Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh

daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala.

Berdasarkan penyebabnya digolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala

sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas kelainan

anatomi atau kelainan struktur, yaitu migrain, nyeri kepala tipe tegang, nyeri

kepala klaster dan nyeri kepala primer lainnya. Nyeri kepala sekunder adalah

nyeri kepala yang jelas terdapat kelainan anatomi maupun kelainan struktur dan

bersifat kronis progresif, antara lain meliputi kelainan non vaskuler.

Nyeri kepala merupakan masalah umum yang sering dijumpai dalam

praktek seharihari. Nyeri kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap

bagian tubuh di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bukan hanya

masalah fisik semata sebagai sebab nyeri kepala tersebut namun masalah psikis

juga sebagai sebab dominan. Untuk nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor fisik

lebih mudah didiagnosis karena pada pasien akan ditemukan gejala fisik lain yang

menyertai sakit kepala, namun tidak begitu halnya dengan nyeri kepala yang

disebabkan oleh faktor psikis. Nyeri kepala yang sering timbul di masyarakat

adalah nyeri kepala tanpa kelainan organik, dengan kata lain adalah nyeri kepala

yang disebabkan oleh faktor psikis.

Nyeri kepala merupakan gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai

kelainan baik struktural maupun fungsional, sehingga dibutuhkan sebuah

1
klasifikasi untuk menentukan jenis dari nyeri kepala tersebut. Sejak tahun 1985

International Headache Society (IHS) mulai mengembangkan system klasifikasi

dari nyeri kepala dan akhirnya pada tahun 1988 dihasilkan klasifikasi nyeri kepala

sebagai berikut : Nyeri kepala yang paling sering ditemukan di masyarakat adalah

nyeri kepala migren dan nyeri kepala tegang otot (nyeri kepala tipe tegang).

Dalam pembahasan ini, kami akan membahas tentang salah satu jenis nyeri kepala

yakni nyeri kepala tegang otot (tension headache).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1. Apa saja yang ditanyakan pada anamnesa?

2. Apa diagnosa kasus dan diagnosa differensial?

3. Apa penatalaksanaan pada kasus?

4. Apa prognosa kasus?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Mahasiswa mengetahui pertanyaan apa saja pada anamnesa

2. Mahasiswa mengetahui diagnosa kasus dan diagnosa differensial.

3. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan pada kasus.

4. Mahasiswa mengetahui prognosa kasus.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tension headache atau nyeri kepala kontraksi otot adalah nyeri yang

ditimbulkan akibat kontraksi menetap otot-otot kulit kepala, dahi dan leher yang

disertai dengan vasokonstriksi ekstrakranium. Nyeri ditandai dengan rasa kencang

seperti pita disekitar kepala dan nyeri tekan di daerah oksipitoservikalis.

2.2 Etiologi

Penyebab tension headache belum diketahui pasti, namun kontraksi otot

dapat dipicu oleh factor-faktor psikogenik :

- Ansietas (kecemasan)

- Physical dan stress emotional (Emergency department factsheet,

2008).

- Penyakit lokal pada kepala dan leher (spondilosis servikal, maloklusi

gigi)

- Ketegangan/Stress

- Lama membaca, mengetik atau konsentrasi (eye strain)

2.3 Faktor-Faktor Pencetus Tension Headache

1. Stres

2. Kelelahan

3. Kurang tidur

3
4. Terlambat makan

5. Tegang.

Sumber lainnya menyatakan, faktor pencetus tension headache, diantaranya;

- Stres – Muncul pada saat sore hari setelah mengalami stres panjang

selama bekerja atau setelah ujian

- Kurangnya tidur /Sleep deprivation

- Posisi yang tidak nyaman yang menyebabkan stres / posisi yang tidak

benar.

- Waktu makan yang tidak pasti (lapar)

- Kelelahan Mata

- Withdrawal Kafein (Penghentian oleh efek kafein)

1. Peristiwa stres tertentu

Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus sekitar

87%, exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life

time depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai

adanya defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya.

1. depresi

2. kecemasan

3. kurang tidur atau perubahan pola tidur rutin

Jadwal tidur yang berubah juga bisa membuat sakit kepala, misalnya tidur

terlambat. Sebisa mungkin tidur teratur.

2. Tidak makan

4
Hindari makan atau minum sesuatu yang sensitif, khususnya sebelum

melakukan kegiatan fisik. Rasa lapar juga bisa membuat kita sakit kepala.

Pasalnya, pembuluh darah akan melebar setiap kali kadar gula darah turun. Jadi,

sebisa mungkin makan secara teratur.

3. Posisi tubuh yang salah saat tidur

Sakit kepala karena tegang. Gejalanya diawali dengan ketegangan di otot

leher, bahu, dan tengkorak akibat tekanan emosional. Sakitnya selalu berawal dari

kepala belakang, merambat ke depan, lalu ke kedua sisi kepala.

4. Bekerja dalam posisi yang tidak enak

Leher tegang akibat bekerja sambil duduk yang terlalu lama, misalnya

mengetik dengan komputer.

5. Kurangnya aktifitas fisik

6. Kegiatan fisik yang intens, termasuk aktifitas seksual, perubahan hormonal

yang berhubungan dengan menstruasi, kehamilan, atau penggunaan

hormon,

7. Penggunaan obat untuk sakit kepala yang berlebihan.

2.4 Patogenesis

Kejadian sakit kepala ketegangan tentu lebih besar dari migrain. Namun,

kebanyakan pasien mengobati sakit kepala ketegangan sendiri dan tidak mencari

nasihat medis. Seperti migrain, sakit kepala ketegangan lebih sering terjadi pada

wanita dibandingkan pria. Tidak seperti migrain, mereka jarang dimulai pada

masa kanak-kanak atau remaja tetapi lebih mungkin terjadi pada usia pertengahan

5
dan bertepatan dengan kecemasan, kelelahan, dan depresi di saat susah hidup.

Pada seri besar Lance dan Curran, sekitar sepertiga dari pasien dengan sakit

kepala ketegangan terus-menerus telah siap mengakui gejala depresi. Berdasarkan

pengalaman praktisi, kecemasan kronis atau depresi berbagai tingkat keparahan

hadir dalam sebagian besar pasien dengan sakit kepala berkepanjangan. Migrain

dan sakit kepala traumatis mungkin rumit oleh sakit kepala ketegangan, yang,

karena ketekunan, sering membangkitkan kekhawatiran tumor otak atau penyakit

intrakranial lainnya. Namun, seperti Patten menunjukkan, tidak lebih dari satu

atau dua pasien dari setiap ribu dengan sakit kepala ketegangan akan ditemukan

pelabuhan tumor intrakranial, dan dalam pengalaman kami, penemuan tumor telah

paling sering disengaja (lihat lebih lanjut pada).

Dalam kelompok besar pasien, sakit kepala, bila berat, mengembangkan

kualitas berdenyut, yang istilah ketegangan-ketegangan migrain atau sakit kepala

vaskular-telah diterapkan (Lance dan Curran). Ini terutama terjadi pada pasien

dengan sakit kepala harian berlarut-larut dan kronis. Pengamatan seperti ini

cenderung mengaburkan perbedaan yang tajam antara migren dan sakit kepala

ketegangan dalam beberapa kasus.

Selama bertahun-tahun itu mengajarkan bahwa ketegangan sakit kepala

yang disebabkan kontraksi berlebihan dari otot craniocervical dan penyempitan

terkait dari arteri kulit kepala. Namun, tidak jelas bahwa salah satu dari

mekanisme berkontribusi terhadap usul ketegangan sakit kepala, setidaknya dalam

bentuk yang kronis. Sampai saat ini telah merasa bahwa pada kebanyakan pasien

dengan sakit kepala tegang, otot-otot craniocervical cukup santai (palpasi) dan

6
tidak menunjukkan bukti kontraksi terus-menerus ketika diukur dengan

permukaan (EMG) rekaman elektromiografi. Anderson dan Frank tidak

menemukan perbedaan dalam tingkat kontraksi otot antara migrain dan sakit

kepala tegang. Namun, dengan menggunakan perangkat laser yang cerdik, Sakai

et al telah melaporkan bahwa otot perikranium dan trapezius yang mengeras pada

pasien dengan sakit kepala karena tegang. Baru-baru ini, oksida nitrat telah

terlibat dalam asal-usul ketegangan-jenis sakit kepala, khususnya dengan

menciptakan sensitisasi sentral untuk stimulasi sensorik dari struktur tengkorak.

Dukungan kuat untuk konsep ini berasal dari beberapa laporan bahwa inhibitor

oksida nitrat mengurangi kekerasan otot dan nyeri pada pasien dengan sakit

kepala kronis ketegangan.

Faktor pencetus :

 Stress Psikologik

 Gangguan tidur

 Stress Fisik

2.5 Manifestasi Klinis

Nyeri kepala yang dirasakan penderita tension headache sering dilaporkan

sebagai serangan nyeri kepala berulang yang berlangsung dalam hitungan menit

sampai hari, dengan sifat nyeri yang biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari

ringan sampai berat, bilateral, tidak dipicu oleh aktifitas fisik dan gejala

penyertanya tidak menonjol. Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal,

7
rasa kencang pada daerah bitemporal atau bioksipital, atau seperti diikat sekeliling

kepala. Nyeri ini juga dapat menjalar sampai ke bahu. Nyeri tidak berdenyut,tidak

ada nausea, fotofobia dan fonofobia. Bila berlangsung lama pada palpasi dapat

ditemukan daerah-daerah yang membenjol keras berbatas tegas dan nyeri tekan.

Pada yang episodik pasien jarang berobat ke dokter karena sebagian besar sembuh

dengan obat-obat analgetik bebas yang beredar dipasaran. Pada yang kronis

biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya seperti

kecemasan dan depresi. Oleh sebab itu, perlu dievaluasi adanya stres kehidupan,

pekerjaan, kebiasaan, sifat kepribadian tipe perfeksionis, kehidupan perkawinan,

kehidupan sosial, seksual, dan cara pasien mengatasinya.

Gejala lain yang dapat ditemukan seperti gangguan tidur (sering terbangun

atau bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun, palpitasi

dan gangguan haid. Keluhan emosi antara lain perasaan bersalah, putus asa, tidak

berharga, takut sakit atau mati,dll. Keluhan psikis yaitu konsentrasi buruk, minat

menurun, ambisi menurun atau hilang, daya ingat buruk dan mau bunuh diri.

Pasien sering menghubungkan nyeri kepalanya secara tidak proposional dengan

kejadian yang pernah dialaminya seperti kecelakaan, trauma, kematian orang yang

dicintai bekas suntikan, tindakan operasi, kehilangan pekerjaan, atau masalah

masalah lainnya.

2.6 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologis

komprehensif adalah kunci evaluasi klinis TTH dan dapat menyediakan petunjuk

potensial terhadap penyebab penyakit (organik, dsb) yang mendasari terjadinya

8
TTH. Pada palpasi manual gerakan memutar kecil dan tekanan kuat dengan jari ke

dua dan ke tiga di daerah frontal, temporal, masseter, pterygoid,

sternocleidomastoid, splenius, dan otot-otot trapezius, dijumpai pericranial

muscle tenderness, dapat dibantu dengan palpometer.

Pericranial tenderness dicatat dengan Total Tenderness Score. Menurut

referensi lain, prosedurnya sederhana, yaitu: delapan pasang otot dan insersi

tendon (yaitu: otot-otot masseter, temporal, frontal, sternocleidomastoid,

trapezius, suboccipital, processus coronoid dan mastoid) dipalpasi. Palpasi

dilakukan dengan gerakan rotasi kecil jari kedua dan ketiga selama 4-5 detik.

Tenderness dinilai dengan empat poin (0,1,2, dan 3) di tiap lokasi (local

tenderness score); nilai dari kedua sisi kiri dan kanan dijumlah menjadi skor

Tenderness total (maksimum skor 48 poin). Penderita TTH diklasifikasikan

sebagai terkait (associated) (skor tenderness total lebih besar dari 8 poin) atau

tidak terkait (not associated) (skor tenderness total kurang dari 8 poin) dengan

pericranial tenderness.

Pada TTH juga dijumpai variasi TrPs, yaitu titik pencetus nyeri otot

(muscle trigger points). Baik TrPs aktif maupun laten dijumpai di otot-otot leher

dan bahu penderita TTH. TrPs berlokasi di otot-otot splenius capitis,splenius

cervicis, semispinalis cervicis, semispinalis capitis, levator scapulae, upper

trapezius, atau suboccipital. TrPs di otot-otot superior oblique, upper trapezius,

temporalis, sub occipital, dan sternocleidomastoid secara klinis relevan untuk

diagnosis TTH episodik dan kronis.

9
Diagnostik penunjang TTH adalah pencitraan (neuroimaging) otak atau

cervical spine, analisis CSF, atau pemeriksaan serum dengan laju endap darah

(erythrocyte sedimentation rate), atau uji fungsi tiroid.

Neuroimaging terutama direkomendasikan untuk: nyeri kepala dengan

pola atipikal, riwayat kejang, dijumpai tanda/gejala neurologis, penyakit

simtomatis seperti: AIDS (acquired immuno deficiency syndrome), tumor, atau

neurofi bromatosis. Pemeriksaan funduskopi untuk papilloedemaatau

abnormalitas lainnya penting untuk evaluasi nyeri kepala sekunder.

2.7 Diagnosis

Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis dan dilihat dari manifestsi

klinik yang ada berupa:

1. Dull, nyeri kepala

2. Sensasi sesak atau tekanan di dahi atau pada bagian samping dan

belakang kepala,

3. Kelembutan pada kulit kepala, otot bahu dan leher

4. Kadang-kadang, kehilangan nafsu makan

Sebuahsakit kepala tegangdapat berlangsung dari30menit sampaisatu

minggu. Penderita mungkin mengalamisakit kepala inihanya kadang-kadang, atau

hampirsepanjang waktu. Jikasakit kepalaterjadi 15hari atau lebih dalam sebulan

setidaknya selama tigabulan, makadianggapkronis. Jika penderita memilikisakit

kepala yang terjadi kurang dari 15 kali dalam sebulan, sakit kepala tersebut

10
dianggap episodik. Namun, penderita dengan Sakit kepala episodik sering berada

pada risiko lebih tinggi terkena sakit kepala kronis.

2.8 Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan adalah reduksi frekuensi dan intensitas nyeri

kepala (terutama TTH) dan menyempurnakan respon terhadap terapi abortive.

Terapi dapat dimulai lagi bila nyeri kepala berulang.Masyarakat sering mengobati

sendiri TTH dengan obat analgesik yang dijual bebas, produk berkafein, pijat,

atau terapi chiropractic.

Terapi TTH episodik pada anak: parasetamol, aspirin, dan kombinasi

analgesik. Parasetamol aman untuk anak. Asam asetilsalisilat tidak

direkomendasikan pada anak berusia kurang dari 15 tahun, karena kewaspadaan

terhadap sindrom Reye. Pada dewasa, obat golongan anti-infl amasi non steroid

efektif untuk terapi TTH episodik. Hindari obat analgesik golongan opiat (misal:

butorphanol). Pemakaian analgesik berulang tanpa pengawasan dokter, terutama

yang mengandung kafein atau butalbital, dapat memicu rebound headaches.

Beberapa obat yang terbukti efektif: ibuprofen (400 mg), parasetamol

(1000 mg), ketoprofen (25 mg). Ibuprofen lebih efektif daripada parasetamol.

Kafein dapat meningkatkan efek analgesik. Analgesik sederhana, nonsteroidal

anti-infl ammatory drugs(NSAIDs), dan agen kombinasi adalah yang paling

umum direkomendasikan (Tabel 1).

Suntikan botulinum toxin (Botox) diduga efektif untuk nyeri kepala

primer, seperti: tension-type headache, migren kronis, nyeri kepala harian kronis

11
(chronic daily headache). Botulinum toxin adalah sekelompok protein produksi

bakteri Clostridium botulinum. Mekanisme kerjanya adalah menghambat

pelepasan asetilkolin di sambungan otot, menyebabkan kelumpuhan flaksid.

Botox bermanfaat mengatasi kondisi di mana hiperaktivitas otot berperan

penting. Riset tentang Botox masih berlangsung. Intervensi nonfarmakologis

misalnya: latihan relaksasi, relaksasi progresif, terapi kognitif, biofeedback

training, cognitive-behavioural therapy, atau kombinasinya. Solusi lain adalah

modifi kasi perilaku dan gaya hidup. Misalnya: istirahat di tempat tenang atau

ruangan gelap.

Peregangan leher dan otot bahu 20-30 menit, idealnya setiap pagi hari,

selama minimal seminggu. Hindari terlalu lama bekerja di depan komputer,

beristirahat 15 menit setiap 1 jam bekerja, berselang-seling, iringi dengan

instrumen musik alam/klasik. Saat tidur, upayakan dengan posisi benar, hindari

suhu dingin. Bekerja, membaca, menonton TV dengan pencahayaan yang tepat.

Menuliskan pengalaman bahagia. Terapi tawa. Pendekatan multidisiplin adalah

strategi efektif mengatasi TTH. Edukasi baik untuk anak dan dewasa, disertai

intervensi nonfarmakologis dan dukungan psikososial amat diperlukan

2.9 Diagnosis Banding

Diagnosis Banding Tension Headache yaitu; Cluster Headache, Migren

headache, Abses Otak, Encephalitis, Glaucoma Acute Angle-Closure,Meningitis,

Otitis Media, Stroke, dan lain-lain.Namun pada pembahasan ini akan dibahas

Cluster headache dan Migrain Headache.

12
1. Cluster headache

Cluster headache/nyeri kepala cluster adalah suatu sindrom nyeri

kepala neurovascular yang khas dan dapat disembuhkan, walaupun

insidensinya jauh lebih jarang daripada migren. Berbagai nama pernah

digunakan untuk penyakit ini, termasuk nyeri kepala histamin, nyeri kepala

Horton, nyeri kepala migrenosa, dan neuralgia nocturnal paroksismal. Tipe

episodik adalah tipe tersering dan ditandai dengan satu sampai tiga serangan

singkat nyeri periorbita per hari selama periode 4 sampai 8 minggu (clusters)

diikuti oleh interval bebas-nyeri yang lamanya rata-rata 1 tahun.Pola sakit

kepala ini terjadi terutama pada pria dewasa muda (kisaran 20 sampai 50

tahun, laki-laki untuk -perempuan rasio 5:1) dan ditandai oleh lokalisasi

orbital yang konsisten unilateral.

Berikut ini dapat memicu serangan cluster:

 Alkohol dan merokok

 Tinggi ketinggian (trekking, perjalanan udara)

 Terang cahaya (termasuk sinar matahari)

 Pengerahan tenaga

 Panas (cuaca panas, mandi air panas)

 Tinggi nitrit makanan (seperti bacon dan daging diawetkan)

 Obat-obat tertentu

 Kokain

13
Patogenesis nyeri kepala cluster tidak diketahui. Tidak ada perubahan

aliran darah serebrum yang konsisten yang dibuktikan menyertai serangan nyeri.

Pada salah satu teori, patofisiologi dasar diperkirakan adalah sistem vascular

trigeminus, jalur akhir bersama, dengan nyeri dipicu secara siklis oleh suatu

pemacu (pacemaker) sentral yang terganggu. Pemacu mengalami modulasi oleh

proyeksi-proyeksi rafe dorsal serotonergik. Dengan demikian, baik nyeri kepala

migren maupun cluster mungkin disebabkan oleh kelainan neurotransmisi

serotonergik, walaupun dengan lokasi berbeda.

Sakit kepala serangan selalu terjadi pada sisi kepala yang sama. Rasa sakit

ini terutama dirasakan pada mata, dahi dan pelipis.

 Rasa sakit mencapai maksimum dalam 10-20 menit. Setiap

serangan berlangsung dari setengah jam sampai dua jam, serangan

dapat terjadi "pada jadwal" pada waktu yang sama dari hari setiap

hari (selama cluster), terutama pada malam hari.Sejumlah serangan

dapat terjadi "dalam seri" dalam periode 24-jam.

 Rasa sakit ini sangat intens, sering berdenyut dan berdenyut-

denyut.

 Serangan biasanya disertai dengan temua objektif sebagai berikut:

 Sindrom Horner dari mata ipsilateral.

 Sebuah red eye, berlinang air dan eritema periorbital.

 terjadi peningkatan sekresi hidung sehingga hidung membesar.

14
 Serangan muncul selama periode yang disebut "cluster," minggu

abadi atau bulan, cluster bergantian dengan interval bulan

attackfree abadi atau tahun.

2.10 Prognosa

Nyeri kepala tegang otot ini pada kondisi tertentu dapat menyebabkan

nyeri yang menyakitkan, tetapi tidak membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh

dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar

belakangnya jika merupakan nyeri kepala tegang otot yang timbul akibat

pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa

analgetik. Nyeri kepala tipe tegang ini biasanya mudah diobati sendiri. Dengan

pengobatan, relaksasi, perubahan pola hidup, dan terapi lain, lebih dari 90%

pasien sembuh dengan baik.

15
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Skenario Kasus

Seorang wanita usia 30 tahun datang ke UGD dengan nyeri kepala hebat

sejak 1 hari yang lalu di sertai mual dan muntah.pasien juga mengeluhkan pusing

berputar dn nyeri pada tengkuknya pasien sering mengalami nyeri kepala seperti

ini tapi hanya makan obat yang di beli sendiri saja .pada pemeriksaan vital sign

daam batas normal,status neurologiis dalam batas normal.

3.2 Analisa Masalah

3.2.1 Anamnesis

1. Nyeri tersebar secara difus, intensitas nyeri ringan-sedang

2. Periode nyeri kepala 30 menit-1 minggu. Nyeri bisa timbul periodik atau

kontinyus.

3. Lokasi nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang,

kemudian menjalar ke kepala bagian belakang dan kepala bagian depan.

Pada beberapa kasus dapat ditemukan penjalaran nyeri ke bahu

4. Karakteristik nyeri kepala: Berat, pegal, rasa kencang bitemporal dan

bioksipital, atau seperti diikat disekeliling kepala. Nyeri kepala tidak

berdenyut. Mual muntah (-)

5. Pada TTH kronis sering didapatkan faktor psikologis yang terlibat, cemas

(+) atau depresi (+)

16
Pemeriksaan fisik dan neurologis dalam batas normal

3.2.2 Diagnosa :

Pada kasus pasien di dioagnosa mix headech dikarenakan pasien

menderita tension headech dan disertai gejala vertigo .Nyeri kepala yang

dirasakan penderita tension headache sering dilaporkan sebagai serangan nyeri

kepala berulang yang berlangsung dalam hitungan menit sampai hari, dengan sifat

nyeri yang biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan sampai berat,

bilateral, tidak dipicu oleh aktifitas fisik dan gejala penyertanya tidak menonjol.

Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada daerah

bitemporal atau bioksipital, atau seperti diikat sekeliling kepala. Nyeri ini juga

dapat menjalar sampai ke bahu. Nyeri tidak berdenyut,tidak ada nausea, fotofobia

dan fonofobia. Bila berlangsung lama pada palpasi dapat ditemukan daerah-

daerah yang membenjol keras berbatas tegas dan nyeri tekan.

Pada yang episodik pasien jarang berobat ke dokter karena sebagian besar

sembuh dengan obat-obat analgetik bebas yang beredar dipasaran.Dan kemudian

di ikuti dengan adanya gejala Vertigo dapat terjadi tiba-tiba dan berlangsung

sebentar, tapi dapat pula terjadi selama beberapa hari. Vertigo yang berat bisa

membuat kita tidak dapat bagun dari tempat tidur dan hal ini akan mempengaruhi

aktivitas. Untuk itu, gejala vertigo dapat bervariasi tergantung berat ringannya.

Gejala yang dirasakan antara lain :

 Tempat berpijak terasa berputar atau bergerak-gerak

 Benda di sekitar bergerak atau berputar

17
 Mual

 Muntah

 Sulit berdiri atau berjalan

 Sensasi kepala terasa ringan

 Tidak dapat memfokuskan pandangan

Sebelum dilakukan pengobatan maka ketahui dulu sifat dan penyebab dari

vertigo. Gerakan bola mata yang abnormal menunjukkan adanya kelainan fungsi

di telinga bagian dalam atau saraf yang menghubungkannya dengan otak. Gerakan

bola mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah disebut

Nistagmus. Nistagmus bisa dirangsang dengan menggerakakn kepala pasien

secara tiba-tiba dan dengan cara meneteskan air dingin ke dalam telinga pasien.

Arah dari gerakan bola mata tersebut bisa membantu dalam menegakkan

diagnosis.

3.2.3 Pemeriksaan Penunjang

Diagnostik penunjang TTH adalah pencitraan (neuroimaging) otak atau

cervical spine, analisis CSF, atau pemeriksaan serum dengan laju endap darah

(erythrocyte sedimentation rate), atau uji fungsi tiroid.

Neuroimaging terutama direkomendasikan untuk: nyeri kepala dengan

pola atipikal, riwayat kejang, dijumpai tanda/gejala neurologis, penyakit

simtomatis seperti: AIDS (acquired immuno deficiency syndrome), tumor, atau

18
neurofi bromatosis. Pemeriksaan funduskopi untuk papilloedemaatau

abnormalitas lainnya penting untuk evaluasi nyeri kepala sekunder.

3.2.4 Diagnosis Banding

DD :

1. Tumor Otak

2. Cluster headache

3.2.5 Penatalaksanaan

3.2.5.1 Terapi Akut TTH

Medikamentosa Dosis Maksimum Level Rekomendassi

Paracetamol/ Acetaminopen 500-1000 mg A

Aspirin 500-1000 mg A

Ibuprofen 200-800 mg A

Ketaprofen 25-50 mg A

Naproxen 375-550 mg A

Diclofenac 12,5- 100 mg A

Caffeine 65-200 mg B

Keterangan : Level A: Effectife

Level B: Probably Effectife

 Pemberian Obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat

digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika

19
muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek

(nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping

obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien

bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan

membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.

3.2.5.2 Terapi Preventif Non-Farmakologis TTH

Terapi Level Rekomendasi

EMG (electromyography) biofeedback A

Cognitive-behavioral therapy C

Pelatihan relaksasi C

Terapi fisik C

Acupunture C

Keterangan: Level A: Effectife

Level B: Probably Effectife

Level C: Possibly Effective

3.2.6 Prognosa

Nyeri kepala tegang otot ini pada kondisi tertentu dapat menyebabkan

nyeri yang menyakitkan, tetapi tidak membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh

dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar

belakangnya jika merupakan nyeri kepala tegang otot yang timbul akibat

20
pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa

analgetik. Nyeri kepala tipe tegang ini biasanya mudah diobati sendiri. Dengan

pengobatan, relaksasi, perubahan pola hidup, dan terapi lain, lebih dari 90%

pasien sembuh dengan baik.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang

menekan, mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh

aktivitas fi sik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai/minimal mual

dan/atau muntah, serta disertai fotofobia/fonofobia. Prevalensi bervariasi antara

11-93%, cenderung lebih sering pada wanita.

Etiopatofi siologi TTH adalah multifaktorial. Diagnostik klinis ditegakkan

berdasarkan kriteria International Classifi cation of Headache Disorders (ICHD).

Pemeriksaan fi sik dapat menjumpai pericranial tenderness, yang

dicatat dengan Total Tenderness Score.

Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi dan bila perlu.

Penegakan diagnosis mempertimbangkan aspek diagnosis banding dan

komorbiditas. Penatalaksanaan meliputi farmakologis dan nonfarmakologis.

Pencegahan dengan medikamentosa dan berpola hidup sehat-seimbang. Prognosis

baik.

22
DAFTAR PUSTAKA

Price A. Sylvia, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi konsep klinis proses-proses

penyakit Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC . 2005. p.1096

Ginsberg L. Lecture notes neurologi. Edisi 8. Jakarta : Penerbit Erlangga.2008.

p.75

dr. Rubiana H. Sp. S. Majalah kesehatan Health first, RS pondok indah. Vol. 4 •

Oktober-Desember 2008

Nuzulul Zulkarnaini. UNAIR. ASKEP sakit Kepala (Headache).[Online]2011

October 13.[cited on 2013 March 18].[11 screens]. Available from: URL:

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35567-

Kep%20Neurobehaviour-

Askep%20Sakit%20Kepala%20%28Headache%29.html

Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors, Principles of neurology. 8th ed. New

York: Mc Graw Hill; 2005. p. 155,157

Blanda Michelle, Pamela Dyne, Tension headache different diagnosis. [Online]

2012 May 17. [cited on 2013 March 19]. [3 screens]. Available

from:URL: http://emedicine.medscape.com/article/792384-differential

A.D.A.M. Medical Encyclopedia. Cluster Headache. [online] 2 Nov 2012 [cited

18 Mar 2013] Availabe from : URL:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001790/

Mumenthaler M, Mattle H. Fundamentals of neurology. New York: Thieme;

2006. p. 249

23
USU. Tinjauan Pustaka Nyeri Kepala.[Online]2011 January 10. [cited on 2013

March 18].[11 Screens]. Available from:URL:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21509/4/Chapter%20II.p

df

A.D.A.M. Tension headache. [Online] 2011 November 7. [cited on 2013 March

19] .[4 screens]. Available from: URL:

http://health.nytimes.com/health/guides/disease/tension-

headache/diagnosis.html

Sidharta Priguna, Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian Rakyat.

Nyeri Kepala type tension headache. [Online] 2010 November 17 [cited on 2013

March 18].[11 screens].Available from: URL:

http://tovanmabez.blogspot.com/2010/11/nyeri-kepala-tension-type-

headache.html

Repository USU. Chapter II.[Online].[cited on 2013 March 20].[25 screens].

Available from: URL;

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31992/4/Chapter%20II.p

df

24

Anda mungkin juga menyukai