Anda di halaman 1dari 23

SEMINAR PROSTODONSIA

Pemilihan Bentuk Gigi sebagai Gigi Tiruan Lepasan


(Sumber: Lejla Ibrahimagic et al. The Choice of Tooth Form for Removable
Dentures. Acta Stomatol Croat. 2001. Vol. 35. Hal. 237-244)

TANGGAL SEMINAR:
SELASA, 27 AGUSTUS 2019

DISUSUN OLEH:
ALYSSA SALSABILA 160112180501
MEIRYNDRA SYAIRA PUTRI 160112180502
ASSADATUL KAMILAH E. 160112180503
NATASHA RUKMI P 160112160031

PEMBIMBING:
Dr. drg. Rasmi Rikmasari,Sp. Pros.

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2019
Pemilihan Bentuk Gigi sebagai Gigi Tiruan Lepasan

ABSTRAK

Metode berbeda untuk pemilihan gigi buatan untuk gigi tiruan lengkap dijelaskan

dalam penelitian ini. Teori pertama yang diketahui, berdasarkan pembagian

hippocrates dari temperamen manusia menjadi jenis neurotik, sanquinik, biliar

dan asthenik berasal dari abad terakhir dan mengatakan bahwa bentuk gigi harus

dipilih sesuai dengan temperamen seseorang. Teori temperamen digantikan oleh

teori geometris Leon Williams (pada awal abad ini) yang menghubungkan bentuk

gigi dan bentuk wajah. Menurut Williams bentuk gigi insisif sentral rahang atas

sesuai dengan bentuk wajah yang diperkecil dan dirotasi. Teori Williams adalah

yang paling terkenal di dunia, yang disebutkan di hampir semua buku teks. Teori

pertama setelah Williams tentang pemilihan gigi buatan untuk gigi tiruan lepasan

adalah teori dentogenik dari Frush dan Fisher, yaitu Teori SPA (jenis kelamin,

kepribadian, usia). Pilihan gigi buatan bergantung pada jenis kelamin, kepribadian

dan usia, seperti wanita memiliki gigi insisif kedua rahang atas yang lebih kecil

daripada pria, kepribadian yang lebih kuat memiliki gigi taring yang lebih

menonjol dan populasi yang lebih tua memiliki gigi yang lebih gelap dan lebih

abrasif daripada populasi yang lebih muda, yang harus dipertimbangkan selama

pemilihan gigi. Teori-teori lain adalah sebagai berikut: teori segitiga estetika yang

mengkorelasikan bentuk gigi, bentuk wajah dan bentuk linggir residual; teori

preferensi individu; teori yang merekomendasikan penggunaan dari foto-foto

lama, gigi yang diekstraksi atau model yang dibuat sebelum ekstraksi, teori yang

menghitung lebar dan panjang dari gigi insisif sentral rahang atas dari foto-foto
lama, dll. Namun, pentingnya pengaturan gigi dan kemungkinan pembentukan

kembali gigi selama pengaturan dan pembentukan gingiva buatan juga disebutkan

dalam makalah ini.

Kata kunci: pilihan gigi buatan, gigi tiruan penuh.

TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan teori temperamental di masa lalu telah disebutkan dalam studi

oleh White pada tahun 18844, Flagg pada tahun 19865 dan Stamoulis pada tahun

19666. Teori temperamental digantikan oleh teori harmoni oleh William, yaitu

teori geometris, yang menentukan bentuk gigi sesuai dengan bentuk wajah. Fenn7

menyebutkan bahwa temuan baru di bidang estetika dalam prostodontik telah

diresmikan oleh Leon Williams. Williams memiliki pengaruh yang hebat dalam

perkembangan estetika di prostodontik lepasan dengan teorinya tentang harmoni

antara gigi dan bentuk wajah. Klasifikasi Leon William, meskipun tidak secara

ilmiah benar dalam semua detail, tidak diragukan lagi adalah panduan yang paling

sederhana dan paling berguna dalam pemilihan gigi buatan, terutama karena

diterima oleh mayoritas perusahaan gigi yang memproduksi gigi buatan.

Pada akhir abad terakhir, pada tahun 1895, Williams 10-13 merasa kecewa

dengan estetika gigi tiruan lengkapnya, serta gigi tiruan yang diproduksi oleh

dokter gigi lain. Dia juga kecewa dengan penampilan gigi tiruan dan oleh sebab

itu ia melakukan penelitian anatomi pada beberapa spesimen yang tersedia di

Universitas pada saat itu. Reputasi dan keanggotaannya yang terhormat dari

banyak asosiasi memberinya akses ke beberapa spesimen.


Teori William (10-13) didasarkan pada studi antropometrik, dilakukan

pada lebih dari seribu tengkorak di Universitas "Royal College of Georgia."

Williams menunjukkan bahwa terdapat banyak bentuk wajah yang ada, tergantung

pada ras, dan semua bentuk di semua ras, bahkan di kera, dapat dikategorikan

menjadi tiga tipe dasar: ovoid, persegi dan tapering, yang berkaitan dengan kontur

gigi yang berbanding terbalik dan meningkat. Dia menyarankan kepada

perusahaan yang memproduksi gigi tiruan agar mereka memproduksi 3 hingga 4

ukuran setiap bentuk dasar gigi. Salah satu perusahaan terbesar yang

memproduksi gigi tiruan saat itu berlokasi di London. Namun, setelah Wiliam

mempresentasikan teori tersebut tidak ada perusahaan yang tertarik dan teori

tersebut ditolak. Meskipun teori tiga bentuk wajah dasar dikaitkan dengan Leon

Williams, peneliti pertama yang menerbitkan sebenarnya adalah Hall pada tahun

188714. Williams hanya mengambil alih teori tersebut tetapi membalikkan bentuk

gigi. Setelah ditolak berulang kali oleh berbagai perusahaan dental yang berbeda,

pada tahun 1909 Williams berpindah ke Amerika dan menjadi anggota aktif di

Dental Association dan mempresentasikan teorinya, namun kembali ditolak.

Sistem bentuk gigi yang dibuat oleh William akhirnya diterima oleh suatu

perusahaan kecil di AS (Dentsply Inc.) dan mulai dibuat.15

Pada tahun 1914 Williams9 mengusulkan teorinya, yang menjadi terkenal

dengan nama teori geometri. Williams menyatakan bahwa garis kontur dari gigi

seri tengah atas harus dari arah yang berlawanan dari garis kontur wajah.Williams

adalah seorang dokter gigi terkenal di Inggris yang dikenal karena kontribusinya

di bidang histologi dan bakteriologi, ia juga merupakan anggota dari banyak


asosiasi di lebih dari dua puluh negara yang berbeda, dan juga merupakan anggota

kehormatan di beberapa asosiasi.

Fenn menjelaskan bahwa, berdasarkan Williams, bentuk gigi insisif sentral

rahang atas sesuai dengan bentuk wajah. Jika satu gigi insisif sentral atas

ukurannya ditambah dan diputar terbalik dan disuperimposisikan terhadap wajah

sedemikian rupa sehingga tepi insisal sejajar dengan alis dan bagian servikal gigi

sejajar dengan bagian bawah wajah, maka bentuk gigi dan wajah akan identik.

Untuk mempermudah, Williams mengklasifikasikan semua bentuk dalam tiga

bentuk dasar: bentuk tapering, bentuk ovoid dan bentuk persegi. Untuk

mengetahui bentuk mana yang sesuai pada setiap individu perlu membayangkan

sebuah garis di setiap sisi wajah, yang membentang ke bawah 2,5 cm dari anterior

ke tragus telinga dan melalui sudut rahang bawah. Jika garis sejajar, maka bentuk

wajah adalah persegi, jika garis konvergen ke arah dagu, maka bentuk wajahnya

tapering, dan jika garis divergen ke arah dagu maka bentuk wajah adalah ovoid.

Teori Leon Williams diadopsi oleh hampir semua buku teks prostodontik di

seluruh dunia7,8.
Gambar 1. Bentuk Wajah Menurut Williams

Gambar 2. Bentuk Gigi yang Menyesuaikan Bentuk Wajah

Teori William akhirnya diterima dan tetap diterima untuk periode yang

lebih lama dari 50 tahun.16 Teori pertama setelah Williams tentang pemilihan gigi

buatan untuk gigi tiruan lepasan adalah teori dari Frush dan Fisher 17 yang

memperkenalkan teori SPA (sex, personality, age). Pemilihan gigi tiruan

bergantung pada jenis kelamin, kepribadian, dan umur yang dikenal sebagai teori

dentogenik.17-23 Frush dan Fisher21 juga memperkenalkan ekspresi “dentogenik” ke

kedokteran gigi, yang sebanding dengan ekspresi “fotogenik”. Teori ini memiliki

kesamaan dengan teori temperamental yang ditolak (kepribadian pasien, yang

merupakan salah satu faktor SPA), tetapi juga memperkenalkan gender (wanita

memiliki gigi seri tengah atas yang relatif lebih besar daripada pria) dan usia

(mempengaruhi warna dan adanya abrasi gigi).


Gambar 3. Bentuk Gigi Menyesuaikan Jenis Kelamin

Teori ini adalah tambahan untuk pemahaman Williams tentang estetika 19,20

yaitu menyelaraskan pemilihan gigi dengan jenis kelamin, kepribadian, dan usia

pasien (faktor SPA). Jenis kelamin, kepribadian, dan usia sangat penting karena

itu semua merupakan kesatuan subjektif, yang merupakan pengaruh yang tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan tertentu, jenis kelamin tertentu, pada tempat

tertentu dan demikian tidak mungkin untuk membuat kesalahan terhadap

penampilan alami selama rekonstruksi prostodontik. Faktor SPA sangat membantu

untuk merekonstruksi kesatuan dinamis. Gigi mencerminkan karakterikstik seks,

usia dan kepribadan. Untuk tetap berpegang pada teori yang disebutkan, para

penulis mengusulkan yang disebut dengan “one, two, three guide”. Satu adalah

gigi seri atas tengah yang mewakili usia, dua adalah gigi seri kedua atas yang

mewakili karakteristik jenis kelamin, dan tiga adalah gigi taring atas yang

mewakili karakteristik kepribadian (bersemangat, bertekad, kuat atau halus, lunak

dan polos).

Penulis19,20 menyatakan bahwa bentuk gigi seri lateral pada wanita

berukuran lebih kecil dibandingkan pada pria dan giginya terlihat lebih sempit

pada pasien yang lebih tua karena adanya abrasi interproximal. Menurut pendapat
penulis gigi kotak cukup untuk orang tua, sedangkan gigi yang membulat dan

meruncing cocok untuk wanita muda.

Frush terinspirasi dengan karya Zech ketika dia memiliki ide untuk teori

dentogenik. Zech adalah seorang pemahat dan dia membantu ayahnya yang

merupakan seorang dokter gigi. Dia bereksperimen dengan berbagai cetakan dan

membentuk gigi sedemikian rupa agar pas untuk orang tertentu. Zech membuat

gigi yang terlihat membulat dan halus untuk wanita, dan gigi yang terlihat lebih

besar dan tidak teratur untuk pria. Dengan cara ini ia mengubah standar industri

gigi, menambahkan faktor artistik. Zech menginsipirasi Frush sedemikian rupa

sehingga ia mengubah pandangannya tentang gigi tiruan dan memperkenalkan

estetika sebagai faktor penting yang dibagi menjadi tiga dimensi. Pemakai gigi

tiruan memiliki sensibilitas sendiri dan seseorang yang mengamati gigi tiruan

dentogenik harus memahami kepribadian pasien selama mereka senyum.

Menurut Sears25, gigi seri lateral atas yang hampir selebar gigi seri sentral

memberikan penampilan pria yang kuat, sementara gigi seri lateral atas yang

terlihat lebih sempit dan bulat memberikan penampilan kekanak-kanakan.

Menurut Frush dan Fisher19-24, ketidakteraturan ortodontik harus dikurangi

dan dihaluskan, tetapi penampilan alami harus tetap dipertahankan, karena itu

merupakan bagian dari kepribadian, dan pasien tidak boleh sepenuhnya mengubah

penampilannya dengan gigi tiruan yang baru. Gigi tiruan dentogenik

menyebabkan perubahan, peningkatan estetika dan reaksi dokter gigi terhadap

pasien harus “Anda terlihat sama, tetapi lebih menarik”.


Terlepas dari keberadaan teori dentogenik, teori geometris Williams masih

menjadi pilihan paling umum bagi dokter gigi untuk memilih gigi tiruan bagian

depan. Menurut Clapp16 jika kita berpegang pada prinsip-prinsip Williams, maka

akan selalu menghasilkan harmoni yang sempurna.

Banyak penulis bahkan telah menemukan berbagai cara yang berbeda

untuk menentukan bentuk wajah. House and Loop 26 merekomendasikan kepada

dokter gigi untuk membuat skema wajah pasien di atas kertas kemudian

memotong serta memvisualisasikannya untuk memilih bentuk gigi yang benar

apabila skema wajah tersebut sama dengan wajah sebenarmya.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Young,27,28 Dentist Supply

Company membentuk suatu instrumen khusus yang disebut dengan “indikator”

untuk menentukan bentuk wajah. Instrumen tersebut terbuat dari plastik

transparan yang memiliki garis median dan vertikal, sementara di bagian hidung

dan mata dilubangi. Instrumen tersebut dijelaskan oleh Buchman 29 pada tahun

1970 dalam buku : “Atlas Gigi Tiruan Lengkap”. Dengan membandingkan sudut

antara wajah pasien dan garis vertikal yang ada pada “indikator”, sehingga jenis

wajah pasien dapat ditentukan.

Mengandalkan studi Young27,28 Austenal Company membentuk instrumen

lain yang disebut “Automatic Instant Selector Guide” yang digunakan untuk

menghubungkan antara bentuk, ukuran, dan penampilan wajah.

Lowery30 dan Nelson31 setuju dengan teori Williams, tetapi mereka tidak

hanya menghubungkan antara bentuk wajah dan bentuk gigi saja, tetapi
menghubungkan juga dengan bentuk linggir alveolar residual atas. Teori menjadi

popular dengan nama: segitiga estetika.

Teori geometris yang disebutkan diatas didukung oleh banyak penulis

seperti House26, Shlosser32, Pound33, Richey34. Banyak alternatif yang dapat

membantu untuk menentukan gigi seri tengah atas dengan kontur wajah dalam

proyeksi yang berbeda.

Tanzer35 menggambarkan kesamaan antara bentuk wajah dan bentuk gigi

atas dengan tipe tubuh tertentu menurut Kretschmer.

Kretschmer36 mendeskripsikan korelasi antara bentuk gigi seri tengah atas

dengan bentuk tubuh. Dia membagi bentuk tubuh menjadi bentuk atletik,

asnethik, piknik dan leptosomic, masing-masing memiliki korelasi dengan bentuk

gigi atas tertentu. Pembagian bentuk tubuh oleh Kretschmer berdasarkan jenis-

jenis diatas: asthenik, atletik, dan piknik dihubungkan dengan kecenderungan

yang berbeda dalam pengobatan dan akibat reaksi yang berbeda terhadap terapi

yang diusulkan.

Heartwell37 mendeskripsikan empat bentuk wajah dan tipe analog dari gigi

atas depan yang merupakan modifikasi dari klasifikasi Williams.

Devin mendeskripsikan teori-teori yang terkenal mengenai hubungan

antara bentuk tubuh dan gigi atas wanita yang terlihat lebih kecil, lebih segitiga

dan membulat serta bentuk tubuh dan gigi atas laki-laki yang terlihat lebih besar

dan lebih persegi. Dia juga menggambarkan korelasi antara bentuk gigi seri atas

dengan bentuk wajah pada sebagian binatang.


Beberapa penulis hanya bergantung pada pilihan individu pasien untuk

pemilihan bentuk dan pengaturan bentuk gigi yang dikenal dengan teori preferensi

individu.20,38-40 Bagaimanapun, pilihan pasien terhadap bentuk, ukuran, dan

komposisi gigi tiruan atas depan sering berbeda dengan persepsi professional,

yang mengindikasikan beberapa aspek estetika yang tidak dipertimbangkan

sebelumnya. Untuk memuaskan pasien dan tuntutannya, berbagai ukuran, warna

dan bentuk gigi tiruan ditempatkan pada lengkung berlilin, diatur dengan cara

yang berbeda, lengkungan dimasukkan ke dalam mulut pasien dan prosedur

diulangi sampai pasien puas dengan penampilannya.

Wright41 merekomendasikan penggunaan foto-foto lama untuk pilihan gigi

tiruan. Krajicek42,43 merekomendsikan duplikasi gigi pasien sebelum ekstraksi.

Klein44, Hayward45, Kafandaris dan Theodorou46 merekomendasikan

pengaturan gigi asli yang di ekstraksi menjadi gigi palsu dan mereka

menggambarkan teknik untuk memperbaiki gigi asli dengan resin akrilik gigi

tiruan.

Lee47 dan Neill et al.48 berdasarkan teori William mengenai estetika gigi

tiruan penuh dengan modifikasi bahwa sudut insisal gigi berkorelasi dengan

dimensi dahi dan servikal dengan rahang bawah.

Banyak teori yang telah disebutkan di atas terhadap berbagai pilihan gigi

tiruan yang telah digabungkan dan digunakan oleh banyak penulis. Mereka setuju

bahwa keberhasilan didapat ketika teori yang berbeda digabungkan daripada

mengandalkan satu teori 49-54.


Powell dan Hamphries pada tahun 198455 menjelaskan proporsi yang

berbeda dari wajah manusia, yang dipelajari untuk tujuan bedah rekonstruksi.

Mereka menggambarkan bentuk wajah oval, segitiga dan persegi, yaitu bentuk

wajah yang sama seperti dijelaskan oleh Williams.

Lee47 melaporkan sebuah metode untuk pilihan gigi tiruan yang lebih

sederhana dibandingkan metode yang dijelaskan oleh Williams. Lee mengukur

wajah pasien dalam tiga tingkatan horizontal: tingkat dahi, tingkat tulang

zigomatik dan lebar sisi paling distal dari wajah pada tingkat bibir. Koresponden

untuk langkah-langkah yang disebutkan adalah dimensi horizontal gigi insisivus

sentral rahang atas di tingkat gingiva, tingkat insisal dan tingkat dimana gigi

dinilai terluas. Berdasarkan teori tersebut, seorang pasien dengan wajah yang

memiliki ukuran sama pada tingkat dahi, tulang zigomatik dan bibir, perlu gigi

insisivus sentral rahang atas yang berukuran sama pada tingkat gingiva dan

tingkat insisal, yaitu gigi berbentuk persegi. Jika dimensi tingkat dahi dan tingkat

bibir lebih kecil dari dimensi pada tingkat tulang zigomatik, dari gigi berbentuk

ovoid harus dipilih. Menurut Lee, empat bentuk dasar dari wajah dan gigi

insisivus sentral rahang atas dapat dikenali.

Boucher56 menyatakan bahwa bentuk residual alveolar ridge memiliki pengaruh

pada susunan gigi tiruan. Boucher merekomendasikan gigi depan yang datar pada

pasien yang lebih tua karena perubahan abrasif pada usia tersebut, sementara

untuk pasien yang lebih muda direkomendasikan gigi depan yang membulat.

Bentuk gigi dapat ditentukan dari bentuk residual alveolar ridge. Bentuk persegi

dari alveolar ridge, menyebabkan tidak ada kompresi antara gigi, kadang terdapat
diastema dan gigi kaninus berada pada tingkat yang sama seperti gigi insisivus

sentral. Bentuk meruncing dari residual alveolar ridge biasanya sesuai dengan

kompresi dari gigi karena ruang yang tersedia pada alveolar ridge. Permukaan

vestibular dari gigi incisivus biasanya kurang terlihat karena rotasi. Bentuk oval

dari alveolar ridge, membuat tidak ada rotasi dan kompresi antara gigi dan gigi

incisivus yang biasanya terdapat di depan gigi kaninus. Oleh karena itu,

pengaturan gigi tiruan harus sesuai dengan bentuk dari residual alveolar dan harus

harmonis dengan kelengkungan bibir bawah saat tersenyum dari bidang frontal.

Gigi insisivus tiruan harus terletak pada bidang frontal, tidak boleh melengkung

kearah yang salah terhadap bidang oklusal yang cenderung terlalu rendah kearah

posterior.

Douvitsas et al.57 menganggap bahwa bentuk residual alveolar ridge

memiliki korelasi dengan gender. Beberapa penelitian telah dilakukan pada

pemilihan gigi tiruan58-60. Niksic dan Jerolimoy61 mempelajari prinsip-prinsip

Williams dan menemukan bahwa terdapat korelasi tertentu yang terdapat

antara bentuk wajah dan bentuk gigi insisivus sentral rahang atas. Kombinasi

yang paling sering ditemukan adalah bentuk wajah oval dan gigi incisivus

sentral rahang atas oval dengan persentase 76% pada pria dan 61% pada

wanita. Bentuk wajah persegi dan gigi sentral rahang atas persegi dengan

persentase 11% pada pria dan 14% pada wanita. Sementara bentuk wajah

lancip dan gigi incisivus sentral rahang atas lancip dengan persentase 6 % pada

pria dan 12% pada wanita. Ibrahimagic menemukan pada 2000 pasien bahwa

kombinasi yang paling umum adalah bentuk wajah oval dan gigi insisivum
sentral rahang atas persegi, yaitu gigi incisivum berbentuk tapering-square,

akibat menyempit di sepertiga servikal gigi62.

Cholia et al. pada tahun 1999.63 mempelajari bentuk dan dimensi insisivus

sentral rahang atas di 25 individu berkulit putih, 25 individu berasal dari Asia,

dan 25 individu berkulit hitam dari Karibia. Populasi kulit putih (76%) dan

populasi kulit hitam (64%) memiliki frekuensi terbesar terhadap bentuk persegi

gigi insisivus sentral rahang atas, sedangkan populasi yang berasal dari Asia

(56%) memiliki frekuensi tertinggi dari gigi insisivum sentral rahang atas yang

berbentuk oval.

Brisman38 menyatakan bahwa ketentuan Williams dalam memilih bentuk gigi

yang sesuai dengan bentuk wajah telah digunakan selama lebih dari 60 tahun,

hasil tampak mengejutkan karena kontur wajah dan kontur gigi insisivum sentral

rahang atas yang sesuai hanya dalam persentase kecil, bahkan tidak dapat

menghasilkan penampilan estetika yang ideal.

Brisman38 mempelajari foto-foto dari 65 orang kulit putih, 8 orang kulit hitam,

5 orang Asia dan 2 orang Hispanik, yang memiliki gigi frontal utuh. Foto-foto

yang dibuat menggunakan sistem cermin khusus, metode yang diperkenalkan

oleh Brodbelt64, sehingga individu difoto seluruh wajah dengan profil kiri dan

kanan yang tepat pada saat foto itu diambil. Pasien menjaga agar mandibula

dalam posisi istirahat selama proses pengambilan foto. Setiap foto ditingkatkan

ukurannya (membesar) dan 11 poin anatomi ditentukan pada wajah dan 9 poin

anatomi ditentukan pada gigi insisivus sentral rahang atas. Poin referensi

didigitalkan dan dipindai. Menggunakan Panduan Trubyte, wajah dan gigi


diklasifikasikan berdasarkan poin rujukan menurut teori Williams. Setiap bentuk

kemudian dibagi menjadi bagian atas dan bawah. Analisis bentuk dibuat oleh

perbandingan rasio antara lebar wajah dan lebar gigi. Tidak ada korespondensi

antara bentuk wajah dengan insisivus sentral rahang atas yang ditemukan, atau

bentuk yang sepenuhnya lancip atau sepenuhnya persegi. Menurut analisis ini,

bentuk tapering-square baru diperkenalkan. Menurut analisis ini bentuk oval-

square yang baru diperkenalkan.

Brissman38 juga menemukan bahwa konsep apa yang berbeda antara pasien

dan dokter gigi, karena estetika berhubungan dengan keadaan sosial dan

fisiologis. Pasien lebih memilih pengaturan gigi yang lebih simetris dan gigi

lebih pendek.

Brodbelt et al.65 mengklaim bahwa banyak dokter gigi masih menggunakan

teori Williams untuk pilihan gigi tiruan9-13, yang menggantikan teori

temperamental tertua. Pada tahun 1984, mereka membandingkan gigi dan bentuk

wajah66, pada 81 pasien. Pasien difoto dengan menggunakan sistem cermin

(menurut Brodbelt, yang memungkinkan sebuah foto wajah penuh dan kedua

profil pada saat yang sama), terhadap gigi dan bentuk wajah yang ditentukan

sesuai dengan foto-foto digital pada komputer. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa bentuk gigi dan bentuk wajah tidak sesuai.

Seluk, Brodbelt dan Walker66 membandingkan bentuk wajah dan bentuk gigi

pada 3 pasien pria dan 3 pasien wanita. Para pasien yang dipilih memenuhi

kriteria dan memiliki bentuk wajah yang khas sesuai dengan klasifikasi Williams.
Setiap pasien menerima 3 pasang gigi tiruan penuh, masing-masing pasangan

dengan bentuk gigi yang berbeda: bentuk gigi lancip, persegi atau oval.

Pasien dan gigi tiruan mereka difoto (sistem Brodbelt cermin, wajah penuh dan

kedua profil pada waktu yang sama)64-66, serta "khas" bentuk gigi tiruan sebelum

menetapkan. Foto-foto dipindai dan bentuk wajah didigitalkan pada komputer,

serta bentuk gigi di masing-masing 3 pasang gigi tiruan penuh. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk membandingkan bentuk wajah masing-masing dan

bentuk gigi yang sesuai, dan untuk menentukan apakah pasien lebih memilih

bentuk gigi tertentu dan apakah bentuk yang dipilih dari gigi tiruan berubah

selama pengaturan gigi dan kontur gingiva buatan. Hasil menunjukkan perbedaan

signifikan antara bentuk gigi tiruan sebelum dan setelah dilakukan pengaturan,

yaitu bentuk gigi tiruan diubah oleh kontur gingiva dan prosedur yang telah

ditetapkan, sehingga dalam gigi tiruan akhir, gigi memiliki bentuk yang sama

sekali berbeda dari aslinya. Ada juga perbedaan yang signifikan antara bentuk gigi

dan bentuk wajah, yang telah dihitung menurut bitemporal, bizigomatik dan

bigonial lebar wajah dan gingiva, titik kontak dan lebar gigi insisal. Preferensi

pasien untuk bentuk gigi tertentu yang tidak sama dengan Williams.

Pada tahun 1951, French67 menunjukkan bahwa kontur gigi bisa berubah

selama pengaturan dalam lilin gigi palsu, tergantung pada kontur gingiva buatan

dan grinding dari bagian atas gigi insisivus sentral buatan untuk memenuhi

tuntutan ruang interocclusal. Swenson68, Sears69, Hughes70 dan Krajicek71

bereksperimen dengan metode yang berbeda dari bentuk-bentuk yang sama

pengaturan gigi buatan dan mereka juga mendirikan penampilan yang berbeda
dari gigi yang sama, mengatur dengan cara yang berbeda. Mereka menyimpulkan

bahwa cara gigi buatan yang sedang diatur dan disusun lebih penting daripada

bentuk gigi.

Bell72, juga menganggap teori Williams tidak berharga. Dalam

penelitiannya Bell menemukan ada korespondensi antara bentuk gigi dan bentuk

wajah. Bell menganggap bahwa pilihan bentuk gigi tiruan tergantung pada

penilaian subjektif dokter gigi, yang hasilnya yaitu pilihan gigi tiruan adalah

disiplin ilmu setidaknya dalam kedokteran gigi. Pilihan bentuk, dimensi gigi

insisivus sentral rahang atas dan posisi telah dijelaskan oleh banyak penulis, tidak

satupun dari mereka sepenuhnya memuaskan, seperti yang dikatakan oleh Bell.

Dalam penelitiannya sendiri, Bell menganalisis hanya 36 pria dengan gigi alami.

Dia membuat cetakan, membuat gips, serta memproduksi foto intraoral dan

radiografi retroalveolar. Kontur wajah ditentukan pada komputer dengan memplot

garis setiap foto pasien dari garis rambut ke arah kedua tulang temporal dan

melanjutkan melalui temporal process ke tulang zigomatik menuju gonion

tersebut. Dalam cara yang sama kontur gigi dibuat, diperbesar, berubah terbalik

dan ditumpangkan terhadap kontur wajah. Analisis hasil penelitian menunjukkan

bahwa tidak ada korelasi antara bentuk gigi dan bentuk wajah. Bell menyatakan

bahwa ukuran dan susunan gigi insisivus sentral rahang atas dalam lengkung

rahang atas lebih penting daripada bentuk. Dia menganggap bahwa bentuk gigi

terbaik ditentukan dari foto sebelumnya, dan selama gigi masih dalam pengaturan,

maka mungkin untuk mengubah bentuk gigi berdasarkan susunan, bentuk

lengkung dan kontur gingiva buatan.


Wright41 memutuskan untuk memeriksa kembali teori Williams dan ia

menemukan bahwa sebanyak 60-70% dari subjek bahwa bentuk gigi insisif sentral

rahang atas berbeda dengan bentuk wajah. Hanya 30% subjek yang memiliki

bentuk sama, dan bentuk identik hanya ditemukan sebesar 13% dari jumlah

subjek.

Mavroskoufis dan Ritchie73, berdasarkan penilaian subjektif,

membandingkan gigi dan bentuk wajah, memproyeksikan perbesaran dan

kebalikan bentuk gigi terhadap bentuk wajah. Penulis menemukan tidak adanya

hubungan yang mendukung teori Williams. Mereka menyatakan bahwa Williams 9


– 13
dan Clapp16, 74
menjelaskan istilah “apparent face” pada studi mereka73 i.e.

wajah disertai dahi dan garis rambut.

Pada wajah sesungguhnya, (wajah terdiri dari alis, tanpa dahi) bentuk

ditentukan oleh posisi garis atas yang terhubung ke titik paling atas pada alis, dan

dari akhir alis garis diteruskan ke bawah ke arah titik paling lateral pada tulang

zigomatik, dan sepanjang bagian luar pipi turun ke dagu, yang terhubung oleh

garis dari sisi lain.

Pada wajah “semu”, garis atas mengikuti garis rambut (termasuk dahi),

berbeda dengan wajah “sesungguhnya”. Setelah wajah “semu” dan

“sesungguhnya” ditentukan, bentuk gigi pun juga ditentukan, diperbesar, dibalik,

dan diproyeksikan dari bentuk wajah. Untuk membandingkan bentuk wajah dan

bentuk insisif sentral rahang atas, sebuah rumus diciptakan oleh penulis, D = (Lf –

Lt) x 100 / Lf. Lf adalah rumus untuk menghitung panjang wajah, Lt merupakan

panjang dari proyeksi gigi (diperbesar dalam variasi 13 sampai 15 kali). Apabila
hasil dari D tidak lebih dari 1%, maka bentuk bisa dikatakan identik. Apabila D

sebesar 1-7%, dikategorikan serupa, dan apabila perbedaan lebih besar dari 7%,

bentuk dikatakan mutlak berbeda. Hasil dari perbandingan dari 70 wajah “semu”

dengan 140 insisif sentral rahang atas (70 sisi kiri, dan 70 sisi kanan)

mengungkapkan hanya sebesar 5.3% bentuk gigi dan wajah yang identik, 25.6%

bentuk yang serupa, dan 68,7% bentuk yang berbeda sepenuhnya. Hasil dari

perbandingan dari 70 wajah “sesungguhnya”, (tanpa bagian dahi) dengan bentuk

dari 140 insisif sentral rahang atas (70 sisi kanan, dan 70 sisi kiri)

mengungkapkan hasil sebesar 1.45% bentuk gigi dan jawah yang identik, 15.75%

bentuk yang serupa, dan 82,8% berbeda total. Hasil dari perbandingan dari wajah

sesungguhnya (garis atas termasuk alis) dengan bentuk gigi mengungkapkan

bahwa bentuknya lebih berbeda dibandingkan bentuk insisif sentral rahang atas

dengan wajah “semu” (garis atas sepanjang garis rambut). Penulis menyimpulkan

bahwa pemilihan gigi tiruan berdasarkan aturan Williams tidak berguna.

Namun, mereka menduga bahwa lebih baik untuk mempertimbangkan

“actual face”. Actual face didefinisikan pertama kali oleh Sears25,69,75 bentuk wajah

dari glabella ke gnation, dan membagi menjadi dua bagian, bagian tengah atas dan

bawah, dengan subnation sebagai titik yang membagi dua bagian. Actual face

kurang dipengaruhi oleh perubahan daripada “apparent face” dan

dipertimbangkan sebagai bentuk yang tetap, disamping “apparent face”

dipertimbangkan lebih penting sebagai wajah yang lebih estetik. DeVan 76, berpikir

bahwa hasil terbaik yaitu dengan “apparent” face.


Pada tahun 1998, Sellen et al.77 membandingkan bentuk gigi, bentuk

wajah, bentuk palatal dan bentuk penurunan tulang alveolar menggunakan

computer. Dengan tujuan melakukan penelitian, gips dituangkan ke dalam batu

keras yang dibuat, serta foto dari masing-masing individu dan insisif sentral. 50

orang yang diikutsertakan (30 wanita, 20 pria). Program komputer dibuat dengan

tujuan dapat memperlihatkan perbesaran (zoom-in) dan superposisi dari bentuk.

Penulis memperbesar insisif sentral rahang atas sampai pas dengan titik paling

menonjol pada tulang zigomatik.

Berdasarkan hasil studi di atas, penulis menyimpulkan bahwa wanita lebih

banyak memiliki bentuk wajah oval dengan bentuk gigi persegi, dan pada pria

yang paling sering ditemukan adalah segitiga. Bentuk dari insisif sentral rahang

atas dan bentuk wajah yang identik sebesar 22%, yang merupakan kecocokan

paling kecil dari empat variabel. Pada lebih dari setengah individu, bentuk gigi

dan bentuk wajah memiliki perbedaan total, dan sample yang lainnya

menunjukkan kesamaan, tetapi tidak sama sepenuhnya. Bentuk palatal dan bentuk

penurunan alveolar ridge identik sebesar 44% dari jumlah kasus, yang merupakan

kesamaan dalam jumlah besar. Bentuk penurunan linggir alveolar dan bentuk

wajah ditemukan kesamaan identik hanya sebesar 28% dari kasus. Dari hanya

24% kasus, bentuk gigi tidak identik dengan bentuk pengurangan linggir alveolar.

Sellen et al.78 juga menginvestigasi apakah dokter dan mahasiswa mampu

dalam memilih gigi tiruan yang adekuat, mana yang baik untuk usia dan jenis

kelamin tertentu (dengan memeriksa kembali teori dentogenic yang dikemukakan

Frush Fisher). Lima orang spesialis prostodonsia dan 100 mahasiswa


diwawancara. Mereka diinstruksikan untuk memeriksa seluruh 6 set gigi depan

dengan adekuat, yang terbagi atas tiga kelompok usia (muda, medium, dan tua)

pada kelompok pria dan wanita. Namun, participan tidak mengetahui untuk siapa

gigi tiruan tersebut akan dibuatkan dan tugas mereka adalah membuatkan gigi

tiruan kepada pria atau wanita dari kelompok tertentu. Seluruh spesialis

prostodonsia memberikan jawaban yang benar, sedangkan mahasiswa tidak yakin

dan sering menyusun satu set gigi secara tidak benar untuk beberapa kelompok

usia.

Lombardi79 kontra dengan Williams atas dua alasan: 1. Sulit untuk

menemukan pasien dengan bentuk wajah tipikal, dan kebanyakan orang memiliki

bentuk wajah yang berbeda-beda, dan 2. Bentuk dari satu gigi tidak begitu

penting, yang sangat penting adalah seluruh komposisi, dan bentuk dari satu

elemen (insisif sentral rahang atas) merupakan perbandingan sekunder untuk

bentuk-bentuk urutan elemen lainnya, yang mana bersamaan dengan elemen baru

yang merupakan entitas yang tersusun dan terorganisir. Lombardi berpikir hal

tersebut tidak mungkin untuk memperlihatkan gigi dan bentuk wajah dalam satu

waktu yang sama. Penulis mengatakan bahwa sistem dari pemilihan gigi

berdasarkan bentuk wajah lebih baik dibandingkan dengan tidak ada sistem, tetapi

itu pastinya bukan metode yang tepat.

Tahun 1999, Bindra et al.80 memperkenalkan metode baru untuk

menghitung lebar dan panjang dari insisif sentral rahang atas dari foto pre-

ekstraksi. Lebar interpupilar diukur pada pasien dan proporsi menunjukkan angka

yang memeperlihatkan berapa kali jarak sesungguhnya lebih besar dibandingkan


ukuran pada gambar. Apabila lebar dari insisif sentral rahang atas, pengukuran

pada gambar dikalikan dua, satu mengukur lebar insisif yang sesungguhnya.

Rumus yang berasal dari rasio: ippac/ipfot=sipac/sifot,i.e. lebar sesungguhnya insisif

(sipac)=ippac/ipfot*sifot (lebar interpupilar pasien dibagi dengan lebar interpupilar

pada gambar dikalikan dengan lebar insisif pada foto). Penulis memeriksa

kembali metode ini pada foto masing-masing individu dengan gigi mereka sendiri,

yang mana diukur dan kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan dari foto.

T-test mengungkapkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengukuran

dan perhitungan jarak dengan rumus yang disebutkan dari foto seluruh wajah, dan

penulis menyimpulkan bahwa metode tersebut dapat diandalkan.

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Tidak ada satupun dari teori yang disebutkan untuk pemilihan gigi tiruan

yang dapat diandalkan dan akurat sepenuhnya. Mayoritas dari teori yang telah

diketahui adalah: teori temperamental, teori geometric Williams, teori dentogenic

menurut Frush and Fisher, teori segitiga estetik menurut Lowery dan Nelson, teori

preferensi individual pasien atau pemilihan berdasarkan bentuk dari gigi yang

diekstraksi, atau pengukuran dimensi dari foto lama.

Brodbelt64,65, Walker pada tahun 196781, Lagree pada tahun 197682, Bell

pada tahun 197872 dan Mavroskoufis dan Ritchie73,83-85, Seluk dan Brodbelt66, Garn

et al86 pada studi mereka menemukan tidak ada hubungan atau kesamaan antara

bentuk wajah dan bentuk gigi, seperti yang dinyatakan Williams. Mereka
mempertimbangkan bentuk gigi, tidak berkaitan dengan dimensi, bentuk tidak

dianjurkan untuk jenis kelamin atau bentuk wajah tertentu.

Untuk pemilihan gigi yang benar, maupun simulasi komputer telah

dilakukan, untuk menentukan hubungan yang tepat antara faktor yang disebutkan.

Seperti metode mengevaluasi dari gambar, menentukan bentuk dan perhitungan

dari hubungan66,72,73,87. Hasil menunjukkan bahwa terdapat satu faktor tertentu

yang bertanggungjawab terhadap pemilihan dimensi gigi dan bentuk.

Teori William telah diinterpretasi secara berbeda oleh penulis yang

berbeda, beberapa dari orang yang menggunakan wajah semu, beberapa dari

wajah sesungguhnya.

Tidak masalah bentuk gigi mana yang dipilih, telah dikonfirmasi bahwa

bentuk dari gigi mungkin akan berubah total seiring dengan pengaturan dan

bentuk dari gingiva artificial. Teori kontroversial dijelaskan pada artikel.

DAFTAR PUSTAKA

Lejla Ibrahimagic et al. The Choice of Tooth Form for Removable Dentures. Acta
Stomatol Croat. 2001. Vol. 35. Hal. 237-244

Anda mungkin juga menyukai