Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 6 MODUL 3 "RESIN KEDOKTERAN GIGI

Kelompok 3
Tutor : drg. Rahmi Khairani Aulia

Ketua : Imam Hidayatsyah


Sekretaris : Avisa Ulima
Tatha Febilla Kriswandi

Anggota :
Varen Nadya Antoni
Egy Permatasari Helmy
Viktoria Surya Dharma
Elsa Febri Hanesty
Andwitya Prameshwari
Vikra Prasetya Waldi
Faris Ihsan

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2017
MODUL 3
RESIN KEDOKTERAN GIGI

SKENARIO 3
Warna tambalan giginya sama ya..

Zaky mahasiswa kedokteran gigi tahun pertama menemani ibunya ke drg. Nina untuk
memeriksakan giginya yang terasa ngilu bila minum es. Pada pemeriksaan intraoral terlihat gigi
2.1 karies media dan missing teeth 3.5,3.6,4.5,4.6, dan 4.7. Drg. Nina menjelaskan bahwa rencana
perawatan untuk ibunya yaitu membuat protesa berbasis akrilik untuk gigi yang ompong dan
penambalan dengan menggunakan resin komposit untuk gigi karies yan warnanya persis sama
dengan warna gigi asli.
Sebelum ditambal dengan komposit, harus diaplikasikan suatu bahan etsa dan bonding
untuk melekatkan tambalan dengan gigi, jelas drg. Nina. Semua bahan tersebut merupakan bahan
resin, lanjut drg. Nina. Zaky mendengar penjelasan drg. Nina dengan seksama dan merasa ingin
tahu bagaimana dengan struktur, sifat, serta manipulasi bahan resin tersebut.
Dapatkah saudara membantu Zaky untuk menjelaskan tentang resin yang dipakai dalam
kedokteran gigi?

Langkah 1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefini-


sikan hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan interprestasi

Karies media : Karies yang mengenai email dan telah mencapai setengah
dentin.
Bahan etsa : Bahan untuk melekatkan bahan resin kepermukaan gigi
berupa asam lemah.
Bonding : Resin untuk membentuk adhesi semen.
Resin : Senyawa polimer biasa untuk membuat fiber glass
berbentuk cairan kental
Digunakan untuk mengganti struktur gigi yang hilang,
bentuk dan warna.
Akrilik : Salah satu bahan kedokteran gigi yang berbentuk
lembaran/sheet.
Semacam plastis yang menyerupai kaca namun lebih
unggul dari kaca sehingga dapat digunakan pada basis
protesa dan ortho lepasan
Intraoral : Pemeriksaan yang dilakukan dalam mulut pasien
Langkah 2. Menentukan masalah

1. Apa saja jenis-jenis resin?


2. Apa saja klasifikasi dari resin komposit dan akrilik?
3. Apakah struktur dan komposisi resin komposit?
4. Apa saja sifat bahan resin?
5. Apa saja fungsi dari resin?
6. Apa saja syarat resin yang baik?
7. Bagaimana cara memanipulasi bahan resin?
8. Apa saja kelebihan dan kekurangan resin akrilik?
9. Apa saja macam-macam protesa gigi?
10. Apa saja komponen bonding agent?
11. Apakah efek samping pemakaian dari bahan tersebut terhadap jaringan?

Langkah 3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan


menggunakan prior knowledge

1. Apa saja jenis-jenis resin?


Thermoplastik : larut dalam pelarut organik dan dapat dibentuk berulang-ulang.
Thermosetting : hanya dapat digunakan sekali dan ketahanan abrasi dalam dimensi
baik.
Elastromer
Metakrilat : resin akrilik multifungsi
Metil metakrilat : cairan bening dan transparan
Polimetil metakrilat : resin transparan dengan kejernihan luar biasa

2. Apa saja klasifikasi dari resin komposit dan akrilik?


Resin komposit : terdiri dari filler dan aktifatsi
Resin akrilik : terdiri dari heat cure aklirik resin dancself cure akrilik resin

3. Apakah struktur dan komposisi resin komposit?


Resin matriks : tidak membutuhkan panas
Partikel bahan pengisi/filler (30% berat material)
Kapling : memperkuat ikatan filler dan matrik
Juga terdiri dari :
Bahan penghambat polimersasi
Penyerap UV
Opacifies
Pigmen warna
4. Apa saja sifat bahan resin?
Resin akrilik :
Cukup elastik
Tidak berbau
Tidak toksik
Tidak berubah warna
Tidak mengiritasi
Resin komposit :
Absorpsi air rendah
Perubahan warna minimal
Kerusakan akibar karies minimal
Konduktivitas termal rendah
Estetik bagus
Kekuatan oklusal rendah

Selain dari yang diatas juga ada

Sifat fisik :
Warna
Strength tensile dan compressive strength
Setting
Sifat mekanis :
Adhesi
Kekuatan dan keausan
Sifat kimia :
Lambat absorbsi air
Sifat estetik :
Pigmentasi sama dengan jaringan lunak rongga mulut
sifat ekonomis

5. Apa saja fungsi dari resin?


Sebagai sendok cetak
Basis gigi tiruan
Elemen gigi tiruan
Crown and bridge sementara
Bahan restorasi gigi
Sementasi
Athletic Mouth Protector
Pola inlay dan pasak inti
Protesa maxillofacial
Ortodonti

6. Apa saja syarat resin yang baik?


Segi biologis :
Tidak berasa
Tidak berbau
Tidak toksik
Tidak mengiritasi jaringan rongga mulut
Tidak larut dalam saliva
Segi fisik :
Punya kekuatan dan kepegasan
Tahan terhadap tekanan gigi dan pengunyahan
Segi kimia :
Punya translusensi / transparansi tinggi
Dapat diwarnai dan dipigmentasi
Tidak berubah warna setelah pemakaian

7. Bagaimana cara memanipulasi bahan resin?


Resin komposit
Etsa asam : menghilangkan prisma email
Bahan bonding : bonding harus hidrifilik dan hidrofobik
Resin akrilik
Molding penyuntikan
Molding penekanan

8. Apa saja kelebihan dan kekurangan resin akrilik?


Kelebihan Akrilik :
Mempunyai nilai estetis yang baik
Mudah dan murah untuk diproses
Biokompatibilitas yang baik terhadap jaringan rongga mulut
Mempunyai warna yang stabil
Tidak mempunyai bau dan rasa
Kekurangan Akrilik :
Mempunyai kekuatan yang rendah
Konduktivitas termal yang rendah
Rentan terhadap distorsi
Daya tahan terhadap benturan yang rendah

9. Apa saja macam-macam protesa gigi?
Gigi Tiruan Penuh
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Protesa gigi lepasan
Adalah protesa gigi yang mudah di lepas pasang oleh pasien, yang terbuat dari
akrilik atau metal
Potesa Gigi Cekat
Adalah jenis protesa gigi yang permanen, yang tidak dapat di lepas oleh pasien.
.
10. Apa saja komponen bonding agent?
Primer : sebagai media penyambung
Sealer : mempermudah pengikatan resin komposit
Coupling agent : menyambungkan 2 materi berbeda untuk mengikat reactive grup

11. Apakah efek samping pemakaian dari bahan tersebut terhadap jaringan?
Iritas : gatal, kemerahan, radang
Sisa monemer yang belum bersih dan langsung dipakaikan ke pasien dapat
menyebabkan alergi
Langkah 4.
Membuat skema atau diagram dari komponen-komponenpermasalahan dan
mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk
membuat solusi secara terintegrasi

Ibu Zaky

Ke drg. Nina

Karies Media Missing Teeth

Tambalan
Bahan Etsa Protesa
Resin
dan Bonding Berbasis Akrilik
Komposit

Klasifikasi Sifat Struktur Fungsi Manipulasi


Langkah 5. Memformulasikan tujuan pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis resin dalam kedokteran gigi.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang resin akrilik dengan klasifikasi,
sifat, struktur, fungsi, dan manipulasi.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang resin komposit dengan klasifikasi,
sifat, struktur, fungsi, dan manipulasi.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang bonding agent.

Langkah 6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain

Langkah 7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis resin dalam kedokteran gigi
Klasifikasi resin berdasarkan sifat termal :
Resin Thermoplastik : resin yang dapat dilunakkan dan dibentuk berulang
dengan pemanasan tetapi akan mengalami pengerasan pada saat pendinginan/
temperaturnya turun. Thermoplastik dapat larut dalam pelarut organik. Dokter gigi
menggunakan bahan resin thermoplastik umumnya untuk memperbaiki gigi, mengganti
gigi dan struktur gigi yang hilang. Resin ini dapat direkatkan dengan resin lain langsung
dengan struktur gigi atau bahan restorasi lain. Contoh : celluloid, cellulose nitrate, vinyl
resin, nylon, polycarbonate, resin akrilik.
Resin Thermosetting : resin ini mejadi keras secara permanen bila dipanaskan
melebihi temperature kritis dan tidak dapat melunak kembali pada pemanasan ulang atau
hanya bisa dibentuk 1 kali. Resin ini umumnya tidak bercampur dan tidak larut. Resin
ini mempunyai ketahanan abrasi serta kestabilan dimensi yang istimewa dibanding
dengan resin thermoplastik yang memiliki sifat lentur dan tahan benturan yang baik.
Contoh : vulcanite, phenol formaldehyde.
Elastomer
Industri elastomer modern dibangun berdasarkan pada lateks alami yang diisolasi
dari pohon hevea brasiliense. Sejak abad 20, para ahli kimia telah mencoba membuat
bahan yang mempunyai sifat menyerupai karet alami dan ini telah membawa pada
produksi serangkaian jenis elastomer sintetik. Beberapa elastomer ini digunakan dalam
kedokteran gigi sebagai bahan cetak. Elastomer ini mudah mengalami deformasi dan
menunjukkan elongasi reversible yang ekstensif dibawah aplikasi tekanan kecil atau
bahan tersebut mempunyai elastisitas.
Persyaratan resin gigi :
Pertimbangan biologis : tidak memiliki rasa, tidak berbau, tidak toksik, tidak
mengiritasi jaringan lunak rongga mulut, dan yang terpenting tidak larut dalam
saliva.
Sifat fisik : kekuatan dan kepegasan serta tahan tehadap tekanan gigit atau
kunyah, tekanan benturan, serta keausan.
Sifat estetik : bahan harus translusensi dan transparan sehingga cocok dengan
penampilan jaringan mulut yang digantikan, harus dapat diwarnai dan
dipigmentasi, harus tidak berubah warna.
Karakteristik penanganan : tidak boleh menghasilkan uap/debu toksik selama
penangan dan manipulasi, mudah diaduk, dibentuk, dimasukkan, diproses.
Kemudian harus dapat diperbaiki dengan mudah dan efisien.
Pertimbangan ekonomis : biaya resin dan metode pemrosesannya harus rendah
dan tidak memerlukan peralatan kompleks serta mahal

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang resin akrilik dengan klasifikasi,
sifat, struktur, fungsi, dan manipulasi
Resin akrilik
Resin akrilik adalah rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metil metakrilat
yang berulang. Resin akrilik digunakan untuk membuat basis gigi tiruan dalam proses
rehabilitatif, untuk pelat ortodonsi, maupun restorasi crown and bridge.
Syarat- syarat akrilik :
Tidak toksis dan tidak mengiritasi.
Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang
tipis.
Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidak
mudah mengalami perubahan bentuk yang permanen.
Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah
jika terbentur atau jatuh.
Mempunyai fatigue strength tinggi sehingga akrilik dapat dipakai sebagai
bahan restorasi yang cukup lama.
Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.
Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah
dipigmentasi. Warna yang diperoleh hendaknya tidak luntur.
Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengan sinar x jika
tertelan.
Mudah direparasi jika patah.
Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.
Mudah dibersihkan.
Klasifikasi resin akrilik
Heat Cured (Resin akrilik polimerisasi panas)
Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan.
Energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan
perendaman air atau microwave. Penggunaan energy termal menyebabkan dekomposisi
peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk akan mengawali
proses polimerisasi.
Resin akrilik swapolimerisasi ( Self- Cured) autopolymerizing
Merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara kimia. Resin yang teraktivasi
secara kimia tidak memerlukan penggunaan energi termal dan dapat dilakukan pada suhu
kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui penambahan amintersier terhadap monomer.
Bila komponen powder dan liquid diaduk, amintersier akan menyebabkan terpisahnya
benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai.
Resin akrilik polimerisasi microwave
Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik dalam rentang
frekuensi megahertz untuk mengaktifkan proses polimerisasi basis resin akrilik. Prosedur
ini sangat disederhanakan pada tahun 1983, dengan pengenalan serat kaca khusus, cocok
untuk digunakan dalam oven microwave. Resin akrilik dicampur dalam bubuk yang
tepat, dalam waktu yang sangat singkat sekitar 3 menit. Kontrol yang cermat dari waktu
dan jumlah watt dari oven adalah penting untuk menghasilkan resin bebas pori dan
memastikan polimerisasi lengkap.
Resin akrilik polimerisasi cahaya
Resin akrilik diaktifkan cahaya, yang juga disebut resin VLC, adalah
kopolimer dari dimetakrilat uretan dan resin akrilik kopolimer bersama dengan silika
microfine. Proses polimerisasi diaktifkan dengan menempatkan resin akrilik yang telah
dicampur dalam moldable di model master pada sebuah meja berputar, dalam ruang
cahaya dengan intensitas cahaya yang tinggi dari 400-500 nm, untuk periode sekitar 10
menit.
Komposisi resin akrilik :
1. Heat cured acrylic :
Bubuk (powder) mengandung :
Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama.
Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%.
Reduces translucency : titanium dioxide.
Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan
jaringan mulut : 1%.
Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil.
Cairan (liquid) mengandung :
Monomer :methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah
menguap.
Stabilisator : 0,006 % inhibitor hidrokuinonsebagai penghalang
polimerisasi selama penyimpanan.
Cross linking agent: 2 % ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaat
membantu penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai
menjadi panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin
akrilik.
2. Self cured acrylic :
Komposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan
aktivator, seperti dimethyl-p-toluidinpada liquidnya
Sifat Resin Akrilik :
1. Sifat fisik
Warna dan persepsi warna
Resin akrilik mempunyai warna yang harmonis, artinya warnanya sama
dengan jaringan sekitar. Warna disini berkaitan dengan estetika, dimana harus
menunjukkan transulensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan
penampilan jaringan mulut yang digantikannya. Selain itu harus dapat diwarnai atau
dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah pembentukkan.
Stabilitas dimensional
Resin Akrilik mempunyai dimensional stability yang baik, sehingga
dalam kurun waktu tertentu bentuknya tidak berubah. Stabilitas dimensional dapat
dipengaruhi oleh proses, molding, cooling, polimerisasi, absobsi air, dan temperatur
tinggi.
Abrasi dan ketahanan abrasi
Kekerasan merupakan suatu sifat yang sering kali digunakan untuk
memperkirakan ketahanan aus suatu bahan dan kemampuan untuk mengikis struktur gigi
lawannya. Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya
sebuah substansi / zat. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan yang mengakibatkan
kerusakan dan terbentuknya pecahan / fraktur. Namun resin akrilik keras dan memiliki
daya tahan yang baik terhadap abrasi.
Crazing ( retak )
Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin disebabkan karena
adanya tensile stress, sehingga terjadi pemisahan berat molekul atau terpisahnya molekul
molekul polimer.
Creep ( tekanan )
Creep didefinisikan sebagai geseran plastik yang bergantung waktu dari
suatu bahan di bawah muatan statis atau tekanan konstan. Akrilik mempunyai sifat cold
flow, yaitu apabila akrilik mendapat beban atau tekanan terus menerus dan kemudian
ditiadakan, maka akan berubah bentuk secara permanen.
Termal
Thermal conduktivity resin akrilik rendah dibandingkan dengan logam,
pengahntar panasnya sebesar 5,7 x 10-4 / detik / cm / 0C / cm2.
Porositas
Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang
telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek negatif terhadap
kekuatan dari resin akrilik. Dimana resin akrilik ini mudah patah. Macam-macam
porosity :
Gasseous porosity
Pemanasan yang terlalu tinggi dan cepat sehingga sebagian monomer
tidak sempat berpolimerisasi dan menguap membentuk bubbles (bola-bola uap) sehingga
pada bagian resin yang lebih tebal, bubbles terkurung sehingga terjadi porositas yang
terlokalisir. Sedangkan pada bagian yang tipis, panas cxothermis dapat keluar dan diserap
gips sehingga resin tidak melewati titik didihnya dan tidak akan membentuk bubbles. Air
yang terkandung didalam resin sebelum atau selama polirnerisasi akan merendahkan titik
didih monomer sehingga dengan ternperatur biasa akan terjadi seperti diatas.
Shrinkage porosity
Ketidak-homogenan resin akrlik selama polirnerisasi sehingga bagian
yang mengandung lebih banyak monomer akan menyusut dan membentuk voids (ruang-
ruang hampa udara) dan terjadi porosity yang terlokalisi. Polimer-polimer yang berbeda
BM, komposisi, dan ukuran akan menyebabkan bagian-bagian yang mempunyai partikel-
partikel lebih kecil dulu berpolimerisasi daripada partikel yang lebih besar. Bagian-
bagian yang berpolimerisasi lebih lambat akan berpindah kebagian yang berpolimerisasi
lebih dulu, sehingga terbentuk voids dengan porosity yang terlokalisir. Kurang lamanya
pengepresan sebelum penggodokan maupun selama polimerisasi juga akan
menyebabkan diffusi monomer menjadi kurang baik dan membuat voids dengan porosity
internal.
2. Sifat mekanik
Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari
bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan. Sifat mekanis bahan basis gigi tiruan
terdiri atas :
Kekuatan tensil
Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa. Kekuatan
tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin akrilik.
Kekuatan impak
Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm.
Resin akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigi tiruan akrilik
jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur.
Fatique
Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur
akibat fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigi tiruan yang tidak didesain
dengan baik sehingga basis gigi tiruan melengkung setiap menerima tekanan
pengunyahan. Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,5 juta
2
lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lb/in pada stress maksimum 17 MPa.
Crazing
Crazing merupakan terbentuknya goresan atau keretakan mikro. Crazing
pada resin transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang. Pada resin
berwarna, menimbulkan gambaran putih. Crazing kadang-kadang muncul berupa
kumpulan retakan pada permukaan gigi tiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis
gigi tiruan. Retakan-retakan ini dapat timbul akibat salah satu dari tiga mekanisme
berikut. Pertama, apabila pasien memiliki kebiasaan sering mengeluarkan gigi tiruannya
dan membiarkannya kering, siklus penyerapan air yang konstan diikuti pengeringan
sehingga dapat menimbulkan stress tensil pada permukaan dan mengakibatkan terjadinya
crazing. Kedua, penggunaan anasir gigi tiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing
pada basis di daerah sekitar leher anasir gigi tiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien
ekspansi termal antara porselen dan resin akrilik. Ketiga, crazing dapat terjadi selama
perbaikan gigi tiruan ketika monomer metil metakrilat berkontak dengan resin akrilik
yang telah mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat crazing ini dapat
dikurangi oleh cross-linking agent yang berfungsi mengikat rantai-rantai polimer.
Kekerasan
Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15
2
kg/mm . Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak
dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung menipis.
Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi pembersih
yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah besar.
3. Sifat kimia
Penyerapan air
Penyerapan air selalu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang lebih
besar pada bahan yang lebih kasar. Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi,
meskipun tidak signifikan. Penelitian Cheng Yi-Yung (1994) menemukan bahwa
penambahan berbagai serat pada resin akrilik menunjukkan perubahan dimensi yang
lebih kecil selama perendaman dalam air.
Stabilitas warna
Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan
terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin
akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan
kopi. Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki
stabilitas warna yang baik.
4. Sifat biologis
Pembentukan koloni bakteri
Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan gigi
tiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan
permukaan, dan kekasaran permukaan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa resin
akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah, permukaan yang halus,
kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan nilon dan sudut kontak permukaan
dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering
dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi. Pembersihan dan
perendaman gigi tiruan dalam pembersih kemis secara teratur umumnya sudah cukup
untuk mengurangi masalah perlekatan bakteri.
Biokompatibilitas
Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel.
Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi yang
disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoic acid pada basis gigi tiruan.
Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami iritasi apabila terdapat jumlah monomer
yang tinggi pada basis gigitiruan yang tidak dikuring dengan baik. Batas maksimal
konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO
adalah 2,2 %.
Manipulasi Resin Akrilik
Rasio polimer:monomer adalah 3:1. Hal ini akan memberikan monomer yang
cukup untuk membasahi keseluruhan partikel polimer. Ada dua jenis cara manipulasi
resin akrilik, yaitu :
1. Teknik molding-tekanan
Susunan gigi tiruan disiapkan untuk proses penanaman.
Master model ditanam didalam dental stone yang dibentuk dengan tepat.
Permukaan oklusal dan insisal elemen gigi tiruan dibiarkan sedikit
terbuka untuk memudahkan prosedur pembukaan kuvet.
Penanaman dalam kuvet gigi tiruan penuh rahang atas. Pada tahap ini,
dental stone diaduk dan sisa kuvet diisi. Penutup kuvet perlahan-lahan
diletakkan pada tempatnya dan stone dibiarkan mengeras. Setelah proses
pengerasan sempurna, malam dikeluarkan dari mould. Untuk
melakukannya, kuvet dapat direndam dalam air mendidih selama 4 menit.
Kuvet kemudian dikeluarkan atau diangkat dari air dan kedua bagian
kuvet dibuka. Kemudian malam luar dikeluarkan. Penempatan medium
pemisah berbasis alginat untuk melindungi bahan protesa.
2. Teknik molding-penyuntikan :
Setengah kuvet diisi dengan adukan dental stone dan model master
diletakkan ke dalam stone tersebut. Stone dibentuk dan dibiarkan
mengeras.
Sprue diletakkan dalam basis malam.
Permukaan oklusal dan insisal gigi tiruan dibiarkan sedikit terbuka untuk
memudahkan pengeluaran protesa.
Pembuangan malam dengan melakukan pemisahan kedua kuvet disatukan
kembali.
Resin disuntikkan ke dalam rongga mold.
Resin dibiarkan dingin dan memadat.
Kuvet dimasukkan kedalam bak air untuk polimerisasi resin.Begitu bahan
terpolimerisasi, resin bahan dimasukkan ke dalam rongga mold. Setelah
selesai, gigi tiruan dikeluarkan, disesuaikan, diprose akhir, dipoles.
Aspek aspek yang mempengaruhi manipulasi
1. Perbandingan bubuk dan cairan
Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5:
1 satuan berat. Bila cairan terlalu sedikit maka tidak semua bubuk sanggup dibasahi oleh
cairan akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranul dan adonan
tidak akan mengalir saat dipress ke dalam mold . Sebaliknya, cairan juga tidak boleh
terlalu banyak karena dapat menyebabkan terjadinya kontraksi pada adonan akrilik ,
maka pengerutan selama polimerisasi akan lebih besar (dari 7% menjadi 21 % satuan
volume ) dan membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai konsistensi dough dan
dapat menimbulkan porositas pada bahan gingiva tiruan.
2. Pencampuran
Setelah perbandingan tepat, maka bubuk dan cairan dicampur dalam tempat
yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit hingga mencapai fase dough. Adonan atau
campuran akrilik ini akan mengalami empat fase, yaitu :
Sandy stage : mula mula terbentuk campuran yang menyerupai pasir
basah.
Sticky stage : bahan menjadi merekat ketika bubuk mulai larut dalam
cairan.
Dough stage : terbentuknya adonan yang halus, homogeny, dan
konsistensinya tidak melekat lagi dan mudah diangkat, dimana tahap ini
merupakan saat yang tepat untuk memasukkan adonan ke dalam mold
dalam waktu 10 menit.
Rubbery stage : bila adonan dibiarkan terlalu lama , maka akan terbentuk
adonan menyerupai karet dan menjadi kaku (rubbery hard ) sehingga
tidak dapat dimasukkan ke dalam mould.
3. Pengisian
Sebelum pengisian dinding mould diberi bahan separator untuk mencegah
merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan
permukaan yang kasar, merekatnya dengan bahan tanam gips dan mencegah air dari gips
masuk ke dalam resin akrilik.Pengisian adonan ke dalam mould harus diperhatikan agar
terisi penuh dan saat dipress terdapat tekanan yang cukup pada mould. Setelah pengisian
adonan ke dalam mould penuh kemudian dilakukan press pertama sebesar 1000 psi
ditunggu selama 5 menit agar mould terisi padat dan kelebihan resin dibuang kemudian
dilakukan press terakhir dengan tekanan 2200 psi ditunggu selama 5 menit . Selanjutnya
kuvet dipasang mur dan dilakukan proses kuring.
4. Kuring
Salah satu tehnik kuring mencakup proses pembuatan bahan tiruan dalam
water bath bertemperatur konstan yaitu 70 C selama 8 jam atau dengan cara dipanaskan
pada suhu 70 C selama 1 jam 30 menit kemudian meningkatkan temperatur smapai 100
C dipertahankan selama 1 jam. Pemanasan pada suhu 100 C penting dilakukan untuk
mendapatkan kekuatan dan derajat polimerisasi resin akrilik yang tinggi dan juga akan
mengurangi sisa monomer yang tertinggal. Kuvet yang didalamnya terdapat mold yang
telah diisi resin akrilik kemudian dipanaskan di dalam water bath . Suhu dan lamanya
pemanasan harus dikontrol. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses kuring
yaitu :
Bila bahan mengalami kuring yang tidak sempurna , memungkinkan
mengandung monomer sisa tinggi.
Kecepatan peningkatan suhu tidak boleh terlalu besar. Monomer
mendidih pada suhu 100,3 C . Resin hendaknya tidak mencapai suhu ini
sewaktu masih terdapat sejumlah bagian monomer yang belum bereaksi .
Reaksi polimerisasi adalah bersifat eksotermis. Maka apabila sejumlah
besar massa akrilik yang belum dikuring tiba tiba dimasukkan ke dalam
air mendidih , suhu resin bisa naik di atas 100,3 C sehingga menyebabkan
monomer menguap . Hal ini menyebabkan gaseous porosity.
Setelah proses kuring, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan .
Pendinginan dilakukan hingga suhu mencapai suhu kamar . Selama proses
ini, harus dihindari pendinginan secara tiba-tiba karena semalaman
pendinginan terdapat perbedaan kontrasksi antara gips dan akrilik yang
menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer. Bila pendinginan
dilakukan secara perlahan, maka stress diberi kesempatan keluar akrilik
oleh karena plastic deformation. Selanjutnya resin dikeluarkan dari
cetakan dengan hati hati untuk mencegah patahnya gingiva tiruan,
kemudian dilakukan pemolesan resin akrilik,
Kekurangan dan kelebihan resin akrilik
1. Heat cured acrylic (resin akrilik teraktivasi)
a. Kelebihan :
- nilai estetis yang unggul dimana warna hasil akhir akrilik sama dengan
warna jaringan lunak rongga mulut.
- mudah dimanipulasi.
- harga terjangkau.
b. Kekurangan :
- daya tahan abrasi atau benturan masih tergolong rendah.
- fleksibilitas juga masih rendah.
- hasil akhir dari manipulasi akrilik akan terjadi penyusutan volume.
2. Self cured acrylic (resin akrilik teraktivasi kimia)
a. Kelebihan :
- mudah dilepaskan dari kuvet.
- fleksibilitas lebih tinggi dari tipe1.
- pengerutan volume akhir tergolong rendah karena proses polimerisasi dari
tipe ini tergolong kurang sempurna.
b. Kekurangan :
- elastisitas dari tipe initergolong kurang dari tipe I, kemudian karena
digunakan bahan kimia hal tersebut dapat mengiritasi jaringan rongga
mulut.
- lebih mahal.
3. Light cured acrylic (resin akrilik teraktivasi cahaya)
a. Kelebihan :
- penyusutan saat polimerisasi rendah.
- hasil akhir manipulasi dapat dibentuk dengan baik.
- resin ini dapat dimanipulasi dengan peralatan sederhana.
b. Kekurangan :
- elastisitas dari resin akrilik ini kecil dan penggunaan sinar UV pada resin
ini dapat merusak jaringan rongga mulut.
4. Microwave cured acrylic (resin akrilik teraktivasi kimia)
a. Kelebihan :
- waktu pemanasan yang dibutuhkan sangat singkat.
- perubahan warna kecil.
- sisa monomernya lebih sedikit di karenakan polimerisasinya lebih
sempurna.
b. Kekurangan :
- resin akrilik ini masih dapat menyerap air.
- harga cukup mahal karena manipulasinya menggunakan peralatan canggih.
Vulcanite
Dipakai sebelum ditemukan resin akrilik.
Komposisi karet (isoprene) dan sulfur.
Pembuatan dipanaskan > 1000 C dengan tekanan (vulkanisasi).
Sifat : cukup kuat.
Kelemahan : estetika kurang, menghisap saliva, dan sedikit ada perubahan
dimensi.
Phenol formaldehyde
Biasanya dikenal sebagai Bakelite.
Digunakan secara umum dalam industri dan dikembangkan sebagai basis
protesa
Proses agak sulit diperlukan penutupan kertas timah pada seluruh
permukaan plaster.
Pemrosesan dalam batas temperatur yang sangat sempit.
Kehilangan warna dalam mulut, cenderung kembali pada corak kuning alami
dari bahan.
Impact strength rendah.
VIinyl resin
Ketahanan terhadap kelelahan rendah menimbulkan fraktur setelah
pemakaian beberapa waktu.
Tidak cocok jika digunakan sendiri dikombinasikan dengan resin lain,
seperti akrilik.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang resin komposit dengan


klasifikasi, sifat, struktur, fungsi, dan manipulasi.
Resin komposit dapat diklasifikasikan :
1. Berdasarkan ukuran filler
a. Resin komposit tradisional
Resin komposit tradisional juga dikenal sebagai resin konvensional.
Komposit ini terdiri dari partikel filler kaca dengan ukuran rata-rata 10-20 m dan ukuran
partikel terbesar adalah 40m. Terdapat kekurangan pada komposit ini yaitu permukaan
tambalan tidak bagus, dengan warna yang pudar disebabkan partikel filler menonjol
keluar dari permukaan.
b. Resin komposit mikrofiler
Resin mikrofiler pertama diperkenalkan pada akhir tahun 1970, yang
mengandung colloidal silica dengan rata-rata ukuran partikel 0.02 m dan antara ukuran
0.01-0.05 m. Ukuran partikel yang kecil dimaksudkan agar komposit dapat dipolish
hingga menjadi permukaan yang sangat licin. Ukuran partikel filler yang kecil bermaksud
bahan ini dapat menyediakan luas permukaan filler yang besar dalam kontak dengan
resin.
c. Resin komposit hibrid
Komposit hibrid mengandung partikel filler berukuran besar dengan rata-
rata berukuran 15-20 m dan juga terdapat sedikit jumlah colloidal silica, dengan ukuran
partikel 0.01-0.05 m. Perlu diketahui bahwa semua komposit pada masa sekarang
mengandung sedikit jumlah colloidal silica, tetapi tidak mempengaruhi sifat-sifat dari
komposit itu.
d. Resin Komposit Partikel Hibrid Ukuran Kecil
Untuk mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil daripada sebelumnya
telah dilakukan perbaikan metode dengan cara grinding kaca. Ini menyebabkan kepada
pengenalan komposit yang mempunyai partikel filler dengan ukuran partikel kurang dari
1m, dan biasanya berukuran 0.1-1.0 m, yang biasanya dikombinasi dengan colloidal
silica. Partikel filler berukuran kecil memungkinkan komposit dipolish permukaannya
sehingga menjadi lebih rata dibanding partikel filler berukuran besar. Komposit ini dapat
mencapai permukaan yang lebih rata karena setiap permukaan kasar yang dihasilkan dari
partikel filler adalah lebih kecil dari partikel filler.
2. Berdasarkan cara aktivasi
a. Aktivasi secara khemis
Produk yang diaktivasi secara khemis terdiri dari dua pasta, satu yang
mengandung benzoyl peroxide (BP) initiator dan yang satu lagi mengandung
aktivator aromatic amine tertier. Sewaktu aktivasi, rantai OO putus dan elektron
terbelah diantara kedua molekul oksigen (O). Pasta katalis dan base diletakkan di
atas mixing pad dan diaduk dengan menggunakan instrument plastis selama 30 detik.
Dengan pengadukan tersebut, amine akan bereaksi dengan BP untuk membentuk radikal
bebas dan polimerisasi dimulai. Adonan yang telah siap diaduk kemudian dimasukkan
ke dalam kavitas dengan menggunakan instrument plastis atau syringe.
b. Aktivasi mempergunakan cahaya
Sistem aktivasi menggunakan cahaya pertama kali diformulasikan untuk
sinar ultraviolet (UV) membentuk radikal bebas. Pada masa kini, komposit yang
menggunakan curing sinar UV telah digantikan dengan sistem aktivasi sinar tampak biru
yang telah diperbaiki kedalaman curing, masa kerja terkontrol, dan berbagai kebaikan
lainnya. Disebabkan kebaikan ini, komposit yang menggunakan aktivasi sinar tampak
biru lebih banyak digunakan dibanding material yang diaktivasi secara khemis. Komposit
yang menggunakan aktivasi dari sinar ini terdiri dari pasta tunggal yang diletakkan
dalam syringe tahan cahaya. Pasta ini mengandung photosensitizer, Camphorquinone
(CQ) dengan panjang gelombang diantara 400-500 nm danamine yang menginisiasi
pembentukan radikal bebas. Bila bahan ini, terkontaminasi sinar tampak biru (visible
blue light, panjang gelombang ~468nm) memproduksi fase eksitasi dari photosensitizer,
dimana akan bereaksi denganamine untuk membentuk radikal bebas sehingga terjadi
polimerisasi lanjutan. Working time bagi komposit tipe ini juga tergantung pada operator.
Pasta hanya dikeluarkan dari tube pada saat ingin digunakan karena terkena sinar pada
pasta dapat menginisiasi polimerisasi. Pasta diisi kedalam kavitas, disinar dengan sinar
biru dan terjadi polimerisasi sehingga bahan resin mengeras. Camphorquinone (CQ)
menyerap sinar tampak biru dan membentuk fase eksitasi dengan melepaskan elektron
seperti amine (dimetyhlaminoethyl methacrylate [DMAEMA]).
1. Berdasarkan cara polimerisasi
Chemical Cure
Resin komposit yang terpolimerisasi secara kimia, atau resin komposit self
cured, terdiri dari dua pasta dalam botol atau syringe. Pasta pertama disebut
sebagai base, terdiri dari komposit dan benzoyl peroksida sebagai initiator.
Pasta yang lainnya disebut sebagai katalis, terdiri dari komposit dan tersier
amine sebagai activator. Kedua bagian pasta ini diaduk bersamaan dan reaksi
polimerisasi dimulai.
Light Cure
Resin komposit light cured merupakan tipe resin komposit yang umum
digunakan pada praktek pribadi. Intensitas sinar tampak pada gelombang
sinar biru mengaktivasi material ini. Sinar biru dengan panjang gelombang
antara 400 dan 500 nm mengaktivasi diketon, dengan adanya organic amin,
menyebabkan resin terpolimerisasi.
Dual cure
Resin komposit dual cure merupakan dua pasta yang terdiri dari initiator dan
activator, dari keduanya yaitu aktivasi dengan sinar dan sedikit material
dengan aktivasi kimia. Keuntungannya adalah kedua pasta dicampur bersama
dan ditempatkan pada gigi,sinar curing digunakan untuk mengawali reaksi
setting dan reaksi setting secara kimia berlanjut pada area yang tidak
terjangkau oleh sinar, utnuk memastikan setting yang sempurna.
Resin komposit
Resin komposit merupakan resin akrilik yang telah ditambah dengan bahan lain
seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.
Komposisi resin komposit :
1. Bahan utama/matriks resin
2. Filler
3. Coupling agent
4. Penghambat polimerisasi
5. Penyerap UV
6. Opacifier
7. Pigmen warna
Struktur resin komposit :
1. Bahan utama/matriks resin
Kebanyakan resin komposit menggunakan campuran monomer aromatic atau
aliphatic dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS-GMA), selain itu
juga banyak dipakai adalah tryethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA), dan urethane
dimethacrylate (UDMA) adalah dimethacrylate yang umum digunakan dalam komposit
gigi. Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi (komposit) dimulai dari akhir tahun
1950-an dan awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin
epoksi dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem epoksi, seperti lamanya
pengerasan dan kecenderungan perubahan warna, mendorong Bowen
mengkombinasikan keunggulan epoksi (CH-O-CH2) dan akrilat (CH2=CHCOO-).
Percobaan-percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul BIS-GMA. Molekul
tersebut memenuhi persyaratan matrik resin suatu komposit gigi. BIS-GMA memiliki
viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan cairan dari dimethacrylate lain
yang memiliki viskositas rendah yaitu TEGDMA untuk menghasilkan cairan resin yang
dapat diisi secara maksimal dengan partikel glass. Sifatnya yang lain yaitu sulit
melakukan sintesa antara struktur molekul yang alami dan kurang melekat dengan baik
terhadap struktur gigi.
2. Filler
Dikenal sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70% dari berat
material. Beberapa jenis filler yang sering dijumpai adalah berbentuk manik-manik kaca
dan batang, partikel keramik seperti quartz (SiO2), litium-aluminium silikat
(Li2O.Al2O3.4SiO2), dan kaca barium (BaO) yang ditambahkan untuk membuat
komposit menjadi radiopak. Ukuran partikel yang sering dipakai berkisar antara 4 hingga
15 m. Partikel yang dikategorikan berukuran besar sehingga mencapai 60 m pernah
digunakan tetapi permukaan tumpatan akan menjadi kasar sehingga mengganggu
kenyamanan pasien. Bentuk dari partikel juga terbukti penting karena manik-manik bulat
sering terlepas dari material mengakibatkan permukaan menjadi aus. Bentuk filler yang
tidak beratura mempunyai permukaan yang lebih baik dan tersedia untuk bonding dan
dapat dipertahankan di dalam resin. Penambahan partikel filler dapat memperbaiki sifat
resin komposit :
- Lebih sedikit jumlah resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangi.
- Mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal.
- Memperbaiki sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan dan
resisten terhadap abrasi.
3. Coupling agent
Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak
dipergunakan pada saat ini adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal digunakan
tidak berfungsi dengan baik karena ikatan antara matriks dan filler adalah tidak kuat.
Melapiskan partikel filler dengan coupling agent contohnya vinyl silane memperkuat
ikatan antara filler dan matriks. Coupling agent memperkuat ikatan antara filler dan
matriks resin dengan cara bereaksi secara khemis dengan keduanya. Ini membolehkan
lebih banyak matriks resin memindahkan tekanan kepada partikel filler yang lebih kaku.
Kegunaan coupling agent tidak hanya untuk memperbaiki sifat khemis dari komposit
tetapi juga meminimalisasi kehilangan awal dari partikel filler diakibatkan dari penetrasi
oleh cairan diantara resin dan filler. Fungsi bagi coupling agent adalah :
- Memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari resin.
- Mencegah cairan dari penetrasi kedalam filler-resin.
4. Bahan penghambat polimerisasi
Merupakan penghambat bagi terjadinya polimerisasi dini.
Monomer dimethacrylate dapat berpolimerisasi selama penyimpanan maka dibutuhkan
bahan penghambat (inhibitor). Sebagai inhibitor, sering digunakan hydroquinone, tetapi
bahan yang sering digunakan pada saat ini adalah monometyhl ether hydroquinone.
5. Penyerap ultraviolet (UV)
Ini bertujuan meminimalkan perubahan warna karena proses oksidasi.
Camphorquinone dan 9-fluorenone sering dipergunakan sebagai penyerap UV.
6. Opacifiers
Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin komposit
terlihat di dalam sinar-X. Bahan yang sering dipergunakan adalah titanium dioksida dan
aluminium dioksida.
7. Pigmen warna
Bertujuan agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli. Zat
warna yang biasa dipergunakan adalah ferric oxide, cadmium black, mercuric sulfide,
dan lain-lain. Ferric oxide akan memberikan warna coklat-kemerahan, cadmium black
memberikan warna kehitaman, dan mercuric sulfide memberikan warna merah.
Sifat sifat resin komposit
1. Sifat fisik
Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman
digunakan pada gigi anterior. Selain itu juga kekuatan, waktu pengerasa, dan
karakteristik permukaan juga menjadi pertimbangan dalam penggunaan bahan ini. Sifat-
sifat fisik tersebut diantaranya:
a. Warna
Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh
oksidasi tetapi sensitif pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh
pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak, dan minyak wijen.
Perubahan warna bisa juga terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air dalam
polimer matriks. Untuk mencocokan dengan warna gigi, komposit kedokteran gigi harus
memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi.
Translusensi atau opasitas dibuat untuk menyesuaikan dengan warna email dan dentin.
b. Strength
Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari
amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada
pembuatan insisal. Nilai kekuatan dari masing-masing jenis bahan resin komposit
berbeda.
c. Setting
Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20 - 60 detik
sedikitnya waktu yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan
dengan light cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan
yang diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan.
Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang
tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary.
d. Sifat mekanis
Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang
penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus
menjamin bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman, dan tahan untuk jangka waktu
tertentu. Sifat-sifat yang mendukung bahan resin komposit diantaranya yaitu :
- Adhesi
Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu
berkontak disebabkan adanya gaya tarik menarik yang timbul antara kedua benda
tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. Adhesi diperoleh
dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan
gigi melalui etsa. Pengetsaan pada email menyebabkan terbentuknya porositas tersebut
sehingga tercipta retensi mekanis yang cukup baik. Kedua dengan penggunaan lapisan
yang diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan
antara dentin dengan resin komposit tersebut (dentin bonding agent).
- Kekuatan dan keausan
Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul
dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur
memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal. Akan
tetapi memiliki derajat keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih
cepat hilang sehingga akhirnya filler lepas.
e. Sifat khemis
Resin gigi menjadi padat bila berpolimerisasi. Polimerisasi adalah
serangkaian reaksi kimia dimana molekul makro, atau polimer dibentuk dari sejumlah
molekul molekul yang disebut monomer. Inti molekul yang terbentuk dalam sistem ini
dapat berbentuk apapun, tetapi gugus metrakilat ditemukan pada ujung ujung rantai
atau pada ujung ujung rantai percabangan. Salah satu metakrilat multifungsional yang
pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi adalah resin Bowen (Bis-GMA) . Resin
ini dapat digambarkan sebagai suatu ester aromatik dari metakrilat, yang tersintesa dari
resin epoksi (etilen glikol dari Bis-fenol A) dan metal metakrilat. Karena Bis-GMA
mempunyai struktur sentral yang kaku (2 cincin) dan dua gugus OH, Bis-GMA murni
menjadi amat kental. Untuk mengurangi kekentalannya, suatu dimetakrilat berviskositas
rendah seperti trietilen glikol dimetakrilat (TEDGMA) ditambahkan.
Kegunaan resin komposit :
1. Bahan tambalan pada gigi anterior dan posterior ( direct atau inlay).
2. Sebagai veneer mahkota logam dan jembatan (prosthodontic resin).
3. Sebagai pasak.
4. Sebagai semen pada orthodontic brackets, Maryland bridges, ceramic crown,
inlay, dan onlay.
5. Pit dan fisur sealant.
6. Memperbaiki restorasi porselen yang rusak.
Tipe-tipe preparasi restorasi resin komposit :
1. Beleved conventional tooth preparation
Preparasi gigi dengan menggunakan bevel mirip dengan preparasi gigi bentuk
konvensional dengan bentuk outline seperti box, tetapi pada margin enamel dibentuk
bevel pada margin enamel. Preparasi ini dapat dibentuk dan disempurnakan dengan
menggunakan diamond atau stone bur. Preparasi beveled conventional ini didesain untuk
suatu gigi dimana gigi tersebut sudah direstorasi (biasanya restorasi amalgam), tetapi
restorasi tersebut akan diganti dengan menggunakan resin komposit. Preparasi dengan
desain ini lebih cocok digunakan pada kavitas klas III, IV, dan V. Keuntungan dari bevel
pada margin enamel untuk restorasi resin komposit adalah perlekatan resin pada enamel
rods menjadi lebih baik. Selain itu, keuntungan lain adalah ikatan antara resin dengan
email menjadi lebih kuat yang berarti meningkatkan retensi, mengurangi marginal
leakage, dan mengurangi diskolorisasi pada bagian marginal. Bevel pada bagian
cavosurface dapat membuat restorasi tampak lebih menyatu dengan struktur gigi
sehingga tampak lebih estetik. Walaupun memiliki beberapa keuntungan, ternyata bevel
ini biasanya tidak ditempatkan pada permukaan oklusal gigi posterior atau permukaan
lain yang berkontak tinggi karena pada preparasi konvensional sudah didesain
sedemikian rupa dimana perlekatannya memanfaatkan enamel rods pada permukaan
oklusal. Bevel juga tidak ditempatkan pada bagian proksimal jika penggunaan bevel ini
akan memperluas cavosurface margin. Preparasi bevel conventional jarang digunakan
untuk restorasi resin komposit pada gigi posterior.
2. Conventional tooth preparation
Preparasi gigi konvensional dengan menggunakan resin komposit pada
dasarnya sama seperti preparasi menggunakan tumpatan amalgam. Bentuk outline
diperlukan untuk perluasan dinding eksternal memerlukan batasan yang benar, bentuk
yang sama, kedalaman dentin, membentuk dinding menjadi sebuah sudut 90 derajat
dengan restorasi materialnya. Pada preparasi gigi konvensional dengan amalgam, bentuk
konfigurasi marginal, retensi groove, dan perlekatan dentin mempunyai ciri-ciri berbeda.
Desain preparasi ini digunakan secara ekstensif pada restorasi amalgam dan komposit
masa lampau, dan desain ini bisa digabungkan ketika penggantian restorasi menjadi salah
satu indikasinya. Kegunaan preparasi konvensional sebelumnya tidak hanya dibatasi
pada preparasi permukaan akar saja, namun bisa juga menjadi desain untuk kelas 3, 4,
dan 5. Indikasi utama untuk preparasi konvensional menggunakan restorasi komposit
adalah pertama preparasi terletak pada permukaan akar, yang kedua restorasi kelas 1 dan
2 sedang sampai besar. Pada area akar desain preparasi kelas 1 ini akan memberikan
bentuk preparasi yang baik karena ada retensi groovenya. Desain ini memberikan
perlindungan yang baik antara komposit dan permukaan dentin atau sementum dan
memberikan retensi pada material komposit di dalam gigi. Pada restorasi komposit kelas
1 dan 2 yang sedang sampai besar, dibutuhkan bentuk resistensi yang cukup, seperti pada
desain preparasi konvensional menggunakan amalgam. Bur inverted cone ataupun bur
karbid dibutuhkan untuk preparasi gigi, menghasilkan desain preparasi yang sama seperti
pada preparasi amalgam, tetapi luasnya lebih kecil, perluasannya lebih sedikit, dan tanpa
preparasi retensi sekunder. Bur inverted cone akan membuat hasil preparasi yang kasar
bila menggunakan diamond dan menggunakan bentuk desain konservatif dari ekstensi
oklusal fasiolingual. Bentuk marginal butt joint antara gigi dan komposit tidak
dibutuhkan (dengan amalgam wajib dilakukan). Sudut cavosurface pada area tepi dari
preparasi bisa lebih dari 90 derajat. Sudut oklusal cavosurface tumpul, sehingga masih
belum dapat membentuk dinding yang konvergen. Penggunaan bur diamond
menghasilkan permukaan yang kasar, peningkatan area kontak, dan peningkatan retensi
potensial, namun dapat menghasil menghasilkan smear layer yang lumayan tebal. Efek
ini menyebabkan perlunya peningkatan agitasi dari primer ketika dilakukan bonding
pada area yang kasar. Sistem self-etching bonding bisa menyebabkan terjadinya efek
negative pada smear layer, karena asam yang dikandung semakin sedikit. Penggunaan
istrumen putar tergantung keinginan operator, yang berhubungan dengan pengetahuan
dan keterampilannya. Karena persamaan preparasi konvensional kelas 1 dan 2 pada
amalgam dan restorasi komposit, banyak operator lebih menggunakan restorasi
komposit ketika melakukan preparasi kelas 1 dan 2 pada kavitas posterior yang besar,
atau untuk membentuk kavitas yang lebih kecil. Karena pentingnya bentuk struktur gigi
maka restorasi komposit kelas 1 dan 2 konvensional harus dilakukan dengan sesedikit
mungkin perluasan fasiolingual dan harus diperluas sampai area pit dan fisur pada
permukaan oklusal ketika sealant diperlukan.
3. Modified tooth preparation
Teknik preparasi ini tidak mempunyai spesifikasi bentuk dinding maupun
kedalaman pulpa atau aksial, yang utama adalah mempunyai enamel margin. Perbedaan
yang mencolok antara teknik preparasi konvensional dan modified adalah bahwa
preparasi modified ini tidak dipreparasi hingga kedalaman dentin. Perluasan margin dan
kedalaman pada teknik ini diperoleh dengan melebarkan (ke arah lateral) dan kedalaman
dari lesi karies atau kerusakan yang lain. Tujuan desain preparasi ini adalah untuk
membuang kerusakan sekonservatif mungkin dan untuk mengandalkan ikatan komposit
pada struktur gigi untuk mempertahankan restorasi di dalam mulut. Round
burs atau diamond stone dapat digunakan untuk jenis preparasi ini, yang akan
menghasilkan desain marginal yang serupa dengan beveled preparation, struktur gigi
yang dibuang sedikit.
Mekanisme pengerasan pada resin komposit
Kepadatan yang terbentuk pada resin komposit melalui mekanisme polimerisesi.
Monomer metil metakrilat dan dimetil metakrilat berpolimerisasi dengan mekanisme
pilomerisai tambahan yang diawali oleh radikal bebas. Radikal bebas dapat berasal dari
aktivitas kimia atau pengaktifan energi eksternal (panas atausinar) karena komposit gigi
penggunaan langsung biasanya menggunakan aktivasi sinar atau kimia kedua sistem ini
akan dibahas.
1. Resin komposit yang diaktifkan secara kimia
Bahan yang diaktifkan secara kimia dipasok dalam dua pasta, satu
mengandung inisiator benzoil peroksida dan lainnya mengandung amine tersier (N,N
dimetil-p-toluidin). Bila kedua pasta diaduk, amin beraksi dengan benzoil peroksida
untuk membentuk radikal bebas dan polimerisasi tambahan dimulai. Bahan-bahan ini
digunakan unntuk restorasi dan pembuatan inti yang pengerasannya tidak dengan sumber
sinar.
2. Resin komposit yang diaktifkan dengan sinar
Sistem yang pertama diaktifkan dengan sinar menggunakan sinar ultraviolet
untuk merangsang radikal bebas. Dewasa ini, komposit yang diaktifkan dengan sinar
ultra violet telah diganti karna efek cahayanya dapat mengiritasi retina. Sehingga diganti
dengan sinar yang dapat dilihat dengan mata (sinar biru). Yang secara nyata
meningkatkan kemampuan berpolimerisasi lebih tebal sampai 2 mm. Resin komposit
yang mengeras dengan sinar dipasok sebagai pasta tunggal dalam satu semprit. Radikal
bebas pemulai reaksi, terdiri atas molekul foto-inisiator dan aktivator amin, yang terdapat
dalam pasta ini. Bila kedua komponen tidak terpapar oleh sinar, komponen tersebut tidak
bereaksi. Namun, pemamparan sinar dengan panjang gelombang yang tepat yaitu 468
nm dapat merangsang foto-inisiator dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal
bebas yang mengawali polimerisasi tambahan. Foto-inisiator yang umum digunakan
adalah camphoroquinone, yang memiliki penyerapan berkisar 400 dan 500 nm yang
berada pada region biru dari spektrum sinar tampak. Inisiator ini ada dalam pasta sebesar
0,2 % berat atau kurang. Juga ada sejumlah aselelator amin yang cocok untuk berinteraksi
dengan camphoroqunone seperti dimetilaminoetil metakrilat 0,15 % berat, yang ada
dalam pasta.
Kelebihan dan kekurangan resin komposit
1. Kelebihan komposit
a. Warna dan tekstur material bisa disamakan dengan gigi pasien dengan
menambah material pengisi.
b. Bisa digunakan untuk merubah warna, ukuran dan bentuk gigi untuk
memperbaiki senyuman.
c. Tidak mengandung merkuri.
d. Sangat bermanfaat untuk gigi anterior dan kavitas kecil pada gigi posterior
dengan beban gigitan yang tidak terlalu besar dan mementingkan estetis.
e. Hanya sedikit gigi yang perlu dipreparasi untuk pengisian bahan tambalan
berbanding amalgam.
2. Kekurangan komposit
a. Kurang daya tahan berbanding amalgam serta tidak begitu kuat dalam
menahan tekanan gigitan pada bagian posterior.
b. Bisa terjadi shrinkage apabila material di set, sehingga menyebabkan
pembentukan ruang kecil antara gigi dan bahan tambalan.
c. Tidak bisa digunakan untuk tambalan yang besar.
d. Lebih cepat aus dibanding amalgam.
e. Tehnik etsa asam bisa melemahkan material polimer komposit.
f. Kontras bahan tambalan komposit dan karies yang kurang menyebabkan
sukar untuk mendeteksi karies baru.
g. Memerlukan ketrampilan serta biaya tinggi.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang bonding agent


Tujuannya adalah untuk memberikan perlekatan yang cukup pada enamel dan
dentin.
Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan matriks resin BIS-GMA yang tanpa
bahan pengisi atau dengan hanya sedikit bahan pengisi (pasi) , yang diaktifkan secara
kimia atau resin polimerisasi sinar. Resin dengan viskositas yang rendah akan mengalir
segera ke daerah yang porus yang dihasilkan oleh etsa dan menjamin pembentukan tag
resin yang maksimal sehingga bahan bonding mencapai suatu perlekatan yang baik
dengan gigi.
Bonding agents tersedia dalam berbagai macam pilihan, yaitu light-cured dan dual-
cured, multibottle systems dan light cured, single bottle system. Sifat-sifat material
bonding :
Sifat laboratories :
a. Kekuatan perlekatan
Sebagian menghasilkan kekuatan perlekatan dengan email dan dentin
superfisial sebesar 15 sampai 35 Mpa. Pada dentin yang lebih dalam kekuatan ini akan
cenderung menurun, atau lebih kecil dibanding pada dentin superfisial.
b. Kekuatan fatique
Merupakan kombinasi dari kekuatan meknikal dan stress dari thermal
cycling, dapat menghasilkan sekitar satu jenis juta cyles pada interface sebanyak satu
juta pertahun. Kekuatan dalam interface yang lebih akan menyebabkan debonding dan
terjadi mikroleakage cairan mengalir. Selanjutnya menyebabkan sakit.
Sifat biologi
Solvent dan monomer dalam bonding mempunyai sifat mengiritasi kulit yang
ringan sepertti matral 2-hyroxyethyl metacrylate (HEMA), tidak sekompatibel monomer.
Material bonding mungkin menyebabkan reaksi lokal dan sistematik pada dokter gigi
atau perawat gigi. Untuk mengatasi hal tersebut dianjurkan menggunakan sarung tangan,
menyipan botol dalam tutupan yang rapat, penggantian udara. Tetapi apabila material
sudah terpolimerisasi, efeknya akan berkurang.
Sifat klinik
Bonding email akan suskses apabila email teretsa dengan baik,
terbentuk mikrotag material terpolimerisasi dengan baik. Ukuran keberhasilan bonding
adalah :
a. Sensitifitas setelah penumpatan
b. Pewarnaan interfasial
c. Sekunder karies
d. Retensi atau fraktur setelah 18 bulan
Bahan-bahan bonding :
1. Bahan bonding email
Email merupakan jaringan yang paling padat dan keras pada tubuh manusia.
Email terdiri atas 96 % mineral, 1 % organik material, dan 3 % air. Mineral tersusun dari
jutaan kristal hydroksiapatit (Ca10 (PO4)6 (OH)2) yang sangat kecil. Dimana tersusun
secara rapat sehingga membentuk perisma email secara bersamaan berikatan dengan
matriks organik. Pada perisma yang panjang bentuknya seperti batang dengan diameter
sekitar 5 m. Krital hidroksiapatit bentuknya heksagonal yang tipis, karena strukrur
seperti itu tidak memungkinkan mendapatkan susunan yang sempurna. Celah diantara
kristal dapat terisi air dan material organik. Bahan bonding biasanya terdiri atas bahan
matriks resin BIS-GMA yang encer tanpa pasi atau hanya dengan sedikit bahan pengisi
(pasi). Bahan bonding email dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan
membasahi email yang teretsa. Umumnya, kekentalan bahan ini berasal dari matriks resin
yang dilarutkan dengan monomer lain untuk menurunkan kekentalan dan meningkatkan
kemungkinan membasahi. Bahan ini tidak mempunyai potensi perlekatan tetapi
cendrung meningkatkan ikatan mekanis dengan membentuk resin tag yang optimum
pada email. Beberapa tahun terakhir bahan bonding tersebut telah digantikan dengan
sistem yang sama seperti yang digunakan pada dentin. Peralihan ini terjadi karena
manfaat dari bonding simultan pada enamel dan dentin dibandingkan karena kekuatan
bonding.
2. Bahan bonding dentin
Dentin adalah bagian terbesar dari struktur gigi yang terdapat hampir
diseluruh panjang gigi dan merupakan jaringan hidup yang terdiri dari odontoblas dan
matriks dentin. Tersusun dari 75 % materi inorganik, 20 % materi organic, dan 5 % materi
air. Didalam matriks dentin terdapat tubuli berdiameter 0,5-0,9 mm dibagian dentino
enamel jungsion dan 2-3 mm diujung yang berhubungan dengan pulpa. Jumlah tubuli
dentin sekitar 15-20 ribu /mm didekat dentino enamel jungtion dan sekitar 45-65 ribu
dekat permukaan pulpa. Penggunaan asam pada etsa untuk mengurangi
terbentuknya microleakage atau kehilangan tahanan tidak lagi menjadi resiko pada resin
dipermukaan enamel. Permasalahan timbul pada resin dipermukaan dentin atau
sementum. Pengetsaan asam pada dentin yang tidak sempurna dapat melukai pulpa.
Dentin bonding terdiri dari :
3. Dentin Conditioner
Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang
terbentuk pada dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk
dentinconditioer antara lain asam maleic, EDTA, asam oxalic, asam phosric, dan asam
nitric. Pengaplikasian bahan asam kepermukaan dentin akan menghasilkan reaksi asam
basah dengan hidroksiapatit, hal ini akan mengkibatkan larutnya hidroksiapatit yang
menyebabkan terbukanya tubulus dentin serta terbentuknya permukaan demineralisasi
dan biasanya memiliki kedalaman 4 mm. Semakin kuat asam yang digunakan semakin
kuat pula reaksi yang ditimbulkan. Beberapa dari dentin conditioner mengandung
glutaralhyde. Glutaralhyde dikenal sebagai bahan untuk penyambung kolagen. Proses
penyambungan ini untuk menghasilkan substrat dentin yang lebih kuat dengan
meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari struktur kolagen.
4. Primer
Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu
menyatukan antara komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan dentin yang
bersifat hidrofilik. Oleh karena itu primer berfungsi sebagai prantara, dan terdiri dari
monomer bifungsional yang dilarutkan dalam larutan yang sesuai. Monomer
bifungsional adalah bahan pengikat yang memungkinkan penggabungan antara dua
material yang berbeda.
5. Sealer (Bahan pengisi)
Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-GMA
dan HEMA. Bahan ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin.
Persyaratan ideal bonding agent :
1. Biokompatibel, tidak toksik, non-iritasi, dan tidak beracun
2. Tidak bereaksi dengan konstituen organik maupun inorganik
3. Sesuai dengan viskositas rendah untuk mengalir dengan mudah pada
permukaan adherend
4. Membasahi permukaan gigi dengan mudah
5. Ketebalan film yang tipis
6. Membentuk ikatan permanen yang kuat
7. Stabilitas dimensi yang bagus
8. Harus mempunyai kedua grup hidrofilik dan hidrofobik
9. Konduktivitas termal rendah
10. Jangka hidup bagus

Anda mungkin juga menyukai