Anda di halaman 1dari 2

1. Kenapa OH dalam pemakaian Self Ligating harus baik?

( 2 orang)
Pemakaian perangkat ortodonti terutama perangkat ortodonti cekat. Seperti pemakaian
self ligating braket membuat gigi lebih sulit dibersihkan dan mempermudah terjadinya
penumpukan plak pada gigi pasien. Plak merupakan faktor penyebab penyakit periodontal
dan kerusakan gigi. Pemeliharaan oral hygiene dalam self ligating braket sangat penting
untuk mencegah penumpukan plak. Apabila terjadi penemumpukan plak terus menerus
mengakibatkan klip pada self ligating braket akan patah, sehingga tidak dapat digunakan
Kembali. Oleh karena itu untuk pasien yang dengan kepedulian terhadap oral higyiene yang
kurang dan durasi kontrol yang jarang yaitu bisa sekitar 3-4 bulan, maka dokter gigi biasanya
memberika spray agar pasien dapat membersihkan braket tersebut dengan mudah (Suci dkk,
2016)
2. Kenapa self ligating bracket metal mouth look ?
Karena self ligating memiliki model yang sangat simple yang mana terdiri dari
braket body, braket base dan archwire terbuat stainless (logam), sehingga terlihat secara
estetis yaitu metal mouth look. Selain itu logam ini apabila pemakaian terlalu lama akan
terasa agak sedikit pahit dikarenakan dari bahan logam tersebut
2. Kenapa pada conventional bracket lebih sakit dibanding penggunaan self ligating? (2 orang)
Pergerakkan gigi yang terjadi selama pengaturan lengkung gigi akan menimbulkan gaya
friksi antara kawat busur dengan braket, dimana gaya tersebut berlawanan arah dengan arah
gerakan gigi. Braket self-ligating menghasilkan friksi yang lebih kecil dibandingkan braket
konvensional. Friksi yang kecil menyebabkan arch wire bekerja optimal dan menstimulasi
pergerakan gigi untuk bergerak secara lebih biokompatibel. sistem dengan kekuatan serta friksi
yang rendah akan dapat menyebabkan gigi bergeser ke posisi fisiologis oleh karena sistem ini
tidak melebihi kekuatan otot-otot sekitar maupun jaringan periodontal. Tidak terjadi ischemia
pada jaringan periodontal oleh karena gaya yang dikenakan pada dimensi yang kecil
Desain pada self ligating braket mengakibatkan gigi bergerak pada jalur dengan
hambatan yang sangat sedikit. Saat pintu braket tertutup maka braket berubah menjadi sebuah
tube sehingga dapat menyebabkan arch wire bergerak dengan bebas. Dari alasan terebut dapat
disimpulkan bahwa konventional braket memilki lebih sakit dikarenakan friksi lebih besar
dikarenakan penggunaan powerchain elastomer dibandingkan self ligating braket. Self ligating
bracket memiliki waktu perawatan dan kunjungan pasien lebih singkat daripada yang
menggunakan elastomer.
Selain itu bisa dipengaruhi juga dari ambang batas rasa sakit seseorang tersebut. Jadi dari
penggunaan kedua tersebut apabila dilihat dari skala rasa sakit di konvensional braket sebesar 6-
7, sedangkan di self ligating sekitar 3-4 skala rasa sakit.
3. Apakah penggunaa aktif dan pasif self ligating bisa dikombinasi, dan bagaimana
penggunaanya? (2 orang)
Aktif itu saat tahap retraksi caninus dan retraksi anterior. Pasif saat tahap levelling.
aktif self ligating menganggap bahwa
Sistem tersebut mempunyai keunggulan “homing action” terhadap wire, sehingga menghasilkan
kontrol yang lebih baik terhadap gigi. Braket tersebut mempunyai kedalaman slot 0.0175”
sampai 0.022”, apabila menggunakan wire bulat dan kecil braket tersebut dalam keadaan pasif,
akan tetapi apabila menggunakan wire yang lebih besar, klip fleksibel yang terdapat pada braket
terdorong ke labial sehingga menimbulkan kekuatan aktif pada arch wire
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi friksi? (3 orang)
a. Arch wire (bahan, bentuk atau ukuran, tekstur permukaan, kekakuan),
b. Jenis ligasi arch wire pada braket (wire ligatur, elastomer),
c. Braket (bahan, lebar dan kedalaman slot, first order bend/ in- out, second order bend/
angulasi, third order bend/ torque),
d. Pemasangan alat-alat ortodontik (jarak antar braket, hubungan slot braket dengan gigi
-gigi yang berdekatan, gaya yang dikenakan untuk retraksi),
e. Variabel di dalam mulut (saliva, plak, pelikel, korosi)

DAFTAR PUSTAKA
Suci, R. A., Saputri, D., & Sungkar, S. (2016). Gambaran tingkat pengetahuan mengenai
kebersihan mulut pada siswa sekolah menengah atas yang menggunakan perangkat ortodonti
(Survei di SMAN 3 Banda Aceh). Journal Caninus Dentistry, 1(4), 20-25.

Anda mungkin juga menyukai