Anda di halaman 1dari 3

Stomatitis Aphthous Recurrent (SAR)

Definisi
Stomatitis Aphthous Recurrent (SAR) adalah ulserasi pada rongga mulut yang
menimbulkan rasa sakit, dan terjadi pada interval waktu beberapa hari atau lebih dari 2-3
bulan (Laskaris, 2005; Field, 2004).
SAR paling sering muncul di rongga mulut, terjadi 20% dari populasi dan 2%
diantaranya merasa sangat menderita.2-4 Jumlah wanita yang menderita SAR lebih banyak
daripada laki-laki, dan lebih sering terjadi pada usia dekade kedua dan tiga (Laskaris, 2005)
Manifestasi klinis dari SAR adalah ulser, tunggal atau multipel, dangkal, bulat lonjong, dan
sakit. Tipe SAR ada tiga macam, yaitu SAR minor, SAR mayor, dan jenis herpetiform
(Fieled,2004). SAR minor yang terjadi pada sekitar 80% kasus berdiameter kurang dari 1 cm
dan sembuh tanpa bekas. SAR mayor berdiameter lebih dari 1 cm lebih lama sembuh dan
berbekas. SAR Herpetiform dianggap sebagai tampilan klinis yang berbeda yang
bermanifestasi sebagai pola berulang puluhan ulkus kecil di seluruh mukosa mulut.

Gambar Stomatitis Aphtous Reccurent minor, mayor, herpetiform


Sumber: www.intelligentdental.com

Gejala
Gejala prodromal muncul sebelum timbulnya SAR meliputi rasa yang tidak nyaman
dan kemerahan selama 1-3 hari. Kemudian segera diikuti ulser pada rongga mulut yang terasa
sakit. Lesi terjadi pada mukosa mulut pada bagian yang berkeratin ataupun seperti pada
mukosa bukal, mukosa labial, lidah, dasar mulut, palatum lunak, dan uvula (Laskaris, 2005).
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Pada mulanya SAR diasumsikan sebagai bentuk rekuren dari HSV, namun setelah
penelitian selama 40 tahun telah dikonfirmasi bahwa SAR tidak disebabkan oleh HSV.
Menurut Laskaris, Fieled, Scully dan Burket etiologi RAS belum diketahui dengan
jelas. Pada konsep yang diterapkan saat ini, SAR diduga disebabkan karena adanya faktor
pemicu seperti:
1. Gentik/ Herediter
Faktor genetik merupakan faktor yang paling utama. Menurut sebuah studi yang
dilakukan oleh Ship, Pasien dengan orang tua yang positiv SAR memiliki
kemungkinan 90% terkena SAR dan pasien dengan orang tua negatif SAR hanya
memiliki kemungkinan 20% perkembangan lesi. Selain itu juga ditemukan
peningkatan frekuensi HLA (Human Leukosit Antigen) pada beberapa grup etnik.
2. Defisiensi hematologis
Pasien biasanya kekurangan zat besi, asam folat dan vitamin B12. Kekurangan zat
besi biasanya disebabkan oleh perdarahan kronis seperti perdarahan di GI track dan
Genitourinary Track. Asam folat biasanya ditemukan dalam sayuran hijau, pasien
yang jarang memakan sayur akan kekurangan cadangan asam folat dalam
tubuhnya.Vitamin B12 yang ditemukan dalam daging akan diserap oleh gastric
parietal cell pada ileum dan disimpan sebagai cadangan di hati selama 3 tahun.
Vegetarian biasanya sering mengalami defisiensi vitamin B12.
3. Imunologi abnormal
Akibat adanya lyphocytotoxicity, antibody-dependant cell-mediated cytoxicity dan
hancurnya subpopulasi limfosit memicu toksisitas pada sel epitel oral hingga
terbentuk lesi.
4. Penghentian merokok

Telah didokumentasikan bahwa penghentian merokok dapat meningkatkan frekuensi


dan keparahan SAR.
5. Stres
Berdasarkan beberapa kasus, SAR dan ulcer muncul dan makin buruk pada saat
menghadapi ujian sekolah atau universitas.
6. Trauma
Trauma karena mukosa tergigit atau karena peralatan gigi bisa memicu aphtosa.
7. Faktor Endokrin
SAR berhubungan dengan penurunan progesteron saat fase luteal pada siklus
menstruasi, atau pil kontrasepsi dan SAR menurun secara temporer pada saat hamil.
8. Alergi makanan.
Pasien yang alergi susu, keju, gandum dan terigu memicu terjadi SAR karena mkanan
tersebut kaya akan vit B12, asam folat dan zat besi.
9. Detergent dalam pasta gigi
Kandungan SLS (sodium luryl sulfat) diduga menjadi salah satu pemicu
perkembangan SAR.
Sumber:
Cawson RA, Odell EW. Cawsons essentials of oral pathology and oral medicine, 7th Ed.
Churchill Livingstone; 2002. p. 294-5.
Field A, Longman L. Tyldesleys oral medicine, 5thEd. Oxford; 2004. p. 154-6.
Greenberg G. Burkets oral medicine diagnosis and treatment, 10th Ed. BC Decker Inc; 2003.
p. 430-2.

Laskaris G. Treatment of oral disease : A concise textbook. Thieme; 2005. p. 15-7. 46


Dentofasial, Vol.9, No.1, April 2010:39-46
Wray D, Lowe D, Felix, Scully. Textbook of general and oral medicine. Churchill
Livingstone; 2001. p. 225-32.

Anda mungkin juga menyukai