Anda di halaman 1dari 18

PREPARASI INLAY DAN ONLAY

Inlay/Onlay Logam

Inlay Logam Direk

Karakteristik utama preparasi ini adalah tidak boleh adanya undercut. Secara teoritis sudut

antara dinding-dinding kavitas harus antara 7-10 derajat. Dinding-dinding kavitas harus

dihaluskan dengan finishing bur fissure tappered dengan kecepatan rendah maupun tinggi dan

membentuk sudut internal yang tajam. Aloi yang digunakan hendaknya aloi yang duktil dan

tepi kavitas dibevel sehingga inlay dapat diburnis untuk meningkatkan adaptasi tepinya.

Bevel dapat dibuat dengan bur karbida tungsten kecepatan tinggi atau dengan memakai

finishing bur karbida tungsten atau baja dengan stone hijau kecepatan tinggi atau kecepatan

rendah (Kidd, 2000).

Pada sebagian besar kasus dipakai malam inlay tetapi adakalanya lebih praktis memakai resin

akrilik yang khusus dibuat untuk tujuan ini sehingga jika dipanaskan dalam investment bahan

ini akan menguap semua tanpa meninggalkan residu. Untuk membuat pola malam direk,

permukaan preparasi mula-mula dilumas dulu dengan laposan tipis parafin cair atau larutan

sabun. Sebatang malam inlay dilunakkan dan dibentuk mengerucut dengan jalan

memanaskan ujung malam secara hati-hati diatas api spirtus. Ujung malam yang sudah

melunak dibentuk dengan jari. Kerucut malam yang lunak tersebut kemudian ditekankan

kekavitas dan tetap ditekan sampai malamnya mendingin. Jika sudah mengerah, malam diukit

dengan instrumen panas atau tajam sambil hati-hati dalam membentuk bevel sudut tepi

kavitas dan kontur. Permukaan malam dihaluskan dengan cotton pellet yang sudah dibasahu

terlebih dahulu dan dipanaskan (Kidd, 2000).

Tahapan selanjutnya adalah memberikan sprue pada pola malam. Sprue terbuat dari kawat

bulat lurus berdiameter sekitar 1mm dan panjang 15mm. Sprue dipanaskan dan setelah

ditambah selapis malam inlay disekelilingnya, sprue ditusukkan ditengah pola malam dan
dibiarkan sampai dingin. Sprue berfungsi sebagai pegangan untuk menarik pola malam dari

kavitas dan untuk membentuk saluran tempat mengalirnya logam setelah pola ditanam dan

spruenya diangkat (Kidd, 2000).

Tambalan sementara diperlukan untuk melindungi dentin yang terbuka, sampai inlay-nya

selesai dicor. Tambalan ini bisa berupa semen OSE walaupun tidak ideal karena akan sukar

dibuka tanpa merusak preparasi. Lebih disukai memakai akrilik untuk mahkota dan jembatan

sementara karena dapat dibuka dalam satu kesatuan. Akrilik dicampur sampai konsistensinya

kental, dimasukkan kedalam kavitas, dan dibentuk dengan instrumen plastis datar. Ketika

hampir mengeras, inlay sementara dikeluarkan kemudian dimasuk-keluarkan beberapa kali

sampai mengeras. Ini akan menghindarkan inlay sementara menempel pada kavitas. Inlay

sementara kemudian disemenkan dengan semen sementara OSE (Kidd, 2000).

Tahap Laboratorium

Sprue dan pola diletakkan pada cone-shaped form, ditutup dengan bumbung tuang lalu

dituangi dengan bahan investmen dan dibiarkan mengeras. Jika telah mengeras, cone-shaped

form dan sprue diangkat dengan pinset. Bumbung tuang kemudian dipanaskan dalam tungku

sampai malam meleleh dan menguap atau akriliknya terbakar habis lalu logam cair dicorkan

dan dibiarkan mengeras. Ketika masih panas bumbung tuang dicelupkan kedalam air

sehingga investmen akan pecah dan mudah dibuka. Sprue dipotong, biasanya disisakan

sedikit sebagai pegangan ketika mencoba inlay dalam kavitas. Inlay direk yang kecil biasanya

tidak dipoles sampai dicobakan di dalam mulut (Kidd, 2000).

Kunjungan Kedua

Inlay sementara dibuka dan kavitas dibersihan serta diperiksa dari sisa-sisa tambalan

sementara. Untuk sebagian besar inlay kecil dianjurkan memakai isolator karet agar bila

terjatuh tidak ada resiko tertelan (Kidd, 2000). Sebelum dicobakan kedalam kavitas,

permukaan dalam inlay harus diperiksa dengan teliti memakai alat pembesar. Kemudian inlay
dicobakan kedalam kavitas. Jika restorasinya telah pas, tepi inlay diburnis dengan burnisher

tangan dengan gerakan dari inlay ke gigi. Suatu daerah tepi yang tampak terlalu tebal dapat

dikurangi dengan finishing bur baja bulat dan kecil atau dengan stone putih low speed. Jika

telah ditipiskan, logam dapat diburnis kembali (Kidd, 2000). Tepi inlay dipoles dengan poin

karet pumis dan caret. Kemudian inlay diangkat dan sprue dipotong dengan disk

karborondum dan sisa permukaan dipoles dengan roda karet abrasif. Lalu inlay disemenkan

dengan semen ionomer kaca atau dengan semen zinc fosfat. semen dicampur dengan rasio

sesuai petunjuk pabrik dan diulaskan pada permukaan dalam inlay, dimasukkan kekavitas,

ditekan sampai posisinya baik dengan burnisher. Jika semen telah mengeras, gunakan

eskavator atau sonde untuk menghilangkan kelebihan semen. Restorasi kemudian dipoleh

akhir dengan poin karet pumis dan tepinya divernish (Kidd, 2000).

Inlay Logam Indirek

Teknik preparasi inlay logam indirek sama dengan inlay logam direk, yang membedakan

keduanya adalah pada proses pencetakan. Pencetakan pada inlay logam indirek menggunakan

bahan cetak elastomer. Cetakan dari rahang antagonis dibuat dengan alginat. Syarat penting

dari cetakan adalah semua permukaan oklusal gigi tercetak tanpa gelembung udara sehingga

model atas dan bawah bisa diartikulasikan dengan benar (Kidd, 2000). Rekaman hubungan

antaroklusal dibutuhkan jika cukup banyak gigi yang beroklusi. Tapi jika oklusi diragukan,

bisa dibuat rekaman antaroklusal yang baik pada posisi intercuspal, dengan menggunakan

malam yang dilunakkan dengan pemanasan dan digigitkan. Bahan cetak elastomer bersifat

hidrofobik oleh karena itu permukaan gigi yang dipreparasi harus kering. Gigi diisolasi

dengan kapas serta bisa menggunakan saliva ejector. Rincian permukaan oklusal dari seluruh

cetakan harus diperiksa karena lubang kosong akibat gelembung udara nantinya akan terisi

gips dan menghalangi oklusi model (Kidd, 2000).

Inlay/Onlay Resin Komposit


Preparasi gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah dan tidak kompleks

apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam hal isolasi gigi, penempatan etsa,

primer dan bahan adhesif pada struktur gigi, insersi, finishing dan polishing dari resin

komposit lebih sulit dari restorasi amalgam. Dan waktu yang dibutuhkan untuk penambalan

lebih lama dan operator harus lebih berhati-hati (Baum, et al., 1995). Kemampuan dan

pengetahuan dari penggunaan material dan keterbatasannya sangat dibutuhkan oleh operator

dalam menggunakan resin komposit sebagi bahan restorasi.

a. Preparation of the Operating Site

Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi atau bahkan tidak melakukan

preparasi pada gigi sama sekali, maka diperlukan pembersihan area operasi dengan

menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak, pelikel, dan pewarnaan superfisial.

Tahapan-tahapan tersebut akan menciptakan area yang baik untuk dilakukan bonding.

b. Shade selection

Perhatian khusus harus kita berikan saat kita mencocokkan warna gigi dengan komposit

material. Umunya gigi berwarna putih dengan berbagai derajat variasi dari abu-abu,kuning,

atau orange. Juga berbeda-beda sesuai translusensi, ketebalan, serta distribusi dari enamel dan

dentin dan juga usia pasien. Faktor lain juga mempengaruhi seperti fluorosis, efek

tetrasiklin,dan perawatan endodontik. Pencahayaan yang baik sangat dibutuhkan ketika

melakukan pemilihan warna. Pencahayaan alami lebih diutamakan disini. Ketika memilih

warna yang tepat, shade guide diletakkan dekat dengan gigi untuk menentukan warnanya

secara umum. Kemudian seseorang yang lain mencocokkan dengan label shade guide yang

spesifik disamping area yang direstorasi. Area servikal biasanya lebih gelap daripada area

incisal. Pemilihan warna sebaiknya dilakukan secepat mungkin.

c. Isolasi dengan Cotton Roll


Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva, lidah yang

mengganggu penglihatan, dan gingiva yang berdarah adalah sedikit dari masalah-masalah

yang harus diatasi sebelum prosedur kerja yang teliti dan tepat dapat dilakukan. Beberapa

metode dapat dilakukan untuk mengisolasi daerah kerja, seperti penggunaan rubber dam dan

cotton roll (Baum dkk, 1995). Isolasi daerah kerja dengan menggunakan cotton roll efektif

dalam menghasilkan isolasi jangka pendek, seperti dalam prosedur polishing, penempatan

sealant, dan aplilan topikal fluoride (Chandra & Chandra, 2008).

Tipe-Tipe Preparasi Restorasi Resin Komposit:

a. Beveled Conventional Tooth Preparation

Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi gigi bentuk konvensional

dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada margin enamel dibentuk bevel pada margin

enamel. Preparasi ini dapat dibentuk dan disempurnakan dengan menggunakan diamond atau

stone bur. Keuntungan dari bevel pada margin enamel untuk restorasi resin komposit adalah

perlekatan resin pada enamel rods menjadi lebih baik. Selain itu, keuntungan lain adalah

ikatan antara resin dengan email menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi,

mengurangi marginal leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal. Bevel

pada bagian cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih menyatu dengan struktur gigi

sehingga tampak lebih estetik. Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel ini

biasanya tidak ditempatkan pada permukaan oklusal gig posterior atau permukaan lain yang

berkontak tinggi karena pada preparasi konvensional sudah didesain sedemikian rupa dimana

perlekatannya memanfaatkan enamel rods pada permukaan oklusal. Bevel juga tidak

ditempatkan pada bagian proksimal jika penggunaan bevel ini akan memperluas cavosurface

margin. Preparasi bevel conventional jarang digunakan untuk restorasi resin komposit pada

gigi posterior.

b. Convensional Tooth Preparation


Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit pada dasarnya sama seperti

preparasi menggunakan tumpatan amalgam. Bentuk outline diperlukan untuk perluasan

dinding eksternal memerlukan batasan yang benar, bentuk yang sama, kedalaman dentin,

membentuk dinding menjadi sebuah sudut 90 derajat dengan restorasi materialnya. Pada

preparasi gigi konvensional dengan amalgam, bentuk konfigurasi marginal, retensi groove,

dan perlekatan dentin mempunyai ciri-ciri berbeda. Desain preparasi ini digunakan secara

ekstensif pada restorasi amalgam dan komposit masa lampau, dan desain ini bisa

digabungkan ketika penggantian restorasi menjadi salah satu indikasinya. Kegunaan preparasi

konvensional sebelumnya tidak hanya dibatasi pada preparasi permukaan akar saja, namun

bisa juga menjadi desain untuk kelas 3, 4 dan 5. Indikasi utama untuk preparasi konvensional

menggunakan restorasi komposit adalah (1) preparasi terletak pada permukaan akar, (2)

restorasi kelas 1 dan 2 sedang sampai besar. Pada area akar desain preparasi kelas 1 ini akan

memberikan bentuk preparasi yang baik karena ada retensi groovenya. Desain ini

memberikan perlindungan yang baik antara komposit dan permukaan dentin atau sementum

dan memberikan retensi pada material komposit di dalam gigi. Pada restorasi komposit kelas

1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan bentuk resistensi yang cukup, seperti pada

desain preparasi konvensional menggunakan amalgam. Bur inverted cone ataupun bur karbid

dibutuhkan untuk preparasi gigi, menghasilkan desain preparasi yang sama seperti pada

preparasi amalgam, tetapi luasnya lebih kecil, perluasannya lebih sedikit, dan tanpa preparasi

retensi sekunder. Bur inverted cone akan membuat hasil preparasi yang kasar bila

menggunakan diamond dan menggunakan bentuk desain konservatif dari ekstensi oklusal

fasiolingual. Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak dibutuhkan (dengan

amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari preparasi bisa lebih dari 90

derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga masih belum dapat membentuk dinding

yang konvergen. Penggunaan bur diamond menghasilkan permukaan yang kasar, peningkatan
area kontak, dan peningkatan retensi potensial, namun dapat menghasil menghasilkan smear

layer yang lumayan tebal. Efek ini menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari primer

ketika dilakukan bonding pada area yang kasar. Sistem self-etching bonding bisa

menyebabkan terjadinya efek negative pada smear layer, karena asam yang dikandung

semakin sedikit. Penggunaan istrumen putar tergantung keinginan operator, yang

berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilannya. Karena persamaan preparasi

konvensional kelas 1 dan 2 pada amalgam dan restorasi komposit, banyak operator lebih

menggunakan restorasi komposit ketika melakukan preparasi kelas 1 dan 2 pada kavitas

posterior yang besar, atau untuk membentuk kavitas yang lebih kecil. Karena pentingnya

bentuk struktur gigi maka restorasi komposit kelas 1 dan 2 konvensional harus dilakukan

dengan sesedikit mungkin perluasan fasiolingual dan harus diperluas sampai area pit dan fisur

pada permukaan oklusal ketika sealant diperlukan.

c. Modified Tooth Preparation

Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding maupun kedalaman pulpa

atau aksial, yang utama adalah mempunyai enamel margin. Perbedaan yang mencolok antara

teknik preparasi konvensional dan modified adalah bahwa preparasi modified ini tidak

dipreparasi hingga kedalaman dentin. Perluasan margin dan kedalaman pada teknik ini

diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan kedalaman dari lesi karies atau kerusakan

yang lain. Tujuan disain preparasi ini adalah untuk membuang kerusakan sekonservatif

mungkin dan untuk mengandalkan ikatan komposit pada struktur gigi untuk mempertahankan

restorasi di dalam mulut. Round burs atau diamond stone dapat digunakan untuk jenis

preparasi ini, yang akan menghasilkan disain marginal yang serupa dengan beveled

preparation, struktur gigi yang dibuang sedikit.

Box-Only

a) Indikasi: Teknik ini hanya dipergunakan pada permukaan proksimal saja.


b) Instrument: Inverted cone bur atau round diamond stone/bur.

Cara kerja:

a) Box proksimal dipreparasi dengan menggunakan inverted cone bur atau round diamond

stone/bur dengan posisi sejajar sepanjang axis mahkota gigi.

b) Preparasi diteruskan ke arah gingival hingga mencapai marginal ridge.

c) Kedalaman inisial proximal aksial dipreparasi sedalam 0,2 pada dentinoenamel junction.

Facial Atau Lingual Slot

a) Indikasi: Modifikasi desain yang ketiga dalam merestorasi kavitas bagian proksimal pada

gigi posterior adalah dengan menggunakan preparasi fasial atau lingual slot. Pada kasus ini,

lesi terdapat pada permukaan proximal, namun operator yakin bahwa akses menuju lesi

tersebut dapat dicapai baik dari arah facial maupun lingual daripada arah oklusal.

b) Instrument: Round diamond stone/bur.

c) Cara kerja:

1) Round diamond stone/bur diarahkan dengan tepat pada ketinggian occlusogingival.

2) Jalan masuk instrument berasal dari gigi yang berdekatan, pertahankan permukaan lingual

atau facial dari gigi terdekat tersebut.

3) Kedalaman inisial aksial 0,2 mm pada dentinoenamel junction. Sudut pada oklusal, fasial,

dan gingival cavosurface margin sebesar 90o atau lebih. Preparasi dengan teknik ini hampir

serupa dengan preparasi kelas III pada gigi anterior.

Pulpal Protection

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, proteksi pulpa untuk restorasi komposit

diindikasikan untuk prosedur pulp capping secara langsung. Walaupun beberapa penulis

menyarankan penggunaan resin-bonding agen, buku inimerekomendasikan penggunaan liner

dari kalsium hidroksida untuk pembukaan pulpa vital. Karena material komposit merupakan
bahan yang retentif dan kuat, maka penggunaan base pada preparasi yang dalam biasanya

tidak diperlukan.

Preliminary Steps For Enamel And Dentin Bonding

Teknik etsa asam dilakukan untuk mengoptimalkan hasil, termasuk isolasi dari cairan seperti

saliva dan cairan sulkus dengan menggunakan rubber dam atau gulungan kapas dan alat

retraksi. Etsa pada email mempengaruhi inti email dan bagian email yang mengelilinginya.

Etsa pada dentin mempengaruhi dentin intertubuler dan peritubuler, menghasilkan

pembukaan pada tubuler, menghilangkan permukaan hidroksiapatit dan meninggalkan fibril

kolagen yang betautan.

Cairan dan gel etsa sudah tersedia, konsentrasi asam fosforik sekitar 32% hingga 37%. Etsa

likuid bisa digunakan untuk penetsaan permukaan yang luas, seperti pada sealant dan full

veneer. Thixotropic gels digunakan oleh banyak praktisi untuk dinding preparasi termasuk

bevel dan margin. Etsa dalam bentuk gel dapat digunakan dengan brush atau paper-point

endodontik dengan hati-hati, namun biasanya syringe digunakan untuk menginjeksikan gel

tersebut ke gigi yang sedang di preparasi. Permukaan yang dietsa tidak boleh terkontaminasi

oleh cairan yang ada di rongga mulut. Jika terkena, maka prosedur tersebut harus diulang.

Untuk preparasi yang melibatkan area proksimal dari gigi anterior, matriks polyester

diletakkan diantara gigi sebelum asam di aplikasikan untuk menghindari etsa pada gigi yang

berdekatan.

Insersi Resin Komposit

Restorasi komposit biasanya diaplikasikan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu aplikasi

adesif bonding. Tahap kedua yaitu insersi material restorative. Saat ini terdapat dua tipe

komposit, yaitu self-cured dan light cured. Komposit tipe self cured tidak lagi digunakan

secara luas karena tipe light cured lebih memberikan beberapa keuntungan seperti

berkurangnya diskolorisasi, berkurangnya porositas, penempatan yang lebih mudah, dan


finishingnya pun lebih mudah. Karena sumber sinar harus di aplikasikan pada komposit light

cured agar menyebabkan polimerisasi, maka material komposit harus diinsersikan pada

preparasi gigi dengan ketebalan 1-2 mm. hal ini akan menyebabkan sinar dapat

mempolimerisasi komposit dengan sebaik-baiknya dan akan mengurangi efek dari

pengkerutan polimerisasi, terutama pada sepanjang dinding gingival. Baik instrumen tangan

maupun alat syringe dapat digunakan untuk menginsersi komposit light cured maupun self

cured. Penggunaan instrument tangan lebih popular digunakan karena lebih mudah dan cepat.

Kekurangan daripenggunaan instrument tangan yaitu udara dapat terperangkap pada

preparasi gigi atau tidak dapat tercampur pada material saat prosedur insersi. Teknik syringe

digunakan karena dapat memberikan kenyamanan dalam memindahkan material komposit ke

preparasi gigidan mengurangi kemungkinan terperangkapnya udara. Pada preparasi yang

kecil, teknik syringe akan mendapatkan kesulitan karena ujung syringe yang terlalu besar

sehingga sebaiknya tip syringe yang kosong sebelumnya sudah dicobakan pada preparasi

gigi. Komposit yang dapat diinjeksikan tergantung pula pada viskositasnya. Beberapa

komposit microfill tidak dapat diinjeksikan, sehingga bahan-bahan material sebaiknya

dievaluasi sebelum penggunaan klinis.

Finishing Dan Polishing Composite

Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan polishing

digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera

setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah

pengerasan awal. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :

1. Alat untuk shaping: sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12 atau12 b atau

specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide,anodized aluminium, atau nikel

titanium.
2. Alat untuk finishing dan polishing: diamond dan carbide burs, berbagai tipe dari flexibe

disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic finishing strips, dan

pasta polishing.

a) Diamond dan carbide burs

Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan dapat

digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi.

b) Discs

Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari disk dapat

mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari beberapa jenis dari

yang kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat melakukan finishing

dan polishing.

c) Impregnated rubber points dan cups

Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan untuk

mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk membuat

permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari penggunaan alat ini

adalah dapat membuat permukaan yang terdapat ekses membentuk groove, membentuk

bentuk permukaan yang diinginkan serta membentuk permukaan yang konkaf pada lingual

gigi anterior

d) Finishing stips

Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin gingival untuk

membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik. Untuk metal biasa

digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam menggunakan alat ini kita harus

berhati-hati karena jika tidak dapat memotong enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan

plastic strips dapat digunakan untuk finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa

jenis dari yang kasar sampai halus yang dapat digunakan secara berurutan.
Prosedur finishing dan polishing resin komposit:

1. Sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di area

proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari resin

komposit.

2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit pada aspek

distal

3. Alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing permukaan

proksimal dari restorasi resin komposit.

4. Finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal

5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk menghaluskan

permukaan oklusal restorasi

6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing permukaan

proksimal untuk membuat kontak proksimal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi sesuai dengan

anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.

2. Kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti tactil, kontak dengan

gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.

3. Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna

permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.

Inlay/Onlay Porcelain

Inlay atau onlay porselen yang modern mempunyai permukaan dalam (pit surface) yang

dietsa atau sekurang-kurangnya dikasarkan. Inlay ini disemenkan dengan semen komposit

terhadap email yang sudah dietsa atau ke basis semen ionomer kaca yang dietsa. Jadi, desain

retentif dari kavitas kurang penting dibandingkan untuk inlay logam tuang konvensional.
Disini karies dan restorasi yang lama harus dibuang, tetapi basis ionomer kaca umumnya

dibuat cukup tebal, kadang-kadang di atas subpelapik hidroksida kalsium, dan berfungsi

sebagai pembonding dan penguat dentin yang masih ada pada tonjol gigi. Inlay atau onlay

porselen disini terutama berfungsi untuk memberikan lapisan permukaan oklusal yang tahan

keausan (Sturdevant, 2006; Baum, 1985). Prinsip desain kavitasnya adalah harus masih ada

cukup email atau permukaan ionomer kaca untuk dietsa dan tepinya tidak dibevel. Teknik

pencetakannya sama untuk logam tuang indirek. Untuk penyemenan digunakan resin

komposit khusus. Inlay dikembalikan dari laboratorium dengan permukaan dalam yang telah

dietsa menggunakan asam hidrofluorik atau hanya dibiarkan kasar setelah dilepas dari die

refraktori dengan cara sandblasting. Gigi diisolasi dengan isolator karet, inlay sementara

dilepas, dan email serta setiap semen ionomer kaca yang membentuk bagian preparasi dietsa,

dicuci dan dikeringkan.

Resin kemudian diaplikasikan menurut petunjuk pabrik. Pada pemakaian beberapa semen

perekat reaksi pengerasan bisa dipercepat dengan penyinaran dan reaksi pengerasan akan

berlanjut secara kimia. Kelebihan semen akan lebih mudah dibersihkan pada saat semen

belum mengeras sempurna. Jika semen sudah mengeras, isolator karet dilepas dan oklusi

dicek dengan kertas artikulasi serta diasah dengan bur intan kecil. Permukaan yang diasah

bisa dipoles dengan disk pemoles komposit atau dengan roret dan poin yang khusus dibuat

untuk memoles porselen (Kidd, 2000).

Kunjungan Pertama

a) Akses Ke Karies

Tahap pertama preparsi adalah memperoleh akses ke dentin karies dengan menggunkan bur

fisur tungsten carbide pendek-kuncup dengan kecepatan tinggi. Penggunaan bur kuncup dan

bukan bur fisur sejajar adalah untuk mencegah terbentuknya undercut.

b) Menentukan Luas Karies


Jika akses telah diperoleh, kavitas bisa dilebarkan kearah bukopalatal sampai dicapai

pertautan email-dentin yang sehat. Hal ini menentukan lebar boks arah bukopalatal.

c) Desain Preparasi Kavitas

Desain preparasi kavitas harus memastikan retensi seperti dinding vertikal kavitas utama

yang hampir sejajar dan sedut divergensi dinding bukal dan lingual pada bagian proksimal

masing-masing adalah 50-100. Jika sudut kurang 50, struktur gigi yang masih ada berada

pada keadaan yang terlalu banyak tekanan selama prosedur sementasi dan jika sudut lebih

dari 100, retensinya bermasalah.

d) Keyway

Keyway dibuat dengan kemiringan minimal sekitar 100 memakai bus fisur kuncup dan dijaga

agar sumbu bur sejajar dengan sumbu gigi. Lebar keyway diantara tonjol merupakan daerah

yang paling sempit dan melebar kearah yang berlawanan dengan letak karies aproksimalnya

dan dengan mengikuti kontur fisurnya. Setelah membuat keyway, kavitas dikeringkan untuk

memeriksa ada tidaknya sisa karies dibagian ini dan bahwa kavitasnya sedikit membuka

dengan sumbu yang benar. Jika kemiringan dinding tidak tepat, maka ketidaktepatan itu harus

diperbaiki.

e) Boks Aproksimal

Kini perhatian dapat dialihkan kembali ke lesi aproksimalnya. Dibagian ini kavitas harus di

dalamkan memakai bur bulat kecepatan rendah dan dengan cara yang sama dengan jalan

membuang dentin karies pada daerah pertautan email-dentin. Ketika dentin karies pada

pertautan email-dentin telah dibuang, dinding email dapat dipecahkan dengan pahat

pemotong tepi gingiva. Preparasi dibuat miring sebesar 10 derajat dengan bur fisur runcing.

Gigi tetangga dilindungi dengan lempeng matriks untuk melindunginya dari kemungkinan

terkena bur. Menjaga agar sumbu bur sejajar dengan waktu pembuatan keyway merupakan

hal yang sangat penting sehingga bagian boks dan keywaynya mempunyai kemiringan yang
sama. Pelebaran ke arah gingiva hanya dilakukan seperlunya saja sekedar membebaskan

pertautan email-dentin dari karies, demikian juga halnya dalam arah bukolingual. Setiap

email yang tak terdukung dentin sehat, hendaknya dibuang dengan bur fisur kecepatan tinggi.

f) Pembuangan Karies Dalam

Karies mungkin masih tertinggal di dinding aksial. Jika dinding karies telah terbuang,

periksalah kemungkinan masih adanya daerah undercut. Undercut padadaerah pertautan

email-dentin seharusnya telah dibersihkan. Jika masih terdapat undercut pada dinding aksial,

maka undercut tersebut biasanya terletak seluruhnya pada dentin dan ditutup dengan semen

pelapik pada tahap preparasi berikutnya sehingga preparasi mempunyai kemiringan yang

dikehendaki.

g) Bevel

Garis sudut aksiopulpa hendaknya dibevel, dengan menggunkan bur fisur. Hal ini untuk

memungkinka diperolehnya ketebalan yang cukup bagi pola malam yang kelak akan dibuat di

daerah yang dinilai kritis. Bevel hendaknya diletakkan di tepi email agar tepi tipis hasil

tuangan dapat dipaskan seandainya kerapatan hasil tuangan dengan gigi tidak baik.

Hendaknya bevel tidak diluaskan lebih ke dalam lagi karena retensi restorasi akan berkurang.

Tepi luar bevel harus halus dan kontinyu untuk memudahkan penyelesaian restorasi dan

supaya tepi tumpatannya beradapatsi baik dengan gigi. Bevel biasanya tidak dibuat didinding

aproksimal karena akan menciptakan undercut, mengingat sebagian besar tepi kavitas terletak

di bawah bagian gigi yang paling cembung. Akan tetapi dinding gingiva dapat dan harus

dibevel. Bevel gingiva sangat penting karena akan menigkatkan kecekatan tuangan yang

biasanya merupakan hal yang paling kritis.

4. Pola Malam

Pola malam dibuat secara:

- Direct : pembuatan restorasi rigid secara langsung dalam satu kali kunjungan.
- Indirect : pembuatan restorasi rigid yang dilakukan di laboratorium dan berkali-kali

kunjungan

5. Gigi direstorasi rigid sementara dengan menggunakan semen perekat sementara, seperti

zinc oksid eugenol.

Kunjungan Kedua

1. Tumpatan rigid sementara dibongkar

2. Setelah preparasi selesai, aplikasikan lapisan tipis lubricant larut air atau separating

medium (cairan agar atau gliserin) pada gigi. Kemudian tempatkan matriks band, wedge atau

cincin penahan untuk menghasilkan kontak proksimal yang baik.

3. Lalu tumpat dengan porselen. Sesuaikan anatomi oklusal dengan menggunkan bur untuk

menghasilkan pit dan fisur, inklinasi tonjol dan batas margin yang baik dan sistemis.

4. Trial Inlay/ Onlay porselen pada pasien

5. Jika kedudukannya baik, restorasi rigid yang sudah ditrial disemenkan pada gigi tersebut.

6. Kelebihan semen dari tepi-tepi yang dapat dijangkau dibersihkan dengan eskavator

sementara benang gigi digunakan untuk membuang kelebihan di aproksimal. Tepi-tepi

restorasi harus dilapisi dua lapisan pernis copalite untuk mengurangi pelarutan semen selama

jam-jam pertama pengerasan. Setelah itu, Permukaan oklusal harus dipoles dengan pasta

pumis yang diletakkan pada bur sikat, diikutu oleh whiting yang diletakkan pada berbagai

sikat.

Inlay/Onlay Porcelain fused to metal ( PFM )

Restorasi PFM adalah tipe porselen gigi yang paling umum digunakan. Berdasarkan

perbedaan temperatur ada tiga tipe porselen gigi yaitu; regular felspathic porcelain

(temperatur tinggi 1200-1400 oC), aluminous porcelain (temperatur sedang 1050-1200 oC),

dan metal bonding porcelain (temperatur rendah 800-1050 oC). PFM merupakan metal

bonding porcelain. PFM terdiri atas beberapa lapisan yang difusikan secara kimia pada dasar
kerangka metal. Substruktur metal mendukung keramik dan membuat keramik bertahan lama

terhadap beban dari kekuatan mulut.

Teknik preparasi

Secara umum bentuk preparasi gigi untuk restorasi tidak langsung harus mempunyai

ketinggian maksimum dan keruncingan yang minimum untuk memperoleh retensi dan

resistensi yang optimal. Untuk mencapai hal ini dan untuk membuat ketebalan yang adekuat

dari material restorasi tanpa kontur yang berlebihan, maka permukaan dari preparasi

sebaiknya meniru restorasi yang diharapkan, baik oklusal maupun aksial. Adapun ciri-ciri

preparasi restorasi tidak langsung, antara lain, adalah sebagai berikut :

1. Preparasi pembebasan undercut yang mana semua margin dan sudut dalam dapat terlihat.

2. Penempatan single path dibuat selebar mungkin, hal ini dibuat dengan cara mempersiapkan

dinding yang berlawanan dibuat sejajar untuk memberikan retensi maksimal. Posisi gigi yang

berdekatan harus dipertimbangkan terhadap kemungkinan terjadinya tepi yang menggantung

pada gigi yang dipreparasi.

3. Bentuk resisten perlu disediakan pada restorasi untuk mendistribusikan tekanan yang

berasal dari oklusal.

4. Dinding yang berlawanan dalam preparasi 1/2 gingival harus dibuat mendekati paralel. 1/3

sampai 1/2 oklusal biasanya lebih runcing karena adanya pengurangan dua dataran di sebelah

labial yang dibutuhkan untuk menyediakan ruangan yang cukup untuk material restorasi di

dalam kontur gigi yang asli.

5. Mahkota klinis yang pendek memiliki peningkatan resiko kegagalan karena jalan masuk

yang pendek. Panjangnya preparasi dapat ditingkatkan dengan memanjangkan mahkota, dan

bentuk resisten dapat ditingkatkan dengan pengurangan groove, celah atau box, dan dengan

cara mengubah permukaan lereng menjadi komponen vertikal dan horizontal.


6. Pengurangan oklusal harus mengikuti outline tonjol untuk memaksimalkan retensi dan

meminimalkan pengurangan gigi. Untuk mahkota porcelain fused to metal dan untuk

mahkota emas, jaraknya masing-masing 2 mm dan 1 mm.

7. Posisi dan tipe margin yang telah selesai ditentukan oleh kontur gingiva, keaslian material

restorasi, ada atau tidaknya core margin, dan pemilihan bahan luthing agent. Bila

memungkinkan, margin tersebut sebaiknya berada di supragingiva mengikuti kontur gingival

yang asli. Akhiran tepi gigi idealnya paling tidak 1 mm melewati core margin untuk

mengistirahatkan jaringan gigi yang masih sehat.

FORD,T.R. Pitt, Restorasi Gigi (The Restoration of Teeth), ed 2, jakarta:EGC 1993

Anda mungkin juga menyukai