Disusun Oleh
NIM
: 10612027
Kelompok
: SL Restorasi/ C
Indikasi Overlay
1.
2.
3.
4.
5.
Gigi anterior dengan ruang yang tidak cukup untuk restorasi all ceramic.
Kegagalan mahkota jaket porselen.
Restorasi yang mengutamakan estetis.
Situasi yang memerlukan kekuatan tinggi.
Kerusakan gigi menengah sampai tinggi yang memerlukan perbaikan
(Burke, 2002).
Preparasi Inlay
Inlay Logam Tuang Direk
a.
Teknik Preparasi
Karakteristik utama untuk preparasi inlay ini adalah tidak boleh ada
undercut walaupun harus tetap retentif. Secara teoritis sudut antara dindingdinding kavitas harus antara 7-10 derajat, tetapi hal ini hampir mustahil
dilaksanakan secara klinis, sehingga sudut 20 derajat secara rata-rata dapat
diterima. Jika garis-garis internal terlihat jelas sekali, maka berarti dinding
kavitas terlalu divergen ke oklusal. Sebaliknya, jika satu dinding selalu
hilang dari pandangan, maka berarti kavitasnya memiliki undercut. Dindingdinding kavitas harus dihaluskan agar pola direknya dapat dikeluarkan
(Kidd, 2000).
Aloi yang digunakan hendaknya aloi yang duktil dan tepi kavitas dibevel
sehingga inlay dapat diburnis untuk meningkatkan adaptasi tepinya. Bevel
dapat dibuat dengan memakai kecepatan tinggi dengan bur karbida tungsten
kecepatan tinggi atau dengan kecepatan rendah . kavitas ini dapat dilapik
dengan semen EBA atau semen ionomer. Pada kavitas yang sangat dalam,
diperlukan subpelapik hidroksida kalsium (Kidd, 2000).
b. Pola Direk
Untuk membuat pola malam direk, permukaan preparasi mula-mula
dilumas dulu dengan lapisan tifis parafin cair atau larutan sabun. Sebatang
malam
inlay dilunakkan
dan
dibentuk
mengerucut
dengan
jalan
ketika mencoba inlay dalam kavitas. Inlay direk yang kecil biasanya tidak
dipoles sampai dicobakan di dalam mulut (Kidd, 2000).
d. Kunjungan Klinis Kedua
Inlay sementara dibuka dan kavitas dibersihkan serta diperiksa dari sisasisa tambalan sementara. Sebelum dicobakan di dalam kavitas, permukaan
dalam inlay harus diperiksa dengan teliti, jika terdapat sedikit benjolan kacil
emas dapat dihilangkan dengan ekskavator, tetapi jika defek in ibesar dan
banyak, pola malam harus dibuat ulang (Kidd, 2000).
Selanjutnya inlay dicobakan ke dalam kavitas. Jika duduknya tidak baik,
kemungkinan terdapat sisa-sisa tambalan sementara atau adanya undercut
dalam kavitas dan pola malam yang distorsi. Dalam keadaan seperti ini,
kavitasnya harus dimodifikasi dan pola dibuat kembali. Akhirnya bevelnya
yang diperiksa, karena bevel yang tidak cukup akan juga memerlukan
pembuatan pola malan yang baru (Kidd, 2000).
Jika restorasinya telah pas, tepi inlay diburnis dengan burniser tangan
dengan gerakan dari inlay ke gigi. Suatu daerah tepi yang tampak terlalu
tebal dapat dikurangi dengan bur pengakhir baja bulat dan kecil atau dengan
stone putih kecepatan rendah. Instrumen harus digunakan dengan tekanan
ringan dan diputar dari emas ke gigi sehingga berefek kerja dari emas ke
gigi (Kidd, 2000).
Tepi inlay kini dipoles di alam mulut sejauh mungkin, memakai poin
karet pumis dan caret. Akhirnya inlay diangkat dan sprue dipotong. Sisa
permukaan dipoles dengan roda karet abrasif. Selanjutnya inlay disemenkan
dengan semen ionomer kaca tipe penyemen atau semen Zn. Fosfat yang
dicampur sampai konsistensinya seperti krim. Semen ionomer kaca lebih
disukai karena lebih adhesif ke dentin dan kurang iritatif terhadap pulpa.
Semen dicapur sesuai instruksi pabrik. Semen yang telah dicampur
diulaskan ke permukaan dalam inlay, dimasukkan ke dlam kavitas, ditekan
sampai posisinya baik dengan burniser berberntuk buah pir. Jika semen telah
benar-benar
mengeras,
gunakan
ekskavator
atau
sonde
untuk
harus dilapisi dua lapis pernis. Restorasi kemudian dipoles akhir dengan
poin karet pumis dan tepinya dipernis ulang (Kidd, 2000).
Inlay Logam Tuang Indirek
a. Preparasi bagi inlay MOD dengan perlindungan tonjol
Ini merupakan macam inlay yang paling umum dilakukan. Prinsi-prinsip
ini di aplikasikan agak berbeda untuk memperhitungkan sifat-sifat bahan
yang digunakan, tetapi secara prinsip sama dengan prinsip untuk restorasi
plastis, menurut Kidd (2000), yaitu:
Memperoleh akses ke karies atau membuang restorasi lama.
Membuang karies.
Mempertimbangkan dengan seksama langkah berikutnya.
Desain untuk inlay harus dipertimbangkan kembali ditahap ini dan jika
keputusannya telah dikonfirmasikan maka rencanakan rincian desain.
Mempreparasi kavitas sehingga retentive dan resisten.
Mempreparasi perlindungan tonjolnya.
Mengecek undercut.
Mempreparasi garis-garis akhir.
Melapik kavitas (Kidd, 2000).
b. Retensi bagi kavitas inlay
Retensi diperoleh dengan mempreparasi dinding yang saling berhadapan
menjadi separalel mungkin dan tanpa undercut. Hal ini memungkinkan
diperolehnya jalan masuk inlay dengan baik dari arah oklusal, dan paling
mudah dibuat dengan menggunakan bur fissure karbida tungsten lurus
mengguncup pada kecepatan tinggi. Agar dinding-dinding kavitas bias
separalel mungkin, bur harus diatur kembali letaknya ketika berpindah dari
sisi bukal ke sisi lingual kavitas. Hilangnya retensi diarah lain dicegah
dengan keberadaan tonjol dan kunci oklusal dalam cara yang sama dengan
retensi bagi amalgam (Kidd, 2000).
c. Perlindungan tonjol
Aspek penting dari desain dan alasan utama untuk memilih tipe restorasi
ini adalah guna melindungi tonjol yang lemah agar tidak patah karena
tekanan oklusal. Untuk melakukan ini, tonjol yang lemah dikurangi
ketinggiannya, sejajar dengan lereng tonjol. Dasar pengasahan tergantung
keadaan tetapi umumnya tidak lebih dari 0,5 mm. untuk beberapa kasus,
gigi yang dipreparasi harus kering. Gigi diisolasi dengan gulungan kapas
dan disertai penghisap saliva. Jaringan gingival harus dalam keadaan sehat
sebelum dilakukan preparasi. Jika tepi preparasi diperluas ke atau dibawah
tepi gingival, tepi gingival perlu diretraksi sebelum pencetakan agar
diperoleh cetakan bagian tepi yang akurat. Untuk tujuan ini digunakan
benang retraksi gingival yang dibasahi larutan stiptik seperti alumanium
klorida atau vasikonstriktor misalnya adrenalin. Benang ditekan perlahanlahan ke leher gingival dengan alat plastic datar, dibiarkan 1-2 menit
sebelum dilakukan pencetakkan (Kidd, 2000).
Pembuatan cetakan
Bahan cetak diaduk merata sesuai petunjuk pabrik. Benang retraksi
dilepas dan bahan cetak yang encer disuntikan kedalam preparasi dan
sekitar gigi. Bahan cetak yang lebih kental atau berbentuk padat diletakkan
pada sendok cetak dan sendok cetak ditempatkan diatas bahan encer yang
belum mengeras. Ini membantu bahan cetak beradaptasi kesemua daerah
preparasi dan leher gingiva. Sendok cetak ditahan sampai bahan cetak
mengeras dan dikeluarkan dari mulut (Kidd, 2000).
Pemeriksaan cetakan
2. Porselen
Keuntungan:
- Warnanya dapat disesuaikan dengan warna gigi.
- Daya kondensasinya rendah dan tolerandi dari jaringan lunak sangat
-
baik.
Permukaannya licin seperti kaca (Tarigan, 1993).
Kerugian:
-
(Tarigan, 1993).
3. Akrilik
Keuntungan:
-
Kerugian:
-
Daya estetika kurang, karena itu akan mudah terlepas dari gigi.
Mudah menjadi aus bila digunakan untuk mengunyah.
Pada umur dibawah 10 tahun tidak dianjurkan menggunakan bahan
tambalan ini karena pada pasien muda tingkat insidens kariesnya
masih tinggi (Tarigan, 1993).
DAFTAR PUSTAKA
Baum, Lloyd. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: EGC
Bayne, SC., Thompson JY, Taylor DF. 2002. Sturdevants art and operative
dentistry. 4th ed. Missouri: Mosby:inc.
Bikarindrasari, Rini. 2012. Macam-macam Restorasi Non Plastis. Universitas
Sriwijaya.
Kidd, AM., Smith, BGN., & Pickard, HM. (2000). Manual Konservasi Restoratif.
Ed 6. ( Narlan Sumawinata, Penerjemah). Jakarta: Widya Medika.
Tarigan, R. 1993. Tambalan Inlay. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC
10
11