Pasien laki-laki usia 65 tahun datang ke RSGM UNEJ dengan keluhan rahang tidak bisa dipakai
untuk menutup mulut. Istri penderita menceritakan bahwa kejadian ini berlangsung sejak pagi hari
saat penderita baru bangun tidur dan menguap. Kesulitan membuka mulut penderita sebenarnya
sering terjadi dan berulang terutama saat membuka mulut terlalu lebar maupun tertawa.
Pemeriksaan klinis terlihat mulut terbuka dengan jarak antar insisal 1 cm, maloklusi bilateral, tidak
bisa menutup mulut, palpasi di preaurikula kanan dan kiri sakit serta ada spasme otot.
STEP 1:
- Dislokasi sendi temporomandibular
Sendi temporomandibula merupakan struktur anatomis yang rumit karena berhubungan
dengan pengunyahan, penelanan, bicara dan postur kepala. Sendi ini terdiri dari prosesus
kondilus yang merupakan bagian bergerak dan berartikulasi dengan eminensia artikularis
yang membentuk aspek anterior dari fossa glenoidalis. Di antara struktur tulang tersebut
terdapat meniscus artikularis (diskus artikularis) yang terbentuk dari jaringan ikat fibrous
yang avaskuler dan tanpa persyarafan.
- Makloklusi bilateral
Suatu kelainan oklusi akibat gigi yang berjejal atau tumpang tindih pada dua bagian.
Keadaan maloklusi skeletal, RB kedepan daripada RA, sehingga menyebabkan crossbite
bilateral.
- Palpasi di preaurikula
Suatu daerah anatomis yang letaknya di depan aurikel (daun telinga).
- Spasme Otot
Kekejangan otot yang secara spontan dan terjadi dalam beberapa waktu. Ditandai dengan
otot-otot mengalami kontraksi dan pasien mengalami rasa sakit yang sangat, biasanya
ditangani dengan terapi jaw rest atau diberi obat relaksasi otot. Tidak hanya terjadi pada
seseorang yang memiliki aktivitas berlebih, namun juga bisa terjadi pada aktivitas ringan
yang terus menerus
STEP 2 :
1. Apa saja etiologi dislokasi sendi temporomandibular ?
Sumber Laporan Tutorial :
a. Initiating factor
Merupakan faktor yang menyebabkan timbulnya kelainan tersebut. Diantaranya
(Chisnoiu et al, 2015) :
Maloklusi
Merupakan faktor yang paling sering meyebabkan kelainan TMJ. Beberapa
penelitian mengatakan bahwa ada beberapa maloklusi yang menunjukkan
korelasi terhadap munculnya kelainan TMJ ; 1. Posterior cross-bite, 2.
Overjet/overbite lebih dari 5 mm, 3. Relasi sentries/ maksimum intercuspal
sliding lebih dari 2 mm, 4. Gigitan edge to edge, 5. Hubungan sagital klas III, 6.
Anterior open bite.
Perawatan orthodontic
Bruxism
Makrotrauma dan mikrotrauma
Makrotrauma , merupakan trauma yang disebabkan oleh gaya yang dating
tiba0tiba dan menyebabkan perubahan structural, contohnya : kecelakaan yang
mengenai rahang, Iatrogenik, open mouth trauma, da close mouth trauma.
Mikrotrauma, merupakan trauma yang disebabkan oleh gaya yang lebih
ringan yang terjadi terus menerus atau berulang pada struktur sendi sehingga
dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan timbulnya perubahan yang
bersifat adaptif dan/atau degenerative pada TMJ.
Faktor buruknya kesehatan dan defisiensi nutrisi
Faktor psikologis
Seperti stress, ketegangan mental, kecemasan, atau depresi dapat menjadi
penyebab maupun faktor predisposisi TMJ.
b. Predisposing Factor
Merupakan faktor yang dapat meningkatkan resiko pengebangan kelainan TMJ. Terdiri
dari proses patofisiologis, psikologis atau structural yang mengubah system
pengunyahan dan menyebabkan peningkatan risiko TMD. Faktor predisposisi lain
adalah hormonal, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita memiliki resiko 4
kali lebih besar daripada laki-laki mengalami kejadian TMD. Hal ini terjadi karena
adanya reseptor estrogen pada wanita yang dapat berkontribusi pada degenerasi
homeostasis kartilago dan menginduksi aktivitas metalloproteinase (MMP) yang dapat
menurunkan makromolekul matriks kartilago pada TMJ (Chisnoiu et al, 2015).
c. Perpetuating Factor
Merupakan faktor yang dapat menganggu proses penyembuhan TMD dan
meningkatkan keparahan TMD (Chisnoiu et al, 2015).
Faktor kebiasaan buruk, seperti : bruxism, grinding, clenching.
Faktor social, mempengaruhi respon terhadap rasa sakit.
Faktor emosional, seperti depresi dan kecemasan
Faktor kognitif.
Sumber Pertama :
Etiologi :
- Pasien yang mempunyai fossa mandibular yang dangkal serta condylus yang tidak
berkembang dengan baik
- Anatomi yang abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligament yang akan mempunyai
kecenderungan untuk terjadi kembali (rekuren)
- Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama
- Adanya riwayat trauma mandibula, biasanya disertai dengan multiple trauma.
- Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis
- Diskoordinasi otot-otot karena pemakaian obat-obatan atau gangguan neurologis
Faktor Presdisposisi :
Fungsi normal merupakan interfase antara prosesus condylaris dan discus yang
merupakan tempat gerak engsel yang dimungkinkan terutama oleh perlekatan diskus pada
prosesus condylaris melalui ligamen diskus. Stabilitas tambahan dari diskus diberikan oleh
gerakan resi prokal (berbalasan) lapisan superior zona bilaminar yang melawan tarikan dari
muskulus pterigoideus lateralis superior. M.pterigoideus lateralis superior ini bersifat pasif
dan kontraksi pada penutupan paksa. Kontraksi M.pterigoideus lateralis inferior terjadi
selama pergerakan membuka mulut dan mengakibatkan pergeseran prosesus kondilaris ke
arah anterior. Komponen prosesus kondilaris atau diskus bergerak berlawanan dengan
tonjolan fossa sebagai suatu sendi dengan pergerakan bebas atau translasi.
Lima metode dasar bedah telah dianjurkan untuk perawatan dislokasi mandibula rekuren
A. Mengencangkan mekanis
B. Kapsul,mengikat bagian sendi atau mandibula ke struktur yang terfiksasi
C. Membuat hambatan mekanis pada jalur kondilus
D. Menghilangkan hambatan jalur kondilus
E. Mengurangi tarikan otot
Penatalaksanaan dislokasi mandibula dapat dilakukan dengan reposisi manual, tanpa pembedahan,
dan dengan pembedahan terutama pada dislokasi yang bersifat rekuren dengan kemungkinan
terjadi redislokasi sangat besar. Cara lain untuk yang rekuren adalah dengan menyuntikkan intra
artikular larutan sklerosing.
Dari anamnesa perlu diketahui riwayat apakah pasien sering merasa tidak nyaman pada
rahang setelah gerakan membuka mulut yang lebar, misalnya saat berteriak. Keadaan
ini kadang disertai dengan ketidak-mampuan untuk menutup mulut serta adanya rasa
sakit. Dapat pula diketahui apakah pasien mempunyai riwayat benturan pada rahang
yang tanpa disadarinya telah terjadi perubahan posisi condylus. Kecuali pada keadaan
fraktur pada condylus dan disertai dengan fraktur multipel dimana penderita datang
dengan tanda-tanda klinis adanya trauma pada wajah atau rahang. Hal yang perlu untuk
diketahui apakah pasien sebelumnya pernah mengalami keadaan seperti ini yang
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan ini tergantung pada lamanya dislokasi, apakah terjadinya bersamaan
1. Dislokasi Unilateral
Mandibula miring dan pada bagian yang terkena lebih kebawah posisinya,
kelainannya terjadi di sekitar sendi TMJ. Gigi-gigi tidak dapat dioklusikan, baik
2. Dislokasi Bilateral
Jika dislokasi terjadi pada kedua condylus mandibula, pasien akan terlihat
prognati dan terdapat pembengkakan bilateral serta lunak jika ditekan pada
kedua sisi TMJ. Gigi-gigi tidak dapat dioklusikan baik aktif maupun pasif,
dapat teraba. Pada keadaan yang disertai dengan fraktur pada basis condylus,
C. Pemeriksaan Penunjang
3. CT scan atau MRI yang dapat menunjukkan dislokasi namun tidak diindikasikan
DAFTAR PUSTAKA