Kelompok 3
Tutor : drg. Rahmi Khairani Aulia
Anggota :
Varen Nadya Antoni
Egy Permatasari Helmy
Viktoria Surya Dharma
Elsa Febri Hanesty
Andwitya Prameshwari
Vikra Prasetya Waldi
Faris Ihsan
SKENARIO 3
Warna tambalan giginya sama ya..
Zaky mahasiswa kedokteran gigi tahun pertama menemani ibunya ke drg. Nina untuk
memeriksakan giginya yang terasa ngilu bila minum es. Pada pemeriksaan intraoral terlihat gigi
2.1 karies media dan missing teeth 3.5,3.6,4.5,4.6, dan 4.7. Drg. Nina menjelaskan bahwa rencana
perawatan untuk ibunya yaitu membuat protesa berbasis akrilik untuk gigi yang ompong dan
penambalan dengan menggunakan resin komposit untuk gigi karies yan warnanya persis sama
dengan warna gigi asli.
Sebelum ditambal dengan komposit, harus diaplikasikan suatu bahan etsa dan bonding
untuk melekatkan tambalan dengan gigi, jelas drg. Nina. Semua bahan tersebut merupakan bahan
resin, lanjut drg. Nina. Zaky mendengar penjelasan drg. Nina dengan seksama dan merasa ingin
tahu bagaimana dengan struktur, sifat, serta manipulasi bahan resin tersebut.
Dapatkah saudara membantu Zaky untuk menjelaskan tentang resin yang dipakai dalam
kedokteran gigi?
Karies media : Karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah
dentin.
Bahan etsa : Bahan untuk melekatkan bahan resin kepermukaan gigi
berupa asam lemah.
Bonding : Resin untuk membentuk adhesi semen.
Resin : Senyawa polimer biasa untuk membuat fiber glass
berbentuk cairan kental
Digunakan untuk mengganti struktur gigi yang hilang,
bentuk dan warna.
Akrilik : Salah satu bahan kedokteran gigi yang berbentuk
lembaran/sheet.
Semacam plastis yang menyerupai kaca namun lebih
unggul dari kaca sehingga dapat digunakan pada basis
protesa dan ortho lepasan
Intraoral : Pemeriksaan yang dilakukan dalam mulut pasien
Langkah 2. Menentukan masalah
Sifat fisik :
Warna
Strength tensile dan compressive strength
Setting
Sifat mekanis :
Adhesi
Kekuatan dan keausan
Sifat kimia :
Lambat absorbsi air
Sifat estetik :
Pigmentasi sama dengan jaringan lunak rongga mulut
sifat ekonomis
11. Apakah efek samping pemakaian dari bahan tersebut terhadap jaringan?
Iritas : gatal, kemerahan, radang
Sisa monemer yang belum bersih dan langsung dipakaikan ke pasien dapat
menyebabkan alergi
Langkah 4.
Membuat skema atau diagram dari komponen-komponenpermasalahan dan
mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk
membuat solusi secara terintegrasi
Ibu Zaky
Ke drg. Nina
Tambalan
Bahan Etsa Protesa
Resin
dan Bonding Berbasis Akrilik
Komposit
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis resin dalam kedokteran gigi
Klasifikasi resin berdasarkan sifat termal :
Resin Thermoplastik : resin yang dapat dilunakkan dan dibentuk berulang
dengan pemanasan tetapi akan mengalami pengerasan pada saat pendinginan/
temperaturnya turun. Thermoplastik dapat larut dalam pelarut organik. Dokter gigi
menggunakan bahan resin thermoplastik umumnya untuk memperbaiki gigi, mengganti
gigi dan struktur gigi yang hilang. Resin ini dapat direkatkan dengan resin lain langsung
dengan struktur gigi atau bahan restorasi lain. Contoh : celluloid, cellulose nitrate, vinyl
resin, nylon, polycarbonate, resin akrilik.
Resin Thermosetting : resin ini mejadi keras secara permanen bila dipanaskan
melebihi temperature kritis dan tidak dapat melunak kembali pada pemanasan ulang atau
hanya bisa dibentuk 1 kali. Resin ini umumnya tidak bercampur dan tidak larut. Resin
ini mempunyai ketahanan abrasi serta kestabilan dimensi yang istimewa dibanding
dengan resin thermoplastik yang memiliki sifat lentur dan tahan benturan yang baik.
Contoh : vulcanite, phenol formaldehyde.
Elastomer
Industri elastomer modern dibangun berdasarkan pada lateks alami yang diisolasi
dari pohon hevea brasiliense. Sejak abad 20, para ahli kimia telah mencoba membuat
bahan yang mempunyai sifat menyerupai karet alami dan ini telah membawa pada
produksi serangkaian jenis elastomer sintetik. Beberapa elastomer ini digunakan dalam
kedokteran gigi sebagai bahan cetak. Elastomer ini mudah mengalami deformasi dan
menunjukkan elongasi reversible yang ekstensif dibawah aplikasi tekanan kecil atau
bahan tersebut mempunyai elastisitas.
Persyaratan resin gigi :
Pertimbangan biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, tidak
mengiritasi jaringan lunak rongga mulut, dan yang terpenting tidak larut dalam
saliva.
Sifat fisik : kekuatan dan kepegasan serta tahan tehadap tekanan gigit atau
kunyah, tekanan benturan, serta keausan.
Sifat estetik : bahan harus translusensi dan transparan sehingga cocok dengan
penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat diwarnai dan
dipigmentasi, harus tidak berubah warna.
Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap/debu toksik selama
penangan dan manipulasi, mudah diaduk, dibentuk, dimasukkan, diproses.
Kemudian harus dapat diperbaiki dengan mudah dan efisien.
Pertimbangan ekonomis : biaya resin dan metode pemrosesannya harus rendah
dan tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang resin akrilik dengan klasifikasi,
sifat, struktur, fungsi, dan manipulasi
Resin akrilik
Resin akrilik adalah rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metil metakrilat
yang berulang. Resin akrilik digunakan untuk membuat basis gigi tiruan dalam proses
rehabilitatif, untuk pelat ortodonsi, maupun restorasi crown and bridge.
Syarat- syarat akrilik :
Tidak toksis dan tidak mengiritasi.
Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang
tipis.
Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidak
mudah mengalami perubahan bentuk yang permanen.
Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah
jika terbentur atau jatuh.
Mempunyai fatigue strength tinggi sehingga akrilik dapat dipakai sebagai
bahan restorasi yang cukup lama.
Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.
Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah
dipigmentasi. Warna yang diperoleh hendaknya tidak luntur.
Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengan sinar x jika
tertelan.
Mudah direparasi jika patah.
Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.
Mudah dibersihkan.
Klasifikasi resin akrilik
Heat Cured (Resin akrilik polimerisasi panas)
Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan.
Energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan
perendaman air atau microwave. Penggunaan energy termal menyebabkan dekomposisi
peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk akan mengawali
proses polimerisasi.
Resin akrilik swapolimerisasi ( Self- Cured) autopolymerizing
Merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara kimia. Resin yang teraktivasi
secara kimia tidak memerlukan penggunaan energi termal dan dapat dilakukan pada suhu
kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui penambahan amintersier terhadap monomer.
Bila komponen powder dan liquid diaduk, amintersier akan menyebabkan terpisahnya
benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai.
Resin akrilik polimerisasi microwave
Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik dalam rentang
frekuensi megahertz untuk mengaktifkan proses polimerisasi basis resin akrilik. Prosedur
ini sangat disederhanakan pada tahun 1983, dengan pengenalan serat kaca khusus, cocok
untuk digunakan dalam oven microwave. Resin akrilik dicampur dalam bubuk yang
tepat, dalam waktu yang sangat singkat sekitar 3 menit. Kontrol yang cermat dari waktu
dan jumlah watt dari oven adalah penting untuk menghasilkan resin bebas pori dan
memastikan polimerisasi lengkap.
Resin akrilik polimerisasi cahaya
Resin akrilik diaktifkan cahaya, yang juga disebut resin VLC, adalah
kopolimer dari dimetakrilat uretan dan resin akrilik kopolimer bersama dengan silika
microfine. Proses polimerisasi diaktifkan dengan menempatkan resin akrilik yang telah
dicampur dalam moldable di model master pada sebuah meja berputar, dalam ruang
cahaya dengan intensitas cahaya yang tinggi dari 400-500 nm, untuk periode sekitar 10
menit.
Komposisi resin akrilik :
1. Heat cured acrylic :
Bubuk (powder) mengandung :
Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama.
Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%.
Reduces translucency : titanium dioxide.
Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan
jaringan mulut : 1%.
Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil.
Cairan (liquid) mengandung :
Monomer :methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah
menguap.
Stabilisator : 0,006 % inhibitor hidrokuinonsebagai penghalang
polimerisasi selama penyimpanan.
Cross linking agent: 2 % ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaat
membantu penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai
menjadi panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin
akrilik.
2. Self cured acrylic :
Komposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan
aktivator, seperti dimethyl-p-toluidinpada liquidnya
Sifat Resin Akrilik :
1. Sifat fisik
Warna dan persepsi warna
Resin akrilik mempunyai warna yang harmonis, artinya warnanya sama
dengan jaringan sekitar. Warna disini berkaitan dengan estetika, dimana harus
menunjukkan transulensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan
penampilan jaringan mulut yang digantikannya. Selain itu harus dapat diwarnai atau
dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah pembentukkan.
Stabilitas dimensional
Resin Akrilik mempunyai dimensional stability yang baik, sehingga
dalam kurun waktu tertentu bentuknya tidak berubah. Stabilitas dimensional dapat
dipengaruhi oleh proses, molding, cooling, polimerisasi, absobsi air, dan temperatur
tinggi.
Abrasi dan ketahanan abrasi
Kekerasan merupakan suatu sifat yang sering kali digunakan untuk
memperkirakan ketahanan aus suatu bahan dan kemampuan untuk mengikis struktur gigi
lawannya. Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya
sebuah substansi / zat. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan yang mengakibatkan
kerusakan dan terbentuknya pecahan / fraktur. Namun resin akrilik keras dan memiliki
daya tahan yang baik terhadap abrasi.
Crazing ( retak )
Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin disebabkan karena
adanya tensile stress, sehingga terjadi pemisahan berat molekul atau terpisahnya molekul
molekul polimer.
Creep ( tekanan )
Creep didefinisikan sebagai geseran plastik yang bergantung waktu dari
suatu bahan di bawah muatan statis atau tekanan konstan. Akrilik mempunyai sifat cold
flow, yaitu apabila akrilik mendapat beban atau tekanan terus menerus dan kemudian
ditiadakan, maka akan berubah bentuk secara permanen.
Termal
Thermal conduktivity resin akrilik rendah dibandingkan dengan logam,
pengahntar panasnya sebesar 5,7 x 10-4 / detik / cm / 0C / cm2.
Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang
telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek negatif terhadap
kekuatan dari resin akrilik. Dimana resin akrilik ini mudah patah. Macam-macam
porosity :
Gasseous porosity
Pemanasan yang terlalu tinggi dan cepat sehingga sebagian monomer
tidak sempat berpolimerisasi dan menguap membentuk bubbles (bola-bola uap) sehingga
pada bagian resin yang lebih tebal, bubbles terkurung sehingga terjadi porositas yang
terlokalisir. Sedangkan pada bagian yang tipis, panas cxothermis dapat keluar dan diserap
gips sehingga resin tidak melewati titik didihnya dan tidak akan membentuk bubbles. Air
yang terkandung didalam resin sebelum atau selama polirnerisasi akan merendahkan titik
didih monomer sehingga dengan ternperatur biasa akan terjadi seperti diatas.
Shrinkage porosity
Ketidak-homogenan resin akrlik selama polirnerisasi sehingga bagian
yang mengandung lebih banyak monomer akan menyusut dan membentuk voids (ruang-
ruang hampa udara) dan terjadi porosity yang terlokalisi. Polimer-polimer yang berbeda
BM, komposisi, dan ukuran akan menyebabkan bagian-bagian yang mempunyai partikel-
partikel lebih kecil dulu berpolimerisasi daripada partikel yang lebih besar. Bagian-
bagian yang berpolimerisasi lebih lambat akan berpindah kebagian yang berpolimerisasi
lebih dulu, sehingga terbentuk voids dengan porosity yang terlokalisir. Kurang lamanya
pengepresan sebelum penggodokan maupun selama polimerisasi juga akan
menyebabkan diffusi monomer menjadi kurang baik dan membuat voids dengan porosity
internal.
2. Sifat mekanik
Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari
bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan. Sifat mekanis bahan basis gigi tiruan
terdiri atas :
Kekuatan tensil
Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa. Kekuatan
tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin akrilik.
Kekuatan impak
Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm.
Resin akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigi tiruan akrilik
jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur.
Fatique
Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur
akibat fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigi tiruan yang tidak didesain
dengan baik sehingga basis gigi tiruan melengkung setiap menerima tekanan
pengunyahan. Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,5 juta
2
lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lb/in pada stress maksimum 17 MPa.
Crazing
Crazing merupakan terbentuknya goresan atau keretakan mikro. Crazing
pada resin transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang. Pada resin
berwarna, menimbulkan gambaran putih. Crazing kadang-kadang muncul berupa
kumpulan retakan pada permukaan gigi tiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis
gigi tiruan. Retakan-retakan ini dapat timbul akibat salah satu dari tiga mekanisme
berikut. Pertama, apabila pasien memiliki kebiasaan sering mengeluarkan gigi tiruannya
dan membiarkannya kering, siklus penyerapan air yang konstan diikuti pengeringan
sehingga dapat menimbulkan stress tensil pada permukaan dan mengakibatkan terjadinya
crazing. Kedua, penggunaan anasir gigi tiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing
pada basis di daerah sekitar leher anasir gigi tiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien
ekspansi termal antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, crazing dapat terjadi selama
perbaikan gigi tiruan ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin akrilik
yang telah mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat crazing ini dapat
dikurangi oleh cross-linking agent yang berfungsi mengikat rantai-rantai polimer.
Kekerasan
Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15
2
kg/mm . Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak
dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung menipis.
Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi pembersih
yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah besar.
3. Sifat kimia
Penyerapan air
Penyerapan air selalu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang lebih
besar pada bahan yang lebih kasar. Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi,
meskipun tidak signifikan. Penelitian Cheng Yi-Yung (1994) menemukan bahwa
penambahan berbagai serat pada resin akrilik menunjukkan perubahan dimensi yang
lebih kecil selama perendaman dalam air.
Stabilitas warna
Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan
terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin
akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan
kopi. Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki
stabilitas warna yang baik.
4. Sifat biologis
Pembentukan koloni bakteri
Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan gigi
tiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan
permukaan, dan kekasaran permukaan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa resin
akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah, permukaan yang halus,
kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan nilon dan sudut kontak permukaan
dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering
dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi. Pembersihan dan
perendaman gigi tiruan dalam pembersih kemis secara teratur umumnya sudah cukup
untuk mengurangi masalah perlekatan bakteri.
Biokompatibilitas
Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel.
Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi yang
disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoic acid pada basis gigi tiruan.
Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami iritasi apabila terdapat jumlah monomer
yang tinggi pada basis gigitiruan yang tidak dikuring dengan baik. Batas maksimal
konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO
adalah 2,2 %.
Manipulasi Resin Akrilik
Rasio polimer:monomer adalah 3:1. Hal ini akan memberikan monomer yang
cukup untuk membasahi keseluruhan partikel polimer. Ada dua jenis cara manipulasi
resin akrilik, yaitu :
1. Teknik molding-tekanan
Susunan gigi tiruan disiapkan untuk proses penanaman.
Master model ditanam didalam dental stone yang dibentuk dengan tepat.
Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit
terbuka untuk memudahkan prosedur pembukaan kuvet.
Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas. Pada tahap ini,
dental stone diaduk dan sisa kuvet diisi. Penutup kuvet perlahan-lahan
diletakkan pada tempatnya dan stone dibiarkan mengeras. Setelah proses
pengerasan sempurna, malam dikeluarkan dari mould. Untuk
melakukannya, kuvet dapat direndam dalam air mendidih selama 4 menit.
Kuvet kemudian dikeluarkan atau diangkat dari air dan kedua bagian
kuvet dibuka. Kemudian malam luar dikeluarkan. Penempatan medium
pemisah berbasis alginat untuk melindungi bahan protesa.
2. Teknik molding-penyuntikan :
Setengah kuvet diisi dengan adukan dental stone dan model master
diletakkan ke dalam stone tersebut. Stone dibentuk dan dibiarkan
mengeras.
Sprue diletakkan dalam basis malam.
Permukaan oklusal dan insisal gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka untuk
memudahkan pengeluaran protesa.
Pembuangan malam dengan melakukan pemisahan kedua kuvet disatukan
kembali.
Resin disuntikkan ke dalam rongga mold.
Resin dibiarkan dingin dan memadat.
Kuvet dimasukkan kedalam bak air untuk polimerisasi resin.Begitu bahan
terpolimerisasi, resin bahan dimasukkan ke dalam rongga mold. Setelah
selesai, gigi tiruan dikeluarkan, disesuaikan, diprose akhir, dipoles.
Aspek aspek yang mempengaruhi manipulasi
1. Perbandingan bubuk dan cairan
Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5:
1 satuan berat. Bila cairan terlalu sedikit maka tidak semua bubuk sanggup dibasahi oleh
cairan akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranul dan adonan
tidak akan mengalir saat dipress ke dalam mold . Sebaliknya, cairan juga tidak boleh
terlalu banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada adonan akrilik ,
maka pengerutan selama polimerisasi akan lebih besar (dari 7% menjadi 21 % satuan
volume ) dan membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai konsistensi dough dan
dapat menimbulkan porositas pada bahan gingiva tiruan.
2. Pencampuran
Setelah perbandingan tepat, maka bubuk dan cairan dicampur dalam tempat
yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit hingga mencapai fase dough. Adonan atau
campuran akrilik ini akan mengalami empat fase, yaitu :
Sandy stage : mula mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir
basah.
Sticky stage : bahan menjadi merekat ketika bubuk mulai larut dalam
cairan.
Dough stage : terbentuknya adonan yang halus, homogeny, dan
konsistensinya tidak melekat lagi dan mudah diangkat, dimana tahap ini
merupakan saat yang tepat untuk memasukkan adonan ke dalam mold
dalam waktu 10 menit.
Rubbery stage : bila adonan dibiarkan terlalu lama , maka akan terbentuk
adonan menyerupai karet dan menjadi kaku (rubbery hard ) sehingga
tidak dapat dimasukkan ke dalam mould.
3. Pengisian
Sebelum pengisian dinding mould diberi bahan separator untuk mencegah
merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan
permukaan yang kasar, merekatnya dengan bahan tanam gips dan mencegah air dari gips
masuk ke dalam resin akrilik.Pengisian adonan ke dalam mould harus diperhatikan agar
terisi penuh dan saat dipress terdapat tekanan yang cukup pada mould. Setelah pengisian
adonan ke dalam mould penuh kemudian dilakukan press pertama sebesar 1000 psi
ditunggu selama 5 menit agar mould terisi padat dan kelebihan resin dibuang kemudian
dilakukan press terakhir dengan tekanan 2200 psi ditunggu selama 5 menit . Selanjutnya
kuvet dipasang mur dan dilakukan proses kuring.
4. Kuring
Salah satu tehnik kuring mencakup proses pembuatan bahan tiruan dalam
water bath bertemperatur konstan yaitu 70 C selama 8 jam atau dengan cara dipanaskan
pada suhu 70 C selama 1 jam 30 menit kemudian meningkatkan temperatur smapai 100
C dipertahankan selama 1 jam. Pemanasan pada suhu 100 C penting dilakukan untuk
mendapatkan kekuatan dan derajat polimerisasi resin akrilik yang tinggi dan juga akan
mengurangi sisa monomer yang tertinggal. Kuvet yang didalamnya terdapat mold yang
telah diisi resin akrilik kemudian dipanaskan di dalam water bath . Suhu dan lamanya
pemanasan harus dikontrol. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring
yaitu :
Bila bahan mengalami kuring yang tidak sempurna , memungkinkan
mengandung monomer sisa tinggi.
Kecepatan peningkatan suhu tidak boleh terlalu besar. Monomer
mendidih pada suhu 100,3 C . Resin hendaknya tidak mencapai suhu ini
sewaktu masih terdapat sejumlah bagian monomer yang belum bereaksi .
Reaksi polimerisasi adalah bersifat eksotermis. Maka apabila sejumlah
besar massa akrilik yang belum dikuring tiba tiba dimasukkan ke dalam
air mendidih , suhu resin bisa naik di atas 100,3 C sehingga menyebabkan
monomer menguap . Hal ini menyebabkan gaseous porosity.
Setelah proses kuring, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan .
Pendinginan dilakukan hingga suhu mencapai suhu kamar . Selama proses
ini, harus dihindari pendinginan secara tiba-tiba karena semalaman
pendinginan terdapat perbedaan kontrasksi antara gips dan akrilik yang
menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Bila pendinginan
dilakukan secara perlahan, maka stress diberi kesempatan keluar akrilik
oleh karena plastic deformation. Selanjutnya resin dikeluarkan dari
cetakan dengan hati hati untuk mencegah patahnya gingiva tiruan,
kemudian dilakukan pemolesan resin akrilik,
Kekurangan dan kelebihan resin akrilik
1. Heat cured acrylic (resin akrilik teraktivasi)
a. Kelebihan :
- nilai estetis yang unggul dimana warna hasil akhir akrilik sama dengan
warna jaringan lunak rongga mulut.
- mudah dimanipulasi.
- harga terjangkau.
b. Kekurangan :
- daya tahan abrasi atau benturan masih tergolong rendah.
- fleksibilitas juga masih rendah.
- hasil akhir dari manipulasi akrilik akan terjadi penyusutan volume.
2. Self cured acrylic (resin akrilik teraktivasi kimia)
a. Kelebihan :
- mudah dilepaskan dari kuvet.
- fleksibilitas lebih tinggi dari tipe1.
- pengerutan volume akhir tergolong rendah karena proses polimerisasi dari
tipe ini tergolong kurang sempurna.
b. Kekurangan :
- elastisitas dari tipe initergolong kurang dari tipe I, kemudian karena
digunakan bahan kimia hal tersebut dapat mengiritasi jaringan rongga
mulut.
- lebih mahal.
3. Light cured acrylic (resin akrilik teraktivasi cahaya)
a. Kelebihan :
- penyusutan saat polimerisasi rendah.
- hasil akhir manipulasi dapat dibentuk dengan baik.
- resin ini dapat dimanipulasi dengan peralatan sederhana.
b. Kekurangan :
- elastisitas dari resin akrilik ini kecil dan penggunaan sinar UV pada resin
ini dapat merusak jaringan rongga mulut.
4. Microwave cured acrylic (resin akrilik teraktivasi kimia)
a. Kelebihan :
- waktu pemanasan yang dibutuhkan sangat singkat.
- perubahan warna kecil.
- sisa monomernya lebih sedikit di karenakan polimerisasinya lebih
sempurna.
b. Kekurangan :
- resin akrilik ini masih dapat menyerap air.
- harga cukup mahal karena manipulasinya menggunakan peralatan canggih.
Vulcanite
Dipakai sebelum ditemukan resin akrilik.
Komposisi karet (isoprene) dan sulfur.
Pembuatan dipanaskan > 1000 C dengan tekanan (vulkanisasi).
Sifat : cukup kuat.
Kelemahan : estetika kurang, menghisap saliva, dan sedikit ada perubahan
dimensi.
Phenol formaldehyde
Biasanya dikenal sebagai Bakelite.
Digunakan secara umum dalam industri dan dikembangkan sebagai basis
protesa
Proses agak sulit diperlukan penutupan kertas timah pada seluruh
permukaan plaster.
Pemrosesan dalam batas temperatur yang sangat sempit.
Kehilangan warna dalam mulut, cenderung kembali pada corak kuning alami
dari bahan.
Impact strength rendah.
VIinyl resin
Ketahanan terhadap kelelahan rendah menimbulkan fraktur setelah
pemakaian beberapa waktu.
Tidak cocok jika digunakan sendiri dikombinasikan dengan resin lain,
seperti akrilik.