Anda di halaman 1dari 14

Rehabilitasi Prostodontik untuk Defek Alveolar Anterior: Tantangan Estetik

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Jurnal Review


Departemen Prostodonsia FKG Unpad

Pembimbing:

drg. Lisda Damayanti, Sp. Pros

Disusun oleh :

Raka Putra Pratama Sudirman

Irshan Hanief Mutaqien

Ong Qua Bao

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNPAD
BANDUNG
2019
Rehabilitasi Prostodontik untuk Defek Alveolar Anterior: Tantangan Estetik

Abstrak

Defek anterior ridge dapat terjadi karena cacat bawaan seperti bibir sumbing

dan langit-langit mulut, operasi pengangkatan segala kondisi patologis, atau

pencabutan gigi dan penyangga tulang yang patah karena cedera traumatis. Jenis

defek ini tidak hanya membutuhkan penggantian gigi yang hilang, tetapi juga hasil

estetika yang dapat diterima. Artikel ini menyajikan laporan kasus yang menjelaskan

proses pembuatan Andrews bridge untuk merawat defek alveolar anterior

menggunakan gigi taring sebagai penyangga untuk komponen tetap, diikuti oleh

komponen lepasan.

Pendahuluan

Kehilangan gigi pada usia berapa pun merupakan trauma bagi orang tersebut.

Resorpsi tulang alveolar setelah kehilangan gigi adalah hal yang tidak bisa dihindari.

Resorpsi ini semakin diperbesar dalam kasus trauma. Defek anterior ridge pada

pasien merupakan tugas yang menantang untuk dirawat, terutama dari sudut pandang

estetika.

Perawatan prostodontik untuk defek anterior ridge yang besar tidak hanya

membutuhkan penggantian gigi yang hilang, tetapi juga pemulihan defek tulang,

estetika, dan fonetik. Prostesis tetap selalu menjadi pilihan pertama yang dipilih oleh

pasien. Dalam situasi di mana penyangga sehat secara periodik tetapi disertai defek
linggir yang besar, baik tinggi dan lebar, protesa gigi tiruan sebagian konvensional

akan menghasilkan ruang kosong atau celah di antara gigi artifisial. Bahkan ketika

merehabilitasi dengan implan, gigi artifisial harus dibuat terlalu panjang untuk

menutupi celahnya. Situasi ini dapat menimbulkan tantangan bagi dokter, karena

semua opsi perawatan ini mempengaruhi hasil akhir perawatan.

Dalam kondisi seperti itu, Andrew’s bridge adalah opsi prostodontik yang

baik. Itu mengatasi masalah yang terkait dengan pemulihan resorpsi residual ridge

yang parah atau kasus cacat rahang. Ini terdiri dari dua komponen, komponen tetap

dan komponen lepasan. Komponen tetap terdiri dari dua retainer yang melekat pada

penyangga dan dihubungkan oleh batang persegi panjang yang mengikuti kurva

linggir di bawahnya. Ini dibuat dalam logam dengan retainer menjadi logam-keramik.

Bagian lepasasan terdiri dari gigi artifisial dengan gingival flange yang dibuat untuk

menempel pada bar. Jenis gigi artifisial ini memiliki kualitas gigi tiruan sebagian

tetap dan gigi tiruan sebagian lepasan.

Dengan demikian, di bawah batasan kasus khusus yang disajikan, laporan

kasus ini menjelaskan prosedur membuat dan memperbaiki defek anterior ridge

menggunakan fix removable Andrew’s bridge.

Case Report

Seorang pasien pria berusia 35 tahun datang ke departemen prostodontik

dengan keluhan utama ketidakpuasan dengan penampilan gigi depan (Gambar 1).
Pasien memberikan riwayat kecelakaan lalu lintas 4 tahun yang lalu. Setelah ditanyai,

pasien dan anggota keluarga yang menyertainya mengatakan bahwa ia telah

memasang gigi depan rahang atas, tetapi setelah trauma, maksila dimutilasi,

mengakibatkan hilangnya gigi-geligi insisivus rahang atas bersama dengan hilangnya

tulang alveolar yang signifikan sehingga penampilan rusak.

Perubahan bentuk hidung, deviasi ke sisi kanan, dan kurangnya dukungan

bibir yang memberikan penampilan pseudoclass III, dapat dilihat pada Gambar 1.

Orthopantomogram seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 menunjukkan

gigi yang hilang dan beberapa fraktur termasuk fraktur dasar orbit dan fraktur

kompleks zygomaticomaxillary.

Pasien memakai gigi tiruan sebagian lepasan sejak 3 tahun yang lalu. Terdapat gigi

yang patah pada prostesa sehingga memberikan penampilan yang tidak estetik.

Berbagai pilihan perawatan yang diberikan kepada pasien adalah sebagai berikut:

1. Gigi tiruan parsial lepasan yang baru,

2. Fixed partial denture menggunakan gigi kaninus dan premolar pertama

sebagai penyangga, dengan atau tanpa gingivalveneers,

3. Mengganti dengan implan bersamaan dengan prosedur augmentasi tulang,

4. Fixed-removable denture.

Untuk diskusi selanjutnya, pasien menunjukan ekspresi penolakan yang kuat

terhadap perawatan bedah dan masalah keuangan, terjadi pilihan prostesis tetap juga

ditolak.
Defect tersebut dapat diklasifikasikan menjadi kelas III apabila menurut

klasifikasi Seibert. Defect tulang kelas III menghasilkan Defect besar pada tiga sisi,

menyebabkan penempatan bahan graft dan implan menjadi dipertanyakan. Pada

konsultasi lebih lanjut dengan departemen ortodontik, operasi setback mandibula

telah dinegasikan karena hubungan yang memadai dari nasion ke titik B.

Figure 1 Sefalograf lateral menunjukkan titik nasion hingga titik B

Sebagai konklusinya,“reverse-head headgear” telah dijadikan sebagai opsi

protraksi maksilaris untuk mengurangi overjet negatif. Selepas penggunaan selama 1

tahun, 4 mm kemajuan protraksi maksilaris telah dicapai. Gigi tiruan parsial

perawatan dengan sekrup ekspansi juga diberikan kepada pasien yang akan diaktifkan

secara berkala, melonggarkan jahitan zygomatikomaksilaris untuk kemajuan

selanjutnya. Dengan bantuan pertimbangan kekambuhan dan jaringan lunak, sekitar 5


mm kemajuan ekspansi dapat dicapai dengan kekurangan sekitar 4 mm tumpang

tindih negatif.

Figure 2 Pandangan Intraoral.

Oleh karena itu, prostesis Andrews tetap secara lepasan untuk restorasi gigi

yang hilang dan defect cacat tulang, telah digunakan.

Cetakan gigi dari lengkung rahang atas dan rahang bawah telah disediakan

menggunakan Alginate (Tropicalgin, Zhermack), serta diagnostik Wax-up juga

dilakukan untuk mengevaluasi estetika dan penutupan defect. Selanjutnya, uji coba

gigi tiruan sebagian lepasan telah dilakukan untuk memeriksa estetika dan fonetik,

bersama dengan percobaan putty indeks gigi tiruan.

Penyangga gigi 13 dan 23 telah disediakan untuk penyatuan porselen

dengan mahkota logam. Setelah itu, cetakan elastomer telah dibuat menggunakan

polyvinylsiloxane (Aquasil Putty Material, Dentsply) dan menuangkan master cast ke

dalam Stone gips gigi Tipe IV.


Figure 3 gips bekerja dengan dies

Die lepasan telah disiapkan bersama dengan pola lilin dari koping, serta

kerangka bar menyerupai coffee straw telah diinsersi pada pola lilin untuk splinting

gigi penyangga kiri dan kanan. Panjang bar juga dijaga agar tetap 2 mm, dan jumlah

jarak ruangan dari gingiva juga dipertahankan selama wax up.

Figure 4 pola lilin bar yang meyerupai coffe straw

Kerangka bar tersebut kemudian diinvestasikan, dibakar, dan diinsersikan

sesuai dengan instruksi pabrik. Bar dengan koping telah dimasukkan dalam paduan

kobalt chromium. Kerangka logam telah dicoba untuk memeriksa estetika, fonetik,

dan akses higienis yang tepat di daerah tersebut.


Figure 5 Uji coba bar secara intraoral

Pemilihan Shade dilakukan bersama dengan firing keramik saat koping.

Setelah selesai dengan pemolesan, sementasi porselen pada mahkota logam bersama

dengan bar telah dilakukan dengan semen bahan restoratif sementara. Cetakan pick-

up dari bar bersama dengan mahkota, juga telah dibuat menggunakan bahan cetakan

elastomer dan gips dituangkan ke dalam die stone.

Figure 6 Impresi Pick-Up

Seterusnya, gigi yang hilang akan disusun di tepi lilin dan diteruskan

dengan percobaan. Akrilisasi akan dilakukan dengan klip di atas bar. Pewarnaan
intrinsik gigi tiruan dilakukan untuk memberikan penampilan yang kelihatan benar

pada prostesis akhir.

Figure 7 Hasil prosthesi terakhir

Akhirnya, pasien telah diedukasi untuk menempatkan dan melepaskan

komponen lepasan pada Andrews bridge, serta instruksi kebersihan mulut yang tepat

diberikan. Analisis jaringan lunak juga dilakukan untuk menvalidasi hasil akhir dan

menunjukkan perubahan profil menjadi lebih cembung. Recall berkala dilakukan

untuk memeriksa kemampuan adaptasi dan menilai keberhasilan prostesis akhir.


Figure 8 analisis jaringan lunak sebelum operasi

Figure 9 analisis jaringan lunak sebelum operasi

Diskusi

Pasien dengan riwayat trauma yang diketahui sering melaporkan perubahan

penampilan wajah bersama dengan gigi yang hilang. Telah dilaporkan bahwa hanya
9% dari pasien dengan gigi anterior yang hilang di antara kedua gigi taring tidak

memiliki ridge defect. Ketika situasi klinis tersebut muncul, penggantian prostetik

menjadi lebih kompleks daripada yang dapat dipenuhi oleh modalitas konvensional.

Dalam kasus di atas, gigi tiruan sebagian tetap anterior akan menampilkan

pontik panjang yang tidak dapat diterima dengan lubang interproksimal besar dan

kosong karena peningkatan ruang mesiodistal yang tersedia dari yang dibutuhkan.

Gigi tiruan parsial konvensional akan menjadi tidak estetis karena clasp anterior dan

konektor mayor palatal yang seharusnya tidak diperlukan untuk ruang edentulous

anterior kecil.

Penempatan implan adalah prosedur yang dipertanyakan dalam kasus di atas

karena hilangnya plat kortikal labial akan membuat prosedur penempatan implan

sulit. Bahkan dengan pencangkokan tulang dalam kasus seperti itu, keberhasilan

osseointegrasi masih dipertanyakan.

Oleh karena itu, dalam batasan kasus yang disajikan, Andrews System’s

dianggap sebagai solusi yang paling dapat diterima, di mana stabilisasi gigi abutment

dikombinasikan dengan gigi tiruan sebagian lepasan untuk menyelesaikan masalah

estetika yang menantang. Keuntungan utama adalah fleksibilitas dalam menempatkan

gigi tiruan, sehingga meningkatkan estetika.

Laporan terbatas tentang kegagalan prostesis tersebut ditemukan dalam

literatur. Dalam periode 12 tahun, lebih dari 25 gigi tiruan sebagian lepasan dibuat
oleh dokter gigi dari kegiatan gigi di Fort Knox, Kentucky. Ini terbukti tahan lama

seperti gigi tiruan parsial konvensional. Kegagalan terutama disebabkan oleh

soldering yang tidak memadai. Namun, ini sepenuhnya dihilangkan dengan

menempelkan retainers ke bar dalam casting tunggal.

Bar attachment menyediakan mekanisme splintings sehingga menstabilkan

dan memperkuat gigi penyangga. Hal ini juga memungkinkan kekuatan pengunyahan

yang dimiliki oleh gigi penyangga. Berbagai metode bar attachment digunakan untuk

overdenture bar fabrication. The coffee straw secara fungsional efektif dan klip hader

cocok untuk cast coffee straw. Bidez et al., melakukan analisis elemen hingga dari

desain 2 penyangga bar hader. Implikasi klinis dari analisis ini adalah bahwa panjang

maksimum batang harus 18 mm atau kurang dengan tinggi vertikal minimum 2 mm

di bawah bagian bundar batang hader.

Flange pontik dikontour untuk meningkatkan estetika dan kenyamanan

pasien. Gigi gigi tiruan dan basis gigi tiruan itu sendiri diwarnai menggunakan

pewarnaan ekstrinsik dan intrinsik agar sesuai dengan gingiva dan gigi. Perakitan

pontik juga bisa dilepas dengan mudah oleh pasien untuk memfasilitasi prosedur

kebersihan mulut.
Kesimpulan

Sistem Andrew’s bridge memiliki kualitas pada gigi tiruan tetap dan gigi

tiruan sebagian lepasan dan diindikasikan di mana penyangga akan mendukung gigi

tiruan tetap, tetapi terdapat ridge yang parah di ruang edentulous.

Daftar Pustaka

Taneja P, Anehosur GV, Lekha K. Prosthodontic rehabilitation of anterior alveolar


defect: An esthetic challenge. Indian J Oral Sci 2014;5:141-5.
Malament KA, Neeser S. Prosthodontic management of ridge defi ciencies. Dent Clin
North Am 2004;48:735-44, vii.
Studer S, Naef R, Scharer P. Adjustment of localized alveolar ridge defects by soft
tissue transplantation to improve mucogingival esthetics: A proposal for clinical
classifi cation and an evaluation of procedures. Quintessence Int 1997;28:785-805.
Ravi Shankar, AV Rama Raju, D Srinivasa Raju, P Jitendra Babu, DRV Kumar, D
Bheemalingeswara Rao. A fi xed removable partial denture treatment for severe
ridge defect. Int J Dent Case Reports 2011;1:112-8.
Everhart RJ, Cavazos E Jr. Evaluation of a fi xed removable partial denture: Andrews
Bridge System. J Prosthet Dent 1983;50:180-4.
Mueninghoff KA, Johnson MH. Fixed-removable partial denture. J Prosthet Dent
1982;48:547-50.
Kaurani P, Samra RK, Kaurani M, Padiyar N. Prosthodontic rehabilitation of a case
with an anterior ridge defect using andrews bridge. Indian J Dent Sci 2013;5:100-
3.
Guttal SS, Shetty US. Coff ee straw can replace hader bar for bar retained
overdentures -- A Clinical Report. Eur J Prosthodont Rest Dent 2012;20:181-3.
Abrams H, Kopczyk RA, Kaplan AL. Incidence of anterior ridge deformities in
partial edentulous patients. J Prosthet Dent 1987;57:191-4.
Gardner FM, Stankewitz CG. Using removable gingival facades with fixed partial
dentures. J Prosthet Dent 1982;47:262-4.
Preiskel HW. Precision attachments in prosthodontics; Overdentures and telescopic
prostheses. Vol. 2. Chicago: Quintessence Publishing Co; 1985. p. 243-306, 350-1.
Bidez MW, McLoughlin SW, Chen Y, English CE. Finite element analysis of two-
abutment Hader bar designs. Implant Dent 1993;2:107-14.

Anda mungkin juga menyukai