Dosen Pembimbing:
Penyaji:
MEDAN 2022
PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
Seorang wanita berusia 21 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Sumatera Utara dengan keluhan merasa nyeri pada sisa akar sebelah kiri rahang atas dan gusi
nya juga bengkak. Gigi berlubang sejak 2 tahun lalu dan pasien tidak pernah merawatnya
kedokter gigi sehingga pecah dan tersisa akar. Pada pemeriksaan tanda vital diperoleh tekanan
darah pasien 120/70 mmHg, denyut nadi 80x/menit, pernafasan 12x/menit dan suhu 36,5℃.
Berdasarkan pengakuan pasien, pasien tidak memiliki riwayat penyakit alergi obat atau
makanan.
Pemeriksaan ekstraoral pasien terdapat kliking, pasien mengaku sering mengunyah
sebelah sisi dan letih apabila mengunyah makanan terlalu lama. Pemeriksaan intraoral terdapat
radiks 26 yang akan dicabut (Gambar 1). Pada hari perawatan, setelah dilakukannya
pencabutan pasien sulit menutup mulut sehingga harus dibantu operator. 10 hari setelah
dilakukannya pencabutan, pasien mengeluh rahang sebelah kiri nya sakit dan tidak bisa
membuka mulut lebar. Pasien hanya bisa membuka mulut selebar 2 jari saja. Pasien
mengatakan ketika makan terdengar bunyi dari rahangnya, sejak itu pasien merasakan nyeri
dan sulit membuka mulut. Pasien didiagnosis dengan gangguan sendi temporomandibular yang
diakibatkan oleh cedera pada TMJ. Penatalaksanaan yang didapatkan pasien yaitu pasien
diinstruksikan untuk diet lunak selama dua minggu, melakukan kompres air hangat
dilanjutkan dengan latihan membuka-menutup rahang saat bangun tidur. Pasien diberikan resep
obat muscle relaxant Eperisone HCL 50 mg (2 kali sehari) selama lima hari, analgesik
Ibuprofen 400 mg (3 kali sehari) selama empat hari, Methylprednisolon 4 mg (3 kali sehari)
selama empat hari, dan omeprazole 20 mg (2 kali sehari) selama empat hari.
PEMBAHASAN
1. Kenapa harus ketika bangun tidur dilakukan latihan membuka dan menutup rahang??
Penderita TMD dilaporkan 71% mengalami nyeri dan kaku pada wajah pada pagi hari
saat bangun tidur dibandingkan yang tidak mengalmi TMD. Untuk mengurangi kekakuan dan
rasa nyeri pada wajah, diperlukan kompres air hangat pada bagian TMJ lalu latihan buka
tutup mulut untuk menghilangkan rasa kaku pada tmj tersebut selepas bangun tidur
2. Lalu, kenapa bisa nyeri pada pagi hari pada pasien TMD?
Pada malam hari sewaktu tidur kita akan membiarkan mulut tertutup dalam waktu yang
lama dan dapat menyebabkan otot-otot wajah kaku selama tidur. Selain itu, dilaporkan juga
sebagian besar penderita TMD memiliki kebiasaan parafungsional seperti bruxism ataupun
kebiasaan membuka mulut saat tertidur yang mungkin tanpa di sadari pasien sehingga hal-
hal ini lah yang dapat menyebabkan kekakuan dan nyeri bagian wajah pada penderita TMD
di pagi hari. Untuk itu, diperlukannya pendekatan anamesis pada keluarga pasien untuk
mengetahui kebiasaan yang mungkin mendukung terjadinya TMD pada pasien sehingga
kebiasaan ini dapat dihentikan.
8. Pada kasus dijelaskan bahwa gangguan sendi temporomandibular terjadi setelah 10 hari
setelah pencabutan. Apa saja faktor yang menyebabkan pasien mengalami gangguan seperti
itu ?
Berdasarkan kasus sudah dijelaskan bahwa pasien sebelumnya sudah memiliki gejala-
gejala TMD, seperti kliking pada rahang sebelah kiri, kebiasaan mengunyah sebelah sisi, dan
sering merasa pegal/lelah ketika terlalu lama mengunyah. Pada saat dilakukannya pencabutan
pasien membuka mulut terlalu lama, sehingga ketika selesai dilakukannya pencabutan pasien
sulit untuk menutup mulut, kemudian pasien juga tidak menjalankan instruksi yang dianjurkan
untuk diet lunak, cair terlebih dahulu sehingga pada hari ke 10 setelah pencabutan pasien
mengkonsumsi makanan yang keras dan menimbulkan bunyi pada rahang pasien, sejak saat
itu pasien merasakan nyeri pada rahang sebelah kiri dan tidak bisa membuka mulut dengan
lebar. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sejak hari pencabutan pasien sudah memiliki
trauma kemudian terjadi proses inflamasi ketika pasien mengunyah makanan yang keras. Oleh
karena itu, pasien baru merasakan keluhan setelah 10 hari pencabutan.
9. Pada kasus pasien sulit untuk membuka mulut dan hanya bisa membuka mulut selebar 2
jari, bagaimanakah cara atau alternatif pemberian obat pada pasien karena kan obatnya
dikonsumsi peroral?
Pemberian obat dapat dilakukan dengan cara pulvis (di gerus). Obat diletakkan disendok
lalu di campurkan dengan air sehingga memudahkan pasien untuk mengkonsumsinya tanpa
harus adanya pembukaaan rahang.
10. Kenapa pada kasus pencabutan ini bisa menyebabkan TMD? Apa faktor penyulit di kasus
pencabutan ini ?
Pada kasus ini dilakukan pencabutan pada gigi Molar 1 rahang atas dimana aksesnya sulit,
sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk dilakukannya pencabutan, sedangkan pasien
sudah memiliki gejala-gejala TMD sebelumnya sehingga mudah merasa lelah ketika membuka
mulut yang lama dan sulit menutup mulut kembali. Pasien juga merasa takut dan tegang ketika
pencabutan yang dapat menyebabkan sendi temporomandibular kaku dan Pasien tidak
menjalankan intruksi yang dianjurkan pasca pencabutan. Hal tersebut yang menyebabkan
pasien pada kasus ini mengalami gangguan temporomandibular.
11. Apakah ketika dilakukan pencabutan pasien tidak diberika waktu istirahat?
Operator sudah memberikan waktu untuk pasien istirahat namun tidak sering karena pasien
menolak untuk istirahat, oleh karena itu untuk kedepannya sebaiknya pasien diinstruksikan
untuk istirahat dengan menutup mulut dan merelaksasikan otot selama perawatan berlangsung,
sehingga hal seperti ini dapat dihindari.
12. Mengapa pada kasus muscle relaxant diberikan selama 5 hari sedangkan obat yg lainnya
diberikan selama 4 hari?
Karena kasus ini merupakan kategori ringan-sedang jadi pemberian obatnya sesuai kasus
dan dosis nya. kasus ini perlu observasi apakah dosis nya ditambah atau obat nya diganti.
DAFTAR PUSTAKA
1. Murphy MK, MacBarb RF, Wong ME, Athanasiou KA. Temporomandibular Joint
Disorders: A Review of Etiology, Clinical Management, and Tissue Engineering
Strategies. Int J Oral Maxillofac Implants. 2013; 28 (6): e393-414.
2. Gray, Robin. Ani Ziad. Temporomandibular Disorders A Problem-Based Approach.
Wiley-Blackwell Dental Update. 2011; p. 1-2.
3. Hiltunen K. Temporomandibular Disorders in The Elderly: A 5 Year Follow-Up of Sign
and Symptoms of TMD. University of Helsinki. 2004; p.11-32.
4. The American Academy of Orofacial Pain. In: De Leeuw, editor. Orofacialpain:
guidelines for assessment, and management. 4th Ed. Chicago: Quintessence Publication
Co.;2008. p. 25- 8,129-75.
5. Dolatabadi MA, Lassemi E. Trauma to the temporomandibular joint following tooth
extraction via dental students. Trauma Mon 2012; 16(4): 205.
6. Hawkins J, Durham P. Prolonged Jaw Opening Promotes Nociception and Enhanced
Cytokine Expression. Oral & Facial Pain and Headache J 2016; 30(1): 34–41.
7. Sahebi S, Moazami F, Afsa M. Effect of Lengthy Root Canal Therapy Sessions on
Temporomandibular Joint and Masticatory Muscles. JODDD 2010; 4(3): 95-7.
8. List T, Riqmor HJ. Temporomandibular Disorder: Old Ideas And New Conceps.
Ceohalalgia 2017; 37(7):695-700.
9. Fouda AAH. Correlation between prolonged mouth opening and tmd first onset
sympyoms-cross-sectional study. J Dental Oral Health 2021; 3(1): 1-5.
10. Ouanounou A, Goldberg, Haas DA. Pharmacotherapy in temporomandibular disorders:
A review. J Can Dent Assoc 2017; 83(7): 1-8.
11. Mora US, Jose LC, Maria JM, Xose LO,Urbana SP. Temporomandibular Disorder
Habitual Chewing Side Syndrome. Plosone J 2013;4:4.
12. Kartika L, Himawan LS. Penatalaksanaan Kasus Gangguan Sendi Temporomandibula
dengan Latihan Rahang. Indonesian J of Dentistry 2007; 14(1): 12-17.