Anda di halaman 1dari 8

1) Jelaskan tipe-tipe dental implan!

Klasifikasi Implan, implan gigi diklasifikasikan menjadi lima kategori:1


a. Menurut tempat jaringan
b. Menurut pada tekstur permukaan dan penampang
c. Menurut pada bahan yang digunakan
d. Menurut pada reaksinya dengan tulang
e. Menurut pada opsi perawatan

Menurut pada tempat jaringan

1. Endosteal dental implant


Endosteal adalah jenis implan gigi yang paling umum digunakan. Mereka
kadang-kadang digunakan sebagai alternatif untuk jembatan atau gigi tiruan
lepasan. Implan endosteal termasuk jenis sekrup (berulir), jenis silinder (mulus)
atau jenis berbilah. Prostodontis membantu menentukan jenis implan gigi yang
paling cocok, tetapi implan endosteal aman, efektif, dan pilihan paling populer
yang digunakan saat ini.1
2. Subperiosteal implant
Ini adalah jenis implan tempat buatan gigi ditempatkan di bawah periosteum
itu menutupi korteks. Di sini tulang rahangnya tidak tentu dibor. Sebagian besar
dukungannya disediakan oleh gusi dan letak implan korteks tulang, mungkin
unilateral, lengkap atau Circumferential.1
3. Transosteal implant (Implan transosseous)
Implan ini menembus seluruhnya pada mandibula. Implan transmandibular ini
diindikasikan hanya untuk mandibula dengan resorpsi tulang yang parah.1
4. Intramucosal dental implants
Jenis implan ini dimasukkan langsung ke dalam mukosa mulut. Pada kasus ini,
mukosa digunakan sebagai tempat perlekatan dan sisipan logam, biasanya terbuat
dari titanium.1
5. Fibrointergration implants
Di dalam jenis implan, gigi yang ditanamkan sepenuhnya diselimuti oleh
jaringan lunak di mulut.1

Menurut pada tekstur permukaan dan penampang

1. Cylindrical dental implants


Kondisi pelapisan dan permukaan yang diinginkan ditentukan apakah akan
menggunakan implant silindris atau tidak sebagai pelapis dan permukaannya
ikatan dan retensi mikroskopis dengan tulang. Implan silinder bisa berbentuk
kerucut, lurus atau meruncing atau didorong ke sisi tulang yang telah disiapkan.1
2. Threaded dental Implants (Implan Gigi Berulir)
Tujuan utama dari permukaan berulir untuk meningkatkan implan luas
permukaan sehingga memberikan kontak yang lebih padat dengan tulang rahang.
Benang menghasilkan implan bersentuhan dan mengalami kekerasan melebihi
volume tulang yang lebih besar.1
3. Vented dental implants
Jenis implan adalah silinder yang sudah terpasang dilapisi dengan hidroksi
apatit. Mereka memiliki vertikal alur yang menghubungkan ke vena apikalis. Ini
memfasilitasi tempat duduk, dan pertumbuhan tulang menjadi alur mencegah
rotasi.1
4. Hollow dental implants
Implan gigi berlubang memiliki lubang di bagian apikal mereka. Ada perforasi
pada sisi implan yang telah dibuat diatur secara sistematis. Perforasinya adalah
dimaksudkan untuk meningkatkan permukaan penahan dan mencegah implan agar
tidak terpuntir dan bergerak.1
5. Smooth, machined, textured and coated surface implants
Permukaan implan yang halus memiliki permukaan yang halus. Implan
permukaan mesin adalah permukaannya telah dikerjakan agar lebih baik. Implan
permukaan bertekstur memiliki permukaan kasar untuk peningkatan luas
permukaan, dan implan permukaan yang dilapisi adalah yang permukaannya
biasanya ditutupi oleh lapisan berpori titanium atau hidroksi apatit.1

Menurut pada bahan yang digunakan


1. Metallic dental implants: Ini adalah implan yang terbuat dari logam. Itu implan
gigi logam yang paling umum saat ini yang terbuat dari titanium. Namun, baja
tahan karat, Vitallium dan paduan kromium kobalt molibdenum bisa digunakan.1
2. Ceramic dental implant
3. Polymeric dental implants: Implan ini berbentuk polytetrafluoroethylene dan
polimetilmetakrilat.1
4. Carbon implants: Ini adalah implan yang terbuat dari campuran karbon dan
stainless steel. Implan ini memiliki elastisitas yang sama sebagai tulang rahang
tetapi rapuh dan dapat lebih mudah patah dibandingkan dengan implan yang
terbuat dari bahan lainnya.

Menurut pada reaksinya dengan tulang


1. Bioactive implants
Bioaktif memungkinkan terbentuknya tulang baru pada permukaan material
karena adanya pertukaran ion dengan jaringan host sehingga terbentuk ikatan
kimia osteogenesis. Kolagen dan mineral tulang akan berikatan langsung pada
permukaan implan sehingga terjadi ikatan antara tulang dengan implan (Bone
Implan Contact).1,2
2. Bio-inert implants
Material bioinert memungkinkan terjadinya aposisi permukaan tulang, yang
mengarah pada terbentuknya osteogenesis. Dalam kondisi ini jaringan tubuh tidak
bereaksi secara imunologi dengan adanya material implan, sehingga material
tersebut dapat diterima oleh jaringan biologis dan proses osseointegrasi dapat
terjadi.1,2

Menurut pada opsi perawatan


Misch melaporkan lima pilihan prostetik implan, tiga pertama dari lima pilihan, sudah
diperbaiki prostesis yang mungkin sebagian atau lengkap penggantian, yang pada
gilirannya dapat disemen atau sekrup dipertahankan. Prostesis cekat diklasifikasikan
berdasarkan jumlah jaringan keras dan lunak struktur yang akan diganti.1,2
1. FP1: protesa cekat
Hanya mahkota gigi yang diganti, tampak seperti gigi asli.
2. FP2: protesa cekat
Mahkota dan sebagian akarnya tampak normal pada sebagian oklusal tetapi
mengalami elongasi pada sebagian gingivanya.
3. FP3: protesa cekat
Menggantikan mahkota yang hilang dan warna gingiva sebagian dari ruang
edentulous.
4. RP 4: protesa lepasan
Dukungan overdenture sepenuhnya oleh implan.
5. RP 5: protesa lepasan
Dukungan overdenture jaringan lunak dan implan.

2) Tipe dental implan yang manakah yang sesuai untuk kasus diatas? Jelaskan!
Berdasarkan kasus, setelah dilakukan Rontgen foto ekstra oral pada gigi 45 dan 46
terlihat tulang alveolar baik dan tidak ada kelainan serta oral hygiene ibu tersebut juga
baik. Maka menurut saya, tipe dental implan yang sesuai dengan kasus ialah dental
implant endosteal atau endosseus.
Implan endosteal merupakan bahan implant yang ditanamkan pada tulang mandibula
atau maksila dan project melalui mukosa mulut menutupi daerah yang edentulus. Implan
endosseus dapat dilaksanakan pada pasien tidak bergigi dengan semua tingkatan abrosbsi,
bahkan pada keadaan resorbsi yang ekstrim dengan bantuan grafting. Juga dapat
digunakan pada pasien tidak bergigi sebagian, dari kehilangan satu gigi sampai
keseluruhan. Pada kasus ini, pasien mengalami kehilangan gigi sebagian.3,4,5
Implan ini mempunyai tiga desain dasar yaitu blade, cylinder dan screw. Dalam
implan endosteal diharapkan terjadi osseointegrasi yaitu penyatuan tulang dengan implan
tanpa diperantarai jaringan lunak. Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak dipakai
dan ditolerir oleh para praktisi, pabrik maupun pakar yangmendalami secara “Scientific &
Clinical Forndation”, yang pada dasarnya menanam implan pada alveolar dan basal
bone.3,45
Keuntungan yang didapat dari penggunaan implan endosseus ialah bahwa jenis ini
dapat dilaksanakan pada pasien tidak bergigi dengan semua tingkatan abrosbsi, bahkan
pada keadaan resorbsi yang ekstrim dengan bantuan grafting. Juga dapat digunakan pada
pasien tidak bergigi sebagian, dari kehilangan satu gigi sampai keseluruhan.3,4,5
Dalam skenario, hasil rontgen foto ekstraoral terlihat tulang alveolar baik dan tidak
ada kelainan ini menjadi indikasi untuk menggunakan dental implan tipe endosteal.
Tersedianya tulang menentukan apakah pasien menerima perawatan implan endosteal
atau subperiosteal. Jika volume tulang yang tersedia cukup baik digunakan implan
endostel. Implan subperiosteal digunakan jika volume tulang yang tersedia tidak cukup.3
Dalam implan endosseous diharapkan terjadi osseointegrasi yaitu penyatuan tulang
dengan implan tanpa diperantarai jaringan lunak. Popularitas implan endosseous semakin
meningkat, terlihat dari banyaknya pilihan desain yang dapat digunakan. Laporan-laporan
menyebutkan bahwa tingkat keberhasilannya dapat melebihi 15 tahun apabila Teknik
bedah dan perawatan pasca bedah dilakukan dengan baik. Keberhasilan implant
endosseous dilaporkan 85% pada rahang atas dan 91% pada rahang bawah pada tahun
pertama. Keberhasilan pada 5 tahun pertama 91% pada rahang atas dan 96% pada rahang
bawah.4
Dengan mempertimbangkan teori di atas, pemilihan implan endosseous dianggap
sesuai karena gigi implant yang ingin dibuatkan pada pasien berada pada posterior rahang
bawah. Implan endosseous memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi pada rahang bawah,
maka pemilihan implan endosseous dapat dianggap sesuai untuk kasus di atas. Selain itu,
pada skenario, pasien tidak menderita kelainan pada tulangnya seperti osteoporosis
sehingga proses implan endosseous dengan ditanam ke dalam tulang rahang melalui gusi
dan periosteum masih dapat dilaksanakan.5

3) Sebutkan jenis-jenis bahan dental implan! Bahan dental implan yang manakah
yang tepat untuk kasus di atas? Jelaskan!

Bahan Implan yang Terbuat dari Logam6,7


Jenis-jenis bahan implan logam:
1. Co-Base Alloys (Co-Cr-Mo, Co-Cr-W-Ni).
2. Co-Ni-Base Alloys (MP35N / Co-Ni-Cr-Mo).
3. 316L Stainless Steel.
4. Ti dan Ti 6Al4V Alloys.
5. Sistem kombinasi plasma spray coating.
6. Logam dan logam paduan yang sering dipergunakan untuk implan dental:
a. Titanium, Tantalum.
b. Titanium, Vanadium, Alumunium alloy.
c. Ferum, Chromium, Nickel.
d. Cobalt, Chromium, Molybdenum.
Bahan Implan Bukan Logam6,7
Bahan untuk pembuatan implan selain dari logam dan variasinya, juga terbuat dari
bahan bukan logam antara lain:
1. Implan yang terbuat dari plastik: Polymeric Material, Porous Polymethyl
Methacrilate (PMMA), PMMA yang dikombinasi dengan Vitrous Carbon
(PMMA-VC), PMMA yang dikombinasi dengan Silica.
2. Implan yang terbuat dari Carbon: Vitrous Carbon, Pyrolic Carbon atau Low
Tempetarure Isotropic (LTI), Vapor Deposited Carbon atau Ultra Low
Temperature Isotropic (ULTI).
3. Implan yang terbuat dari Ceramic: Porous Ceramic, Non Porous Ceramic,
Biodegradable (misalnya Tricalcium Phiosphat), Non-Biodegradable (misalnya A
1203).

Berdasarkan skenario, pasien tersebut mengalami edentulus pada gigi posterior rahang
bawahnya. Bahan yang dapat digunakan untuk dental implant tersebut dapat berupa bahan
titanium, karena bahan ini memiliki biokompatibilitas yang sangat baik karena sifat
resistensi korosinya tinggi dan lapisan oksida yang melindungi jaringan lunak maupun
jaringan keras rongga mulut, berat jenis rendah dan memiliki kekuatan tinggi, dapat
dipakai dalam jangka waktu yang sangat lama, dapat bertahan pada suhu yang tinggi,
bersifat osseointegrasi, tidak toksik dan tidak menimbulkan alergi, dan dapat dicampur
dengan logam lain. Meskipun titanium tidak dapat diwarnai, mahal, dan bersifat
paramagnet.

Alasan lain yang menyatakan bahwa titanium merupakan bahan yang ideal untuk
implan gigi, yaitu8
1. Titanium adalah logam reaktif. Ini berarti titanium akan membentuk lapisan oksida
secara spontan pada permukaan logam tersebut. Oksida ini merupakan salah satu
jenis mineral yang paling resisten yang akan membentuk lapisan tebal yang dapat
melindungi logam tersebut dari pengaruh kimia termasuk cairan tubuh.
2. Titanium memiliki sifat yang cocok dalam jaringan. Lapisan oksida yang berkontak
dengan jaringan tidak dapat larut, yang berarti tidak ada ion yang dilepas sehingga
tidak mungkin menimbul reaksi dengan molekul organik.
3. Titanium memiliki sifat mekanis yang baik. Kekuatan dan ketahanan terhadap daya
rentang mendekati stainless steel dan jauh lebih kuat dibandingkan dengan tulang
kortikal atau dentin serta dapat dibentuk dengan mudah sehingga bahan ini dapat
memiliki bentuk yang lebih ramping tapi mampu menahan beban yang besar tanpa
mengalami kerusakan.
4. Titanium tidak bersifat pasif terhadap jaringan dan tulang. Pada tulang dengan
permukaan yang kasar, logam tersebut dapat menyatu dalam satu reaksi dengan kata
lain bersifat bioaktif. Pengikatan ini sering disebut osseointegrasi
Titanium relatif ringan dan memiliki kekuatan fisik yang memadai untuk tujuan
tersebut, memberikan struktur mikro dengan ukuran butir α kecil kurang dari 20 μm dan
fase β yang terdispersi dengan baik dengan zona antarmuka α-β kecil. Struktur seperti itu
paling mampu menahan penolakan dan perambatan retak. Titanium memperoleh
perlindungan korosinya dari lapisan tipis oksida pasif (kira-kira 10 nm tebal), yang
terbentuk secara spontan dengan oksigen di sekitarnya. Titanium dianggap logam paling
biokompatibel. Titanium memiliki titik leleh yang tinggi (1668°C) dan laju oksidasi yang
tinggi di atas 900°C. Kekuatan implan seringkali menjadi pertimbangan, tergantung pada
area penempatannya. Jika implan terletak di zona transfer gaya yang lebih tinggi
(misalnya, di area posterior, seperti pada skenario gigi 45 dan 46), dapat
mempertimbangkan untuk menggunakan bahan berkekuatan lebih tinggi seperti titanium
CP grade IV atau salah satu paduan titanium.6,7,8
Pada kasus, diketahui pasien tersebut ingin dibuatkan dental impan adalah gigi 45 dan
46. Kondisi tulang alveolar pasien tersebut baik. Sehingga jenis implant yang digunakan
adalah implant endosseus. Dalam implan endosteal diharapkan terjadi osseointegrasi
Maka ada baiknya bahan yang digunakan adalah logam titanium/logam campur titanium
(alloy). Osseointegrasi menunjukkan karakter jaringan keras titanium yang sangat baik
dan merupakan syarat material implan yang baik.6,7

DAFPUS

1. Qassadi W, AlShehri T , Alshehri A , ALonazi K, Aldhayan I. Review on Dental


Implantology. The Egyptian Journal of Hospital Medicine. April 2018:
71(1);2219-23.
2. Arsista D, Eriwati YK. Desain dan fungsi implan kedokteran gigi yang beredar di
pasaran (Design and function of dental implants widely circulated on the market).
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Desember 2018: 30(3); 169-72.
3. Anusavice KJ, Shen J, Rawls HR. Philip’s Science of Dental Material. Ed 12:
Missouri: Elsevier, 2013: 499-517.
4. Tetelepta R, Machmud E. Pengaruh penambahan bahan bioaktif pada implan gigi
berdasarkan pemeriksaan histologi. Makassar Dent J 2015; 4(4): 135 – 142.
5. Herawati D. Evaluasi Radiograf Tulang Alveoler Untuk Penempatan Implan
Dental. Majalah Kedokteran Gigi 2009; 16(1): 48.
6. Chauhan CJ, Shah DN, Patel R. Evolution of biomaterials in dental implants Part-
2. The Journal of Ahmedabad Dental College and Hospital 2011; 2: 2 – 5.
7. Respati SM. Bahan biomaterial stainless steel dan keramik. Majalah Ilmiah
Momentum 2010; 6(1): 5.
8. Eswaran MA, Bettie NF, Rai R, Baskaran E, Thillaigovindan R. Failures in
Endosseous Dental Implants – A Literature review. International Journal of
Biomedical Research 2015; 6(10): 756-62.

Anda mungkin juga menyukai