Oleh :
Vanny fergiana mulyadi
19100707360804041
1
MODUL 3
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
(drg. Rifani)
2
“Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)”
Vanny fergiana mulyadi*, Rifani, drg**
*Mahasiswa ** Staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Baiturrahmah
Jl. Raya By Pass KM 14 Aie Pacah, Padang
*) E-mail : vannyfergi@gmail.com
Abstrak
Latar belakang : Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan
suatu keadaan berbaliknya (refluks) kandungan lambung ke esofagus melebihi
jumlah normal dan menimbulkan berbagai keluhan seperti halitosis dan erosi gigi.
Sampai saat ini laju aliran saliva pada pasien GERD masih kontroversi. Prevalensi
GERD meningkat akhir-akhir ini. Di Indonesia, ditemukan kasus esofagitis
sebanyak 22,8%. Tujuan : Untuk memberikan informasi mengenai GERD dan
mengetahui manifestasi oral. Tinjauan pustaka: Berkenaan dengan manifestasi
terkait GERD di rongga mulut, erosi gigi, halitosis, erosi ulserasi mukosa,
kehilangan rasa dan xerostomia telah dilaporkan.
Abstract
Background: Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) is a condition of
reversibility (reflux) stomach contents into to esophagus exceeds the normal
amount and cause a variety complaints such as halitosis and tooth erosion. Until
now salivary flow in patients with GERD is still controversial. The prevalence of
GERD has increased lately. In Indonesia, 22.8% cases of esophagitis were
reported. Purpose: To provide information GERD and to recognice the
manifestations oral. Review:With regard to GERD-associated manifestations in
the dental erosions, halitosis, mucosal ulceration ⁄ erosion, loss of taste and both
xerostomia have been reported.
3
PENDAHULUAN
Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah salah satu kelainan yang sering
adalah suatu kondisi patologis dimana sejumlah isi lambung berbalik (refluks) ke
heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa nyeri yang pedih) dan
2,3
gejalagejala lain seperti regurgitasi (rasa asam dan pahit di lidah) . Penyakit ini
dapat berdampak buruk pada kualitas hidup penderita 4,5. Prevalensi GERD di
3%, laki-laki dan perempuan mempunyai risiko yang sama, namum insiden pada
Heartburn adalah manifestasi klinis khas dari GERD; selain itu, beberapa
manifestasi terjadi pada paru, telinga, hidung dan manifestasi tenggorokan dan
tenggorokan, radang tenggorokan, kurang air (meningkat aliran saliva) dan batuk
7,8
. Berkenaan dengan manifestasi terkait GERD di rongga mulut diantaranya
adalah erosi gigi, halitosis, ulserasi mukosa, kehilangan rasa dan xerostomia dan
4
TINJAUAN PUSTAKA
esofagus akibat refluks isi lambung kedalam esofagus10. Isi lambung tersebut bisa
berupa asam lambung, udara, maupun makanan. Refluks esofageal terjadi: (1)
volume lambung meningkat (sesudah makan, dengan obstruksi pilorus atau pada
kondisi hipersekresi), (2) apabila isi lambung terletak dekat dengan sambungan
perut), atau pengikat yg kuat/ketat). Refluks yang berlebihan dapat terjadi karena
sfingter tidak kompeten (tidak bekerja dengan baik), stenosis, atau adanya
usia 11.
gastroesofageal 11.
5
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya GERD. Esofagitis
dapat terjadi sebagai akibat refluks esofageal apabila : 1). Terjadi kontak dalam
waktu yang cukup lama antara bahan refluksat dengan mukosa esofagus, 2).
dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure zone) yang dihasilkan
pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat sendawa atau muntah. Aliran
balik dari gaster ke esofagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak
ada atau sangat rendah (<3 mmHg) (Makmun, 2009). Refluks gastroesofageal
pada pasien GERD terjadi melalui 3 mekanisme : 1). Refleks spontan pada saat
relaksasi LES tidak adekuat, 2). Aliran retrograd yang mendahului kembalinya
tonus LES setelah menelan, 3). Meningkatnya tekanan intra abdomen. Dengan
keseimbangan antara faktor defensif dari esofagus (pemisah anti refluks, bersihan
asam dari lumen esofagus, ketahanan epitel esofagus) dan faktor ofensif dari
6
bahan refluksat. Faktor-faktor lain yang turut berperan dalam timbulnya gejala
yang cermat, merupakan patokan diagnosis 13. Rasa panas di ulu hati (heartburn)
adalah gejala yang khas dan disebabkan oleh kontak bahan yang mengalir kembali
memburuk setelah makan. Gejala berkurangdengan posisi berdiri, menelan air liur
atau meminum antasida. Rasa panas di ulu hati disebabkan oleh sensitivitas
atau tenaga didalam mulut. Regurgitasi bahan yang terasa asam atau pahit terjadi
pada refluks esofageal berat dan disertai dengan inkompetensi sfingter esofagus
bagian atas dan bawah. Regurgitasi dapat mengakibatkan aspirasi laring dengan
batuk dan hidung tersumbat yang menyebabkan pasien terbangun dari tidur.
Simptom ini berhubungan dengan aktifitas yang sering kita lakukan, seperti rasa
Gejala GERD yang kronis dapat benar-benar menurunkan kualitas hidup pasien14.
7
Manifestasi Oral Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
erosi gigi dan halitosis adalah gejala yang paling sering dikaitkan dengan GERD.
15
Ini sesuai dengan penelitian sebelumnya . Namun, halitosis jarang dilaporkan
dalam hubungannya dengan GERD karena dampaknya pada kualitas hidup itu
harus diperhitungkan dalam praktik klinis dan ditangani dengan hati-hati dalam
hasilnya seringkali kontroversial. Sampai saat ini laju aliran saliva pada pasien
aliran saliva pada penderita GERD, karena saliva merupakan pertahanan mukosa
yang selalu melumasi esofagus sewaktu regurgitasi dan juga pHnya jauh lebih
rendah dari pH kritis, sedangkan penelitian lain ditemukan bahwa laju aliran
saliva pada pasien GERD mengalami peningkatan karena sistem buffer yang
(GERD) terjadi penurunan laju aliran saliva dalam kategori rendah, karena saliva
regurgitasi dan juga pHnya jauh lebih rendah dari pH kritis 21. Hal ini diperkuat
oleh Penelitian Sarbin dkk (2012) menyatakan bahwa Refluks asam yang melebihi
8
jumlah normal dan frekuensi refluks yang sering menyebabkan ketidakmampuan
saliva dalam pembersihan asam sehingga saliva terganggu secara kuantitas dan
kualitas 22.
asam, kapasitas buffer saliva ditentukan oleh 85% konsentrasi bikarbonat, 14%
konsentrasi fosfat dan 1% oleh protein saliva. Refluks asam yang melebihi jumlah
normal dan frekuensi refluks yang sering menyebabkan saliva terganggu secara
kuantitas dan kualitas. Sistem buffer saliva pada penderita GERD juga tidak
mampu menetralkan asam yang terlalu rendah dari pH kritis 5,5, sehingga
terjadilah berbagai komplikasi di rongga mulut seperti erosi gigi, disfagia, bau
Rendahnya laju aliran saliva pada pasien terindikasi GERD dapat memicu
terjadinya berbagai masalah di rongga mulut seperti erosi gigi. Jika korosi parah
kerusakan pulpa yang ireversibel dapat terjadi yang membutuhkan terapi saluran
tunggal pada pasien tertentu. Kebersihan mulut yang tidak memadai dapat
intervensi aktif dokter gigi untuk memonitor dan aktif dalam merawat erosi gigi
tersebut 18.
Pada pasien GERD, cairan asam bisa berada lama di esophagus sehingga
terjadi erosi lining esophagus. Gravitasi, aksi menelan dan saliva merupakan
mekanisme pelindung yang penting pada kondisi ini. Kerusakan jaringan terjadi
sewaktu tidur karena posisi terlentang menyebabkan sekresi asam lambung berada
lebih lama di dalam mulut. Karena sekresi serta aksi menelan saliva juga
9
berkurang sewaktu tidur, memungkinkan asam tetap berada di esophagus untuk
waktu yang lama yang menyebabkan kerusakan jaringan lunak dan gigi. Pada
pasien GERD, sering terjadi keausan oklusal berlebihan disertai dengan erosi pada
permukaan lingual dan insisal. Keausan enamel lebih cenderung terjadi pada
permukaan lingual pada kasus GERD (Gambar 1). Keausan secara berlebihan
pada permukaan lingual gigi dan erosi pada permukaan insisal dan oklusal
merupakan tanda awal penyakit ini sehingga dokter gigi lebih cenderung
secara klinis sebagai penyakit lain pada mukosa dan uvula langit-langit mulut
lunak dan keras; lesi-lesi ini biasanya dikenali sebagai lesi jaringan lunak yang
menyinggung asam refluks. Hanya 9,0% pasien dengan GERD menunjukkan lesi
ini, dibandingkan dengan 13,0% dari subyek sehat dan perbedaannya tidak
10
Gambar 2. Eritema pada palatum dan uvula 24.
berat badan mengurangi perbedaan tekanan antara perut dan dada, sehingga
makanan dalam jumlah besar dan berbaring terlalu cepat setelah makan juga
11
Peran praktisi kesehatan seperti dokter gigi dalam hal memberikan edukasi
dan informasi mengenai pemeliharaan oral hygiene yang baik serta memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada pasien terindikasi GERD, sehingga
berbagai komplikasi di dalam rongga mulut akibat penurunan laju aliran saliva
dapat dikurangi.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
17. Vakil N, Kahrilas P, Dent J, Jones R. The gastroesophageal Reflux Disease,
American Journal, 2006;101:1900–1920.
18. Glick M, 2015. Burket’s Oral Medicine. 12 th ed, USA : People’s Medical
Publishing House, p. 2011-2012
19. Albert J, Bredenoord J, Andre J, Smout G. Gastro oesophageal reflux disease.
Gastroenterology and Hepatology 2013;381
20. Singh P, Taylor RH, Jones DG. The Esophageal, Journal Gastroenterol
Hepatology, 1992:1590–1596.
21. Di Fede, Campisi R, Liberto D. Saliva variations in gastro-oesophageal reflux
disease. Scien Direct 2008;268–271.
22. Ericsson Y. "Enamel apatite solubility. Investigations into the callcium phosphate
equilibrium between enamel and saliva and its relation to dental caries". Acta
Odontology 1949;8:1-139.
23. Ford T.R. Restorasi gigi. Alih bahasa : Narlan S. Jakarta : EGC. 1993. Hal 22-7.
24. Lazarchik DA, Filler SJ. Effects of gastroesophageal reflux on the oral cavity. Am
J Med 1997; 103(5A): 107S–13S.
25. Lussi A. Dental erosion. Switzerland : 2006. pp 9-14, 17-24.
14