga
mendapatkan hasil tidak signifikan pada penelitian ini.
Hasil tersebut kemungkinan disebabkan oleh karena perbandingan
distribusi jumlah sampel antara perempuan dan laki-laki di Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Hasanuddin yang terlampau cukup jauh dan hal tersebut
sekaligus menjadi keterbatasan peneliti dalam penelitian ini.
BAB VII
PENUTUP
7.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 450 mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Hasanuddin yang terbagi pada perempuan sebesar 82,7% dan laki-laki
sebesar 17,3%, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Lebih dari setengah populasi sampel mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin mengalami tanda dan gejala TMD yakni sebesar 56,6%,
dengan total kejadian tertinggi dialami oleh perempuan sebesar 56,7%.
2. Pada perempuan dan laki-laki, gejala nyeri di rahang, pelipis, dan depan telinga
merupakan gejala TMD yang paling dominan terjadi yakni sebesar 62,0% dengan
total kejadian tertinggi dialami oleh laki-laki yakni sebesar 70,5%, sedangkan bunyi
sendi rahang merupakan tanda TMD yang paling dominan terjadi yakni sebesar
50,7% dengan total kejadian tertinggi dialami oleh perempuan yakni sebesar 50,7%.
3. Perempuan lebih banyak mengalami satu gejala atau tanda TMD tanpa disertai
tanda dan gejala lainnya dengan proporsi sebesar 46,4%, sedangkan laki-laki lebih
banyak mengalami dua gejala atau tanda TMD dengan proporsi sebesar 38,6%.
4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin terhadap proporsi,
distribusi jumlah dan jenis-jenis tanda & gejala TMD.
7.2 SARAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai tanda dan gejala TMD pada mahasiswa dengan rasio sampel antara
perempuan dan laki-laki tidak terlalu besar sehingga dapat dilaporkan hasil yang lebih
akurat.
63
DAFTAR PUSTAKA
1. Augusto VG, perina KC, penha DS, santos DC, oliveira VA. Temporomandibula
dysfunction, stress and common mental disorder in university students. Acta ortop
Sudanse University Student. Journal Oral and Hygiene & Health.2016; 4(2).
3. Riffle CD, Flores ME, Scorsatto JT, Ceccon LV, Conto FD, Rovani G. Association of
5. Majumder K, Sharma S, Rao DJK, Siwach V, Arya V, Gulia S. Prevalence and sex
7(1).
8. Ferreira CLP, Silva MAMR, Felicio CM. Sign and symtoms of temporomandibular
9. Alhussini D, Mominkhan DM, Alhamed FJ, Saklou RA, Alim HMA. Prevalence and
University, Dental Hospital. Journal of Dental Health, Oral Disorderr & Therapy
10. Zwiri AMA, Omiri MKA. Prevalence of temporomandibular joint disorder among
North Saudy University student. The journal of craniomandibular & sleep practice
11. Paulino MR,Morcira VG, Lemos GA, Silva PLPD, Bonan PRF, Batista AUD.
impact on quality of life. Ciencia & Saude Coletiva 2018; 23(1) : 173-86.
12. Oliveira AS, Dias EM, Contato RG, Berzin F. Prevalence study of signs and symtoms
20(1): 3-7.
13. Calixtre LB, Chaves TC, Gruninger B, Oliveira AB. Is there and association between
14. Pathmanathan VV, Overview of Sress Level Among the Student in Medical Faculty
15. Azato FK, Castillo DB. Influencia do tartamento das desordens temporomandibulaes
16. Fernandes PR, Vasconsellos HA, Okeson JP, Bastos RL, Maia ML. The anatomical
relationship between the position of the auriculotemporal nerve and mandibula
17. Alomar X, Medrano J, Cabratosa J, Clavero JA, Lorente M, Serra I, et all. Anatomy
19. Anggraini W. Tinjauan anatomi nyeri intrakapsular dan ekstrakapsular pada TMJr.
20. Fernandes PR, Vasconsellos HA, Okeson JP, Bastos RL, Maia ML. The anatomical
condyle.
28(1): 55
23. Watt D.M. Gnatosonic diagnosis and occlusal dynamics. Praeger: Sussex; 1980. p
107.
24. Liebgott, B. Dasar-Dasar Anatomi Kedokteran Gigi. Edisi Revisi. Alih bahasa
25. Bumann, Lotzman. TMJ disorders and orofacial pain. The role of dentistry in
30. Reissmann DR. Temporomandibula disorder pain is related to the general disposition
31. Reeves H, Baden S. Gender and developmet : concepts and definitions. DFID 2000;
55: 3-4.
32. Schiffman E, et al. Diagnostic criteria for temporomandibular disorder (DC/TMD) for
consortium network and orofacial pain special interest group. Journal of oral & facial
33. Smiriti BJ, Patni VM, Mukta M, gangotri S. Association between symtoms of
34. Bonjardim LR, Lopes FRJ, Amado G, Albuquerque RL, Goncalves SR. Association