PENDAHULUAN
Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur yang biasa dan sering dilakukan
oleh dokter gigi.Pencabutan gigi bisa berhasil dilakukan, akan tetapi dapat juga
pasca pencabutan gigi juga terkadang berdampak menjadi sangat serius dan terkadang
fatal bagi pasien. Terdapat banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dan diketahui
dicegah.Untuk itu sangat penting bagi operator untuk mengetahui tindakan apa yang
seharusnya dilakukan, sehingga suatu komplikasi tidak akan membuat kondisi pasien
menjadi buruk. 1
lainadalah edema, perdarahan, rasa nyeri, dan dry socket. Menurut penelitian yang
TINJAUAN PUSTAKA
gigitanpa rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap
jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna.
Pencabutan gigi merupakan salah satu prosedur bedah dalam bidang kedokteran gigi.2
Starhak, indikasi dilakukan pencabutan gigi adalah sebagai berikut. Gigi dengan
patologis pulpa, baik akut ataupun kronik, yang tidak mungkin dilakukan terapi
endodontik harus dicabut, gigi dengan karies yang besar, baik dengan atau tanpa
penyakit pulpa atau periodontal, penyakit periodontal yang terlalu parah untuk
trauma harus dicabut untuk mencegah kehilangan tulang yang lebih besar lagi,
beberapa gigi yang terdapat pada garis fraktur rahang harus dicabut untukmengurangi
pencabutan gigi seperti faktor lokal danperikoronitis akut pada molar 3 dengan fasial
selulitis, gingivitis, stomatitis,sinusitis akut maksila pada molar dan premolar atas
2.2 Luka
Luka adalah peristiwa yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia.
Terjadinya luka dapat disebabkan oleh trauma fisik, kimia, termal, mikroba atau
jaringan epitel dengan atau tanpa kehilangan jaringan ikat yang mendasarinya .
Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespon adanya perlakuan dengan proses
penyembuhan luka, yaitu suatu usaha untuk memperbaiki kerusakan jaringan yang
terjadi. 4
sering terkontaminasi oleh berbagai jenis bakteri rongga mulut. Proses penyembuhan
luka yang cepat diperlukan untuk segera dapat mengembalikan struktur anatomi dan
fungsi fisiologis jaringan yang mengalami luka. Proses yang mengarah terhadap
bermacam-macam interaksi sel yang berbeda dengan mediator sitokin dan matriks
Fase hemostasis terjadi dalam beberapa menit dari awal cedera kecuali ada
gangguan pembekuan yang mendasari . Fase ini terdiri dari dua proses utama yaitu
terbentuknya bekuan fibrin dan koagulasi, pada awal terjadinya luka atau trauma
darah, endotel terlepas maka jaringan subendotel terbuka sehingga trombosit melekat
disebut adhesi trombosit. Pada adhesi trombosit faktor Von Willebrand berperan
diphosphate (ADP) dan serotonin yang akan merangsang trombosit lain untuk saling
melekat atau beragregasi membentuk gumpalan yang akan menyumbat luka pada
dinding vaskuler .7
Trombosit yang beragregasi juga mengeluarkan isi granula seperti ADP dan
Trombosit tersebut bersifat semi permeable, jadi tidak dapat dilewati eritrosit tetapi
diaktifkan sehingga akhirnya terbentuk fibrin. Fibrin akan mengubah trombosit yang
semi permeable menjadi non permeable sehingga tidak dapat dilewati oleh cairan .7
Fase inflamasi ini disertai gejala klinis antara lain peningkatan panas (kalor),
Setelah terbentuk jendalan darah sel-sel inflamasi terutama neutrofil dan makrofag
akan bermigrasi ke jendalan darah . Pada hari kedua dan ketiga setelah luka, populasi
sel inflamasi yang lebih dominan adalah makrofag. Selain fagositosis, makrofag juga
mensekresi sitokin dan growth factor penting pada proses penyembuhan luka.
Tahap ketiga adalah fase proliferasi yang berlangsung antara 2 hari sampai 3
minggu setelah fase inflamasi. Hal ini biasanya ditandai dengan angiogenesis
(pertumbuhan pembuluh darah baru dari sel endotel), deposisi kolagen, pembentukan
jaringan, epitelisasi dan kontraksi luka (Nagori dkk. 2011). Dalam fase ini, fibroblas
bermigrasi untuk memulai fase proliferasi dan deposito matriks ekstraselular baru
mana regenerasi kulit lanjut terjadi dan matriks kolagen baru kemudian menjadi
silang terkait dan terorganisir selama fase renovasi akhir (Thomson, 2000). Sel-sel
pericytes yang menumbuhkan lapisan luar kapiler dan sel-sel endotel yang
terbentuk pada fase ini (Bloemen dkk. 2010). Kekuatan jaringan meningkat karena
antar molekul kolagen melalui vitamin C tergantung hidroksilasi. Bekas luka merata
dan jaringan parut menjadi 80% sekuat jaringan aslinya (James dan Friday, 2010).
fisiologis jaringan atau organ yang pada kulit terjadi penyusunan kembali jaringan
kulit ditandai dengan terbentuknya epitel fungsional yang menutupi luka (Evelyn,
2008). Proses penyembuhan luka dipengaruhi pula oleh faktor lokal dan faktor umum
(Bryant, 2007) .
1. Faktor lokal meliputi : Sirkulasi (Hipovolemia) dan Oksigenasi, Hematoma,
dan leukosit.
leukosit. Sel ini akan berproliferasi dan bermigrasi menuju gumpalan darah. Dibentuk
Jaringan konektif yang baru terdiri dari sel-sel, kolagen dan serat-serat fiber.
Jaringan konektif awalnya berada pada bagian tepi soket selama 20 hari setelah
pada hari ke 38 setelah pencabutan biasanya sudah terisi dengan tulang muda, selama
2 – 3 bulan tulang telah menjadi mature dan terbentuk trabekula, setelah 3 – 4 bulan
Dimulai ketika terjadi penutupan 4 hari setelah pencabutan dan biasanya akan
penyembuhan soket yaitu sekitar 10 hari setelah pencabutan dan pada individu
berusia 6 dekade atau lebih yaitu sekitar 20 hari setelah pencabutan. Penyembuhan
yang dianggap sebagai kelanjutan abnormal dari pembedahan, yaitu perdarahan, rasa
sakit, edema dan dry socket.Tetapi apabila berlebihan maka perlu ditinjau apakah
komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah kegagalan dalam anastesi dan mencabut
gigi baik dengan tang atau dengan bein, fraktur dari gigi maupun mahkota yang
dicabut, fraktur tulang alveolar, fraktur tuberositas maksila, fraktur gigi tetangga,
pertama setelah pencabutan atau pembedahan gigi.Rasa sakit pada seseorang selalu
merasa berbeda, dimana rasa sakit tersebut memiliki ambang atau tingkatan yang
berbeda tiap manusia. Pengontrolan rasa sakit sangat tergantung pada dosis dan cara
pemberian obat terhadap pasien. Rasa sakit pada awal pencabutan gigi, terutama
merupakan kelanjutan normal dari setiap pencabutan dan pembedahan gigi, serta
merupakan reaksi normal dari jaringan terhadap cedera. Edema adalah reaksi
individual, yaitu trauma yang besarnya sama, tidak selalu mengakibatkan derajat
pembengkakan yang sama baik pada pasien yang sama atau pasien yang berbeda.
dan obat-obatan.1,2,
oral hygiene yang buruk dan gigi yang infeksi.6 Menurut Tong et al, menyimpulkan
Fraktur mahkota gigi dapat terjadi karena penggunaan tang atau teknik pencabutan
gigi yang tidak tepat atau karena gigi yangakan dicabut rapuh. Bila terjadi fraktur
mahkota, cara yang digunakan untuk mengeluarkan bagian yang tertinggal adalah
gigi atau akar dari perlekatannya dengan tulang.Pemisahan ini dilakukan dengan
membuang sebagian tulang yang menutupi akar gigi, kemudian pencabutan dilakukan
Komplikasi ini sering terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar dicapai
karena pandangan yang kurang luas.Fraktur tulang alveolar dapat disebabkan oleh
terjepitnya tulang alveolar secara tidak sengaja diantara ujung tang pencabut gigi atau
karena dari akar gigi itu sendiri, bisa pula bentuk dari tulang alveolar yang tipis atau
adanya perubahan patologis dari tulang itu sendiri. Untuk komplikasi fraktur alveolar,
dianjurkan untuk mengambil semua fragmen alveolar yang telah kehilangan setengah
Komplikasi ini disebabkan posisi tuberositas yang dekat sinus dan biasanya
sering terjadi pada gigi molar kedua rahang atas yang sudah tidak terdapat lagi gigi
disisi mesial atau distalnya.9, 10,11 Bila terjadi fraktur, hentikan penggunaan tang,
buatlah flap mukoperiosteal yang besar di bagian bukal. Gigi dan tuberositas yang
4. Fraktur mandibula
lunak dan imobilisasi sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak.
fragmen fraktur (secara tertutup (close reduction) dan secara terbuka (open
reduction)), fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi, sehingga fragmen tulang yang
tulang selesai.11,12,13.
Fraktur gigi antagonis terjadi karena penempatan alat dan cara pencabutan
gigi yang salah dapat menyebabkan rusaknya gigi antagonis atau gigi yang
merusak gusi yang yang melekat pada gigi waktu pencabutan gigi tersebut9,13
Kerusakan pada gusi dapat ditangani dengan pemilihanan dan teknik menggunakan
tang yang tepat. Jika gusi melekat pada gigi yang akan dicabut, maka harus dilakukan
pemisahan gusi dan tulang secara hati-hati dengan mengunakan rapatorium, scalpel
atau gunting sebelum dilakukan usaha lebih lanjut untuk mengeluarkan gigi tersebut.
9, 10,11,12,13
7. Perforasi sinus
ini lebih mudah terjadi pada gigi dengan keadaan adanya infeksi pada apikal karena
tulang antara akar dan sinus terlihat radang kronis sehingga rusak. Perforasi sinus
terkadang tidak diketahui pada pencabutan gigi oleh dokter gigi ataupun penderita
kalau sudah terjadi perforasi sinus.Biasanya hal ini ditandai dengan adanya cairan
yang keluar melalui hidung apabila penderita berkumur atau minum. Apabila terjadi
keras dari hidung, jangan kumur terlalu keraskurang lebih selama satu minggu.10,13
Gambar 5.komplikasi sinus maxilaris.9
8. Dry socket
Dry socket merupakan osteitis setempat yang mengenai seluruh atau sebagian
tulang yang padat yang membatasi soket gigi, yaitu lamina dura.Etiologinya tidak
jelas tetapi ada beberapa faktor predisposisi.Kerusakan bekuan darah ini dapat
disebabkan oleh trauma pada saat pencabutan (dengan komplikasi), kurangnya irigasi
saat dokter gigi melakukan tindakan juga dapat menyebabkan dry socket.15,22
Bila terjadi dry socket, maka tujuan perawatan harus mengurangi rasa sakit
yang hangat dan semua bekuan darah yang mengalami degenerasi dibuang. Tepi-tepi
tulang yang tajam harus diambil dengan tang knabel ataudihaluskan dengan sebuah
dalam socket. Berikan tablet analgesik, dan instrusikan pasien untuk kumur-kumur
dengan larutan saline hangat, dan beri instrusiagar pasien kembali dalam waktu 3 hari
untuk kontrol. Sebagian pasien yang telah dirawat dengan cara ini melaporkan adanya
pengurangan rasa sakit, tapi beberapa memerlukan adanya pengobatan lebih lanjut,
atau bahkan kauterisasi secara kimia pada tulang yang terbuka dan sangat sakit untuk
9. Pendarahan
atau pada salah satu lubang pada tubuh.Sedangkan perdarahan internal merupakan
primer terjadi ketika terjadi trauma pada suatu jaringan sebagai akibat langsung dari
rusaknya pembuluh darah. Menurut Woodruff (1974), perdarahan primer terjadi pada
24 jam setelah trauma. Perdarahan ini dapat terjadi akibat tergesernya benang jahit
adanyainfeksi.9,18
kumur selama 6 jam setelah operasi, karena berkumur akan menghancurkan bekuan
darah, terutama bekuan darah yang belum sempurna terbentuk dan akan
dari 1 unit (450 ml) pada 24 jam pertama pada pasien dewasa, harus dilakukan
tanda-tanda vital yang meliputi denyut nadi,pernapasan, dan tekanan darah, dilakukan
observasi pada pasien, apabila pasien dinilai stabil, perhatikan bagian yang
perawatan tidak terasa sakit. Vasokonstriktor yang digunakan pada obat anastesi
hanya boleh sedikit saja (1:100,000 epinefrin). Setelah itu, bekuan darah yang ada
dibersihkan dan bagian tersebut diperiksa apakah perdarahan berasal dari gingiva
(jaringan lunak), dinding tulang, atau keduanya. Perdarahan dari gingiva dapat
dikontrol dengan menjahit tepi luka. Apabila perdarahan bersumber dari tulang maka
soket diisi dengan spons gelatin atau oxidized cellulose gauze, material yang dapat
diabsorbsi, seperti gelfoam dan kemudian dijahit. Kemudian kasa yang besar
pasien selama 10-15 menit untuk melihat apakah terjadi perdarahan kembali. 9,
10,11,12.