A. Prosedur Klinis
1. Kunjungan I
a
yang terdiri dari data demografi pasien, pemeriksaan subjektif dan objektif,
diagnosis, rencana perawatan, dan alternatif rencana perawatan. Pasien
diinformasikan tentang diagnosis, yakni edentulus rahang atas dan rahang bawah
serta rencana perawatan yang akan dilakukan yakni pembuatan gigitiruan penuh
lepasan dari bahan akrilik pada rahang atas dan rahang bawah. Pasien juga
diberitahu tentang waktu kunjungan yang akan dilakukan dan biaya perawatan.
Setelah informasi ini diberikan dan pasien setuju, pasien diminta menandatangani
informed consent.
b Membuat Cetakan Pendahuluan
Setelah informed consent ditandatangani oleh pasien, tahap selanjutnya
adalah pencetakan pendahuluan dengan menggunakan edentulous perforated
stock tray. Sebelum pencetakan, sendok cetak dicobakan terlebih dahulu dan
dipilih yang paling sesuai dengan ukuran rahang pasien. Kemudian rahang pasien
dicetak dengan bahan cetak irreversible hydrocolloid (alginat).
Setelah selesai, cetakan tersebut dicor sebanyak dua kali dengan gips stone
sehingga diperoleh model studi dan model kerja. Model studi disimpan untuk
dipelajari sedangkan model kerja untuk membuat sendok cetak individual.
c
Border Moulding
Setelah sendok cetak sesuai dengan rahang atas dan bawah tanpa ada
retensi saat dilepas-pasang, tahap berikutnya yakni border moulding dengan
menggunakan greenstick compound (Peri compound border moulding impression
material, GC Corporation, Jepang) yang dipanaskan. Setelah greenstick
dipanaskan di atas lampu spirtus, rendam di dalam air selama beberapa detik agar
pasien tidak merasakan panas dari greenstick yang sudah dilunakkan dan agar
greenstick tidak terlalu cair. Greenstick ditambahkan sedikit demi sedikit pada tepi
luar sendok cetak individual.
Ketika sendok cetak individual yang sudah diletakkan greenstick
compound berada di dalam mulut, pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan
fisiologis. Pada rahang atas, membuka mulut dan menggerakkan rahang bawah ke
kanan dan ke kiri serta ke depan untuk membentuk hamular notch dan sayap
bukalis. Selanjutnya untuk daerah frenulum bukalis, pipi dan bibir pasien ditarik
ke luar, ke belakang, ke depan dan ke bawah. Untuk daerah sayap labial, bibir
ditarik ke depan dan ke bawah serta penarikan bibir atas ke depan untuk daerah
frenulum labialis. Untuk membentuk daerah posterior palatum durum yang
merupakan batas antara palatum molle dan palatum durum pasien diinstruksikan
untuk mengucapkan ah.
Pada rahang bawah, untuk membentuk tepi sayap distolingual dan daerah
buccal shelf, maka setelah greenstick dilunakkan, dan sendok cetak telah
dimasukkan ke dalam mulut pasien, kemudian pasien diminta untuk membuka
mulut kemudian menutup mulut untuk mengaktifkan otot masseter. Kemudian,
untuk membentuk daerah distolingual dan postmylohyoid maka pasien
diinstruksikan untuk menggerakkan lidah ke kiri dan ke kanan serta ke posterior
palatum durum. Frenulum lingual dibentuk dengan menginstruksikan kepada
pasien untuk meletakkan ujung lidahnya ke bagian anterior palatum dan ke bibir
atas. Selanjutnya, daerah sayap labial dibentuk dengan memberikan instruksi yang
sama dengan instruksi border moulding rahang atas.
c
3. Kunjungan III
Pada kunjungan ini, pasien dicobakan basis gigitiruan dan galengan gigit
atau bite rim rahang atas dan rahang bawah. Basis dan bite rim terbuat dari
baseplate wax. Periksa kestabilan basis dengan melihat ketebalan dan kerapatan
basis rahang atas dan bawah. Bite rim harus dibuat sesuai dengan lengkung
rahang. Tinggi bite rim anterior labial bawah sebesar 18 mm dan labial atas 22
mm.
Tahap selanjutnya adalah melakukan kesejajaran pada bite rim atas.
Dimulai dengan membuat garis nasoauricular atau garis camper dengan cara
menarik benang mulai dari bawah hidung pasien ke bagian atas tragus telinga
pasien untuk membantu menilai kesejajaran. Lalu, masukkan bite rim rahang atas
ke dalam mulut dan sejajarkan bite rim rahang atas dengan garis camper dengan
bantuan fox plane guide.
Pada saat melakukan kesejajaran pada bite rim rahang atas, beberapa hal
yang harus diperhatikan seperti penentuan tinggi bite rim rahang atas dan garis
servikal yang berjarak 2 mm dari low lip line bibir atas pada saat pasien
tersenyum, penyesuaian labial fullness, dan penentuan kesejajaran galengan gigit
rahang atas anterior dan posterior terhadap garis camper. Bite rim disesuaikan
sehingga bite rim bawah berimpit rapat dengan rim atas pada saat beroklusi.
Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan penentuan dimensi vertikal.
Penentuan dimensi pada kasus dengan pasien edentulus, dimulai dengan
menentukan dimensi vertikal istirahat tanpa menggunakan bite rim atas dan
bawah. Pasien diminta untuk mengucapkan huruf M, dan dalam posisi istirahat
dimensi vertikal diukur dan didapatkan hasilnya yaitu 83 mm. Dimensi vertikal
oklusi diperoleh dari dimensi vertikal saat istirahat dikurangi dengan free way
space sebesar 3 mm sehingga diperoleh dimensi vertikal oklusi sebesar 80 mm.
Kemudian, bite rim atas dan bawah dimasukkan kembali ke dalam mulut, lalu
pasien diminta menelan dan mengigit dalam oklusi sentris, kemudian dilakukan
pengukuran dimensi vertikal oklusi kembali. Bite rim bawah dikurangi hingga
diperoleh dimensi vertikal oklusi yang telah ditetapkan. Selama proses
pengurangan bite rim bawah ini, bite rim atas dikeluarkan dari mulut agar basis
yang terbuat dari malam tidak berubah bentuk.
Pada kunjungan ini, penyusunan gigi posterior rahang atas dan bawah
telah selesai sehingga pasien dapat melakukan try-in dan penyesuaian susunan
gigitiruan rahang atas dan bawah baik bagian anterior maupun posterior secara
keseluruhan.
Beberapa hal yang diperhatikan pada saat try-in penyusunan gigi yaitu :
1 Kesesuaian susunan, bentuk, ukuran, dan posisi gigi di dalam mulut pasien.
2 Pemeriksaan oklusi dengan bantuan articulating paper. Hubungan gigi atas
3
Retensi
Pemeriksaan retensi dengan cara menggerak-gerakkan pipi dan bibir, prostesis
lepas atau tidak.
Oklusi
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan bantuan lembar articulating paper,
titik-titik kontak prematur atau daerah yang mengalami tekanan lebih besar
diasah dengan menggunakan bur gurinda. Prosedur ini dilakukan untuk
mencari dan menghilangkan semua hambatan oklusal pada gerak lateral dan
protrusi. Pengasahan dilakukan pada permukaan oklusal gigi yang tampak
miring atau memanjang karena pemasakan. Pada oklusi eksentrik tidak
Stabilitas
Pemeriksaan stabilitas gigitiruan dengan cara menekan gigi molar satu kiri dan
kanan secara bergantian apakah ada sisi yang terungkit atau tidak.
Pemeriksaan gigitiruan di dalam mulut saat mulut berfungsi, tidak boleh
mengganggu mastikasi, penelanan, bicara, ekspresi wajah dan sebagainya.
Apabila sudah tidak ada gangguan, maka prostesis dapat dipolis.
Selain itu, periksa juga adaptasi basis dan tepi gigitiruan, posisi distal,
dimensi vertikal, fonetik, estetik, dan keadaan jaringan pendukung gigitiruan juga
diperiksa. Pastikan tidak ada gingiva yang menerima tekanan yang besar. Hal ini
akan nampak jika terlihat gingiva yang berwarna pucat yang diakibatkan oleh
tekanan dari gigitiruan. Perhatikan juga pipi dan bibir pasien jangan ada yang
kendur. Bila setelah bercermin pasien merasa puas dengan gigitiruannya serta
tidak ada keluhan, maka try-in sudah selesai dan sudah dapat dilakukan insersi
gigitiruan untuk kemudian dilakukan kontrol seminggu kemudian.
Selanjutnya, pasien diajarkan cara memasang dan melepas gigitiruannya.
Pasien juga diberikan instruksi penggunaan dan pemeliharaan prostesis, seperti :
Bersihkan gigitiruan dengan sikat dan sabun sehabis makan.
Prostesis direndam dalam air bersih suhu kamar sewaktu dilepas
Pada malam hari, sebelum tidur, lepaskan gigitiruan agar jaringan otot-otot di
Kunjungan VII
Kontrol pertama
B. Prosedur Laboratoris
SUMBER :
Barnes IE, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. Alih bahasa
Hutauruk C. Jakarta: EGC; 2006
Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete denture. Shelton:
Peoples Medical Publishing House; 2009.