Anda di halaman 1dari 3

A.

Klasifikasi Maloklusi Dental

1. Klasifikasi Angle
Ditemukan oleh Edward Angle pada tahun 1899. Klasifikasi ini berdasarkan
pada hubungan anteroposterior yang normal antara rahang atas dan rahang bawah.
Kunci oklusi pada klasifikasi angle terletak pada oklusi gigi molar pertama rahang
atas permanen. Terbagi menjadi 3 kelas, yaitu:
a. Kelas I
Hubungan molar normal yaitu mesiobuccal cusp molar 1 rahang atas
beroklusi pada buccal groove molar 1 rahang bawah. Biasanya kelas I disertai
dengan keadaan openbite, protrusi bimaksiler, crowding serta malposisi gigi.
b. Kelas II
Keadaan maksila yang prognati sehingga terlihat profil muka yang
cembung. Hubungan molar yaitu mesiobuccal cusp molar 1 rahang atas terletak
lebih anterior dari buccal groove molar 1 rahang bawah. Terbagi menjadi 3
divisi:
- Divisi 1: gigi insisiv maksila mengalami labioversi
- Subdivisi: hubungan molar tidak normal terjadi pada salah satu sisi saja
- Divisi 3: gigi insisiv sentral maksila mengalami linguoversi dan gigi
insisiv lateral rahang atas mengalami tipped ke arah labial/mesial.
c. Kelas III
Hubungan molar terlihat mesiobuccal cusp molar 1 rahang atas terletak
lebih posterior dari buccal groove molar 1 rahang bawah sehingga mandibula
tampat protrusi dan profil muka terlihat cembung.

2. Modifikasi Dewey
Modifikasi dewey hanya ada pada kelas I dan kelas III klasifikasi angle.
a. Kelas 1
Terbagi menjadi 5 tipe:
- Tipe 1: gigi anterior rahang atas crowded.
- Tipe 2 : gigi insisiv rahang atas labioversi
- Tipe 3: gigi insisiv rahang atas linguoversi.
- Tipe 4: crossbite posterior
- Tipe 5: gigi molar pertama mesioversi. Hal ini bisa terjadi karena
adanya kehilangan gigi dini dari gigi desidu molar atau gigi
permanen premolar kedua.
b. Kelas III
Terbagi menjadi 3 tipe:
- Tipe 1: profil muka normal namun saat gigi beroklusi, gigi anterior
mengalami edge to edge.
- Tipe 2: gigi insisiv rahang bawah crowded, rahang atas mengalami
labioversi.
- Tipe 3: rahang atas mengalami underdeveloped, terjadi crossbite.

3. Klasifikasi Simon
Lengkung gigi dalam sistem klasifikasi Simon berkaitan dengan tiga bidang
anthropologic berdasarkan cranial landmarks. Bidang-bidang tersebut adalah
Frankfurt Horizontal Plane, Orbital Plane, dan Midsagital Plane. Bidang-bidang ini
sering digunakan dalam analisis sefalometri. Klasifikasi maloklusi berdasarkan:
deviasi abnormal dari lengkung rahang.
1. Hubungan Anteroposterior (Orbital Plane)
Bidang ini tegak lurus dengan Frankfurt Horizontal Plane, ditarik dari
margin tulang orbital ke bawah pupil mata. Menurut Simon, bidang ini harus
melalui aspek aksial distal gigi caninus maksila dan disebut Simon’s Law of
Canine.
Bidang ini digunakan untuk menggambarkan maloklusi pada arah sagital
atau antero-posterior. Ketika lengkung gigi, atau bagiannya, terletak lebih
anterior dari normal ditinjau dari posisinya dengan bidang orbital atau ketika
bidang orbital melewati inklinasi distal caninus, hal ini disebut protraction.
Ketika lengkung gigi, atau bagiannya, terletak lebih posterior dari normal
ditinjau dari posisinya dengan bidang orbital, hal ini disebut retraction.(Moyers,
1988).
2. Hubungan Mediolateral (Midsagittal Plane)
Bidang ini digunakan untuk membantu menggambarkan maloklusi pada
arah transversal. Ketika lengkung gigi, atau bagiannya, berada lebih dekat dengan bidang
midsagittal dibandingkan posisi normalnya, hal ini disebut contraction. Ketika
lengkung gigi, atau bagiannya, menjauhi bidang midsagittal dibandingkan posisi
normalnya, hal ini disebut distraction.
Kontraksi = kompresi = intraversion: sebagian atau seluruh lengkung gigi
lebih mendekati bidang midsagital.
Distraksi = ekstraversion: sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih
menjauhi bidang midsagital.
3. Hubungan Vertikal (Frankfurt Horizontal Plane)
Frankfur Horizontal Plane merupakan bidang yang menghubungkan
margin atas dari meatus auditorius eksternal dengan margin infra-orbital. Bidang
ini digunakan untuk mengklasifikasi maloklusi pada bidang vertikal.
Ketika lengkung gigi, atau bagiannya, lebih dekat dengan Frankfurt Plane
dibandingkan posisi normalnya, hal ini disebut attraction. Ketika lengkung gigi,
atau bagiannya, menjauhi Frankfurt Plane, hal ini disebut abstraction.

B. Klasifikasi Maloklusi Skeletal

1. Kelas 1 Skeletal (Orthognatic)


Dimana rahang berada pada hubungan antero-posterior yang ideal pada
keadaan oklusi. Gigi geligi, tulang wajah, dan rahang mempunyai relasi yang sesuai.
2. Kelas 2 skeletal (Retrognatik)
Dimana rahang bawah pada keadaan oklusi, letaknya terlihat lebih ke
belakang (retrusif) dalam hubungannya dengan rahang atas. Dapat diakibatkan
karena maksila yang protrusif atau mandibula yang retrusif.
3. Kelas 3 Skeletal (Prognatik)
Dimana rahang bawah pada keadaan oklusi, letaknya terlihat lebih ke depan
(Protrusif) dalam hubungannya dengan rahang atas. Dapat diakibatkan karena
Maksila yang retrusif ataupun Mandibula yang protrusif.
.

Anda mungkin juga menyukai