Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Implan gigi merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang sehingga
diperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal. Implan gigi adalah suatu
alat yang ditanam secara bedah ke dalam jaringan lunak atau tulang rahang sehingga dapat
berfungsi sebagai akar pengganti untuk menahan gigi tiruan maupun jembatan.
Keuntungan implan gigi adalah restorasi tersebut sangat menyerupai gigi asli karena
tertanam di dalam jaringan sehingga dapat mendukung dalam hal estetik, perlindungan gigi
tetangga serta pengembangan rasa percaya diri.
Pada prinsipnya implan gigi memerlukan bahan yang dapat diterima jaringan tubuh,
cukup kuat dan dapat berfungsi bersama-sama dengan restorasi protesa di atasnya.

Menurut Boskar (1986) dan Reuther (1993), syarat implan gigi adalah sebagai berikut :
1. Biokompatibel

Yang dimaksud dengan biokompatibel adalah non toksik, non alergik, non
karsinogenik, tidak merusak dan mengganggu penyembuhan jaringan sekitar serta
tidak korosif.

2. Cukup kuat untuk menahan beban pengunyahan

3. Resistensi tinggi terhadap termal dan korosi

4. Elastisitasnya sama atau hampir sama dengan jaringan sekitar

5. Dapat dibuat dalam berbagai bentuk

A. Indikasi pemasangan implan gigi.


1. Pada pasien dengan ketebalan tulang rahang yang cukup.

2. Pasien dengan kebersihan rongga mulut yang baik.

3. Pasien yang kehilangan semua atau sebagian gigi geliginya, akan tetapi sulit memakai
gigi tiruan konvensional akibat adanya koordinasi otot mulut yang kurang sehingga
1
stabilitas gigi tiruan sulit tercapai atau adanya refleks muntah sehingga sulit memakai
gigi tiruan.

4. Pasien yang menolak gigi aslinya diasah untuk pembuatan gigi tiruan

B. Kontraindikasi pemasangan implan gigi.


1. Pada pasien dengan keadaan patologi pada jaringan lunak dan keras.
2. Luka ekstraksi yang baru.
3. Pasien dengan penyakit sistemik.
4. Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen implan.
5. Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism, merokok dan alkohol.
6. Pasien dengan kebersihan mulut yang buruk.

C. Klasifikasi Implan Gigi.


Implan dapat diklasifikasikan kepada tiga kategori, antara lain :
1. Berdasarkan bahan yang digunakan.
1.1. Logam
Terdiri dari Stainless Steel, Vitallium, Titanium dan logam. Pemakaian Stainless
Steel merupakan kontra indikasi bagi pasien yang alergi terhadap nikel,
pemakaiannya juga dapat menyebabkan arus listrik galvanik jika berkontak
dengan logam campuran atau logam murni. Vitallium paling sering digunakan
untuk kerangka implan subperiosteal. Titanium terdiri dari titanium murni dan
logam campuran titanium yang tahan terhadap korosi. Implan yang dibuat dari
logam dengan lapisan pada permukaan adalah implan yang menggunakan titanium
yang telah diselubungi dengan lapisan tipis keramik kalsium fosfat pada bagian
strukturnya.

1.2. Keramik
Keramik terdiri keramik bioaktif dan bio-inert. Bioaktif berarti bahan yang
memiliki kemampuan untuk merangsang pertumbuhan tulang baru disekitar
implan, contoh dari bahan ini adalah hidroksiapatit dan bioglass. Bio-inert

2
adalah bahan yang bertolenrasi baik dengan tulang tetapi tidak terjadi formasi
tulang.

1.3. Polimer dan komposit


Polimer dibuat dalam bentuk porus dan padat, digunakan untuk peninggian dan
penggantian tulang. Ia merupakan suatu bahan yang sukar dibersihkan pada
bagian yang terkontaminasi dan pada partikel porusnya karena sifatnya yang
sensitif terhadap formasi sterilisasi.

2. Berdasarkan penempatannya dalam jaringan.


2.1 Implan subperiosteal
Implan ini lebih lama dibanding jenis implan yang lain dan pertama sekali
diperkenalkan oleh Muller dan Dahl pada tahun 1948. Implan ini tidak ditanam ke
dalam tulang, melainkan diletakkan diatas tulang alveolar dan dibawah
periosteum. Terutama digunakan pada kondisi rahang yang mengalami atrofi yang
hebat, apabila pasien telah mengalami kegagalan berkali-kali dalam pemakaian
protesa atau pada kasus dimana proses atrofi menimbulkan rasa sakit pada daerah
mentalis. Implan ini memerlukan teknik insersi dua tahap. penggunaan implan
subperiosteal pada rahang atas telah dibatasi karena dilaporkan bahwa
keberhasilannya dalam lima tahun tidak mencapai 75%. Implan ini juga tidak
dianjurkan untuk ditempatkan pada tempat yang antagonisnya merupakan gigi asli.

2.2 Implan endosteal


Implan endosteal ditanam ke dalam tulang rahang melalui gusi dan periosteum,
sebagian tertanam dan terkait dalam tulang. Implan ini mempunyai tiga desain
dasar yaitu blade, cylinder dan screw. Dalam implan endosteal diharapkan terjadi
osseointegrasi yaitu penyatuan tulang dengan implan tanpa diperantarai jaringan
lunak. Popularitas implan endosteal semakin meningkat, terlihat dari banyaknya
pilihan desain yang dapat digunakan. Laporan-laporan menyebutkan bahwa tingkat
keberhasilannya dapat melebihi 15 tahun apabila teknik bedah dan perawatan
pasca bedah dilakukan dengan baik. Ditinjau dari teknik bedahnya, implan

3
endosteal terdiri dari teknik insersi satu tahap dan insersi dua tahap. Pada teknik
satu tahap, pembedahan hanya dilakukan sekali sehingga tonggak abutment
menonjol keluar mukosa setelah operasi selesai. Sedangkan pada teknik dua tahap,
operasi dilakukan dua kali yaitu operasi pertama untuk meletakkan implan pada
tulang rahang. Setelah masa penyembuhan, dilakukan operasi kedua untuk
pemasangan abutment

2.3 Implan transosteal atau transosseous


Merupakan implan gigi yang menembus tulang rahang dan hanya digunakan pada
rahang bawah. Implan jenis ini jarang dipakai dan dilaporkan memiliki tingkat
keberhasilan yang rendah.

D. Tahap-Tahap Pemasangan Implant


1. Pemeriksaan/konsultasi
Pemeriksaan mulut secara menyeluruh dan konsultasi medis oleh dokter yang
bertanggungjawab untuk perawatan implant diperlukan untuk menentukan apakah
seorang pasien bisa menggunakan implant gigi. Pemeriksa ini terdiri dari ahli-bedah
mulut maxillofacial, dan dokter-gigi restoratif. Dengan bekerja sebagai tim, ahli-bedah
mulut dan maxillofacial memasang implant, dan setelah penyembuhan terjadi, dokter-
gigi restoratif terjadi merancang dan memasng gigi-tiruan yang didukung oleh
implant. Selama pemeriksaan, pasien akan menceritakan riwayat medis yang lengkap.
Pastikan untuk memberikan semua informasi, termasuk masalah-masalah kesehatan,
alergi atau pengobatan yang anda sedang lakukan. Pemeriksaan bisa mencakup
beberapa tipe sinar-X untuk memberikan informasi penting tentang tulang rahang dan
model-model anatomi rahang, dan kemungkin tes darah tertentu. Berdasarkan hasil
dari pemeriksaan ini, tim dental akan membahas semua aspek masalah dengan anda.
Selanjutnya akan diputuskan apakah implant gigi cocok atau tidak.

2. Persiapan bedah implant


Diet – Jika anestesi intravenous atau sedasi akan diberikan, jangan makan atau minum
selama sekurang-kurangnya 6 jam sebelum kunjungan bedah anda.

4
Pengobatan – Patuhi semua schedule pengobatan yang diberikan oleh ahli-bedah
sebelum dilakukan bedah.
Anestesi – Teknologi anestesi modern saat ini memungkinkan untuk melakukan bedah
yang kompleks dengan sedikit atau bahkan tidak ada rasa sakit.

3. Bedah Implant
Pemasangan implant gigi endosteal memerlukan dua prosedur bedah yang berbeda.
Pada bedah “tahap 1” implant dipasang dalam tulang. Pada “tahap 2” yang terjadi
setelah osteintegrasi selesai dan implant yang ditanam telah terjangkar dengan kuat
pada tulang, maka alat penutup dilepas dan post-post khusus yang disebut “abutment”
dipasang pada implant. Abutment-abutment ini diproyeksikan di atas garis gusi ke
dalam mulut, dan gigi-tiruan akhir akan dipasang padanya. Bagian implant yang
terpasang pada abutment dan dapat dilihat dalam mulut disebut sebagai prosthesa –
bisa dari jenis “cekat” atau “removable”. Prostesa implant cekat bisa melibatkan satu
gigi (kiri atas) atau beberapa gigi (kiri bawah). Sebuah prosthesa cekat hanya bisa
dilepas oleh dokter gigi, tapi sudah dirancang sehingga bisa dibersihkan. Prostesa
removable cukup mirip dengan gigi-tiruan utuh dan bisa dilepas dari mulut untuk
dibersihkan.
Apabila jaringan gusi telah sembuh sempurna setelah bedah maka pasien telah siap
untuk mengunjungi dokter-gigi restoratif dan memulai pembuatan gigi-tiruan yang
baru. Dokter-gigi akan membuat pencetakan mulut, dan registrasi-registrasi gigitan
yang mencatat mekanisme-mekanisme baru untuk kepaduan rahang, kemudian
pencetakan digunakan untuk membuat model rahang dan gigi yang tersisa. Gigi-tiruan
akan dibuat berdasarkan model-model ini. Gigi-tiruan (yang disebut “restorasi” atau
“prostesa”) bisa berupa gigi yang removable, cekat, atau kombinasi antara keduanya.
Prostesa removable mirip dengan gigi-tiruan konvensional  atau gigi-tiruan parsial,
yang bisa dikeluarkan dari mulut untuk dibersihkan, kelebihannya adalah diperkuat
pada abutmen implant dengan clip, magnet atau alat-alat lain. Gigi-tiruan dan jaringan
gusi dipasang pada kerangka-logam, dan kerangka ini terpasang pada abutment
implant.

5
Prostesa cekat bisa mengganti satu gigi, beberapa gigi atau bahkan semua gigi.
Gigi-tiruan disekrup ke dalam abutment, atau disemen pada abutment, dan
dipertahankan kuat pada tempatnya. Jika beberapa gigi alami tetap berada dalam
mulut, maka bagian-bagian dari prostesa bisa dihubungkan dengan beberapa dari gigi
ini. Sebuah prostesa cekat hanya bisa dilepaskan oleh dokter-gigi, dan sudah dirancang
khusus untuk memungkinkan anda membershkannya. Jika sebuah prostesa cekat
menggantikan banyak gigi, maka gigi tiruan akan dipasang pada sebuah kerangka
logam yang harus sesuai dengan abutment implant secara tepat. Dokter gigi restoratif
mungkin akan menyuruh pasien untuk mengenakan prostesa secara sementara unutk
memastikan kecocokannya, sebelum pemasangan akhir pada abutment.

6
7

Anda mungkin juga menyukai