SKENARIO I
Rampant Carries
Disusun oleh:
Kelompok Tutorial 5
UNIVERSITAS JEMBER
2017
SKENARIO I
(KARIES RAMPAN)
1. Karies :
Penyakit atau kelainan yang menyerang enamel, dentine, sementum, bahkan
bisa mencapai pulapa dan periapikal gigi.
Penyakit yang menyerang struktur gigi yang dapat menyebabkan infeksi,
nyeri, berbagai kasus berbahaya bahkan kematian.
2. Karies Rampan :
Karies yang menyerang anak balita pada umur lima tahun dengan kejadian
yang sering pada usia tiga tahun
Suatu keadaan dimana sebagian tau seluruh gigi mengalami kerusakaan.
Berhubungan dengan fase erupsi gigi dimana sering terjadi pada gigi anterior
rahang atas daripada gigi rahang bawah karena pada saat bayi menghisap gigi
pada rahang bawah dilindungi oleh lidah sehingga yang sering berkontak
adalah gigi rahang atas.
Karies rampan ini tidak hanya terjadi pada anak-anak saja melainkan terjadi
juga pada orang dewasa.
Karies rampan identik dengan balita yang terkena, karena pada balita struktur
enamel nya tipis, kristal Hidroksi Apatit yang terkandung dalam enamel
memiliki susunan yang longgar daripada gigi orang dewasa.
STEP 3. BRAINSTORMING
Pencegahan :
1. Definisi dari karies rampan, karies enamel, karies dentin, dan arrested carries.
2. Etiologi dan faktor predisposisi dari karies.
3. Patogenesis karies rampan dan arrested carries.
4. Gambaran klinis dari karies rampan dan arrested carries.
5. Pencegahan dan perwatan dari karies.
1. Definisi dari karies rampan, karies enamel, karies dentin, dan arrested
carries.
- KARIES RAMPANT
Menurut Silverstone et al, karies rampan merupakan karies yang menyerang
dengan cepat dan bersifat agresif. Mitchell and Mitchell menyatakan bahwa karies
rampan merupakan karies yang menyerang dengan cepat dan melibatkan beberapa
gigi, termasuk gigi yang memiliki resiko rendah terserang karies.
(Purwanto, 2015)
Karies enamel merupakan karies yang hanya melibatkan enamel saja. Kries
jenis ini belum menimbulkan ras sakit dan hanya muncul pewarnan hitam/coklat pada
enamel. Apabila karies enamel berlanjut, email dapat mengalami demineralisasi dan
karies dapat menjadi lebih parah dan dalam.
Kaeies yang sudah mengenai dentin dan telah menimbulkan rasa nyeri. Karies
ini terdapat asam organiklemah yang mendemineralisasikan email dan dentin,
material dentin khususnya kolagen berdegenerasi dan larut sehingga terbentuk
kavitas serta diikuti oleh invasi bakteri.
Faktor predisposisi
a. Oral hygiene
Anak usia sekolah biasanya kurangnya kesadaran untuk
memperhatikan perilaku oral hygiene sehingga kesehatan gigi anak
berkurang. Salah satu komponen pembentukan karies adalah plak.
Karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara
mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak
melakukannya secara efektif. Peningkatan oral hygiene dapat
dilakukan dengan menggunakan sikat gigi yang dikombinasi dengan
pemeriksaan gigi secara teratur.Pemeriksaan gigi rutin ini dapat
membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi
menjadi karies.
b. Xerostomia
Hiposalivasi dan gangguan fungsi saliva sangat mempengaruhi proses
terjadinya demineralisasi gigi. Produksi dan aliran saliva yang rendah
akan meningkatkan retensi bakteri penyebab karies, karena dalam
saliva sendiri terdapat komponen antibacterial yang menghambat
pembentukan bakteri kariogenik.
3. Patogenesis karies rampan dan arrested carries.
- Karies Rampan
1. Tahap satu/inisial
Tahap inisial terjadi pada anak usia antara 10-20 bulan atau lebih muda.
Proses karies diawali dengan terlihatnya garis berwarna putih seperti kapur,
opak (white spots) pada insisivus maksila, yaitu gigi yang erupsi pertama pada
rahang atas dan merupakan gigi yang paling sedikit dilindungi oleh saliva.
Garis putih ini dapat terlihat jelas pada regio servikal permukaan vestibular
dan palatal insisivus maksila (gambar 1)
Pada tahap ini lesi masih dapat dikembalikan pada kondisi semula,
tetapi sering tidak diketahui oleh orang tua karena anak tidak mengeluh. Jika
tidak dirawat, area putih tersebut akan berubah dengan cepat menjadi kavitas
kuning-coklat atau masuk tahap 2 (gambar 2).
2. Tahap Dua
Terjadi ketika anak berusia 16-24 bulan. Lesi putih pada insisivus berkembang
dengan cepat dan menyebabkan demineralisasi enamel sehingga mengenai dan
terbukanya dentin (gambar 3). Ketika lesi berkembang, lesi putih pada enamel
tersebut berpigmentasi menjadi kuning terang, coklat kemudian hitam, dan
pada kasus yang lebih parah, lesi juga dapat mengenai tepi insisal. Enamel
berubah warna karena pigmen yang berasal dari saliva yaitu coklat dan hitam,
makanan serta akibat penetrasi dari bakteri. Gigi molar pertama maksila mulai
terkena tahap inisial.1,2,3
Pada tahap ini anak mulai mengeluh dan sensitif terhadap rasa dingin,
orang tua mulai peduli dengan perubahan warna gigi anaknya.
3. Tahap tiga
Terjadi ketika anak berusia 20-36 bulan, lesi sudah meluas hingga terjadi
iritasi pulpa. Pada tahap ini molar pertama maksila sudah pada tahap dua, sedang
molar pertama mandibula dan kaninus maksila pada tahap inisial. Anak mengeluh
sakit ketika mengunyah dan menyikat gigi, serta sakit spontan sepanjang malam.3
4. Tahap empat
Terjadi ketika anak berusia antara 30-48 bulan. Lesi meluas dengan cepat ke
seluruh permukaan enamel, mengelilingi regio servikal, dentin dan dalam waktu
singkat, terjadi kerusakan yang parah di seluruh mahkota gigi hingga terjadi fraktur
dan hanya akar yang tersisa (gambar 4). Pada tahap ini insisivus maksila biasanya
nekrosis dan molar pertama maksila pada tahap tiga, sedang molar kedua maksila,
kaninus maksila dan molar pertama mandibula pada tahap dua. Beberapa anak
menderita tapi tidak dapat mengekspresikan rasa sakitnya, mereka juga susah tidur
dan menolak untuk makan.
Gambar 3. Demineralisasi enamel dan Gambar 4. Mahkota yang sudah
aktifitas karies pada insisivus hancur pada insisivus
1 1
maksila. maksila.
- Perbandingan gambaran Klinis Arrested Karies dan Karies Aktif (Ohio
Departement of Health, 2009)
Aktif Arrested
Warna kecoklatan Warna gelap, bahkan hitam
Permukaan lesi kasar Permukaan lesi halus
Lesi masih agak lunak Lesi sudah mengeras
Pada karies klas II Pada karies klas II
Mendekati margin gingiva Menjauhi margin gingiva
Pencegahan dan perawatan harus didasarkan pada penilaian berbasis risiko yang bersifat
pribadi dari riwayat karies pasien, meliputi riwayat penggunaan fluoride, laju aliran saliva,
dan frekuensi asupan gula (khususnya kudapan).
1. Pencegahan
A. Fluoride
Fluoride yang diaplikasikan pada gigi dalam dosis yang tepat dapat mereduksi
insidensi karies karena meningkatkan ketahanan gigi terhadap asam pembentuk
karies. Pencegahan kariesnya meliputi menyikat gigi setiap hari menggunakan
pasta gigi yang berfluoride. Larutan kumur fluor (baik resep maupun dibeli
bebas), dan pengolesan fluor di praktik gigi.
B. Permen karet bebas gula
Salah satu mineral yang terkandung dalam saliva seperti kalsium, apabila aliran
saliva sehat maka akan meningkatkan remineralisasi. Apabila aliran salova
berkurang (karena kerusakan glandula saliva akibat terapi radiasi atau efek
samping suatu pengobatan, Xerostomia), maka gigi akan lebih rentan terhadap
karies. Mengunyah permen karet bebas gula akan menstimulasi aliran saliva dan
membantu untuk self cleansing terhadap gigi.
C. Makanan
Tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan manis atau minuman bersoda dan
mengulum makanan dalam mulut.
D. Pada bayi dan balita tidak dibiasakan menggunakan dot terutama saat sebelum
tidur. Lebih baik diajarkan untuk menggunakan gelas saat minum.
E. Mengikuti edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.
Seperti, adanya seminar mengenai kesehatan gigi dan mulut dan anak anak
sekolah dapat berpartisipasi pada program kesehatan gigi dan mulut di
sekolahnya.
F. Melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi minimal 6 bulan
sekali.
2. Perawatan
A. Rasa sakit pada rampant karies dapat diobati baik secara lokal maupun oral.
Pemberian lokal dapat dilakukan dengan menumpat secara langsung dengan obat
obatan eugenol mmelalui kapas yang selanjutnya ditumpat sementara.
Melakukan penumpatan sementara dengan obat obatan seperti analgesik atau
desinfektan yang diberikan dalam kavitas, dilakukan untuk mengurangi rasa sakit
dan terutama untuk mencegah pertumbuhan bakteri penyebab karies.
B. Impregnasi karies dapat diberikan terutama pada karies baru seperti karies enamel
dan karies dentin. Pemberian impregnasi iniuntuk menghentikan karies semntara
yang selanjutnya akan ditindak lanjuti denga menggunakan penumpatan restorasi
tetap. Seperti pengulasan stannum fluoride, silver nitrat, atau silver diamine
fluoride.
C. Perawatan syaraf gigi apabila karies telah mencapai pulpa. Hail ini dilakukan agar
gigi dapat bertahan lama didalam mulut sesuai fungsinya, sehingga gigi sulung
tersebut dapat tanggal dan tergantikan oleh gigi permanent secara alami.
D. Mencabut gigi yang sudah tidak dapat dirawat untuk menghindari kemungkinan
terjadinya fokus infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
2. Cawson, R.A., Odel, E.W. 2008. Cawsons Essentials of Oral Pathology and
Oral Medicine 8th ed. UK: Elsevier
3.Cvetkovic A, Ivanovic M. The Role of streptococcus mutan group and salivary
immunoglobulin in etiology of early childhood caries. Serbian Dental J 2006;
53: 1-6
4.Douglass JM, Douglass AB, Silk HJ. A practical guide to infant oral health.
Am Fam Phycisians 2004; 70: 1-3.
5. Edwina A.M. Kidd dan Sally Joyston-Bechal. 1991. Dasar dasar karies. Alih
Bahasa,Narlan Sumawinata, Safrida Faruk. Jakarta: EGC
6.Langlais, Robert P., Miller, Craig S., Nield- Gehrig, Jill S. 2016. Atlas Berwarna
Lesi Mulut yang Sering Ditemukan edisi 4. Jakarta: EGC
7. McIntyre JM. 2005. Dental Caries-The major Cause of Tooth Damage. In:
Mount GJ, Hume WR (ed). Preservation and Restoration of Tooth Structure.
2nd ed.Queensland: Knowledge Books&Software. P.21-6