Anda di halaman 1dari 7

STEP 1 KATA SULIT

1. Buccal space abses : terjadi pada spasium bucal, yang terdapat pad M. bucinator,M.
maseter dan M. pterigodeus interna. Berhubungan dengan keradangan yang terjadi pad
gigi, ditandai pada EO adanya kemerahan. Salah satu infeksi odontogen.
2. Gangren radix : timbul karena karies yang tidak dirawat sehingga meluas dan
menyisakan sisa akar, kondisi sisa akar yang kronis sehingga jaringan akar mudah
terinfeksi, lesi kronisnya berupa granuloma peri apikal dan kista radikuler.memiliki ciri
tidak ada gejala ada ekserbasi akut yang mengakibatkan rasa sakit.

Step 2

1. Bagaimana melakukan pemeriksaan, subjektif, objektif dan penunjang pada skenario


?
2. Bagaimana prognosa pada skenario ?
3. Apa saja DD pada sk 1 ?
4. Bagiamana rencana perawatan ?
5. Mengapa dilakukan rujukan ke prostodonsia ?
6. Mengapa dilakukan medikasi, ektraksi ?
7. Bagaimana perawatan yang dilakukan pada PX dengan atau tanpa riwayat penyakit
sistemik ?

STEP 3

1. Perksaan subjek : anamsesa, operator dianjurkan untuk menyakan riwayat medis


pasien seperti alaergi, penyakit sistemik (hipertensi,Dm), ditekankan pada keluhan
utama pasien dan riwayat pengobatan dan perawatan sebelumnya, riwayat kesehatan
keluarga dan kebiasaan buruk,
Pemeriksaan objektif : pemeriksaan intra oral ( keadaan gigi geligi, karies, gigi non
vital, nyeri tekan dan mobilitas gigi) dan ektra oral (pembengkakan, lokasi, fluktuasi
dan luas. Dialkukan pemeriksaan palpasi, auskultasi dan perkusi), keadaan umum
pasien ( pemeriksaa tensi, suhu dan pernapasaan pasien, test jarum miller dan
sondase : dilakukan ketika gigi telah terjadi karies profunda perforasi),
Pemeriksaan penunjang : tes lab, pemeriksaan radiologis bertujuan untuk memperkuat
diagnosa,MRI untuk mengatuhui lokasi , perluasaan dan sumber infeksi
2. Prognosa yang baik ditangani cepat dan akurat, tetapi tetap embutuhkan kompromis
medis dengan cara di rujuk ke dokter yang menangani, riwayat hipertensi
mengganggu perawatan medikasinya. Prognosa juga melihat keadaan umum pasien
berupa tanda vital (respirasi, nadi, suhu tubuh dan tekanan darah)
3. DD : celulitis karena memiliki faktor etiologi yang disebabkan oleh bakteri, namun
pada abses terjadi akibat bakteri pyogenik.
Granuloma : karna memliki fase awal yang hampir sama , abses yang
periapikal yang mirip dengan granuloma.
4. Medikasi : pemberian antibiotik untuk membatu sismtem imun dalam melawan
bakteri, diberikan analgesik dan antinlamasi, diberikan terapi suppotif yaitu
roborantia, TKTP.
Ektraksi : salah satu cara insisi dan drainase yang bertujuan untuk membuka jalan
keluarnya pus pada abses, abila terjadi komplikasi maka harus dilakukan kompromis
medis terlebih dahulu.
Rujukan ke prostodonsia : bertujuan untuk pembuatan gigi tiruan apabila prose
infamasi sudah selesai dan telah terjadi perbaikan jaringan.

Endodontik pada kasus kista gigi 47 : diberikan bersamaan apikoektomi (pemotongan


ujung akar). Pada kista mudah terjadi rekurensi,

Prosedurnya : insisi-medikasi-ektraksi

Medikasi-insisi-ektraksi

5. Medikasi dilakukan agar penyebaran infeksi tidak meluas, agar kerja anastesi efektif
untuk mengurangi rasa sakit pada PX.
Ektraksi : dilakukan ketika keadaan umum PX baik, yang bertujuan untuk mengurangi
penyebaran infeksi salah satunya osteomilitis.pada ektraksi sisa akar apabila
keterbatasan sarana dan prasarana dilakukan proses kuretase terlebih dahulu
6. Rujukan prostodonsia : karena akan dilakukan pembuatan protesa pada gigi 46,47,48
bertujuaan untuk memperbaiki mastikasi (diberbaiki agar tidak menyebabkan TMD),
bicara dan estetik, agar gigi tidak bergerak ke arah yang kosong.
7. pX mempunyai penyakit sistemik : melihat keadaan umum, apabila tidak
memungkinkan dilakukan perawatan maka dilakukan rujukan atau kompromis medis

STEP 4 MAPPING

STEP 5 LO

1. MMMMM pemeriksaan subjektif, objektif dan penunjang


A. Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif dilakukan dengan cara anamnesis dengan pasien. Anamnesis
adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter/operator sebagai pemeriksa
dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit yang
diderita dan informasi lainnya yang berkaitan sehingga dapat mengarahkan diagnosis
penyakit pasien. Keluhan yang diajukan seorang pasien yang diambil dengan teliti
akan banyak membantu menentukan diagnosis dari suatu penyakit

Anamnesis perlu ditanyakan riwayat sakit gigi, faktor predisposisi seperti diabetes
melitus, imunodefisiensi, riwayat penyalahgunaan obat dan terapi yang telah
diberikan kepada pasien
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah
keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan
untuk mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang,
dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan
terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari
penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik
(hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi,
riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita)
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari
pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit
yang menular.
d. Riwayat sosial dan ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan,
pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum
alkohol atau merokok, obat- obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan,
asuransi kesehatan dan kepercayaan)
B. MMMMM menegakkan diagnosis penyakit pada skenario
Sumber Pertama :
- Diagnosis biasanya didasarkan pada pemeriksaan klinis dan riwayat pasien. Pada fase
awal peradangan, ada pembengkakan lunak pada jaringan lunak.
- Test Perkusi : Saat perkusi dengan instrument terasa atau tidak
- Test Palpasi : Gigi juga sensitif selama palpasi pada area apical
- Sedangkan gigi hypermobile dan ada rasa pemanjangan.
- Pada tahap yang lebih lanjut, rasa sakitnya sangat parah, bahkan setelah sedikit kontak
dengan permukaan gigi.
- Test Vitalitas :
Reaksi gigi selama tes vitalitas dengan chlor eter adalah negatif; Namun, kadang-
kadang tampak positif, yang disebabkan oleh konduktivitas cairan di dalam saluran
akar.
Pemeriksaan Penunjang :
Radiografis pada fase akut, tidak ada tanda-tanda yang diamati pada seseorang (yang
mungkin diamati 8-10 hari kemudian), kecuali ada kekambuhan abses kronis, di mana
setelah osteolysisis diamati. Verifikasi radiografi gigi karies yang dalam atau restorasi
yang sangat dekat dengan pulpa, serta penebalan ligamen periodontal, adalah data
yang menunjukkan gigi penyebab. Diagnosis banding dari abses dentoalveolar akut
termasuk abses periodontal, dan dokter gigi harus memastikan diagnosisnya, karena
perawatan di antara keduanya berbeda
a. Anamnesa mengenai mulai terjadinya penyakit, lamanya. kemungkinan lolasi
infeksi primer, intensitas penyakit, adanya kambuh ulang dari penyakit
serupa,serta perawatan yang telah didapat. Perlu juga ditanyakan kemungkinan
adanya gejala sistemik,prexia,malaise. kesulitan menelan, kesulitan bernafas.
Kemungkinan adanya penyakit sistemik yang dapat memperberat infeksi dan yang
dapat mempengaruhi perawatannya.
b. Pemeriksaan klinis meliput : pemeriksaan umum. pemeriksaan ekstra oral, dan
intra oral.
- Pemeriksaan keadaan umum pasien meliputi pemeriksaan tensi, suhu, nadi dan
pemafasan untuk mengetahui apakah ada penyebaran atau komplikasi infeksi
oromaksilofasial ke bagian tubuh lain.
- Pemeriksaan ekstra oral diperhatikan adanya pembengkakan, lokasi, luas dan
besarnya, cardinal signs, fluktruasi limfadenopati pada kelenjar limfe regional.
adanya trismus, sinus tract atau fistula.
- Pemeriksaan intra oral perlu diperhatikan keadaan gigi geligi, adanya karies,
gigi non vital, eruptio difficilis", nyeri tekan dan mobilitas gigi. Kemudian
dilihat pula apakah ada proses supurasi pada jaringan periodontium, adanya
pembengkakan jaringan lunak di dasar mulut, vestibulum, pipi, palatum dan
daerah orofaring.
c. Pemeriksaan radiografik.
Pada sebagian besar infeksi jenis ini perlu dilakukan pemeriksaan radiografik,
dalam hal ini foto panoramik, untuk mengetahui gigi penyebab dan mengevaluasi
perluasan dan intensitas kerusakan tulang. Apabila infeksi sudah lebih lanjut perlu
pula dilakukan foto torak
d. Pemeriksaan laboratorik. Pada kasus infeksi yang berat atau yang berpotensi berat,
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorik (darah dan urin), serta identifikasi kuman
penyebab dan test resistensi kuman.

Pasaribu A, Julia V. Penatalaksanaan Infeksi Oro Maksilo Fasial Yang Dapat Dilakijkan
Oleh Dokter Gigi Umum. IJD Journal. 2006. 14(1):175-179.

C. MMMMM menentukan prognosis


D. MMMMM menentukan rencana perawatan
Macam Metode Ekstraksi
- Close methode yaitu pencabutan gigi disertai kuretase pada jaringan
periodontal tanpa prosedur pembuatan flap mukosa, metode ini digunakan bila
kelainan periapikal dental granuloma atau kista radikular ukuranya kecil
sehingga biasanya granuloma atau kista tersebut ikut terambil saat dilakukan
pencabutan gigi.
- Open methode yaitu pencabutan gigi disertai pengambilan kista dengan
prosedur pembuatan flap mukosa dan pengambilan sebagian tulang yang
menutupinya, metode ini digunakan bila kista radikular yang terlibat cukup
besar sehingga diperlukan akses yang cukup untuk mengambil kista, metode
ini diakhiri dengan pengembalian flap dan penjahitan
Ekstraksi pada pasien Hipertensi
a. Prosedur dental yang lama dan stressful sebaiknya dihindarkan.
b. Pemberian sedatif peroral (Benzodiazepine 5 mg malam sebelum tidur dan 1 jam
sebelum tindakan perawatan) cukup membantu mengurangi stress sebelum
pencabutan
c. Penggunaan sedasi dengan Nitrou Oxide (N20) dapat menurunkan tekanan darah
sistole dan diastole sampai 10-15 mmHg kira-kira 10 menit setelah pemberian dan
selanjutnya dapat dilakukan anestesi lokal dengan atau tanpa vasokonstriktor.
Anestesi lokal merupakan pilihan terbaik untuk pasien dengan hipertensi
dibanding anestesi umum, pemberian anestesi harus pelan dan penyuntikan
intravaskuler harus dihindari
Soetji RP. Pengelolaan Pasien Hipertensi Untuk Perawatan Di Bidang Kedokteran Gigi. MAJ
Journal. 2008; 15(1):75-80

E. MMMMM medikasi (membuat resep) dan membuat rujukan


a. Medikamen
Perawatan medikamentosa. Pada perawatan ini perlu diberikan antibiotik yang
tepat dan adekuat untuk meredakan infeksinya. Antibiotik yang efektif untuk
infeksi oromaksilofarial ialah golongan penisilin, eritromisin, clindamisin,
Cefddroxil, metronidazole dan terasiklin. Pada infeksi odontogenik yang berat,
disarankan untuk pemberian antibiotik bakterisid dosis tinggi secara parenteral
bila perlu dilakukan kultur bakteri dan tes resistensi. Analgeti antipiretik untuk
mengurangi rasa sakit dan demamyaa. Perlu juga diberikan terapi suportif seperti
penberian roborantia dan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Hospitalisasi dan konsultasi medik perlu
dilakukan sesuai indikasi. Perbaikan jalan napas dan dehidrasi bila ada
I. Phenoxymethyl penicilln 250-500mg qid 7 – 10 days
II. Amoxycillin/ Augmentin 250- 500 tds 7- 10 days
III. Metronidazole 250mg tds 7 –10 days (Can be combined with amoxycillin.
The use of metronidazole is contraindicated in pregnant patients/
consumption of alcohol)
IV. Tetracycline HCl 250mg qid 7-14 days
V. Doxycyline 100mg bd 7-14 days (the use of tetracycline is contraindicated
in pregnant patients and in children below 10 yrs)

Pasaribu A, Julia V. Penatalaksanaan Infeksi Oro Maksilo Fasial Yang Dapat Dilakijkan
Oleh Dokter Gigi Umum. IJD Journal. 2006. 14(1):175-179.

PR : menentukan pemeriksaan penunjang, penegakan prognosis, pemeriksaan objektif


(hipertensi) hubungan dengan ektraksi, fokuskan pada pemasalahan di skenario.

Anda mungkin juga menyukai