Anda di halaman 1dari 10

Kata sulit :

1. Maksilo mandibular relationship (afi): Hubungan spasial dari rahang atas


dan rahang bawah atau disebut relasi antar rahang. 3 tipe
maxillomandibular relation  orientation relation, vertical, horizontal/lateral
relation. (adam)
2. Metode willis (linda): Suatu metode pengukuran dimensi vertikal oklusi
yang sering digunakan  tinggi wajah bagian bawah diukur
menggunakan jangka sorong.(ardiyan)
3. Two dot technique (roar): Mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu
lagi pada rahang bawah), yang ditempatkan pada daerah yang tidak
bergerak yaitu di atas dan di bawah garis bibir dan kedua titik diukur
dengan jangka sorong.(jass)
Pertanyaan :
1. Bagaimana rencana perawatan pada scenario diatas? (afi)
2. Bagaimana cara menentukan dimensi vertical pada metode willis dan two dot
technique? (linda)
3. Apa yang terjadi apabila pengukuran Dimensi Vertikal tidak sesuai ? (adam)
4. Apa saja hal yang perlu di perhatikan pada pembuatan GTL baru? (putri)
5. Mengapa GTL pada pasien di scenario mengalami atrisi? (rora)
6. Bagaimana pathogenesis keadaan pada scenario diatas? (afra)
7. Apa hubungannya luka disudut mulut pasien pada skenario dengan
perawatan GTL? (ardiyan)
8. Bagaimana penanganan gigi ekstrusi dan resorpsi yang berlebih pada pasien
diatas dalam pembuatan GTL? (jass)
9. Bagaimana pemeriksaan yang di lakukan untuk menentukan MMR?’ (sinta)
10. Mengapa jaringan mukosa RA hiperplasia dan ada pembesaran tuberositas?
(untung)

Jawaban :
1. Bagaimana rencana perawatan pada scenario diatas?
a. Riwayat kesehatan umum dan kesehatan gigi
b. Evaluasi klinis dan radiografis baik jaringan keras maupun lunak yang
berhubungan dengan penggunaan gigi tiruan
c. Gambaran dari beberapa tanda-tanda inflamasi, jika ada
d. Pemeriksaan kemungkinan dari karies pada pasien-pasien pengguna gigi
tiruan, status periodontal, dan kebersihan mulutnya
e. Faktor-faktor yang diperlukan gigi sebagai penyangga (vitalitas gigi,
perubahan morfologi gigi, jumlah akar, dukungan tulang, kegoyangan gigi,
perbandingan mahkota-akar, ada/tidak dan posisi restorasi, posisi gigi di
dalam lengkung, kemampuan retensi dan guide plane) (linda)
Perawatan konvensional sindrom kombinasi dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu hanya dengan perawatan prostodontik saja, atau dengan
kombinasi perawatan prostodontik dan bedah pra-prostetik.
a. Perawatan Dasar
Saunders et al tahun 1979 menyatakan bahwa perawatan dasar yang
objektif dalam merawat pasien-pasien sindrom kombinasi adalah untuk
mendapatkan dataran oklusal yang lebih baik yang mana terjadi
penekanan oklusal pada regio anterior rahang atas, baik pada posisi
sentrik maupun eksentrik. Beberapa perawatan objektif khusus yang
disebutkan antara lain:
1) Gigi tiruan sebagian lepasan rahang bawah harus memberikan
dukungan oklusal yang positif dari gigi-gigi asli dan memiliki penutupan
maksimal pada landasan yang diperluas ke arah distal. Hal ini
sebanding dengan pendapat Kelly, yaitu landasan gigi tiruan sebagian
rahang bawah sebaiknya diperluas seluruhnya dan harus menutupi
retromolar pad dan area buccal shelf
2) Desain gigi tiruan harus kaku dan menghasilkan stabilitas yang
maksimal
3) Dataran oklusalnya harus berada tepat saat posisi relasi sentrik dan
sesuai dengan dimensi vertikal
4) Gigi-gigi anterior sebaiknya hanya digunakan untuk kebutuhan fonetik
dan estetik saja
5) Gigi-gigi posterior sebaiknya dalam oklusi yang berimbang (rora)
Pada tahun 1985, Stephen M. Schmitt menjelaskan pendekatan perawatan
yang dapat meminimalkan perubahan atau kerusakan, dengan
menggunakan perawatan objektif yang dikemukakan Saunders et al, yaitu:
1) Gigi tiruan dibuat dalam 2 tahap
2) Gigi tiruan sebagian rahang bawah dibuat terlebih dahulu
3) Gigi resin akrilik digunakan untuk menggantikan gigi anterior rahang atas
4) Melapisi permukaan oklusal gigi artifisial posterior dengan cast gold
Agar pasien dapat melakukan gerakan “menggiling” dengan baik, inklinasi
cuspal tidak mungkin sama dengan pasien-pasien lainnya, dan diperlukan
teknik pembuatan khusus untuk bagian oklusal gigi tiruan rahang atas.
Lapisan cast gold pada bagian oklusal dapat digunakan, tetapi harganya
mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pembuatannya.
Pendekatan lain, yang telah berhasil dilakukan, adalah mengubah anatomi
oklusal gigi tiruan rahang atas dengan menggunakan light-cured resin
komposit, atau amalgam.
b. Kombinasi Bedah Pra Prostetik dan Prostodontik
Kelly berpendapat bahwa sebelum dilakukan perawatan dengan
menggunakan gigi tiruan, perubahan-perubahan besar yang sudah ada
sebaiknya dilakukan perawatan bedah terlebih dahulu. Kondisi ini
termasuk jaringan flabby (hiperplastik), hiperplasia papila, dan tuberositas
yang membesar. Gigi tiruan lengkap rahang bawah menghasilkan
prognosis yang lebih baik pada pasien sindrom kombinasi dan gigi-gigi
asli anterior rahang bawah ada keterlibatan periodontal. Gigi tiruan
dengan penyangga implant menghasilkan retensi, stabilisasi, fungsi, dan
kenyamanan bagi pasien serta lebih stabil saat oklusi. Untuk melakukan
prosedur ini prostodontis harus berkonsultasi dengan ahli bedah mulut.
Tahun 2001, Wennerberg et al melaporkan keberhasilan jangka panjang
penggunaan implant di rahang bawah sebagai penyangga protesa fixed
yang berlawanan dengan gigi tiruan lengkap lepasan rahang atas.
Stabilisasi pada rahang atas dapat diperoleh dengan beberapa cara:
1) Retensi dari penyangga
2) Penanaman implant
3) Regenerasi jaringan lunak dengan menggunakan resorbable
hydroxyapatite dan vestibuloplasti (adam)
2. Bagaimana cara menentukan dimensi vertical pada metode willis dan two dot
technique?
Pengukuran wajah dapat digunakan untuk mengukur DVO dari pasien yang
tidak bergigi. Pengukuran ini umumnya dilakukan dengan alat ukur jangan
sorong. Goodfriend dan kemudian Willis yang mempopulerkan teknik
pengukuran DVF bahwa jarak dari pupil mata ke sudut bibir adalah sama
dengan jarak dari dasar hidung ke ujung dagu. Tiga pengukuran wajah yang
dianggap konstan selama hidup, yaitu : jarak dari tengah pupil mata ke garis
yang ditarik dari sudut bibir, jarak dari Glabella ke subnasion, dan jarak
antara sudut mulut ketika bibir istirahat. Dua dari tiga pengukuran ini akan
sama dan terkadang ketiganya akan sama satu sama lain. (afi)

Metode yang sering digunakan di klinik adalah metode 2 titik. Pasien dengan
posisi
kepala tegak dan rileks di dental chair kemudian tetapkan 2 titik pengukuran
pada garis tengah wajah. Satu pada hidung dan satu lagi pada dagu. Titik ini
dipilih pada daerah yang tidak mudah bergerak akibat otot ekspresi. Alat yang
digunakan pada metode pengukuran 2 titik adalah jangka sorong dan Willis
bite gange, karena mempunyai skala yang cocok.
 Metode Willis:
a. Pertama mencari Dimensi Vertikal Rest Posisi (DVRP). Cara
menentukan DVRP dengan metode fonetik mengucapkan huruf M dan
bibir berkontak ringan. Pada saat posisi DVRP dengan metode Willis,
jarak pupil - sudut mulut sama dengan jarak hidung - dagu (PM=HD).
b. Kemudian mencari Dimensi Vertikal Oklusi (DVO), pada keadaan
oklusi sentrik, DVO=DVRP - Free way space (2-4 mm). Sehingga bite
rim rahang bawah dikurangi 2 – 4 mm.
c. Kemudian untuk mengecek ketepatan jarak free way space pasien
diminta untuk menelan ludah & pengucapan kata yang mengandung
huruf berdesis (huruf S). Apabila pasien sudah dapat ludah menelan
dengan mudah dan pengucapan huruf berdesis jelas maka sudah
didapat DVO yang tepat. (afra)
 Two Dot Technique
a. Jarak antar-rahang pada posisi istirahat dapat diukur dengan membuat
titik-titik yang tidak mudah dihapus, 1 titik dibuat pada ujung hidung &
titik lain dibuat pada bagian dagu yang paling menonjol.
b. Pasien diinstruksikan untuk duduk dengan kepala tegak & membuat
otot-otot wajah relax, DVRP ditentukan dengan metode fonetik, pasien
mengucapkan huruf M dengan bibir atas dan bawah berkontak ringan.
Kemudian jarak kedua titik di atas diukur & dicatat, misalnya x mm.
Maka DV istirahat fisiologis (DVRP) = x mm.
c. Untuk mendapatkan DV oklusal (DVO), DVRP dikurangi 2 – 4 mm.
Dengan cara mengurangi bite rim/galangan gigit bawah sebanyak 2-4
mm untuk free way space.
d. Setelah dikurangi untuk free way space, kontak antara bidang oklusal
galangan gigit atas & bawah harus tetap merata.
e. Apabila pasien sudah dapat ludah menelan dengan mudah dan
pengucapan huruf berdesis jelas maka sudah didapat DVO yang tepat.
(Putri)
3. Apa yang terjadi apabila pengukuran Dimensi Vertikal tidak sesuai ?
Kesalahan penentuan DV oklusi dapat menyebabkan DV terlalu tinggi
atau terlalu rendah.Pengukuran DV yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
gigi tiruan tidak stabil karena permukaan oklusi gigi tiruan letaknya terlalu
jauh dari puncak lingir, gigi tiruan tidak nyaman dipakai dan otot
pengunyahan terlalu rendah,profil pasien menjadi kurang baik karena otot
ekspresi terlihat tegang, bibir tidak dapat menutup, terjadi clicking, dapat
menyebabkan luka pada jaringan pendukung,resorpsi tulang serta dapat
mengakibatkan gangguan sendi temporomandibular (STM). (afra)
Adapun DV yang terlalu rendah juga dapat mengakibatkan kuat gigit
berkurang sehingga efisiensi pengunyahan berkurang, ekspresi wajah terlihat
lebih tua karena bibir kehilangan kepadatan dan terlihat terlalu tipis, sudut
mulut menjadi turun dan terbentuk lipatan,serta dapat terjadi costen
syndrome,dengan gejala gangguan pendengaran,sering merasakan
pusing,tinnitus,nyeri saat pergerakan sendi dan nyeri saat ditekan (jass)
Faktor-faktor yang mempengaruhi DV meliputi posisi kepala saat
pengukuran DV, kehilangan gigi, rasa nyeridi daerah mulut yang berkaitan
dengan otot, usia, kesehatan umum, dan kebiasaan tertentu yang dapat
mempengaruhi pengukuran DV. Kesalahan dalam menentukan DV dapat
membuat rasa tidak nyaman pada pasien dan dapat menyebabkan penyakit
sendi temporomandibula, disfungsi otot, atrofi dan trauma pada jaringan
lunak,gangguan fungsi fonetik, estetik, penelanan, pengunyahan dan resorpsi
tulang alveolar. (linda)
4. Apa saja hal yang perlu di perhatikan pada pembuatan GTL baru?
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam GTL
Sebelum insersi
1. Permukaan polis / perm mekanis
- Tidak ada bagian yang tajam/ kasar
- Terhindar penumpukan plak
- Terhindar dr iritasi
2. Perm anatomis/ perm yang menghadap ke jar (rora)

Pada saat insersi


a. Arah pemasangan
b. Hambatan saat pemasangan
Setelah insersi
Setelah protesa di insersasikan dalam mulut dan diperhatikan
a. Retensi : di cek dengan menggerakan bibir dan pipi, protesa lepas atau
tidak
b. Oklusi : dicek ada tidaknya premature kontak, apabila oklusinya terganggu
perlu di lakukan grinding.
c. Stabilisasi : di cek saat mengunyah , tidak mengganggu mastikasi,
penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya (afi)
5. Mengapa GTL pada pasien di scenario mengalami atrisi? (trauma yang
berlebih)
Pasien mengunyah berlebih pada anterior RB  tekanan berlebih resorbsi
tulang alveolar RA terbentuk jaringan hiperplastik yang flabby pada linggir
anterior RA yg tdk di dapat mendukung basis gigi tiruan sehingga dapat
menjadi epulis fissuratum tuberositas menonjol akibat tekanan negative gigi
tiruan menekan posterior RB  ekstrusi gigi anterior RB  kehilangan
tulang posterior bawah  atrisi pada perm anasir karena tekanan yang
berlebih dan tidak merata (putri)

6. Apa hubungannya luka disudut mulut pasien pada skenario dengan


perawatan GTL?
Luka disudut mulut pasien itu disebut angular cheilitis. Dikarenakan
Kehilangan tinggi wajah bagian bawah atau penurunan dimensi vertical.
Keausan gigi yang parah atau gigi palsu yang tidak pas dapat menyebabkan
kerutan di sudut bibir yang menciptakan lingkungan yang mendukung kondisi
tersebut. Hilangnya dimensi vertikal telah dikaitkan dengan angular cheilitis
pada orang tua dengan peningkatan kelemahan wajah.
 Pemakaian gigi tiruan lengkap yang telah berlangsumg lama cenderung
menimbulkan perubahan-perubahan pada jaringan rongga mulut.
Perubahan-perubahan atau kerusakan jaringan ini berhubungan erat
dengan proses penuaan. Keadaan -keadaan yang biasa timbul akibat
pemasangan GTL
a. Hyperplasia jaringan
-Hiperplasia jaringan lunak di bawah atau di sekeliling gigi tiruan
lengkap merupakan akibat dari respon fibroepitelial terhadap
pemakaian gigi tiruan lengkap. Sayap gigi tiruan yang terlalu lebar
dapat menyebabkan ulser pada mukosa dan bahkan menjadi
hiperplasia.
-Hiperplasia yang terjadi dapat berupa pertumbuhan fibrotik yang
disebut epulis fisuratum. Ini terjadi pada mukosa bergerak atau pada
perbatasan mukosa bergerak dan tidak bergerak (ardiyan)
b. Stomatitis
-Lesi ini umumnya disebut sebagai denture stomatitis, seringkali
merupakan infeksi asimtomatis yang disebabkan oleh candida.
Mikroorganisme ini ditemukan pada mukosa dan jaringan gigi tiruan.
Stomatitis ini merupakan peradangan kronis pada mukosa pendukung
gigi tiruan yang sifatnya dapat setempat atau menyeluruh.
-Kondisi ini dipicu oleh pemakaian gigi tiruan yang terus menerus
sepanjang siang dan malam hari. Factor lain seperti xerostomia juga
mendukung terjadinya lesi ini. Hipersensitif terhadap salah satu
komponen dari bahan gigi tiruan dengan reaksi alergiknya juga
merupakan salah satu factor penyebab.
-Stomatitis karena gigi tiruan seringkali merupakan kandidosisatrofik
kronis. Adanya plak microbial serta jamur pada permukaan gigi tiruan
yang bersinggungan dengan mukosa pengukung penting bagi
perkembangan stomatitis ini. Kondisi ini biasanya hilang dengan
pembersihan gigi tiruan yang baik, termasuk merendam gigi tiruan
dalam larutan antijamur di malam hari. Obat anti jamur seperti
amfoterisin, mikonasol atau nistatin mungkin diperlukan dan harus di
aplikasikan ke permukaan gigi tiruan sebelum gigi tiruan dipasang ke
dalam mulut. (afra)

7. Bagaimana penanganan gigi ekstrusi dan resorpsi yang berlebih pada pasien
diatas dalam pembuatan GTL? Bareng-bareng
RA (GTL baru + bone graft)
RB (splinting gigi dan GTSL baru)
8. Bagaimana pathogenesis kasus pada scenario diatas?
Pada kasus diatas, dapat meningkat sejalan dengan kebiasaan yang
berturut-turut. Menuru Kelly, awal dari kehilangan tulang bagian anterior atas
merupakan kunci dari perubahan yang lain. Perubahan bentuk dan kejehatan
jaringan lunak pada sindrom ini dapat disebabkan oleh beberapa factor.
Karena hanya gigi-gigi asli anterior rahang bawah yang masih tersisa, pasien
cenderung memakai gigi-gigi ini lebih sering sebab lebih dapat menghasilkan
daya yang maksimum. Fungsi anterior yang berlebih dan gerakan yang
menyimpang ini terlalu menekan linggir anterior rahang atas sehingga
resorpsi tulang alveolar terjadi. (afi)
Dengan hilangnya tulang di bagian anterior, jaringan ikat hiperplastik yang
flabby terbentuk pada linggir anterior. Jaringan hiperplastik ini tidak dapat
mendukung landasan gigi tiruan dan dapat tergulung menjadi epulis
fissuratum pada sulkus labial rahang atas. Ketika ketinggian tulang dan linggir
di bagian anterior berkurang, tuberositas di bagian posterior turun ke bawah.
Ada teori yang menyebutkan bahwa tekanan negatif dari gigi tiruan lengkap
rahang atas menarik tuberositas ke bawah seiring dengan naiknya linggir
anterior karena oklusi di bagian anterior. Linggir bagian posterior rahang atas
akan menjadi lebih lebar sesuai dengan perkembangan tuberositas fibrous
yang membesar. Menurunnya tuberositas menghasilkan tekanan berlebih
pada linggir posterior rahang bawah dan menyebabkan resorpsi pada linggir
posterior rahang bawah. Dengan adanya perubahan ini, dataran oklusal
berpindah lebih ke atas pada regio anterior dan ke bawah pada regio
posterior. (adam)
Gerakan tipping pada bagian anterior gigi tiruan lengkap rahang atas dan
gerakan yang lebih menurun pada bagian posterior akan mengurangi kontak
pada gigi-gigi anterior rahang 5 bawah, sehingga setelah beberapa lama gigi-
gigi anterior rahang bawah akan ekstrusi. Kemudian terjadi ketidaksesuaian
dataran oklusal dan pasien dapat mengalami kehilangan dimensi vertikal
yang sesuai. Estetik menjadi buruk karena pada pasien tidak tampak gigi-gigi
anterior rahang atas, akan tetapi gigi-gigi anterior rahang bawah justru lebih
banyak terlihat dan dataran oklusal turun untuk membebaskan gigi-gigi
posterior rahang bawah. (linda)
9. Bagaimana pemeriksaan yang di lakukan untuk menentukan MMR?
Pencatatan Maxillo Mandibular Relationship (MMR)
a. Pengukuran dimensi vertikal rest posisi (DVR) Pasien diminta untuk
menggigit bite rim pada rahang atas dan rahang bawah. Dimensi
vertikal diukur dengan cara mengukur jarak pupil dengan sudut mulut
(PM) sama dengan jarak dasar hidung dengan dasar dagu (HD). Pada
posisi istirahat, PM = HD.
b. Pengukuran dimensi vertikal oklusi (DVO) Dilakukan dengan cara
mengukur jarak dasar hidung dengan dasar dagu dikurangi besar free
way space (HD-FWS), sebesar 2-4 mm. FWS didapatkan dengan
mengurangi permukaan oklusal bite rim rahang bawah. Untuk
mengetahui apakah pengukuran dimensi vertikal sudah benar, ada 2
cara yaitu pasien diminta mengucapkan huruf “s “ berulang” dan
pasien diminta menelan ludah berulang-ulang sampai tidak ada
halangan atau kesulitan dalam gerakan menelan ludah. Bila hal ini
sudah dapat dilakukan dengan baik maka pengukuran dimensi vertikal
sudah benar. (ardiyan)
c. Pengukuran relasi sentrik Relasi sentrik adalah suatu relasi mandibula
terhadap maksila pada keadaan prossesus condyleudeus berada
paling posterior dari fossa glenoid. Menentukan relasi sentrik dapat
dengan 2 cara yaitu :
Pertama, dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa
sehingga prosesus condyloideus akan tertarik ke posisi paling
posterior pada fossa Glenoidea karena tarikan dari otot.
Kedua, dengan cara pasien disuruh Menelan ludah berulang-ulang
sampai ditemukan relasi sentrik yang diinginkan menetap, kemudian
ditandai pada bite rim. Dapat dilakukan bersamaan dengan penentuan
median line.
d. Membuat median line yang ditarik dari garis tengah philtrum, dapat
dilakukan bersamaan dengan penentuan relasi sentris
e. Membuat garis kaninus pada sudut mulut.
f. Membuat garis ketawa (rora)

10. Mengapa jar mukosa RA hyperplasia dan ada pembesaran tuberositas


maksila
è Pemakaian gigi tiruan lengkap yang telah berlangsumg lama cenderung
menimbulkan perubahan-perubahan pada jaringan rongga mulut.
Perubahan-perubahan atau kerusakan jaringan ini berhubungan erat
dengan proses penuaan. Keadaan -keadaan yang biasa timbul akibat
pemasangan GTL
a. Hyperplasia jaringan
-Hiperplasia jaringan lunak di bawah atau di sekeliling gigi tiruan
lengkap merupakan akibat dari respon fibroepitelial terhadap
pemakaian gigi tiruan lengkap. Sayap gigi tiruan yang terlalu lebar
dapat menyebabkan ulser pada mukosa dan bahkan menjadi
hiperplasia.
-Hiperplasia yang terjadi dapat berupa pertumbuhan fibrotik yang
disebut epulis fisuratum. Ini terjadi pada mukosa bergerak atau pada
perbatasan mukosa bergerak dan tidak bergerak (jass)
b. Stomatitis
-Lesi ini umumnya disebut sebagai denture stomatitis, seringkali
merupakan infeksi asimtomatis yang disebabkan oleh candida.
Mikroorganisme ini ditemukan pada mukosa dan jaringan gigi tiruan.
Stomatitis ini merupakan peradangan kronis pada mukosa pendukung
gigi tiruan yang sifatnya dapat setempat atau menyeluruh.
-Kondisi ini dipicu oleh pemakaian gigi tiruan yang terus menerus
sepanjang siang dan malam hari. Factor lain seperti xerostomia juga
mendukung terjadinya lesi ini. Hipersensitif terhadap salah satu
komponen dari bahan gigi tiruan dengan reaksi alergiknya juga
merupakan salah satu factor penyebab.(putri)
-Stomatitis karena gigi tiruan seringkali merupakan kandidosisatrofik
kronis. Adanya plak microbial serta jamur pada permukaan gigi tiruan
yang bersinggungan dengan mukosa pengukung penting bagi
perkembangan stomatitis ini. Kondisi ini biasanya hilang dengan
pembersihan gigi tiruan yang baik, termasuk merendam gigi tiruan
dalam larutan antijamur di malam hari. Obat anti jamur seperti
amfoterisin, mikonasol atau nistatin mungkin diperlukan dan harus di
aplikasikan ke permukaan gigi tiruan sebelum gigi tiruan dipasang ke
dalam mulut. (sinta)

Anda mungkin juga menyukai