Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PEMICU 3

BLOK 11

“Mimpikan Gigi Implan”

OMAR HARRIS BIN AL HUSNI

190600227

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2O2O
LATAR BELAKANG
Perkembangan material dan sistem implan di kedokteran gigi mengalami perkembangan dan
evolusi yang sangat cepat. Topografi permukaan implan, desain implan dan jenis koneksi
implan-abutment masih terus dikembangkan karena memiliki relevansi utama untuk
mendapatkan interaksi optimal antara jaringan tubuh dan material implan. Berbagai sistem
implan banyak diciptakan oleh produsen dan setiap produsen memiliki sistem implan
tersendiri yang memungkinkan praktisi untuk memilih sesuai kebutuhan dan penggunaannya.
Tiga faktor utama untuk keberhasilan material implan yang dapat diterima oleh jaringan
tubuh adalah Sifat biologis material implan. Sifat biologis implan sangat berpengaruh pada
waktu proses penyembuhan. Interaksi tulang dan permukaan material implan berperan juga
pada proses osseointegrasi yang harus didukung oleh fitur desain implan agar stabil dan tahan
terhadap gaya-gaya di dalam rongga mulut. Desain implan Desain implan dengan
penambahan diameter sebesar 3,3 mm (30%) akan mengurangi nilai beban terhadap gaya
kunyah sebanyak 31%. Biokompatibilitas material implan. Biokompatibilitas material implan
harus memberikan keseimbangan dan keharmonisan interaksi dari ketiga faktor yaitu material
yang digunakan, pasien (host), dan kondisi lokasi implan tersebut ditempatkan. Desain dan
fungsi implan kedokteran gigi yang beredar di pasaran saat ini sesuai dengan ukuran rata-rata
panjang dan lebar akar gigi. Geometri thread yang beredar untuk gigi anterior adalah V
thread atau reverse buttress, sedangkan untuk gigi posterior square thread dan struktur makro
dan mikro permukaan SLA (Sandblasted Large Grit Acid Etching). Kata kunci: Material
implan, desain implan, biokompatibilitas, karakteristik mikro, karakteristik makro.
DESKRIPSI TOPIK
Nama Pemicu : Mimpikan Gigi Implan

Penyusun : drg.Lasminda Syafiar,M.Kes; drg. Dewi Kartika,M.DSc

Hari/ Tanggal : Kamis/26 November 2020

Skenario :

Seorang ibu muda berusia 40 tahun dan berprofesi sebagai karyawati suatu bank datang ke
praktek dokter gigi karena ingin memasang gigi palsu implan. Dari pemeriksaan intra oral
terlihat ompong pada regio 45 dan 46. Dan setelah dilakukan Rontgen foto ekstra oral terlihat
tulang alveolar baik dan tidak ada kelainan. Oral hygiene ibu tersebut juga baik sehingga
dapat segera dibuatkan gigi implan di region 45 dan 46.

Pertanyaan :

1. Jelaskan tipe-tipe dental implan!

2. Tipe dental implan yang manakah yang sesuai untuk kasus diatas? Jelaskan!

3. Sebutkan jenis-jenis bahan dental implan! Bahan dental implan yang manakah yang tepat
untuk kasus di atas? Jelaskan!

4. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat mekanis yang harus dimiliki oleh suatu bahan dental
implan!

5. Apa yang dimaksud dengan osseointegrasi? Jelaskan!

6. Jelaskan hal-hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan implan gigi!

7. Setelah dilakukan pemasangan implan pada regio 45 dan 46 bagaimana interpretasi


keberhasilan dilihat dari radiografi panoramik.

8. Apakah ada teknik radiografi yang dapat dilakukan untuk melihat detail perkembangan
perawatan yang dilakukan? Sebutkan dan jelaskan alasan pemilihan

teknik tersebut!
PEMBAHASAN
Pertanyaan :

1. Jelaskan tipe-tipe dental implan!

Jawaban :

Dental implan yang tersedia saat ini adalah two-pieces (implant dan abutmen terpisah) dan
one-piece (bagian abutmen menyatu dengan implan). Desain one-piece dental implant lebih
sederhana dibanding two-pieces dental implant. Bagian abutmen dan implan pada one-piece
dental implant merupakan satu bagian yang utuh. Pada two-pieces dental implant, bagian
abutmen dan implan terpisah menjadi dua bagian sehingga two-pieces dental implant
memiliki celah mikro pada pertemuan implan dan abutmen yang dapat berpotensi
menimbulkan komplikasi.1,2

1) Implan Subperiosteal

Implan jenis ini diletakkan diatas linggir tulang dan berada dibawah periosteum, tidak
tertanam di dalam rahang. Sering dipergunakan pada rahang yang sudah tak bergigi baik
untuk rahang atas maupun rahang bawah. Implan subperiosteal mempunyai riwayat
percobaan klinis yang paling panjang, tetapi tingkat keberhasilan jangka panjangnya
diragukan, tingkat kesuksesannya 54% dalam 15 tahun. Implan subperiosteal jarang
diindikasikan kecuali untuk area resorpsi edentulous yang parah. Implan ini juga tidak
dianjurkan untuk ditempatkan pada tempat yang antagonisnya merupakan gigi asli.

Gambar 1: Implan subperiosteal

2) Implan Transosseus
Implan jenis ini diletakkan menembus tulang rahang bawah dan penggunaanya terbatas untuk
rahang bawah saja. Rangka implant ini tertanam penuh dalam rahang. Implan
transmandibular ini diindikasikan hanya untuk mandibula dengan resorpsi tulang yang parah.

Gambar 2 : Implan transosseus

3) Implan Endosseus atau Endosteal

Implan endosseous ini diletakkan langsung pada tulang seperti akar gigi asli dan dapat
digunakan untuk berbagai tujuan. Tingkat keberhasilannya dapat melebihi 15 tahun apabila
teknik bedah dan perawatan pasca bedahnya dilakukan dengan baik. Ada tiga desain dasar
dari endosseous implan yaitu bilah, silindris, sekrup dan kombinasi dari tiga desain dasar
implan tersebut.

Implan endosseous secara umum terbuat dari titanium/ alloy titanium, diberi lubang-lubang
atau jendela, dan seringkali dilapisi (semprotan plasma titanium, pyrolitik karbon, aluminium
oksida dan hidroksi apatit) untuk membantu integrasi tulang yaitu penggabungan tulang
dengan implan atau penyatuan tanpa diperantai jaringan lunak. Keberhasilan implan
endosseous dilaporkan 85% pada rahang atas dan 91% pada rahang bawah pada tahun
pertama. Keberhasilan pada 5 tahun pertama 91% pada rahang atas dan 96% pada rahang
bawah.

Gambar 3 : Implan Endosseus


4) Implan Intramukosal atau Submukosal

Implan ini ditanam pada mukosa palatum dan bentuknya menyerupai kancing, oleh karena
itu disebut button insert. Penggunaanya hanya terbatas pada rahang atas yang sudah tidak
bergigi.

2. Tipe dental implan yang manakah yang sesuai untuk kasus diatas? Jelaskan!

Jawaban :

Tipe dental implant yang sesuai untuk kasus gigi ompong pada regio 45 dan 46 di atas adalah
Implan Endosseus atau Endosteal.

Dalam implan endosteal atau endosseus diharapkan terjadi osseointegrasi yaitu penyatuan
tulang dengan implan tanpa diperantarai jaringan lunak. Popularitas implan endosteal
semakin meningkat, terlihat dari banyaknya pilihan desain yang dapat digunakan. Tingkat
keberhasilannya dikatakan dapat melebihi 15 tahun apabila teknik bedah dan perawatan pasca
bedah dilakukan dengan baik. Ditinjau dari teknik bedahnya, implan endosteal terdiri dari
teknik insersi satu tahap dan insersi dua tahap. Pada teknik satu tahap, pembedahan hanya
dilakukan sekali sehingga tonggak abutment menonjol keluar mukosa setelah operasi selesai.
Sedangkan pada teknik dua tahap, operasi dilakukan dua kali yaitu operasi pertama untuk
meletakkan implan pada tulang rahang. Setelah masa penyembuhan, dilakukan operasi kedua
untuk pemasangan abutment. Keberhasilan implan endosseous dilaporkan 85% pada rahang
atas dan 91% pada rahang bawah pada tahun pertama. Keberhasilan pada 5 tahun pertama
91% pada rahang atas dan 96% pada rahang bawah.

3. Sebutkan jenis-jenis bahan dental implan! Bahan dental implan yang manakah yang tepat
untuk kasus di atas? Jelaskan!

Jawaban :

Bahan yang digunakan untuk implan gigi, antara lain:

a. Logam

Terdiri dari Stainless Steel, Vitallium, Titanium dan logam. Pemakaian Stainless Steel
merupakan kontra indikasi bagi pasien yang alergi terhadap nikel, pemakaiannya juga dapat
menyebabkan arus listrik galvanik jika berkontak dengan logam campuran atau logam murni.
Vitallium paling sering digunakan untuk kerangka implan subperiosteal. Titanium terdiri dari
titanium murni dan logam campuran titanium yang tahan terhadap korosi. Implan yang dibuat
dari logam dengan lapisan pada permukaan adalah implan yang menggunakan titanium yang
telah diselubungi dengan lapisan tipis keramik kalsium fosfat pada bagian strukturnya.

b. Keramik

Keramik terdiri keramik bioaktif dan bio-inert. Bioaktif berarti bahan yang memiliki
kemampuan untuk merangsang pertumbuhan tulang baru disekitar implan, contoh dari bahan
ini adalah hidroksiapatit dan bioglass. Bio-inert adalah bahan yang bertolenrasi baik dengan
tulang tetapi tidak terjadi formasi tulang.

c. Polimer dan komposit

Polimer dibuat dalam bentuk porus dan padat, digunakan untuk peninggian dan penggantian
tulang. Ia merupakan suatu bahan yang sukar dibersihkan pada bagian yang terkontaminasi
dan pada partikel porusnya karena sifatnya yang sensitif terhadap formasi sterilisasi.

Berdasarkan kasus, bahan implan yang tepat untuk digunkan adalah logam Titanium.
Kebanyakan sistem implan menggunakan logam sebagai bahan dasarnya dan bahan logam
yang sering dipergunakan adalah Titanium.

Kelebihan implan gigi yang terbuat dari titanium yaitu:

(1) biokompatibilitas yang sangat baik karena sifat resistensi korosinya tinggi dan lapisan
oksida yang melindungi jaringan lunak maupun jaringan keras rongga mulut,

(2) berat jenis rendah dan memiliki kekuatan tinggi,

(3) dapat dipakai dalam jangka waktu yang sangat lama,

(4) dapat bertahan pada suhu yang tinggi,

(5) bersifat osseointegrasi,

(6) tidak toksik dan tidak menimbulkan alergi, dan


(7) dapat dicampur dengan logam lain.

Titanium digunakan sebagai implan gigi karena sifat biokompatibilitas yang baik secara fisik
maupun mekanik.

4. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat mekanis yang harus dimiliki oleh suatu bahan dental
implan!

Jawaban :

Sifat mekanik yang harus dimiliki oleh suatu bahan dental adalah compatibility.

Implan yang digunakan di bagian tubuh manusia harus memiliki kemampuan untuk
membentuk unit mekanik yang stabil dengan jaringan keras dan jaringan lunak sekitarnya.
Apabila mengalami kelonggaran atau tidak stabil, implan menjadi kurang efisien atau tidak
berfungsi sepenuhnya atau bahkan bisa menginduksi jaringan secara berlebihan. Hal ini
dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan rasa sakit pada pasien. Ada tiga hal yang perlu
diperhatikan untuk memenuhi syarat biokompatibilitas bahan, yaitu biological compatibility,
mechanical biocompatibility dan morphology biocompatibility.

Sifat mekanis yang baik, bersifat biokompatibilitas dan memiliki ketahanan korosi yang
tinggi. Biokompatibilitas merupakan kemampuan adaptasi suatu material pada suatu jaringan
dengan aplikasi yang spesifik. Proses adaptasi tersebut digambarkan sebagai kondisi yang
saling berhubungan antara biomaterial dengan lingkungan fisiologis dan tidak menimbulkan
efek negatif lainnya.

5. Apa yang dimaksud dengan osseointegrasi? Jelaskan!

Jawaban :

Osseointegrasi adalah adanya hubungan struktural langsung antara tulang dan permukaan
implan yang menerima beban yang terlihat pada pemeriksaan mikroskop cahaya. Tidak ada
jaringan ikat lunak dan ligamen periodontal yang ditemui antara tulang dan implan, implan
yang terosseointegrasi dengan baik dapat berfungsi tanpa adanya mobiliti. Kriteria sukses
implan sangat berhubungan dengan perlekatan maksimum sejumlah tulang yang berkontak
dengan implan tersebut. Keberhasilan pemakaian implan tergantung pada osseointegrasi yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor penting antara lain material implan yang biokompatibel dan
pemilihan tipe implan yang sesuai, kualitas dan kuantitas tulang yang tersedia, dan beban
pengunyahan yang dapat menyebabkan implan goyang atau terganggu pada waktu proses
penyembuhan tulang. Implan yang terbuat dari bahan titanium murni dapat meningkatkan
terjadinya osseointegrasi dibandingkan dengan jenis bahan implan lainnya. Keberhasilan
pemakaian implan dengan bahan titanium telah banyak dilaporkan.

Protesa harus dipasangkan setelah implan memiliki osseointegrasi dengan tulang disekitarnya.
Ada empat tipe tulang pada wajah manusia yaitu

1. Tipe I Tulang ini dianalogikan seperti kayu oak, keras dan padat. Tipe tulang ini memiliki
suplai darah yang kurang dibandingkan dengan tipe tulang lainnya. Suplai darah ini penting
dalam kalsifikasi tulang di sekitar implan. Tipe tulang ini membutuhkan waktu sekitar 5 bulan
untuk berintegrasi dengan implan.

2. Tipe II Tulang ini dianalogikan seperti kayu pinus, tidak sekeras tipe I. Tulang ini
membutuhkan waktu 4 bulan untuk berintegrasi dengan implan.

3. Tipe III Tipe tulang ini seperti kayu balsa, tidak sepadat tipe II. Karena kepadatannya kurang
dari tipe II, maka dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk berintegrasi dengan implan, yaitu
6 bulan.

4. Tipe IV Tipe tulang ini kepadatannya paling rendah. Tulang ini memerlukan waktu yang
paling lama untuk berintegrasi dengan implan yaitu 8 bulan. Bone grafting atau bone
augmentasi tulang sering dibutuhkan.

6. Jelaskan hal-hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan implan gigi!

Jawaban :

Setelah kita melakukan implantasi, maka kita harus mengetahui apakah imlan yang telah
ditanam telah mengikuti kriteria keberhasilan atau belum. Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu implan diantaranya :

1. Biokompatibilitas dari implan material

2. Desain implan
3. Karakteristik permukaan implan

4. Kesehatan fisik dari pasien

5. Kondisi anatomi yang baik

6. Kooperasi pasien, status oral hygiene, kebiasaan merokok

7. Pengalaman operator

8. Beban implan setelah osseointegrasi.

Secara lokal pemeriksaan visual dan palpasi akan dijumpai keadaan-keadaan yang dapat
mengganggu pemasangan implan, misalnya jaringan lunak flabby yang berlebihan, ridge
yang sempit atau tajam, atau adanya undercut. Tetapi hal-hal tersebut akan tersamar bila
jaringan lunak yang menutupi tulang sangat padat, immobile dan tibious. Untuk berhasilnya
suatu implan sebaiknya kita perhatikan keadaan-keadaan seperti :

1. Ketebalan tulang di lingual kurang lebih 1 mm dan 0,5 mm di sisi fasial dari implan

2. Jarak antar implan minimal 3 mm

3. Jarak antara implan dan nasal cavity minimal 1 mm

4. Jarak antara implan dan dasar sinus maksilaris minimal 1 mm

5. Ketinggian tulang yang adekuat umumnya dijumpai diantara nasal cavity dan sinus
maksilaris

6. Jarak antara implan dan canalis alveolaris inferior minimal 2 mm

7. Setelah dilakukan pemasangan implan pada regio 45 dan 46 bagaimana interpretasi


keberhasilan dilihat dari radiografi panoramik.

Jawaban :

Radiografi panoramik merupakan pilihan pertama yang paling umum. Radiograf panoramik
dapat memperlihatkan daerah maksilo-mandibular lebih luas, berikut hubungan dengan
struktur tulang muka lainnya yang berdekatan. Radiograf ini terutama bermanfaat untuk
mengevaluasi keadaan tulang rahang secara umum, termasuk ada tidaknya kelainan struktur,
serta hubungan tulang rahang yang akan menerima implan gigi dengan struktur lainnya yang
berkaitan. Dari radiograf panoramik dapat diperoleh informasi mengenai keadaan tulang
rahang secara menyeluruh, termasuk melihat ada tidaknya penyakit/kelainan yang mengenai
tulang rahang, kemungkinan posisi implan terhadap struktur kritis seperti kanalis
rnandibularis dan forarnen mentale di rahang bawah, serta sinus maksilaris dan foramen
insisivum di rahang atas. Radiograf panoramic juga digunakan untuk memprakirakan tinggi
sisa tulang alveolar yang ada secara umumvdan turut memberikan keterangan yang sangat
berguna mengenai status gigi-geligi secara umum dan hubungan antara tulang alveolar,
tulang basal dan struktur anatomis yang tidak memungkinkan pemasangan implan. Namun
demikian, radiograf panoramik konvensional tidak dapat memberikan informasi mengenai
ketebalan ridge alveolar yang akan menerima implant. Satu hal penting yang patut diingat
oleh klinisi adalah bahwa radiograf panoramic mengalami pembesaran gambar sebesar 10%
sampai 25%, bergantung pada letak obyek di bidang gambar (focal trough).

8. Apakah ada teknik radiografi yang dapat dilakukan untuk melihat detail perkembangan
perawatan yang dilakukan? Sebutkan dan jelaskan alasan pemilihan teknik tersebut!
Jawaban :

Ya, ada. Radiografi periapikal merupakan proyeksi maksimum empat elemen gigi rahang
atas atau rahang bawah, yang dapat memberikan informasi gigi, jaringan penyangga dan
tulang alveolar sekitarnya secara lebih tepat bila dibandingkan radiograf panoramic. Namun
demikian radiograf periapikal juga tidak dapat memberikan informasi keadaan rahang dalam
potongan melintang, yang diperlukan untuk evaluasi ketebalan ridge dalam arah buko-
lingual. Ada dua macam proyeksi radiografi periapikal, yaitu biseksi dan paralel. Di antara
keduanya, teknik parallel dengan menggunakan cone panjang, dapat meminimalkan distorsi
ukuran sampai kurang dari 10%. Dari radiograf periapikal ini dapat diperkirakan ketinggian
ridge alveolar, ada tidaknya tulang kortikal di bagian crest, serta kualitas tulang berupa
kepadatan darah tulang kanselus yang akan menerima restorasi implan. Walaupun dengan
daerah yang terbatas, dari radiograf periapikal dapat diperkirakan secara lebih tepat ada
tidaknya penyakit/kelainan tulang maupun gigi, serta gambaran yang jelas mengenai struktur-
struktur kritis di sekitar daerah implan.

PENUTUP

Kesimpulan
Kehilangan gigi dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kehilangan gigi berarti
hilangnya beberapa struktur orofasial, seperti jaringan tulang, saraf, reseptor, dan otot
sehingga sebagian besar fungsi orofacial berkurang. Penderita yang mengalami gigi yang
hilang, tidak hanya mengalami kesulitan dalam mengunyah tetapi juga dapat mengganggu
psikologis penderita, terlebih dengan kehilangan gigi anterior. Gigi anterior, khususnya gigi
caninus, memiliki fungsi sebagai estetik. Oleh karena itu, kehilangan gigi anterior harus
segera dilakukan perawatan rehabilitasi. Saat ini, teknologi dental implant semakin
berkembang. Teknik pemasangan dental implant semakin sederhana dengan pilihan prostetik
lebih luas namun dengan biaya relatif yang cukup murah. Hal ini mendorong dokter gigi
untuk merekomendasikan dental implant sebagai perawatan rehabilitasi dalam menggantikan
gigi yang hilang. Dental implant memberikan berbagai keunggulan dalam hal kestabilan dan
kenyamanan dibandingkan gigi tiruan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Davarpanah M, Martinez H, Tecucianu JF, Celletti R, Lazzara R. Small-diameter


implants: Indications and contraindications. J Esthet Dent 2000;12:186-94.
2. Valereto ICL, Wolynec S. Electrochemical imperdance spectroscopy characterization
of passive film formed on implant in Hank’s solution. J Material in Med 2004; 15
3. O’Brien WJ. Dental Materials and their selection. 3rd ed. Canada : Quintessance
books. 2002.
4. Utami D. P., Peran metode modifikasi permukaan implan terhadap keberhasilan
osseointegrasi, Vol 31, No. 2, 2019.
5. Karasustina T., MAKALAH IMPLAN GIGI UNTUK DOKTER GIGI UMUM,
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI BANDUNG
2004, M/S 28-30.
6. JKGUI 2003: 10(Edisi Khusus): 136-141
7. Arsista D., Desain dan fungsi implan kedokteran gigi yang beredar di pasaran, J Ked
Gi Unpad. Desember 2018; 30(3): 168-174

Anda mungkin juga menyukai