Anda di halaman 1dari 5

Temporomandibular Joint Disorder (TMJD)

a. Definisi
Temporomandibula Disorder (TMD) adalah gangguan atau kelainan pada sendi
temporomandibular, otot pengunyahan, dan struktur yang terkait (Chernoff, 2006).
Biasanya disertai dengan sakit, menimbulkan suara yang tidak biasa, tidak nyaman
saat mengunyah dan mengatup. Pasien yang mengalami TMD biasanya mengeluhkan
lebih dari satu gejala dan tanda diantaranya adalah keterbatasan gerak rahang,
terganggunya fungsi sendi (clicking, krepitasi, dan deviasi sewaktu membuka mulut),
nyeri otot, nyeri sendi nyeri wajah, dan nyeri sewaktu membuka mandibula
(Thomson, 2012).
TMD merupakan istilah umum termasuk masalah klinik yang mempengaruhi otot
pengunyahan, TMJ dan struktur yang berdampingan. TMD adalah nyeri non-gigi
yang paling umum pada regio maxillofacial. TMD menyebabkan banyak gangguan
yang mempengaruhi berbagai jaringan di sekitar kompleks TMJ, selain itu juga
menyebabkan gangguan fungsional dan nyeri orofasial. Kebanyakan orang tua
memiliki masalah dalam degenerasi TMJ dan menyerang lebih banyak wanita
daripada pria. Pada orang-orang yang mengalami kegagalan dalam terapi konservatif,
tersedia laternatif berupa arthocentesis dan TMJ replacement (Yadaf, 2017)

b. Etiologi
Penyebab dari TMD kompleks dan multifaktorial. Banyak faktor yang berkontribusi
tehadap TMD seperti faktor predisposisi, faktor yang menyebabkan timbulnya TMD,
dan faktor yang mengganggu penyembuhan atau meningkatkan TMD. Faktor-faktor
tersebut adalah kondisi oklusal, trauma, stres emosional, dan aktivitas parafungsional.
Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kejadian TMD adalah kondisi oklusal
tetapi masih ada perdebatan. (Okeson, 2008).
Kondisi oklusal seperti kehilangan gigi dalam jumlah banyak akan meningkatkan
kerentanan terhadap perubahan beban fungsional sendi temporomandibula, yang
nantinya akan membawa perubahan pada bentuk sendi temporomandibula (Pedersen,
2012).

1. Trauma
Saat ini, trauma diyakini sebagai penyebab awal TMD. Faktanya, trauma
berlebihan akibat tekanan parafungsional dapat merusak sistem pengunyahan.
Kerusakan ini dapat menyebabkan cedera sendi dan nyeri saat makan, tersenyum,
menguap, atau membuka mulut secara berlebihan. Trauma eksternal seperti
pukulan, aktivitas olahraga, dan cedera akibat praktik gigi dapat menyebabkan
TMD. Jenis trauma yang penting adalah trauma parafungsional. Kebiasaan postur
tubuh seperti memajukan kepala atau memegang handset telepon memberikan
tekanan pada persendian dan otot yang mengakibatkan nyeri muskuloskeletal
seperti sakit kepala pada pasien TMD. Kebiasaan dan gerakan tambahan seperti
clenching, bruxism, attrition, menggigit bibir dan postur rahang abnormal yang
umumnya dapat menyebabkan TMD. Meskipun pada beberapa pasien, ini
diketahui sebagai faktor awal, kebiasaan parafungsional dapat diperburuk oleh
stres, kecemasan, gangguan tidur dan makan.

2. Faktor Anatomi
Faktor anatomi yang mempengaruhi TMJ bisa turun-temurun, perkembangan atau
didapat. Beberapa kelainan tulang seperti lengkung mandibula kecil, oklusi kelas
II, perubahan dalam dimensi vertikal wajah, overbite, ove jet atau cross bite, dan
lainnya dapat mempengaruhi TMJ. Factor anatomi ini saja bukan satu-satunya
penyebab TMD.

3. Faktor Patofisiologi
Ini termasuk gangguan degeneratif, gangguan endokrin, infeksi dan kelainan
darah. Terungkap bahwa viskositas cairan sinovial dan kurangnya sifat pelumas
dapat menjadi penyebab awal gangguan internal dan clicking.

4. Faktor Mental
Stres dan tekanan mental, dapat mengakibatkan beban berlebih pada sistem
pengunyahan dan kebiasaan parafungsional. Gangguan mental dan emosional
dapat menjadi predisposisi penyebab TMD. Jadi, sangat penting untuk
mempertimbangkan faktor sosio-mental pada pemeriksaan pasien TMD.

c. Klasifikasi
Klasifikasi menurut American Academy of Orofacial Pain tentang gangguan
temporomandibula dibagi menjadi dua yaitu gangguan otot mastikasi dan gangguan
articular. Gangguan otot mastikasi meliputi nyeri miofacial, miositis, miospasme atau
trismus, mialgia, kontraksi otot, dan neoplasma otot, sedangkan pada gangguan
artikular diantaranya meliputi gangguan konganital atau gangguan perkembangan,
gangguan disc derangement, dislokasi, gangguan inflamasi, osteoartritis (gangguan
bukan inflamasi), ankilosis dan fraktur (Lund, et al., 2001).
Nyeri miofacial ditandai dengan nyeri orofacial, bunyi sendi, nyeri raba dengan otot
bersangkutan, dan keterbatasan pergerakan mandibula. Nyeri yang bersumber dari
intrakapsular didefinisikan sebagai artralgia, sementara nyeri ekstrakapsular terutama
yang bersumber dari otot disebut mialgia. Miositis dalah keradangan pada otot
pengunyahan menyebabkan timbulnya nyeri dan gangguan pengunyahan yang hampir
menyerupai kejang otot. Perbedaannya adalah adannya peradangan dan pembengkaan
lokal. Miospasme atau trismus adalah kontraksi tak sadar dari satu atau sekelompok
otot yang terjadi secara tiba-tiba biasanya nyeri dan seringkali dapat menimbulkan
gangguan fungsi. Deviasi mandibula saat membuka mulut dan berbagai gangguan
atau keterbatasan pergerakan merupakan tanda objektif dari miospasme (Pedersen,
2012).
Gangguan artikulas diantaranya meliputi gangguan konganital atau gangguan
perkembangan, gangguan disc derangement, dislokasi, gangguan inflamasi,
osteoartritis (gangguan bukan inflamasi), ankilosis dan fraktur (Lund, et al., 2001).
Gangguan kongenital atau perkembangan sendi temporomandibula dapat mengalami
abnormalitas perkembangan maupun kongenital, yang nantinya akan menyebabkan
deformitas mandibula yang nyata. Agregasi processus condislaris dan hipoplasia
memiliki kaitan dengan deformitas mandibula yang terdiri dari ketiadaan atau
pemendekan ramus dan kurang berkembangnya corpus mandibulae pada sisi yang
terlibat.
Dislokasi adalah pergeseran abnormal dari suatu tulang atau sendi. Dislokasi terjadi
bila kapsul dan ligamen temporomandibula mengalami gangguan sehingga
memungkinkan prossesus condylaris untuk bergerak lebih kedepan dari eminentia
artikularis dan ke superior pada saat membuka mulut. Ankilosis merupakan fiksasi
sendi akibat keadaan patologis yang bersifat intrakapsular dan ekstrakapsular
(Pedersen, 2012).
   
Gambar 1. Perbandingan TMJ ketika kondisi mandibular tertutup, terbuka, dan dislokasi

Gangguan inflamasi dapat terjadi pada sinovium (sinovitis) dan atau kapsul
(capsulitis) sebagai akibat dari trauma lokal, infeksi atau degenerasi, atau sebagai bagian dari
poliartritis atau kolagen penyakit sistemik (rheumatoid arthritis dan lupus). Osteoartritis
(gangguan bukan inflamasi) adalah suatu kondisi degeneratif sendi yang ditandai dengan
kerusakan dan abrasi jaringan artikular dan seiring remodeling dari tulang subchondral yang
mendasari (Lund, et al., 2001).

Daftar Pustaka

Okeson JP. 2008. Management of Temporomandibular Disorders and Occlusion. 6th ed. Missouri:
Elesevier Mosby,:75-8, 95-6.
Pedersen, G.W. 2012. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih Bahasa : Purwanto dan Basoeseno.
Jakarta : EGC.
Chernoff R, editor. Geriatric nutrition: the health professional's handbook 3rd ed. USA: Jones and
Bartlett; 2006. p.174.
Thomson, H., 2012. Oklusi. 2nd penyunt. s.l.:EGC.
Lund, J. P., Lavigne, G. J., Dubner, R. & Sessle, B. J., 2001. Orofacial pain : from basic science to
clinical management. s.l.:Quintessence.
Yadav, S., Yang, Y., Dutra, E. H., Robinson, J. L., & Wadhwa, S. (2018). Temporomandibular Joint
Disorders in Older Adults. Journal of the American Geriatrics Society, 66(6), 1213–1217.
https://doi.org/10.1111/jgs.15354

Anda mungkin juga menyukai