Anda di halaman 1dari 18

CBD SISTEMIK MODUL 3

“Oral Lichen Planus”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik pada Modul 3

Oleh :
Penny Maharani
19100707360804043

Dosen Pembimbing : drg. Rifani

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020

1
MODUL 3

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan dan dipresentasikan makalah CBD yang berjudul

“Oral Lichen Planus” guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik pada

Modul 3.

Padang, Mei 2020


Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

(drg. Rifani)

2
“Oral Lichen Planus”
Ditulis oleh Penny Maharani*, Rifani, drg**
*Mahasiswa ** Staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Baiturrahmah
Jl. Raya By Pass KM 14 Aie Pacah, Padang
*) E-mail : pennymaharani@gmail.com

Abstrak
Latar belakang: Oral lichen planus merupakan penyakit mukokutaneus kronis
yang bersifat autoimun yang biasanya melibatkan mukosa rongga mulut yaitu
berupa inflamasi kronis yang mengenai epitel berlapis skuamosa. Penyebabnya
belum diketahui, tetapi bukti menunjukkan karena kelainan imunologi dengan
limfosit T tertarik ke antigen dalam epithelium. Tujuan : Untuk memberikan
informasi mengenai oral lichen planus dan mengetahui gambaran klinis oral
lichen planus. Sehingga dapat menentukan terapi yang tepat. Tinjaun Pustaka :
Lesi oral lichen planus biasanya berbentuk lesi putih seperti jala yang di sebut
”Wickham’s striae”, sedikit meninggi dan atau berupa papula. Bagian yang paling
umum muncul lesi adalah mukosa bukal, lidah (terutama pada dorsum), gingiva,
mukosa labial, dan tepi vermilion dari bibir bawah. Lichen planus oral secara
klinis dapat memberikan gambaran menjadi beberapa tipe yaitu retikular, plak,
papular, bulla, atropik, dan erosif. Kesimpulan : Pasien dengan keadaan umum
sehat yang datang untuk pemeriksaan rutin ataupun mengeluh sakit gigi yang
mungkin saja dijumpai adanya lesi lichen planus oral memiliki prognosis yang
baik. Dalam hal ini walaupun lesi tersebut dapat menjadi kanker mulut
kemungkinannya adalah sangat kecil.
Kata kunci : Oral Lichen Planus, Autoimun, Wichkam’s Striae

Abstract
Background: Oral lichen planus is a chronic mucocutaneous disease that is
autoimmune, which is a form of chronic inflammation of squamous-coated
epithelium. The cause is unknown, but the evidence shows because of
immunological abnormalities with T lymphocytes attracted to antigens in the
epithelium. Purpose: To provide information oral lichen planus and to recognice
the clinical appearances of the oral lichen planus, so the appropriate therapy can
be done. Review: Oral lichen planus lesions are usually shaped like white mesh
lesions called "Wickham’s striae", slightly elevated and or in the form of papules.
The most common part of the lesion is the buccal mucosa, tongue (especially in
the dorsum), gingiva, labial mucosa, and the vermilion edge of the lower lip. Oral
lichen planus clinically to provide an overview into several types: namely

3
reticular, plaque, papular, bull, atrophic, and erosive. Conclusion: Patients with
good general health who come for routine examinations or complain of
toothaches that may be found in the presence of oral lichen planus lesions have a
good prognosis. In this case even though the lesion can become oral cancer the
chances are very small.

Keywords: Oral Lichen Planus, autoimmune,, Wichkam’s Striae

4
PENDAHULUAN

Oral lichen planus merupakan penyakit mukokutaneus kronis yang

bersifat autoimun yang biasanya melibatkan mukosa rongga mulut yaitu

berupa inflamasi kronis yang mengenai epitel berlapis skuamosa. Oral lichen

planus merupakan penyakit akibat rusaknya sel basal dengan latar belakang

kondisi imunologis yang penyebabnya tidak diketahui. Diduga merupakan

keadaan yang abnormal dari respon imun sel T pada epitelium basal yang diduga

sebagai benda asing sehingga menyebabkan perubahan pada permukaan sel. Stres,

genetik, makanan, obat-obatan, plak gigi, penyakit sistemik dan higiene mulut

yang buruk diduga menjadi pemicu terjadinya OLP1.

Prevalensi dari oral lichen planus pada populasi umum dari United States

dilaporkan meningkat menjadi sekitar 1%. Prevalensi oral lichen planus adalah

antara 0,1% dan 2,2%. Dalam studi pertama dari 100 kasus, umur dari individual

berkisar dari 13 sampai 78 tahun. Oral Lichen planus sering dijumpai pada umur

pertengahan atau paruh baya. Wanita lebih mendominasi pada kasus lichen planus

daripada laki-laki, biasanya dengan rasio 3 : 2. Studi lainnya dari 200 kasus,

paling banyak bersifat asimptomatik dan memerlukan perawatan rutin. Lesi erosif

dipengaruhi oleh stres emosional6.

Penyakit ini memiliki beberapa bentuk manifestasi klinis yang dapat

mengakibatkan pasien merasa tidak nyaman dengan rongga mulutnya. Beberapa

bentuk manifestasi klinis dari OLP yaitu retikular, papula, bentuk plak, atropik,

erosif dan bula. Lesi-lesi ini biasanya terjadi bilateral pada mukosa bukal,

mukobukal fold, gingiva, lidah dan bibir2.

5
Tipe retikular merupakan bentuk umum dari OLP. Biasanya muncul

dengan gambaran striae-striae keratotik putih ( Wickham’s striae ) dengan batas

eritema. Bentuk plak dari OLP mulai dari bentuk rata, halus hingga irregular.

Biasanya ditemui pada lidah dan mukosa bukal. Tipe retikular dan plak biasanya

tidak menimbulkan rasa sakit. Bentuk erosif merupakan bentuk umum yang

kedua dari OLP, berupa gambaran area eritema dan ulserasi3.

Apabila terdapat pada gingiva, maka disebut deskuamatif gingivitis. Tipe

ini biasanya menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada pasien. Bentuk

atropik dari OLP biasanya difus, eritematus yang dikelilingi striae putih.

Sedangkan bentuk bula dari OLP biasanya muncul pada mukosa bukal dan

daerah lateral dari lidah. Bentuk bulla ini biasanya langsung pecah dan

meninggalkan gambaran erosive4.

Sebenarnya tidak perlu perawatan pada OLP terutama tipe retikular dan

plak. Perawatan hanya diberikan untuk mengurangi panjang dan keparahan dari

gejala simtomatis, terutama pada lesi atropik dan ulseratif. Menurut beberapa

literatur dikatakan bahwa perawatan OLP dapat berupa kortikosteroid, retinoid,

cyclosporine, dan phototherapy. Sebagai tambahan, terdapat beberapa obat yang

juga dipakai yaitu dapsone, griseofulvin, lysosomotropic amines, azathioprine

dan mycophenolate mofetil yang digunakan baik sebagai pengobatan sendiri

ataupun steroid- sparing agents5.

6
TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi Oral Lichen Planus

Lichen planus adalah penyakit autoimun yang dapat mengenai

kuku, kulit, rambut, dan membran mukosa. Oral lichen planus (OLP)

merupakan penyakit mukokutaneus kronis yang bersifat autoimun yang

biasanya melibatkan mukosa rongga mulut yaitu berupa inflamasi kronis yang

mengenai epitel berlapis skuamosa. Oral lichen planus merupakan penyakit

akibat rusaknya sel basal dengan latar belakang kondisi imunologis yang

penyebabnya tidak diketahui1.

Etiologi dan Faktor Predisposisi

Penyebabnya belum diketahui, tetapi bukti menunjukkan karena kelainan

imunologi dengan limfosit T tertarik ke antigen dalam epithelium. Baik sel CD4

dan subset sel CD8-T banyak ditemukan tersebar pada interfase jaringan ikat

epitel dari jaringan yang nekrosis. Peradangan kronis ini menimbulkan perubahan

epitel, jumlah deposit fibrinogen yang sangat kuat banyak di membran dasar, dan

pada akhirnya, kerusakan lapisan dasar epithelium yang bersangkutan. Mediasi sel

imun memegang peran penting dalam patogenesis dari lichen planus. Sel imun

yang berperan yaitu sel limfosit T yang dapat menyebabkan gangguan mediasi.

Penyakit ini berkepanjangan disertai periode remisi dan ekstrasebasi8.

Faktor predisposisi dari lichen planus karena faktor genetik, stres telah

paling sering terjadi, lesi lichenoid antara lain karena bahan restorasi gigi

(terutama amalgam dan emas), penyakit graft-versus-host kronis, terlihat pada

pasien transplantasi sumsum tulang, infeksi dengan virus hepatitis C, obat

antiinflamasi non-steroidal, dan berbagai gangguan sistemik lainnya, seperti

7
hipertensi dan diabetes, dapat terjadi dari manifestasi dari reaksi terhadap obat

yang digunakan. Penggunaan obat dan vaksin seperti obat antidiabetes, obat

antirematik (terutama NSAID), dan obat antihipertensi, seperti beta-blocker,

tiazida dan diuretik, serta antimalaria, seperti quinacrine8.

Patofisiologis Oral Lichen Planus

Oral lichen planus adalah penyakit autoimun mediasi sel T namun

penyebabnya tidak diketahui secara pasti pada kebanyakan kasus. Peningkatan

produksi sitokin TH1 merupakan kunci dan penanda awal terjadinya lichen

planus, yang diinduksi secara genetik, dan adanya polimorfisme genetik dari

sitokin yang terlihat mendominasi, baik pada lesi yang berkembang hanya pada

mulut(diasosiasikan dengan interferon-gamma (IFN-γ) atau pada mulut dan

kulit(diasosiasikan dengan tumor nekrosis faktor-alfa (TNF-α)). Sel T yang

teraktivasi kemudian akan tertarik dan bermigrasi melalui epitelium mulut, lebih

jauh akan tertarik oleh adhesi molekul interseluler (ICAM-1 dan VCAM), regulasi

ke atas dari protein matriks ekstraseluler membran dasar epitelial, termasuk

kolagen tipe IV dan VII, laminin dan integrin, dan kemungkinan oleh jalur sinyal

CXCR3 dan CCR5. Sitokin disekresi oleh keratinosit misalnya TNF-α dan

interleukin (IL)-1, IL-8, IL-10, dan IL-12 yang juga kemotaktik untuk limfosit.

Sel T kemudian akan berikatan pada keratinosit dan IFN-γ, dan regulasi

berkelanjutan dari p53, matriks metalloproteinase 1 (MMP1) dan MMP3 memicu

proses kematian sel (apoptosis), yang akan menghancurkan sel basal epitelial11.

Perjalanan  kronis dari oral lichen planus merupakan hasil dari aktivasi

faktor nuklear mediator inflamasi kappa B (NF), dan inhibisi dari jalur pengontrol

8
faktor pertumbuhan transformasi (TGF-beta) yang menyebabkan hiperproliferasi

keratinosit yang memicu timbulnya lesi putih.

Gambaran Klinis

Lesi biasanya berbentuk lesi putih seperti jala yang di sebut ”Wickham’s

striae”, sedikit meninggi dan atau berupa papula. Bagian yang paling umum

muncul lesi adalah mukosa bukal, lidah (terutama pada dorsum), gingiva, mukosa

labial, dan tepi vermilion dari bibir bawah. Oral lichen planus secara klinis dapat

memberikan gambaran menjadi beberapa tipe yaitu retikular, plak, papular, bulla,

atropik, dan erosif7.

1) Retikular

Berupa garis putih interlace halus yang tersusun dalam anyaman seperti

jala yang disebut “Wickham’s striae” (paling banyak ditemui dan mudah dikenali

dari OLP). Lesi ini biasanya tidak tetap berbentuk seperti lilin dan berkurang selama

beberapa minggu atau bulan. Lesi ini paling sering ditemukan bilateral pada

posterior mukosa bukal dan bersifat asimptomatik. Permukaan mukosa mulut lain

yang dapat terlibat bersamaan seperti lidah lateral dan dorsal, gingiva, palatum,

dan vermilion border. Pada dorsal lidah terlihat lebih seperti plak keratotik dengan

atropi papila. Plak putih halus menggantikan permukaan normal papila lidah8.

Gambar 1. Lichen Planus Tipe Retikular

9
2) Plak

Plak berwarna putih yang padat atau bercak yang mempunyai permukaan

halus sampai sedikit tidak teratur dan konfigurasi asimetris. Lesi ini ditemukan

pada mukosa bukal atau lidah. Pasien bisa saja tidak menyadari keberadaan lesi

ini. Biasanya sulit dibedakan karena menyerupai leukoplakia. Lesi berwarna putih

dan dapat timbul terutama pada mukosa bukal posterior dan lidah9.

Gambar 2. Lichen Planus Tipe Plak

3) Papular

Lesi berwarna putih yang sedikit lebih tinggi dari sekitarnya dengan

diameter 0,5-1 mm, biasanya terlihat pada mukosa mulut yang berkeratin10.

Gambar 3. Lichen Planus Tipe Papular

10
4) Bulla

Lesi vesikulobulosa disertai variasi retikular atau erosif dan jarang

ditemui. Lesi terletak pada mukosa bukal khususnya pada posterior, bagian bawah

antara molar dua dan molar tiga, serta jarang ditemukan pada lidah, gingiva,

bibir10.

Gambar 4. Lichen Planus Tipe Bulla

5) Atropik

Atropik menunjukkan mukosa mulut yang mengalami inflamasi dan

ditutupi epitel tipis berwarna merah, kombinasi suatu perubahan keratosis dengan

stria dan eritema, disertai variasi retikular dan erosif. Tipe atropik akan

menimbulkan rasa sakit, terutama bila ada hal atau makanan yang merangsang10.

Gambar 5. Lichen Planus Tipe Atropik

6) Erosif

Berupa ulkus yang tertutup pseudomembran dan dikelilingi eritema. Lesi

ini bersifat simptomatik dan terjadi jika epitelium permukaan sama sekali hilang

11
dan terjadi erosi. Mukosa bukal dan lidah merupakan daerah yang umumnya

terkena. Vesikel atau bula pada awalnya akan terbentuk, pecah, dan menimbulkan

erosi. Lesi yang matang mempunyai tepi merah yang tidak teratur,

pseudomembran sentral yang nekrotik dan kekuningan, serat bercak putih anular,

sering kali ditemukan di bagian tepi. Kondisi ini menimbulkan rasa nyeri terus

menerus dan dapat berkembang dengan cepat. Erosif kadang - kadang terdapat

atrofi dan ulserasi yang dibatasi mukosa gingiva menghasilkan pola reaksi yang

disebut gingivitis deskuamatif , dapat menghasilkan eritema gingiva dan nyeri saat

ditekan10.

Gambar 6. Lichen Planus Tipe Erosif

Diagnosis Banding Oral Lichen Planus

1) Leukoplakia

Lesi putih berupa bercak atau plak pada mukosa mulut dengan epitel

mengalami hiperkeratosis dengan dasar yang terdiri dari sel spinosum12.

Gambar 7. Leukoplakia

12
2) Kandidiasis pseudomembran (Thrush).

Kandidiasis pseudomembran (Thrush) adalah infeksi opportunistik yang

disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Candida albicans superficial.

Kandidiasis pseudomembran biasanya dijumpai pada mukosa pipi, lidah, dan

palatum lunak. Tampat sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal. Secara

klinis, plak-plak putih tersebut yang dapat dikerok dan meninggalkan dasar yang

berwarna merah. Bercak tersebut terdiri dari epitel deskuamasi, keratin, fibrin,

jaringan nekrotik, sisa makanan, sel radang dan kuman yang terinfiltrasi oleh

hifa12.

Gambar 8. Kandidiasis pseudomembran

3) White Sponge Nevus

White sponge nevus merupakan lesi keratotik pada mukosa yang tanpa

gejala, putih, berkerut dan seperti busa. Seringkali lesinya memperlihatkan pola

gelombang yang simetris. Lokasi yang paling sering terjadi pada epitel mukosa

yang tidak berkeratin seperti mukosa pipi, bilateral, dan selanjutnya di mukosa

bibir, lingir alveolar dan dasar mulut13.

13
Gambar 9. White Sponge Nevus

4) Cheek Chewing

Lesi putih pada rongga mulut yang disebabkan oleh iritasi kronis dari

menghisap berulang ulang, mengigit atau mengunyah. Pasien biasanya

mengeluhkan kasar pada mulut seperti jaringan parut dan terkadang menyebabkan

rasa sakit.

Gambar 10. Cheek Chewing

Prognosis

Pasien dengan keadaan umum sehat yang datang untuk pemeriksaan rutin

ataupun mengeluh sakit gigi yang mungkin saja dijumpai adanya lesi oral lichen

planus memiliki prognosis yang baik. Dalam hal ini walaupun lesi tersebut dapat

menjadi kanker mulut kemungkinannya adalah sangat kecil. Oleh karena itu

pemeriksaan histopatologik dapat sangat berperan sebagai konfimlasi bahwa lesi

14
tidak mengandung sel-sel premalignan, sehingga pasien tidak cemas ataupun

panik akan keadaan mulutnya. Hal ini perlu dijaga sebab umumnya lesi lichen

planus dapat tinggal di dalam mulut selama berbulan bahkan bertahun4.

Penatalaksanaan Oral Lichen Planus

Asimptomatik : Tidak ada perawatan, dilakukan pemeriksaan berkala 1

sampai 2 kali per tahun terjadi pada lichen planus oral bentuk retikular, plak, dan

papular.

Simptomatik : Kortikosteroid topikal, kortikosteroid oral, pemeriksaan

biopsi dan histologi disarankan pada beberapa lesi lichen planus oral. Jika terdapat

candidiasis dilakukan smear dan diberikan terapi antifungi, terjadi pada lichen

planus oral bentuk eritema dan useratif. Kortikosteroid topikal berupa

Triamcinolone acetonide, dioleskan dengan kapas pada lesi sampai terbentuk

lapisan tipis 2-3 kali sehari, tergantung tingkat keparahan6.

Salah satu kortikosteroid topikal yang lebih kuat misalnya fluocinonide,

betametason, gel clobetasol yang dioleskan ke area yang paling bergejala biasanya

cukup untuk merangsang penyembuhan dalam jangka 1 atau 2 minggu.

Penggunaan agen seperti retinoid topikal, tacrolimus atau siklosporin telah

digunakan untuk kasus yang parah. Siklosporin memiliki efek samping yang

signifikan.

Kortikosteroid sistemik berupa prednisone atau prednisolon 20-40 mg /

hari adalah andalan perawatan parah, gejala lichen planus oral, terutama bentuk

erosif. Terapi lesi lichen planus tipe erosif yang meluas pada gingiva dapat

dirawat dengan menggunakan splint pada oklusal. Studi yang telah dilaporkan

bahwa pasien dengan lichen planus mungkin dapat terjadi peningkatan resiko

15
berkembangnya displasia epitel oral, karsinoma sel skuamosa, dan lesi reaktif

oral.

Penggantian bahan restorasi seperti amalgam dan emas dekat lesi oral

harus diganti dengan bahan lain, karena dapat menghasilkan reaksi lichenoid atau

memperburuk lesi lichen planus. Berhenti konsumsi tembakau dan alkohol, serta

menjaga kebersihan mulut.

16
Kesimpulan

Oral lichen planus merupakan penyakit mukokutaneus kronis yang

bersifat autoimun yang biasanya melibatkan mukosa rongga mulut yaitu

berupa inflamasi kronis yang mengenai epitel berlapis skuamosa. Penyebabnya

belum diketahui, tetapi bukti menunjukkan karena kelainan imunologi dengan

limfosit T tertarik ke antigen dalam epithelium. Lesi oral lichen planus biasanya

berbentuk lesi putih seperti jala yang di sebut ”Wickham’s striae”, sedikit

meninggi dan atau berupa papula. Bagian yang paling umum muncul lesi adalah

mukosa bukal, lidah (terutama pada dorsum), gingiva, mukosa labial, dan tepi

vermilion dari bibir bawah. Lichen planus oral secara klinis dapat memberikan

gambaran menjadi beberapa tipe yaitu retikular, plak, papular, bulla, atropik, dan

erosif.

Pasien dengan keadaan umum sehat yang datang untuk pemeriksaan rutin

ataupun mengeluh sakit gigi yang mungkin saja dijumpai adanya lesi lichen

planus oral memiliki prognosis yang baik. Dalam hal ini walaupun lesi tersebut

dapat menjadi kanker mulut kemungkinannya adalah sangat kecil. Terapi pada

retikular biasanya tidak diperlukan karena tidak menimbulkan gejala. Lesi

ulserative, erosif, dan atropik merupakan problem pada pengobatan oral lichen

planus. Kortikosteroid topikal seperti triamcinolone maupun kortikosteroid

sistemik seperti prednisolon yang biasa diberikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Edwards PC, Kelsch R. Oral Lichen Planus: Clinical Presentation and


Management. J Can Dent Assoc 2002; 68(8): 494-9
2. Eisen D, Carozzo M, Sebastian JVB, Thongprasom K. Oral lichen planus:
clinical features and management. Oral Diseases 2005;11: 338-49
3. Chan ESY, Thornhill M, Zakrzewska JJM. Interventions for treating oral
lichen planus (Review). The Cochrane Library 2008; 4: 1-23
4. Sugerman PB, et al. The Pathogenesis of Oral Lichen Planus. Crit Rev
Oral Biol Med 2002; 13(4): 350-65.
5. Al-Hashimi I et al. Oral lichen planus and oral lichenoid lesions: diagnostic
and therapeutic considerations. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol
Endod 2007; 103 (suppl 1): S25- S31.
6. Scully C. 2013. Oral and Maxillofacial Medicine The Basis of Diagnosis and
Treatment. Edisi Ke-3. Elsevier: Philadelphia. Hal 192-200
7. Neville B.W, Damm D.D, dkk. 2009. Oral and Maxillofacial Pathology. Edisi
Ke-3. Elsevier : Philadelphia. Hal 782-788
8. Langlais R.P, Miller C.S, Gehrig J.N. 2009. Atlas Berwarna Lesi mulut Yang
Sering Ditemukan (Colour Atlas of Common Oral Disease). Edisi Ke-4. EGC
: Jakarta. Hal 142
9. Regezi J.A, Scuiba J.J, Jordan R.C.K.2008.Oral Pathology Clinical Pathology
Clinical Pathologic Corelation. Elsevier : Philadephia. Hal 90-95.
10. Greenberg M.S, Glick M, Ship J.A. 2008. Burket’s Oral Medicine. Edisi Ke-
11. Decker Inc : Ontario. Hal 89-95
11. Ismail, Sumairi B. 2014. Oral Lichen Planus and Lichenoid Reactions
:Etiophatogenesis, Diagnosis, Management, and Malignant Transformation.
12. Sepna, N., Vandana , K.L. 2010. Idiopatic Linear Leukoplakia Of Gingiva : A
Rare Case Report. J Indian Soc Periodontal. 14(3)198-200.
13. Mihai,MM., Bumbacea, R.S., Orzan, OA., et al. 2015. Familial Case of
White Sponge Nevus – Diagnosis and Therapeuticak Challenges. Acta
Dermatovenerol Croat 2015;23(3). Pp.228.

18

Anda mungkin juga menyukai