Anda di halaman 1dari 11

Diagnosa dan Penatalaksanaan Gangguan Sendi

Temporomandibula
(Diagnosis and treatment of Temporo Mandibular Disorder)
Siti Aminah
Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan

Abstract
Temporomandibular disorders (TMD) are a heterogeneous group of
musculoskeletal and neuromuscular conditions involving the temporomandibular
joint complex, and surrounding musculature and osseous components. TMD is
classified as intra-articular or extra-articular. Common symptoms include jaw pain
or dysfunction, earache, headache, and facial pain. The etiology of TMD is
multifactorial and includes biologic, environmental, social, emotional, and
cognitive triggers. Diagnosis is most often based on history and physical
examination. Diagnostic imaging may be beneficial when malocclusion or intraarticular abnormalities are suspected. Most patients improve with a combination
of noninvasive therapies, including patient education, self-care, cognitive behavior
therapy, pharmacotherapy, physical therapy, and occlusal devices. Nonsteroidal
anti-inflammatory drugs and muscle relaxants are recommended initially, and
benzodiazepines or antidepressants may be added for chronic cases. Referral to an
oral and maxillofacial surgeon is indicated for refractory cases.
Key words: temporomandibular disorder, treatment, diagnosis
Abstrak
gangguan temporomandibula (TMD) adalah kelompok heterogen
muskuloskeletal dan kondisi neuromuskuler yang melibatkan sendi
temporomandibular dan otot sekitarnya serta komponen tulang. TMD
diklasifikasikan sebagai intra-artikular atau ekstra-artikular. Gejala umum
termasuk nyeri atau disfungsi rahang, sakit telinga, sakit kepala, dan nyeri wajah.
Etiologi TMD adalah multifaktorial dan termasuk biologis, lingkungan, sosial,
emosional, dan pemicu kognitif. Diagnosis yang paling umum adalah berdasarkan
riwayat dan pemeriksaan fisik. Diagnosis pencitraan dapat bermanfaat ketika
pasien diduga mengidap maloklusi atau gangguan intra-artikular. Kebanyakan
pasien membaik dengan kombinasi terapi noninvasif, termasuk pendidikan paisen,
perawatan diri sendiri, terapi perilaku kognitif, farmakoterapi, terapi fisik, dan
perangkat oklusal. Obat anti-inflamasi nonsteroid dan relaksan otot
direkomendasikan awalnya, dan benzodiazepin atau antidepresan dapat

ditambahkan untuk kasus-kasus kronis. Rujukan ke ahli bedah mulut dan


maksilofasial dianjurkan untuk kasus konstruksi ulang pada rahang.
Kata kunci: gangguan temporomandibula, penatalaksanaan, diagnosis

PENDAHULUAN
Gangguan sendi temporomandibula atau temporomandibular disorder
(TMD) merupakan suatu kumpulan gejala yang melibatkan sendi rahang dan otot
di daerah orofasial. Gangguan ini memiliki gejala klinis khas yang berupa rasa
nyeri pada sendi rahang, nyeri pada daerah wajah, bunyi sendi ketika membuka
mulut, kesulitan dalam membuka dan menutup mulut rasa tidak nyaman ataupun
rasa nyeri ketika menggigit atau mengunyah makanan, serta gerak rahang yang
terbatas atau di luar jalur buka-tutup mulut yang normal (terdapat deviasi pada
gerak buka dan tutup mulut).1
Seringkali keluhan akibat gangguan sendi temporomandibula salah
didiangnosis sebagai penyakit lain karena kekurangtahuan preklinik serta adanya
fakta bahwa gejala yang ditunjukkan cenderung tidak spesifik, bervariasi atau
memiliki gejala yang sama dengan beberapa jenis penyakit lainnya.1
Gengguan sendi temporomandibula dapat ditimbulkan oleh banyak faktor
tanpa ada satu pun faktor etiologi yang bersifat spesifik, sehingga seringkali
perawatan gangguan sendi

temporomandibula bersifat menghilangkan gejala

bukan penyebab timbulnya gangguan. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan


yang seksama sebelum dapat menegakkan diagnosis dan menyusun rencana
perawatan yang tepat.1

DEFINISI TMD
Sendi temporomandibula adalah sendi kompleks yang menghubungkan
rahang bawah dengan tengkorak. Sendi ini tersusun atas tulang, tali sendi atau
ligamen, otot, tulang rawan, dan pembungkus otot (fascia), serta banyak saraf dan
pembuluh darah yang melewati sendi tersebut. Pada saat makan, berbicara, dan
menelan maka sendi rahang akan bergerak. Pergerakan sendi ini terjadi karena
adanya kedua sisi kiri dan kanan, ligamen dan otot-otot pengunyahan yang
menghasilkan artikulasi dua sisi antara tulang rahang bawah dan tengkorak.2

Figure 1. Anatomy of the temporomandibular joint and the structures responsible for movement of
the joint. The most common musculoskeletal conditions associated with temporomandibular
disorders (TMD) are noted below: 1. Teeth and mandible. Dental occlusion normal position is a
1- to 2-mm overbite. Bruxism look for dental damage and enamel erosion. Mandibular function
opening less than 30 to 35 mm is considered abnormal. 2. Muscles of mastication. TMD findings
may include spasm and/or tenderness to palpation of the masseter, temporalis and/or pterygoid
muscles. The evaluation is best performed with clenched teeth. 3. Temporomandibular joint (TMJ).
The TMJ is a gliding joint formed by the mandibular condyle and temporal bone fossa. The
ligamentous capsule, articular disk, and retrodiskal tissue allow for smooth joint movement.
Examine the joint by palpating anterior to the tragus bilaterally. Clicking and popping may occur
when the articular disk has moved anterior to the condylar head (click) but then is recaptured in
proper position (pop).

Walaupun sendi ini terdiri atas dua bagian, kiri dan kanan akan tetapi
bergerak dalam satu kesatuan dan tidak dapat berdiri sendiri sehingga gangguan
pada salah satu sendi akan memengaruhi sendi yang lain yang dapat menyebabkan
mulut kaku, sakit kepala, telinga sakit, masalah pada gigi (maloklusi), clicking,
atau rahang terkunci.2 Semua gangguan pada fungsi normal sistem pengunyahan
ditetapkan sebagai TMD yang umumnya ditandai oleh:

Sakit di dalam atau di sekitar TMJ dan otot mastikasi.3


Nyeri otot dan sendi pada palpasi.3
Bunyi sendi (clicking atau crepitus).3,4
Keterbatasan dan ketiadaan koordinasi pada pergerakan mandibular.3,4,6
Deviasi dan defleksi mandibular.3,4
Maloklusi akut. 2,4
Keausan gigi.1
Nyeri wajah dan sakit kepala.1,2,3,4
Sakit telinga (otalgia).1,2,3,4

ETIOLOGI TMD
Penyebab terjadinya gangguan sendi temporomandibula bersifat kompleks
dan multifaktor.1 Faktor utama penyebab terjadinya gangguan sendi:

Maloklusi1,2,4
Hubungan gigi geligi di rahang atas dan bawah atau bagaimana
gigi geligi berkontak pada waktu mulut dalam keadaan tertutup atau
sedang berfungsi disebut oklusi sedangkan penyimpangan oklusi disebut

maloklusi.2
Trauma yang terbagi menjadi dua yaitu makrotrauma dan mikrotrauma1,2,6
Makrotrauma merupakan trauma yang disebabkan oleh gaya yang
datang tiba-tiba dan menyebabkan perubahan struktural, dapat berasal dari
luar (external) ataupun dari dalam (internal).1 Contoh makrotrauma

external adalah pukulan di wajah, kecelakaan kendaraan bermotor, atau


olahraga

sedangkan

contoh

mikrotrauma

internal

adalah

ketika

mengunyah makanan yang keras, menguap, menyanyi, membuka mulut


lebar dalam waktu yang cukup lama, atau trauma akibat proses intubasi
pada anestesi umum.1,2,6,8
Mikrotrauma adalah trauma akibat aktivitas ringan yang dilakukan
secara berulang dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan
perubahan yang adaptif dan/atau degeneratif pada TMJ. Yang termasuk
mikrotrauma adalah aktivitas parafungsi seperti menggigit pipi dan bibir,
tongue thrust, menggigit kuku, sering mengunyah permen karet,

mengunyah hanya pada satu sisi, serta clenching dan bruxism.1,2,6


Stress1,2
Stress berperan menimbulkan gejala TMD dengan cara mengurangi
toleransi fisiologis pasien.1 Sebuah studi kohort prospektif dengan lebih
dari 6.000 partisipan menunjukan peningkatan sebesar dua kali lipat pada
orang yang depresi mengidap TMD (tingkat rasio = 2.1;95% confidence

interval, 1.5 to 3; P < 0.001).5


deep pain input1
deep pain input merangsang SSP menghasilkan respons protective
co-contraction untuk melindungi bagian yang terluka dengan cara
membatasi fungsi kerja organ. Hal ini terjadi ketika sakit pada gigi,
telinga, sinus atau bahkan sakit yang jauh dari mulut menyebabkan
timbulnya respons keterbatasan buka mulut.1

KLASIFIKASI TMD
International Reasearch Diagnostic Criteria for Temporormandibular
Dysfunction Consortium Network mempublikasikan struktur klasifikasi terkini

untuk TMD pada tahun 2013. TMD dikategorikan menjadi dua yaitu intraarticular (di dalam sendi) dan extra-articular (melibatkan otot-otot sekitar).5
Articular disorders (intra-articular)
Congenital or developmental disorders
Condylar hyperplasia
First and second branchial arch disorders
Idiopathic condylar resorption
Degenerative joint disorders
Inflammatory: capsulitis, synovitis, polyarthritides (rheumatoid
arthritis,

psoriatic arthritis,

ankylosing spondylitis, Reiter

syndrome, gout)
Noninflammatory: osteoarthritis
Disk derangement disorders
Displacement with reduction
Displacement without reduction (closed lock)
Perforation
Infection
Neoplasia
Temporomandibular hypermobility
Dislocation
Joint laxity
Subluxation
Temporomandibular hypomobility
Ankylosis: true ankylosis (bony or fibrous) or pseudoankylosis
Postradiation fibrosis
Trismus
Trauma
Contusion
Fracture
Intracapsular hemorrhage
Masticatory muscle disorders (extra-articular)
Local myalgia
Myofascial pain disorder
Myofibrotic contracture
Myositis
Myospasm
Neoplasia

DIAGNOSIS TMD
Diagnosis sebagian besar didasarkan pada riwayat dan temuan
pemeriksaan fisik terhadap pasien.5 Gejala TMD dapat dihitung menggunakan

Helkimo index yang perhitungannya berdasarkan informasi pasien (anamnestic


dysfunction, Ai) dan temuan klinis (clinical dysfunction index, Di).6,7
HELKIMO INDEX7
Jaw mobility
A) maximal opening of the mouth (vertical incisal edge difference + overbite)
B) maximal laterotrusion to the left
C) maximal laterotrusion to the right
D) maximal protrusion
Sum of A + B + C + D => mobility index according to code
code: 0 points
= mobility index 0 = normal range of movement
1 4 points
= mobility index 1 = slightly impaired movement
5 20 points
= mobility index 5 = severely impaired movement
Sum of A + B + C + D + E
dysfunction group 0 5 according to code
Clinical dysfunction index Di according to code
code: 0 points = dysfunction group 0 = absence of clinical symptoms = Di 0
1 4 points = dysfunction group 1 = minor dysfunction = Di I
5 9 points = dysfunction group 2 = moderate dysfunction = Di II
10 13 points = dysfunction group 3 = severe dysfunction = Di III
15 17 points = dysfunction group 4 = severe dysfunction = Di III
20 25 points = dysfunction group 5 = severe dysfunction = Di III
Symptoms of temporomandibular joint (TMJ) dysfunction
1. Impaired mobility
2. Altered function
3. Painful function
4. Muscle pain
5. TMJ pain
Impaired mobilty
Vertically
IED: 30 39 mm slightly impaired movement

Horizontally
4 6 mm slightly impaired

IED: 29 mm severely impaired movement

movement
3 mm severely impaired

IED: 40 mm normal range of movement

movement
7 mm normal range of
movement

Altered function
1) unilateral or bilateral clicking/friction
laterotrusion (opening/closing of the jaws) 2 mm = slightly impaired function
2) luxation/locking during movement = severely impaired function
(smooth movement, no sound / laterotrusion < 2 mm = normal function)
Painful function
1. Pain associated with one movement = minor disorder
2. Pain associated with two or more movements = severe disorder (painless
movement = normal function)
Muscle pain
1. Sensitivity to pressure in 1 3 places = minor disorder

2. Sensitivity to pressure in 4 or more places = severe disorder (no sensitivity to


pressure = no disorder)
TMJ pain
1. Sensitivity to lateral pressure = minor disorder
2. Sensitivity to posterior pressure = severe disorder (no sensitivity to pressure =
no disorder)

Pencitraan dapat membantu diagnosis TMD ketika riwayat dan temuan


pemeriksaan fisik samar-samar.5 Meskipun jarang digunakan, beberapa modalitas
pencitraan yang tersedia untuk mendapatkan informasi tambahan tentang dugaan
etiologi TMD5:
sinar X-rutin Gigi dan Panoramic Radiografi. Ini menunjukkan gigi dan

memberikan pandangan pemutaran struktur tulang sendi TM.5


Computed Tomography (CT atau CAT scan). Ini memberikan gambaran
lebih rinci tulang tetapi pandangan sedikit terbatas pada disk dan jaringan

lunak.5
Magnetic Resonance Imaging (MRI). Ini memberikan gambar dari disk

serta otot-otot dan jaringan lunak lainnya di sekitar sendi.5


Skintigrafi (Bone scan). Ini melibatkan injeksi zat radioaktif yang diserap
oleh sel-sel tulang dan menunjukkan apakah proses patologis dalam
keadaan aktif atau tidak aktif.5

PENATALAKSANAAN TMD

Pada dasarnya, penatalaksanaan TMD meliputi2:


Terapi relaksasi2,6 dapat mengurangi stres dan biofeedback training
diyakini dapat mengurangi terjadinya aktivitas menggertakkan gigi di

malam hari.
Terapi panas dingin2,6 dapat membantu mengurangi ketegangan otot dan
kekakuan otot. Namun, bila terjadi injuri pada sendi TM, sebaiknya
diberikan terapi dingin untuk mengurangi rasa sakit.

Terapi fisik.1,2,6 Latihan membuka dan menutup rahang secara pasif,


mengurut, dan rangsangan elektrik dapat juga dilakukan untuk mengurangi

rasa sakit dan menambah gerakan dan kekuatan sendi.


Terapi psikologis2,6 diberikan kepada penderita yang mengalami stres
untuk membantu mengurangi ketegangan otot. biofeedback dapat
membantu penderita mengetahui saat aktivitas ototnya meningkat dan

memberikan cara yang baik untuk mengontrolnya.


Terapi oklusal2 dilakukan dengan cara penderita menggunakan suatu alat
untuk menyeimbangkan gigitan dan mengurangi grinding gigi atau

clenching (bruxism).
Terapi korektif2 dilakukan untuk mengoreksi gigitan abnormal seperti

pembuatan restorasi jembatan atau mahkota.


Obat-obatan.2,6 Obat-obatan anti-radang seperti aspirin, ibuprofen,
naproxen, atau steroid dapat mengontrol peradangan yang terjadi. Obatobatan untuk relaksasi otot seperti diazepam juga dapat menolong

mengurangi kekakuan otot.


Pembedahan2,6 dilakukan sebagai pilihan terakhir apabila terapi medis
gagal. Tindakan pembedahan seperti atroskopi sendi TM, pengencangan
ligamen, restrukturing sendi, dan riplesmen sendi dianjurkan pada kasuskasus kerusakan sendi yang berat atau bila terjadi deteriorasi
(deterioration).2

PEMBAHASAN
TMD merupakan sindroma dengan penyebab yang kompleks dan pasti ada
hubungannya dengan emosisonal. Namun hal ini tidak dapat dianggap sebagai
suatu penyakit psikosomatis, tetapi lebih condong kepada penyakit somatopsikis
yang artinya rasa sakit meninbulkan neurosis dan bukan neurosis yang
menyebabkan rasa sakit.2

Berhubung faktor etiologi TMD bersifat multifaktorial maka sudah


selayakya diperlukan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi
gejala TMD.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kartika L, Himawan LS. Penatalaksanaan kasus gangguan sendi
temporomandibula dengan latihan rahang. Indonesian J Dentistry 2007;
14(1): 12-7.
2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press,
2016: 62-7.
3. Durham J. Summary of royal college surgeons (England) clinical
guidelines on management of temporomandibular disorders in primary
case. Br Dent J 2015; 218: 355-6.
4. Klasser GD, Greene CS. The changing field of temporomandibular
disorders: what dentists need to know. J Can Dent Assoc 2009; 75(1): 4953
5. Gauer RL, Semidey MJ. Diagnosis and Treatment of Temporomandibular
Disorders. Am Fam Physician 2015; 91(6): 378-86.
6. Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine The: Basis of Diagnosis and
Treatment. 2nd ed. Edinburgh: Churchill Livingstone Elsevier, 2008: 291-5.
7. Anonim.
Helkimo
Index.
http://www.medcollege.de/de/downloads/Helkimo-Index_en.pdf (1 sept 2016).
8. Vitria EE. Management of Chronic Temporo Mandibular Joint Dislocation.
Boy B, Yuniardini SW, eds. Proceedings of the 15th scientific meeting &
refresher course in dentistry, Jakarta, 2009: 167-74.

Anda mungkin juga menyukai