Anda di halaman 1dari 282

MODUL

BLOK 3
KEDOKTERAN GIGI DASAR

FLOURIDE 15
Rizqi Ias Denna Rani Amalia Iky Aryani
Dhila Jihan Mustanisah Mutya Rahmi Yuni
Ezky Zeny Monic Riska Rian

This book belongs to:

________________________________

Program Pendidikan Dokter Gigi


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

1
DAFTAR ISI
drg. Alfini Octavia,Sp.KGA.............................................................................5

Morfologi Anomali Gigi .....................................................................................

drg. Atiek Driana Rahmawati,M.DSc,Sp.KGA.............................................16

Terminologi dan Nomenklatur ............................................................................

Morfologi Incisivus .............................................................................................

Morfologi Caninus.............................................................................................

drg. Edwyn Saleh..............................................................................................51

Scalp, Cavum Cranii, Wajah dan Otot Mimik...................................................

drg. Erlina Sih Mahanani,DDS,M.MedSc.....................................................62

Histologi Oris dan Kelenjar Liur.......................................................................

Histologi Jaringan Keras Gigi dan Jaringan Pulpa ...........................................

Odontogenesis....................................................................................................

drg. Erma Sofiani,Sp.KG................................................................................138

Struktur Jaringan Pulpa......................................................................................

drg. Erwin Setyawan,Sp.RKG........................................................................141

Pemeriksaan Identifikasi Odontologis...............................................................

drg. Hartanti,Sp.Perio......................................................................................156

Anatomi dan Fisiologi Jaringan Pendukung Gigi..............................................

drg. Indri Kurniasih,M.MedEd......................................................................168

Morfologi Premolar...........................................................................................

Morfologi Molar................................................................................................

2
drg. Likky Tiara Alphianti, M.DSc, Sp.KGA.............................................186

Morfologi Gigi Decidui ....................................................................................

drg. Sartika Puspita,M.DSc..........................................................................188

Aspek Biologi Jaringa Periodontal dan Cairan Sulcus Gingiva .......................

Aspek Biologi Jaringan Keras Gigi ..................................................................

dr. Asti Widuri,Sp.THT................................................................................204

Gangguan dan Kelainan THT............................................................................

dr. Sjafiq PA...................................................................................................220

Neurovascular of Head and Neck .....................................................................

Systema Vasculare ............................................................................................

dr. Triwahyuliati,Sp.S...................................................................................232

Nyeri, Neuropati dan Cerebrovasculare ...........................................................

dr. Yunani Setyandriana,Sp.M.................................................................261

Gangguan dan Kelainan Mata .....................................................................

Dr. dr. Zaenal M. SOFRO, AIFM, Sport & Circ. Med..........................267

Fisiologi dan Patofisiologi Nyeri ...................................................................

drg. Arya Adiningrat,PhD ...........................................................................

Biokimia Jaringan Tulang dan Gigi ...............................................................

3
SALAM FLUORIDE

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa dengan
segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami mampu
menyelesaikan penyusunan module belajar blok 3 yang berjudul
“Kedokteran Gigi Dasar” untuk program studi pendidikan dokter gigi ini.
Sholawat serta salam senantiasa tercurah untuk junjungan nabi besar kita,
nabi Muhammad SAW, keluarga beliau, para sahabat beliau, dan kaum
muslimin yang senantiasa mengikuti beliau hingga akhir hayat.

Nahh akhirnya kita sudah berada di blok 3 yang di tunggu-tunggu,


yang insyaAllah banar-benar sesuai dengan pekerjaan kita di masa yang akan
datang, yakni dokter gigi. Sebelum jadi dokter gigi kita wajib tau dong apa
apa sih dasar dari kedokteran gigi itu? Seperti bentuk-bentuk morphologi
gigi dan kelainannya, pembentukan gigi, jaringan-jaringan penyokong nya,
dan juga vaskularisasi dan inervasi yang berkaitan dengannya.

Oleh karena itu, pelajari modul ini sungguh-sungguh ya! Agar kita
bisa menghadapi ujian MCQ blok 3 dan mendapatkan nilai yang
memuaskan. Untuk jadi The Master of Blok3, Jangan 100% mengandalkan
dari modul ini, tapi tambahkan dengan sumber-sumber belajar lain dari
internet, jurnal, textbook dan lainnya. Dan selalu niatkan belajar kita karena
Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Karna Dia lah sumber ilmu yang
sebenarnya. Kita bodoh dan lemah. Hanya Dia yang Maha Pintar lagi
Berkuasa. Moga kita selalu dalam lindungan-Nya. Amiinn YRA.

Selamat belajar ya tems! Be A Good Dentist!.

Salam FLOURIN!

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penulis FLUORIDE -Destiny-

4
MORFOLOGI ANOMALI GIGI
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg. Alfini
Octavia, Sp.KGA
Kamis, 17 Desember 2015
Penyusun : Rahmi

PERKEMBANGAN DAN MORFOLOGI GIGI SULUNG

SIKLUS HIDUP GIGI

1. INITIATION (BUD STAGE)

• Usia 6 minggu masa embrio

• Berasal dari sel dari lapisan basal yg berproliferasipenebalan epitel di


daerah bakal lengkung gigi

• Penebalan itu disebut promordium ektodermal dari gigi

• Absennya gigi secara kongenital akibat kurangnya inisiasi atau gangguan di


proliferasi sel

• Gigi supernumerary akibat berlanjutnya proses inisiasi/budding dari organ


enamel.

5
2. Proliferasi (Cap Stage)

• Proliferasi terus berlanjut. proliferasi dari bud stage tidak berimbang


di semua bagianterbentuk cap stage

• Gangguan perkembangan pada masa ini akan berakibat kelainan


dalam jumlah gigi

• Bila gigi terus menerus berproliferasi membentuk email dan


dentinodontoma,supernumerary

3. Histodifferensiasi dan morfodifferensiasi Bell Stage

HISTODIFFERENSIASI

• Epitel terus berinvaginasi, sampai organ bakal enamel membentuk


bel/lonceng

• Sel dari dental papila menjadi odontoblas

• Sel dari lapisan dalam epitel enamel menjadi ameloblast

• Pada fase ini sel berhenti memperbanyak diri

• Kelainan pad fase ini mengakibatkan struktur abnormal dari dentin


atau enamel .

Contoh : amelogenesis imperfecta, dentinogenesis impercta

6
MORFODIFFERENSIASI

• Sel penyusun gigi membentuk outline bentuk dan ukuran gigi.

• Hal ini terjadi sebelum deposisi matriks, batas antara odontoblas dan
bakal Dentino enamel junction menjadi jela.

• Gangguan pada masa differensiasi, menyebabkan kelainan peg teeth,


microdontia dan macrodontia

7
3. Aposisi

• Terbentut seperti lapisan-lapisan deposisi dari matriks ekstraseluler


matriks jaringan non vital

• Dibentuk oleh ameloblast, dentinoblast

• Batas DEJ, CEJ semakin jelas

• Gangguan pada masa ini : enamel hypoplasia

4. Kalsifikasi/mineralisasi

• Setelah terjadi deposisi.

• Melibatkan precipitasi dari inorganik garam kalsium beserta matriks


yang terdeposit.

• Kelainan pada masa ini akan mengakibatkan interglobular dentin

8
ANOMALI GIGI

Anomali gigi adalah gigi yang bentuknya menyimpang dari bentuk


aslinya

 Kelainan gigi geligi


 Dihubungkan dengan tooth development defect
 Disebabkan factor herediter, sistemik, traumatik ataupun lokal
 Penggolongan : jumlah, ukuran, bentuk dan struktur
 Anomali gigi sering terjadi:
 Bentuk abnormal atau terjadi perubahan bentuk
 Gigi kembar (bersatu)/ fused anterior teeth
 Kelebihan gIgi atau supernumerary (extra) tooth
 Anodontia yaitu tidak ada benih gigi di dalam rahang
 Untuk gigi tetap lebih banyak daripada gigi susu
 Untuk gigi geligi atas lebih banyak daripada gigi geligi
bawah

MACAM KELAINAN

1. KELAINAN ERUPSI GIGI


2. KELAINAN STRUKTUR GIGI
3. KELAINAN BENTUK DAN UKURAN GIGI
4. KELAINAN JUMLAH GIGI
5. Lain-lain

1.KELAINAN ERUPSI GIGI

 NATAL TEETH : bayi yang baru lahir, tetapi sudah tumbuh gigi.
Gigi tersebut tidak memiliki akar, hanya menempel pada rahang.
Solusinya adalah dilakukan pencabutan.
 TEETHING : pembengkakan local.
 KISTA ERUPSI : saat gigi erupsi, ada kista tetapi akan hilang.
 GIGI MOLAR DESIDUI TERPENDAM
 ERUPSI EKTOPIK GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN

9
2.KELAINAN STRUKTUR GIGI

Kelainan pada permukaan email/enamel berupa defect, pit, pissure.

Keadaan yang menyebabkan terjadinya dinamakan enamel


hypocalcification/hipokalsifikasi email.

Ada dua tahap:

1. Matriks enamel sudah terbentuk


2. Terjadi ketika matriks sedang mengalami kalsifikasi

Ada beberapa keadaan yang menyertai hipoplasia email: Faktor lokal :


infeksi dan trauma,

Faktor sistemik: defisiensi nutrisi, brain defect, syndrom nefrotik, allergi,


cleft lip/palateradiasi, rubella embryopathy,

 HIPOPLASI DAN HIPOMINERALISASI EMAIL : kekurangan


mineral

 AMELOGENESIS IMPERFECTA : proses pembentukan enamel


terganggu
 Kelainan pada email
 Etiologi sangat multifaktorial
 Gigi desidui dan permanen
 1: 14000 populasi
 Tipe :
 Hipokalsifikasi
 Hipomaturasi
 Hipoplastik

10
 DENTINOGENESIS IMPERPECTA : proses pembentukan dentin
terganggu
 Merupakan kelainan yg diturunkan link autosomal dominan
 Mengenai gigi desidui dan permanen
 Klinis : coklat kemerahan, abu-abu ke opak an. Bila email hilang
warna lebih jelas
 Kamar pulpa kadang sempit dan hilang(radiograph), saluran
akar sempit seperti pita\
 Akar mudah fraktur

 DISPLASIA DENTIN
 Kelainan yang terjadi ketika pembentukan dentin
 Tipe 1: radicular dentin displasia
 2: coronal dentin displasia
 Bisa terkait autosomal dominan
 Penampakan klinis : akar pendek, dan lebih tajam dari normal.
Kadang-kadang disertai absennya kamar daan saluran pulpa,
kadang dijumpai kelainan periapikal.
 Warna dan morfologi mahkota normal, meskipun ada dijumpai
berwarna agak opak, biru atau coklat
 SIDE EFECT TETRASIKLIN : di usia balita mengkonsumsi
antibiotik (tetrasiklin) sehingga pada saat gigi permanen tumbuh di
usia 6 tahun gigi mengalami kelainan (bewarna keabu-abuan)

3.KELAINAN BENTUK DAN UKURAN GIGI

 GIGI GANDA:
A. FUSI ( FUSION OF THE TEETH)
 Bersatunya dua gigi yang sedang berkembang
 Bisa mengenai gigi desisui atau permanen

11
 Mengenai gigi anterior
 Terkait family link
 Radiografi menunjukkan fusi di mahkota atau akar saja.
 Rongga pulpa dan saluran akar terpisah

B. GEMINASI
 Menunjukkan terbaginya sebuah benih gigi, dengan invaginasi
 Terjadi pada masa proliferasi
 Bifid crown on single tooth
 Gigi lebih lebar dari normal (mesial-disstal)
 Bisa mengenai gigi sulung dan gigi tetap
 Family hereditary

 ODONTOMA
 Abnormal proliferasi dari organ enamel menyebabkan
odontogenic tumorodontoma
 Disphagia, familiy history

12
 DENS IN DENTE (DENS INVAGINATUS)
 Gigi di dalam gigi
 Dapat dilihat dengan radiografi
 Mengenai gigi sulung dan permanen.
 Paling banyak di inisivus lateral RA. Ada juga di Kaninus
sulung RB, insisivus sentral gigi sulung, molar kedua desidui
 Gigi tampak normal. Deep lingual pits.

 MIKRODONSIA
 Kebalikan makrodonsia
 Lebih kecil dari ukuran normal
 Tetapi dapat juga terjadi reduksi sampai gigi-gigi berbentuk
kerucut.
 Gigi pendek sekali misal pada : I2 atas dan M3 atas.

13
 MAKRODENSIA
 Ukuran gigi yang melampaui batas nilai normal pada satu atau
lebih
 Ukuran dan satu sampai semua elemen gigi-geligi.
 Pada umumnya tidak ada penyimpangan bentuk lainnya.
 Makrodonsia (gigi I dan C). bisa terjadi pada satu gigi, beberapa
gigi atau seluruh gigi.

 TAURODONTIA
 Gigi mempunyai ukuran yang besar terutama di kamar
pulpa/saluran akar.
 Terkait link autosomal dominan/resesif
 Akarnya mengecil

14
5.AGENESIS

 ANODONTIA
 Kegagalan dalam pembentukan gigi
 Kelainan kongenital
 Autosomal resesif

 OLIGODONTIA/HYPODONTIA/partial anodontia
 Kehilangan beberapa gigi
 Bisa terjadi tanpa ada riwayat keluarga/ada, bagian dr syndrom
tertentu(ektodermal displasia)
 Bilateral/unilateral
 P2, I2

15
TERMINOLOGI DAN NOMENKLATUR
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Atiek
Driana Rahmawati, M.DSc.,Sp.KGA
Rabu, 2 Desember 2015
Penyusun: Amalia – Riska

A. Rahang:
 Maksila : Rahang atas
 Mandibula : Rahang bawah
B. Garis Median: garis vertikal yang melalui
 tengah-tengah muka  membagi kanan dan kiri.
 titik kontak gigi sentral insisivus kiri, kanan atas dan bawah
 titik pertemuan raphe palatina kedua dan ketiga
 tengah-tengah antara kedua fovea palatina (major palatina
foramina)
 fossa insisivus
 median palatina suture
 spina mentalis
C. Istilah Umum
 Superior : atas >< Inferior : bawah
 Sinistra : kiri >< Dexter: kanan
 Anterior:depan >< Posterior: belakang
 Lateral: struktur atau bagian tubuh yang paling jauh dari
bidang median.

16
D. Gigi-Geligi
 Gigi sulung/gigi susu/deciduous teeth
 Berjumlah 20
 Terdiri dari incisivus, caninus dan molar.

V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V

 Gigi tetap/permanen
 Berjumlah 32
 Terdiri dari incisivus, caninus, premolar dan molar

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Gigi Antagonis : gigi atas/bawah yang mengadakan


kontak dengan gigi lawannya, gigi bawah/atas.

17
18
19
20
E. Permukaan – Permukaan Gigi
 Labia : bibir  labial
 Lingua : lidah  lingual
 Facial : muka
 Palatum : langit-langit  palatal
 Mesial : berhadapan dengan garis median
 Distal : bertolak belakang dengan garis median
 Proksimal: berhadapan dengan gigi sebelahnya dalam 1 lengkung
gigi
 Buccal : menghadap ke pipi
 Insisal  digunakan utk memotong;menghadap garis oklusi/kunyah,
terdapat tepi insisal
 Oklusal menghadap garis oklusi/kunyah, untuk menghaluskan
makanan terdapat tonjolan dan lekukan

F. Oklusi: hubungan kontak antara gigi rahang atas dan rahang bawah
waktu mulut dalam keadaan tertutup. Oklusi gigi terbagi menjadi dua
yaitu:
 Oklusi sentris : kontak maksimal gigi-geligi rahang atas dan
rahang bawah waktu mandibula dalam keadaan relasi sentries
(hubungan mandibula dan maxilla kedua kepala sendi (kapituli)
paling dorsal pada cekungan sendi (glenoid fossa) tanpa
mengurangi kebebasannya bergerak ke lateral. Kondisi demikian
dapat kita uji dengan meminta pasien membuka mulutnya lalu
menutup sambil menelan ludah.
 Oklusi aktif : kontak gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah
dimana gigi-geligi rahang bawah mengadakan gerakan/geseran ke
depan – belakang, kiri – kanan , atau lateral. Kondisi demikian
terjadi ketika kita mengunyah makanan.
G. Macam-Macam Gigi Menurut Susunannya
 Homodontal / homodont : ketika gigi memiliki bentuk yang
sama. Terdapat pada sapi yang memiliki gigi geraham.
 Heterodontal / heterodont : ketika gigi memiliki bermacam –
macam bentuk dan fungsi. Dapat ditemui pada kucing, kera dan
manusia.
H. Gigi pada Manusia
 Incisivus / Seri : untuk memotong/mengiris makanan
 Caninus / taring : untuk mengiris / merobek makanan
 Premolar / geraham kecil : untuk merobek dan membantu
menggiling makanan

21
 Molar / geraham besar : untuk menumbuk / menggiling
makanan.
Anomali : gigi yang bentuknya menyimpang dari bentuk aslinya.

I. Bagian-Bagian Gigi
1. Mahkota/korona : bagian gigi yang dilapisi email di luar jaringan
gusi. Mahkota terbagi menjadi dua:
a) Mahkota klinis : mahkota yang tidak diliputi epitel dan
menonjol dalam rongga mulut, tidak tetap karena apabila gusi
naik maka mahkota klinis mengecil, tetapi apabila gusi turun
maka mahkota klinis membesar.
b) Mahkota anatomis : mahkota yang semua bagiannya diliputi
jaringan email.
2. Akar/ radix : bagian gigi yang dilapisi sementum dan ditopang
tulang alveolar maxilla dan mandibula.
a) Akar klinis : akar yang dilapisi oleh sementum da masih
meliputi jaringan periodontium, tidak tetap karena apabila
gusi menurun maka akar klinis mengecil.
b) Akar anatomis : diliputi oleh sementum

Menurut jumlahnya, akar dibagi menjadi:


 Akar tunggal : 1 apeks , 1 ujung saraf
 Akar ganda : bifurkasi (tempat bertemunya dua akar) dan
trifurkasi (tempat bertemunya tiga akar)
3. Garis servikal / cemento-enamel junction : batas antara jaringan
sementum dan email  pertemuan mahkota dan akar.
4. Ujung akar / apeks : titik terujung dari suatu benda runcing
berbentuk kerucut seperti akar gigi.
5. Tepi incisal / incisal edge : tonjolan kecil panjang pada korona
incisivus.
6. Cusp/tonjolan : tonjolan pada korona gigi kaninus dan posterior
 sebagian permukaan oklusal.

22
23
24
J. Sudut pada Gigi
 Sudut garis/line angle
 pertemuan 2 permukaan
 disebutkan menurut kombinasi kedua permukaan yang
membentuknya
 mesio-labial, disto-lingual.
 Sudut titik/point angle
 pertemuan 3 permukaan
 disebutkan menurut kombinasi ketiga permukaan yang
membentuknya
 mesio-labio-insisal, disto-palato-oklusal
 Embrassure: ruangan yang terletak antara dataran oklusal dengan
titik kontak.

25
K. Landmark
 Titik kontak (contact point/area) : tempat di mana permukaan
proksimal suatu gigi mengenai permukaan proksimal gigi
sebelahnya dalam satu rahang.
 Titik puncak (crest point) : titik terluar dari garis luar(outline)
labial/bukal atau palatal/lingual suatu gigi.

Cingulum : tonjolan kecil pada 1/3 servikal permukaan palatal/lingual dari


gigi, yg merupakan palatal/lingual lobe dari gigi-gigi depan atau sebagian
tonjol rudimenter/yg tidak berkembang.
(sepertiga cervical sisi lingual/palatal gigi anterior yang membesar).

Lobe
Bagian yang menonjol merupakan bagian permulaan dari pembentukan gigi
pada pertumbuhan korona gigi.

Tulang alveolar/processus alveolaris : bagian rahang di mana akar-akar


gigi terletak, yg mengikat suatu gigi dalam suatu posisi relasi terhadap
lainnya dalam lingkaran gigi.

Alveolus/alveoli : lubang di mana akar-akar gigi terikat pada bagian rahang.

Gingiva/gusi : jaringan lunak dalam mulut yg meliputi tulang alveolar dan


yang mengelilingi gigi-geligi.

26
Alignment : istilah yg digunakan untuk menunjukkan cara bagaimana gigi-
geligi tersebut tersusun pada suatu RA atau RB

RIDGE : Tonjolan kecil & panjang pada permukaan suatu gigi dan
dinamakan menurut letak dan bentuknya.

Marginal ridge: tepi bulat dari email yang membentuk tepi-tepi mesial dan
distal permukaan oklusal gigi premolar dan molar serta tepi-tepi mesial dan
distal permukaan palatal/lingual gigi insisivus dan kaninus.

Triangular ridge: ridge yg berjalan turun dari puncak cusp gigi molar dan
premolar menuju ke bagian sentral permukaan oklusal.

Transversal ridge: ridge yang terbentuk oleh persatuan antara suatu


triangular ridge bukal dengan suatu triangular ridge palatal/lingual yg
berjalan transversal pada permukaan oklusal gigi belakang.

Oblique ridge: ridge yg terbentuk oleh persatuan antra suatu triangular ridge
distobukal dengan suatu triangular ridge mesiopalatal yang berjalan miring
pada permukaan oklusal gigi molar atas.

27
Cusp ridge: ridge yg membentuk tepi-tepi labial/bukal dan tepi-tepi
palatal/lingual dari cusp pada permukaan oklusal gigi –geligi belakang dan
kaninus.

Insisal ridge: insisal edge

FOSA
Lekukan/konkafitet/depresi yang bundar, lebar, dangkal dan tidak rata yang
terdapat pada permukaan gigi.

Fosa palatal/lingual: fosa yang terdapat pada permukaan palatal/lingual gigi


insisisvus dan caninus.

Fosa sentral: fosa yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar di mana
terdapat pertemuan antara beberapa developmental groove yang merupakan
suatu depresi sentral.

28
Triangular fosa: Fosa yg merupakan segitiga pada permukaan oklusal gigi
molar dan premolar dan letaknya mesial/distal dari marginal ridge dan fosa
yg merupakan suatu segitiga, terdapat pada permukaan palatal/lingual gigi
insisivus letaknya pada ujung fosa palatal di mana marginal ridge dan
cingulum bertemu.

Sulkus: parit/depresi yang panjang pada permukaan oklusal antara ridge-


ridge dan cusp-cusp serta mempunyai developmental groove.

GROOVE lekukan yang dangkal, sempit dan panjang yang terdapat pada
permukaan gigi.

Developmental groove: groove yang dangkal di mana bagian-bagian utama


dari korona dan akar bertemu.

Supplemental groove: cabang developmental groove dan biasanya tidak


menunjukkan suatu pertemuan utama.
29
Groove bukal/lingual: developmental groove yang terdapat pada
permukaan bukal/lingual gigi-gigi belakang.

PIT
Depresi kecil seujung jarum yang terdapat pada permukaan oklusal gigi
molar, di mana developmental groove bertemu atau saling melintang.

Pit sentral
Pit yang letaknya di sentral permukaan oklusal gigi molar, terdapat dalam
fosa sentral, merupakan tanda penting di mana developmental groove
bertemu atau saling menyilang.

FISSURE
Celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi, biasanya terdapat
pada permukaan oklusal atau fasial/proksimal dan merupakan dasar dari
developmental groove.

TUBERKEL
Elevasi/tonjolan kecil pada beberapa bagian dari korona gigi yang dihasilkan
dari pembentukan email yang berlebihan.

LOBE

30
Bagian yang menonjol merupakan bagian permulaan dari pembentukan gigi
pada pertumbuhan korona gigi.
1. Mamelon: tonjolan yang terdapat pada edge insisal gigi insisivus
yang baru tumbuh/erupsi atau pada edge insisal gigi yang belum pernah
digunakan untuk mengunyah.
2. Cusp
Hawk bill insisal edge/edge beak incisor: gigi insisivus atas dengan insisal
edge yang terletak di sebelah palatal dari poros gigi dilihat dari pandangan
proksimal.

31
32
NOMENKLATUR
Nomenklatur : cara penulisan gigi-geligi.
Beberapa cara penulisan :
1. ZSIGMONDY
*Gigi tetap :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
*Gigi susu :
V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V

Contoh : P1 atas kanan : 4 c bawah kiri : III

2. PALMER’S
paling mudah dan universal utk dental record
*Gigi tetap :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
*Gigi susu : E D C B A A B C D E
EDCBA ABCDE
Contoh: P1 atas kanan: 4 c bawah kiri: C

3. Cara Amerika
 menghitung dari atas kiri ke kanan, kebawah
kanan lalu ke bawah kiri.

*Gigi tetap (pakai angka biasa)


16 15 . . . . . 9 8 . . . . . 2 1
17 18 . . . . . 24 25 . . . . . 31 32

33
*Gigi susu (huruf Romawi)
X IX . . VI V IV . . I
XI XII . . XV XVI XVII . . XX
Contoh: P1 atas kanan: 12 ; c bawah kiri: XVIII

4.APPLEGATE
 Kebalikan cara Amerika : menghitung dari atas kanan ke kiri, ke
bawah kiri lalu ke bawah kanan.
*Gigi tetap: 1 2 . . . . . 8 9 . . . . . 15 16
32 31 . . . . . 25 24 . . . . . 18 17

*Gigi susu : I II . . V VI . . . X
XX XIX . . XVI XV . . . XI
Contoh: P1 atas kanan: 5 c bawah kiri: XIII

5. HADERUP
*Gigi tetap : + +
- -
Contoh: P2 atas kanan: 5+ I1 bawah kiri: -1
*Gigi susu
Contoh: c bawah kanan: 03-
m2 atas kiri: +05

6. SIATEM SCANDINAVIAN
 tidak begitu banyak digunakan
+ : untuk gigi-geligi atas
- : untuk gigi geligi bawah
Contoh: P2 atas kanan : +5 I2 bawah kiri : 2-

7. G B DENTON
Gigi tetap : 2 1 Gigi susu : b a
3 4 c d
Contoh: P2 atas kanan : 2.5
c bawah kanan : c.3

34
8. INTERNATIONAL DENTAL FEDERATION
 Sistem 2 angka
*Gigi tetap : 1 2 *Gigi susu : 5 6
4 3 8 7
Angka ke dua menunjukkan gigi apa dalam kwadran.
Contoh : P2 atas kanan: 15
c bawah kanan: 83

9. UTRECHT/BELANDA
 dengan menggunakan tanda-tanda:
S : Superior/atas d :dexter/kanan
I : Inferior/bawah s :L sinister/kiri
*Gigi tetap : (pakai huruf besar)
*Gigi susu : (pakai huruf kecil)
Contoh : P2 atas kanan : P2Sd
c bawah kanan: cId

35
MORFOLOGI INCISIVUS
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh
drg. Atiek Driana Rahmawati, MDSc., Sp.KGA
Rabu, 2 Desember 2015
Penyusun: Zeny

 INCISIVUS PERMANENT TEETH


 8 gigi
 Incisivus centralis, atas dan bawah, kiri dan kanan
 Incisivus lateralis, atas dan bawah, kiri dan kanan

 Maxillary Incisivus Centralis


 Evidence of calcification 3-4 month
 Enamel completed 4-5 years
 Eruption 7-8 years
 Root completed 10 years
 Labial aspect
 Crown seperti sekop
 Incisal ridge mamelon
 Disto incisal ridge , membulat/
 Mesio incisal ridge, tajam 90
 2 sulkus, menghilang ke arah cervix :
 sulcus disto labial
 sulcus mesio labial
 membagi jadi 3 bagian  triconodont

 Palatal aspect
 Concave

36
 Fossa palatina terdapat :
 crista mesialis
 crista distalis
 Foramen caecum (lubang buntu)
 Cingulum & tuberculum di cervic
 Corak marginal ridge, huruf M

 Akar / radix
 Satu, pulp canal 1
 Panjang 1-1,5 kali crown
 Lurus atau bengkok ke palatinal/distal
 Bentuk seperti kerucut
 Tebal, apex bulat
 Potongan melintang berbentuk segitiga
sama sisi

37
 Maxillary Incisivus Lateralis
 Evidence of calcification 10-12 month
 Enamel completed 4-5 years
 Eruption 8-9 years
 Root completed 11 years

 Labial aspect
 Lebih convec dari incisivus sentralis
 Sudut mesio incisal lancip
 Palatal aspect

 Lebih concaf dari I centralis

 Ada palatal pit

 Fossa palatinal lebih jelas

 Corak marginal ridge, huruf V

 Radix/Akar
 Satu, panjang 1-1,5 crown
 Apex runcing, membelok ke distal
 Pulp canal 1
 Akar lebih
ramping

38
 Mandibulary Centralis Incisivus
 Evidence of calcification 3-4 month
 Enamel completed 4-5 years
 Eruption 6-7 years
 Root completed 9 years

 Labial aspect
 Crown bentuk pahat, halus
 Mesio incisal lancip
 Disto incisal lebih bulat
 Mesio facial line angle > panjang dari disto facial line angle
D
 Lingual aspect L

 Cingulum amat kecil L


L
Tubercullum dan pit tidak
m
ada
 Fossa lingual dangkal

 Proximal aspect
 Datar
 Berbentuk segitiga
L

 Radix

 Lurus dan gepeng/pipih


 Belok ke distal/labial
 Potongan melintang berbentuk oval
 Mesial distal radix ada sulcus, distal lebih
jelas
 Pulp canal 1

39
 Mandibulary Lateralis Incisivus
 Evidence of calcification 3-4 month
 Enamel completed 4-5 years
 Eruption 7-8 years
 Root completed 10 years

 Bentuk sama dengan Incisivus centralis, tetapi sedikit lebih


besar dan tebal

 Labial aspect
 Mesial distal lebih bulat
 Mesio facial line angle > disto facial line angle
 Incisal ridge miring ke distal

40
 Sulcus pada labial lebih dalam dibanding incisivus
centralis

 Lingual aspec

 Lebih menonjol dibanding incisivus centralis

 Ridge berkembang

 Fossa kelihatan

 Radix / Akar

 Panjang dan pipih

 Sulcus mesial distal lebih jelas

41
MORFOLOGI CANINUS
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg. Atiek
Driana Rahmawati, MDSc., Sp.KGA
Rabu,2 Desember 2015
Penyusun:Ezky

A. Maxillary Canine

 Evidence of calcification 4-5 month

 Enamel completed 6-7 years

 Eruption 11-12 years

 Root completed 13-15 years

1. Ciri Umum Maxillary Canine

 Crown seperti mata tombak

 Gigi terpanjang dan gigi terkuat di anterior

 Punya 1 tonjol

42
2. Labial Aspect

 Convec

 Crista ke arah permukaan membagi facies labial jadi 2 bagian:

 Fasial mesio labial lebih sempit, mir < dir

 Fasial disto labial lebih lebar

Mir/dir : mesio/disto incisal ridge

 Mahkota lebih besar mesiodistal

 Sudut tonjol lebih tajam, lebih runcing

 Lingir tonjol mesial lebih pendek daripada distal

 Kontak proksimal mesial, distal lebih servikal

 Tonjolan mahkota mesial di luar outline akar

 Lingir labial lebih tegas

 Ujung akar lebih runcing

3. Incisal and Proximal Aspect


a. Incisal Aspect

43
 Incisal ridge membentuk huruf V

 Bagian mesial lebih rendah

 Ujung cusp pada poros gigi

 Outline mahkota lebih asimetris

 Fasiolingual sedikit lebih lebar daripada mesiodistal

 Setengah mahkota distal sangat sempit di fasiolingual

 Cingulum ada di tengah

 Tepi incisal lebih horizontal di mesiodistal

b. Proximal aspect

 Ujung cusp cenderung lebih ke labial dari poros gigi

 Cingulum lebih jelas

 Tinggi kontur labial kurang ke servikal namun lebih tegas

44
 Keausan incisal lebih lingual, bahkan pada fosa

 Ujung tonjol terlihat lebih tebal fasiolingual

4. Palatinal aspect

 Cingulum, tubercullum, fossa, jelas

 Fossa palatinal terbagi 2:

 Fossa mesio palatinal

 Fossa disto palatinal

 Kedua fossa dibatasi (3 crista):

 Crista mesialis

 Crista palatinalis

 Crista distalis

 Cingulum di tengah

5. Radix

 Terdapat satu buah akar dengan panjang 2-2,5 kali panjang crown

 Canal pulp 1

 Pada permukaan akar sebelah mesial dan bucal terdapat sulcus

45
B. Mandibulary Canine

 Evidence of calcification 4 month

 Enamel completed 7 years

 Eruption 9-10 years

 Root completed 13 years

1. Ciri Umum Mandibulary Canine


 Bentuk seperti upper Canine tapi lebih ramping, runcing, halus

 Mahkota distal lebih membulat

2. Labial aspect

46
 Crown kelihatan panjang

 Amat convex & membelok ke arah lingual, KRONENFLUCHT

 Crista yg membagi fc labial menjadi 2 tidak jelas

 Ujung cusp lebih ke mesial dari as gigi

3. Proximal and Radix


a. Proximal

 Puncak cusp lebih ke lingual dari as gigi

 Cingulum kurang jelas

 Tinggi kontur labial lebih dekat ke garis servikal namun


kurang tegas, hampir bersambung dengan akar

 Keausan incisal lebih labial

 Ujung tonjol terlihat kurang tebal fasiolingual

47
b. Radix
 Dibanding Canine atas lebih gepeng

 Jika membelok ke arah distal

 pulp canal 1

 Permukaan mesial dan distal radix ada sulcus

4. Incisal and Lingual Aspect


a. Incisal

 Incisal ridge bentuk V

 Mir lebih pendek dari dir

 Bagian distal lebih rendah dari mesial

 Outline mahkota lebih simetris

 Fasiolingual jauh lebih besar daripada mesiodistal

 Penyempitan mahkota distal fasiolingual tidak nyata

 Cingulum di distal (atau di tengah)

 Tepi incisal dengan putaran distolingual

48
b. Lingual Aspect

 Cingulum tidak jelas di tengah atau di distal

 Fossa dan ridge kurang jelas

 Lingir marginal lingual kurang tegas

Referensi Book: Woelfel Anatomi Gigi Edisi 8

49
SCALP, CAVUM CRANII, WAJAH dan
OTOT MIMIK
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh
drg. Edwyn Saleh
Selasa, 6 Januari 2016

Penyusun : Rian – Rizqi

A. SCALP
 Daerah berbatasan dengan dahi, bagian superior dari tempurung
kepala, dan daerah oksipital superior sampai garis nuchal
superior.
 Bagian lateral menyatu dengan daerah temporal yang meluas
inferior membentuk lengkungan zygomatic.
 Anatomi scalp (kulit kepala) adalah penting karena trauma sering
terjadi di wilayah ini.

50
51
B. WAJAH
 Daerah berbatasan dalam garis rambut, perbatasan anterior
auricules, dan dagu
 Bagian utama : mata, hidung, otot2 mimik (facial expression
muscle), otot-otot pengunyahan, glandula parotid, nervus
trigeminal dan nervus facial.
 Tulang penyusun : frontal, zygomatic, maxilla, palatina, nasal,
dan mandibula.

52
C. CAVUM CRANII
 Rongga dalam cranial :
 Frontal sinus
 Ethmoid sinus
 Maxilarry sinus
 Sphenoid sinus

53
54
 Frontal Sinus
 Asimetris
 Belum sempurna saat kelahiran dan berkembang pada
usia 7-8th

55
 Ekspansi utama saat erupsi molar satu desidui sampai
saat erupsi molar permanen di usia 6 th
 Etmoid sinus
 Bisa ditemukan 3 sd 18 rongga ethmoid pada setiap
sisinya (Sinus terbanyak).
 Rongga udara sinus ini dapat menginvasi ke sinus yg
lain (frontal, maxilla, sphenoid)
 Maxillary sinus
 Merupakan rongga piramidal yang paling besar
 Berlobus-lobus dan berdinding tipis
 Dikelilingi cincin snederian
 Splenoid sinus
 Sinus kedua terbesar dalam cranium
 Dibatasi oleh septum yang irregular

D. OTOT MIMIK (muscle of facial expression)


 Diinervasi oleh nervus facial
 Berada didalam kulit wajah untuk memberikan pergerakan wajah
 sebagian otot ekspresi wajah berlokalisasi di sekitar lubang wajah
(orbita dan cavum oris)
 Tak ada spasia dalam sepanjang perlekatan otot wajah

56
57
 ORAL group

58
 NASAL group

59
 ORBITAL group

 AURICULAR group

 SCALP group

 NECK group

60
61
HISTOLOGI ORIS DAN KELENJAR
LIUR
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Erlina
Sih Mahanani DDS.,M.MedSc
Senin, 14 Desember 2015
Penyusun: Chaerani – Rianda

The Oral Cavity (Mouth)


1. Vestibule (outside arches)
2. Dental Arches
3. Oral Cavity Proper (inside arches)

62
Oral Cavity

Designed for articulation in speech and mastication of food, the

oral cavity also functions as an alternate airway.

A. Boundaries

 Anterior - the lips.


 Posterior - the anterior tonsillar pillars.
 Roof - hard and soft palate.
 Floor - mucosa overlying sublingual and
submandibular glands.
 Walls - buccal mucosa.

B. Contents

 Alveolar processes and teeth.


 Anterior tongue to circumvallate papilla.
 Orifice of parotid gland (Stenson's duct) in buccal mucosa
opposite upper second molars.
 Orifice of submandibular duct (Wharton's duct) in anterior floor
of mouth
 Orifices of sublingual glands

63
Maxillary Incisive Gingiva

A = Alveolar mucosa; B = Gingiva; C = Mucogingival junction;

D = Attached Gingiva; E = Free gingiva; F = Interdental papilla;

G = Upper labial frenum

64
Mandibular Incisive Gingiva

A = Alveolar mucosa; B = Gingiva; C = Mucogingival junction;


D = Attached Gingiva; E = Free gingiva; F = Interdental papilla;

65
Mandibular Incisive Gingiva

A = Alveolar mucosa; B = Gingiva; C = Mucogingival junction;


D = Attached Gingiva; E = Free gingiva; F = Interdental papilla;

Oral Mucous Membrane

 Is the moist lining in the oral cavity

 Oral cavity consists of 2 parts:

 Outer vestibule ( lips and Cheeks)

66
 Oral cavity proper

 Superior zone (hard & soft palates)

 Floor zone (tongue)

 Posterior zone

Oral mucous membrane

Oral mucous membrane is made of 2 layers :

 Surface layer of epithelial tissue

Underlying layer of connective tissue/lamina propria

67
Structure of oral mucosa

68
Junction between epithelium and connective tissue

Scanning electron microscope of the interface between epithelium and


connective tissue in the palate. A shows the underside of oral epithelium and
the circular orifices into which the cone shape papillae of connective tissue
fit that are illustrated in B.

Function

 Protection

 To protect deeper tissue and organs in the oral region from


environment of the oral cavity.

 Shows a numbers of adaptations to withstand these mechanical


forces.

 Sensation

 It provides considerable information about evens in the oral cavity


(temperature, touch, pain, taste).

 Secretion

 The salivary glands produce saliva to maintain a moist surface

69
 Thermal regulation

Epithelium of Oral Mucosa

Three types of stratified squamous


Types of cells in oral epithelium
epithelium are found within the oral
cavity 1. Keratinocytes, produce keratin

1. Non-keratinized – associated with naturally or when the tissue is


lining mucosa. traumatized.

2. Keratinized – associated with 2. White blood cells


masticatory mucosa.
3. Langerhans cell
3. Para-keratinized – associated with
masticatory mucosa. 4. Granstein cell

5. Markel cell

70
Lining Mucosa (Non-keratinized)

Masicatory Mucosa (Keratinized)

71
Masicatory Mucosa (Para-keratinized)

Cells in the Epithelium

The types of these cells are:

 Langerhans‟ Cells

 Merkel‟s Cells

 Melanocytes

 Lymphocytes and Leukocytes (appear in the epithelium in cases of


inflammation).

Langerhans’ Cells

 Are found in the stratum spinosum

 To function in the processing of antigenic material

72
 The cells appear to have processes but don‟t have desmosome or
tonofilament

 It has unique racket-shaped organelles

 These cells have ideal location to make the contact with invading
bacteria and establish response mechanism to protect the body.

Merkel’s Cells

 In the basal layer of gingival epithelium.

 Associated with the terminal axon

 They may contain round electron-dense granules in the cytoplasma


adjacent to their axon.

 To function as touch receptors.

Melanocytes

 Are melanin producing cells in the basal layer of gingival epithelium.

 Lack desmosome and tonofilament and are dendritic.

 They have the melanine granules (melanosomes) in the cytoplasm.

Lymphocytes and Leukocytes

 They are associated with gingival inflammation.

 May be found in the gingival and connective tissue.

 May be located anywhere in the gingiva but most often underlie


junctional epithelium.

 They have no desmosom, tonofilament or organelles.

 Lymphocytes appear typical, with a large oval nucleus occupying


most of the cytoplasmic space.

73
Structure of Oral Mucosa

 Lining mucosa
 Masticatory mucosa
 Lips
 Gingival & epithelium
 Soft palate attachment

 Cheeks  Free & attachment


gingival
 Ventral surface of
tongue  Junctional Epithelium

 Floor of the mouth  Interdental papilla &


Col
 Specialized Mucosa
 Hard palate
 Types of papilla

 Taste buds

 Lining Mucosa
 Is composed of thin layer epithelium and an underlying lamina
propria.
 Epithelium composed of basal layer of cuboidal cells, termed
the stratum basale.
 The second layer is stratum intermedium or stratum spinosum,
the cells appear oval and somewhat flattened.
 The third or superficial layer has a flattened cells and many
containing small oval nuclei.
 The lamina propria composed of the papillary and reticular
connective tissue.
 Lip
 Moist-surface
 Stratified squamous cells
 Nonkeratinized epithelium
 Seromucous gland (part of the minor salivary glands) in the
lamina propria

74
 The vermillion border is the junction between oral mucosa
and the skin of the lip.
 It is known as a red border because the epithelium is thin,
contains eleidin, and the blood vessels near the surface.
 In the skin of the lips are hair follicles, and their associated
sebaceous glands, errecto pili muscles, sweat glands.
 At the angles of the mouth, there is a sebaceous glands that
are known as Fordyce‟s spot.

The lip provides an example of


thin keratinized stratified
squamous epithelium of the
outside skin, and thick
nonkeratinized stratified
squamous epithelium of the inside
oral mucosa. The transitional
zone between these two regions is
the red margin which consists of
keratinized epithelium. Minor
mucoserous salivary glands are
located under the oral mucosa

75
 The oral mucosa (lining of the oral cavity) consists of stratified
squamous epithelium. Here on the inside of the lip the epithelium is
nonkeratinized; it lacks a keratin layer. Underlying the epithelium is
the lamina propria which consists of loose connective tissue. Minor
seromucous salivary glands are also present

76
The skin of the lip consists of keratinized stratified squamous epithelium
in which hair follicles, sweat glands and sebaceous glands can be seen.
Sweat glands are tubular glands that empty onto the surface of the skin,
while sebaceous glands empty into hair follicles.

The red margin is very thin keratinized epithelium with no hair follicles
or sweat glands. The orbicularis oris muscle fibers come close to the
red margin.
77
Submucosa Lip

The submucosa of the oral cavity is composed of dense connective tissue


containing blood vessels, nerves and mixed seromucous glands.

Soft Palate

 More pink than hard palate

 Cause lamina propia contains many small blood vessels.

78
 In the submucosa contains muscle of the soft palate

Cheeks

 Stratified squamous epithelium

 Nonkeratinized

 Has lamina propria and underlying submucosa.

 Submucosa contains fat cells and mixed glands (seromucous).

Cheeks Epithelial

Nonkeratinized stratified squamous epithelium consists of layers of living


cells. The cells of the upper layers of epithelium appear clear due to fluid in
the cells. The fluid protects the underlying layers against machanical
damage. The epithelium is divided into layers: the deepest layer, stratum
basale provides progenitor cells to renew the epithelium, the stratum
spinosum consists of variable-shaped cells connected together by
desmosomes. The cells in the upper most levels of the spinosum layer are
flat.

79
Ventral Surface of Tongue

 Contains a lamina propria and submucosa

 Submucosa contains the muscle fibers that located under the surface of
the tongue.

Floor of The Mouth

 Nonkeratinized

 Appears loosely attached to the lamina propria

 There are minor salivary glands

 In the right and left there are major mucous glands (sublingual glands)

Masticatory Mucosa

 Gingival & epithelium attachment


 Free & attachment gingival
 Junctional Epithelium
 Interdental papilla & Col
 Hard palat

Free Gingival

80
Gingival Epithelium

Attached gingiva is located apical to the gingival sulcus. It is generally


parakeratinized stratified squamous epithelium which means that the upper
layer of cells is dead but retain their nuclei. Characteristics of keratinized
epithelium is the presence of very long rete pegs and connective tissue
papillae. The attached gingiva lacks a submucosa and is directly attached to
bone

Stippling of the gingiva

In healthy gingival epithelium


"stippling" is often seen which appear
as small pits in the epithelium. These are
due to the deep rete pegs. In this
micrograph of attached epithelium, you
can see a layer of keratin. The upper
layer of cells have lost their nuclei and
the epithelium is called
orthokeratinized.

81
Free & attachment gingival

The Interdental papilla is the gingiva


that located between the teeth and
extending high on the interproximal
area of the crowns on the labial and
lingual surfaces.

The Col is the junctional epithelium in


the proximal area

The col is nonkeratinized epithelium,


thin.

Hard Palate

 Keratinized stratified squamous epithelium.

 The median raphe is the midline of hard palate, where an incisive


papilla can find in the anterior area.

 On each side of median raphe are ridges called rugae.

 Traction bands are bundels of collagen fibers that insert into the
papillary fibers of the lamina propria and extend into the bony palate.

82
Adipose tissue of hard palate

The lamina propria of the mucosa of the hard palate in the midline region
(median raphe) serves at the periosteum of the bone and thus the mucosa is
called a mucoperi-osteum. A submucosa with adipose tissue exists in the
anterolateral region of the hard palate. The epithelium of the hard palate is
keratinize.

Granular Zone of hard palate

In the posterolateral region of the hard palate the submucosa contains


seromucous glands. A, Seromucous glands; B, Mucoperiosteum

83
Incisives papilla

Just posterior to the central


incisors, there is an elevation of the
oral mucosa called the incisive
papilla. Sometimes, a nasopalatine
duct (lined with pseudo-stratified
ciliated epithelium) is present that
opens via the incisive foramen into
the incisive A, Nasopalatine duct;
B, Keratinized stratified squamous
epithelium

Specialized Mucosa

• Types of papilla

• Taste buds

Tongue, types of papilla

84
85
Chemical substance in the oral cavity stimulate taste bud sensory cells
through a small opening in the epithelium called the taste pore. The taste bud
contains sensory cells (with apical microvilli), supporting cells and basal
cells, the latter providing new cells for the taste bud every 5 to 10 days.
Upon stimulation, sensory cells release chemicals from their basal membrane
to stimulate sensory nerve endings from taste ganglion cells which relay the
input to the brainstem. A, Taste bud; B, Taste pore; C, Basal cell; D, Sensory
cell.

86
Filliformis Papilla

The surface of the tongue is


covered with epithelial
protrusions called papilla. The
most numerous of these papillae
is the keratinized filiform papilla
which is non-sensory and gives
the tongue a rough surface.

87
fungiform papilla

Mushroom-shaped papilla called fungiform papilla possess taste buds


(onion-shaped groupings of sensory cells) on their dorsal surface. The
epithelium overlying the sensory papillae is generally nonkeratinized or very
lightly keratinized. The fungiform papilla are dispersed over the anterior
region of the dorsal tongue; perceive sweet, salty and sour; and are
innervated by the seventh cranial nerve. A, Fungiform papilla

circumvallate papilla

A V-shaped row of about eight


very large papilla called
circumvallate papilla exist on
the posterior tongue. These
papilla are surrounded by a deep
trough (groove in the mucosa).
Taste buds are located down
within the groove, and detect
bitter substances. Special serous
glands called von Ebner glands
secrete into the base of the
troughs to wash out the bitter
substances after taste bud
stimulation. A, Circumvallate
papilla; B, vonEbner gland; C,
Trough; D, Taste bud
88
40-60 cells each; three cell types

a. Supporting cells - most numerous

89
b. Taste (gustatory) cells (receptors) - with gustatory hairs (receptor
membranes; microvilli) protruding through taste pore in papillae

c. Basal cells - at base of bud; mitotic activity for replacement of taste cells

(7-10 days)

A. SALIVA
 Is secreted by the three major salivary glands and very
numerous minor salivary glands.
 The major salivary gland are parotid, submandibular, and sub
lingual gland.
 The minor salivary glands are lingual, bucal, labial, palatine,
glossopalatine glands.
 Salivary Glands (overview)
 Location:
 Vestibule
 Oral cavity proper
 Size:
 Major
 Minor
 Nature of secretion:
 Mucous
 Serous
 Mixed
 Major salivary glands:
 Parotid:
 location
 duct:
Stenson‟s
 secretion:
serous
(25% of
volume)
 Submandibular:
 location

90
 duct: Wharton‟s
 secretion: mixed (serous) (60-65%)
 Sublingual:
 location
 duct: Bartholin‟s
 secretion: mixed (mucous) (15%)
 Minor salivary glands:
 labial:
 labial mucosa;
 mucous and serous secretions
 buccal:
 buccal mucosa;
 mucous and serous secretions
 palatal:
 posterior and lateral aspect of soft palate;
 mucous secretions
 lingual:
 tip and posterior aspect of tongue;

 mucous and serous secretion


 Description of saliva:
 odorless
 colorless or cloudy
 ropy or watery
 bathes teeth and tissues
 resting: unstimulated
 active: stimulated (10 x resting rate)
 Flow of saliva:
 continuous
 sources of resting saliva
 characteristics of flow:
 amount: copious vs. scanty
 viscosity (thickness; consistency):
 ropy (more mucous)
 watery (more serous)
 Factors affecting salivary flow:

91
 increase flow:
 sight/smell food
 mastication
 dental work
 pain
 decrease flow:
 fear/anxiety
 sleep
 fever
 medications
 after eating
 Xerostomia: dry mouth and ongoing decrease of saliva. Can
result in mucositis, mouth infections, increase in caries and
tissue inflammation.
 General factors influencing the secretion of Saliva
 Increased secretion may be caused by the following:
 Taste
 Smelll
 Mechanichal stimulation of the oral mucosa
 Mechanichal irritation of the gingiva
 Mastication of the food
 Chemical irritation of the oral mucosa
 Distention or irritation of esophagus
 Chronic irritation of oesophagus
 Chemical irritation of the stomach
 Pregnancy

92
 Composition of saliva:
99 % water, 1 % solids
 organic solids:
 mucin (proteins)
 enzymes (amylase)
 antibodies
 blood clotting factors
 lipids
 inorganic solids:
 salts: bicarbonates, chlorides,
 phosphates: (calcium, sodium, potassium)
 phosphates are called buffers
 Organic constituents
 Main organic constituents: urea, uric acid, free
glucose, free amino acid, lactate, fatty acid
 Macromolecul in saliva: protein, amylase,
peroxidase, thiocyanate, lysozyme, lipid, Ig A,
Ig M, Ig G.
 Inorganic constituents : Ca, Mg, F, HCO3, K, Na, Cl,
NH4.
 Gases : CO2, N2, and O2
 Water
 Constituents derived from the oral cavity
 Desquamated epithelial cells, Leukocytes
PMN from crevicular fluid, bacteria.
 Modification of salivary composition by the ductal
system
 pH of saliva varies:
 normal levels are 6.0 to 7.9 (generally around
neutral)
 falls slightly during sleep
 rises during eating
 falls after eating (significant in caries)
 increase in salivary flow = increase in buffers
available = increase in pH

93
 General Function
 It keeps the teeth healthy by providing a lubricant,
calcium and a buffer.
 It also helps to maintain the health of the gums, oral
tissues (mucosa) and throat.
 It also plays a role in the control of bacteria in the
mouth.
 It helps to cleanse the mouth of food and debris.
 It provides minerals such as calcium, fluoride, and
phosphorus.
 It helps in swallowing and digesting food.
 Lack of saliva will make the mouth more prone to
disease and infection.
 Lead to a burning feeling.
 Major salivary components

94
 Multifunctionality

 Salivary Protein Functions

95
96
 Antimicrobial Factors in Human Saliva

 SECRETION Ig A in SALIVA
 Saliva contains 19 mg per 100 ml of Ig A
 Daily 100 mg of Ig A is secreted into the mouth
 In contrast, per 100 ml saliva are found 1,4 mg Ig G and 0,2
mg of Ig M
 Concentration of immunoglobulins

* : unstimullated
** : stimulated
† : determined in periodontitis

97
B. Ig A
 are glycoprotein
 are built of subunits containing
 two identical light chains (L chains), each containing about
200 amino acids
 two identical heavy chains (H chains), which are at least
twice as long as L chains
 The first 100 or so amino acids at the N-terminus of both H and L
chains vary greatly from antibody to antibody – the are termed the

variable (V) regions

98
 Ig A (heavy and light chains) is produced by plasma cells locally in
the salivary glands.
 These plasma produces also J chains.
 So plasma cells in salivary glands produce Ig dimmers.
 J CHAIN = JOINING CHAIN

 Secretory IgA consists of at least two IgA molecules covalently


linked by J chain and with the secretory component
 Polymeric IgA produced by plasma cells located in the submucosa
binds to the poly-Ig receptor on epithelial cells, and the complex is
transported to the luminal surface of the mucosa. The poly-Ig

99
receptor is enzymatically cleaved during the transport process and
becomes the secretory component of secretory-IgA

 IgA is the second most abundant immunoglobulin in serum.

100
 IgA is the most abundant immunoglobulin in external secretions such
as breast milk, saliva, tears, and mucus of the bronchial,
genitourinary and gastrointestinal tracts.
 In serum IgA is primarily a monomer.
 In secretions IgA (termed secretory IgA) is predominately a dimer
but higher multimers do exist.
 Secretory IgA has an associated J chain and a polypeptide chain
called secretory component which is derived from the receptor that
is responsible for transporting polymeric IgA across membranes.
 Secretory Component is synthesized by the secretory epithelial cells
of salivary acini.
 The assembled sIg A is then transported into the duct lumen and
excreted into the mouth.

101
102
 Functions of Secretory Component (SC):
 To allow the transport of polymeric IgA (pIgA-primarily
dimeric IgA) through cells (ductal epithelium) as Secretory-
IgA (sIgA)
 To protect the pIgA from proteases while S-IgA is in the
ductal cell and once the SIgA enters the gastrointestinal tract
(e.g. oral cavity) or respiratory tract.
 Secretory Ig A in Saliva
 Secretory Ig A has three sub components:
 Ig A molecule (two of these are combined to
produce a dimer of Ig A)
 J chains (polypedtides of about 15.000 daltons)
 SC (secretory component), polypeptides about
80.000 daltons

 Secretory IgA (S-IgA) has important functions on mucosal


surfaces:
 To neutralize pathogenic factors on Mucosal Surfaces (e.g.,
GTF and bacterial proteolytic enzymes),
 To help neutralize the toxic effects of endotoxins
 To neutralize viruses on mucosal surfaces.
103
 To retard penetration of antigens into mucosal tissue
(prevents a secondary stimulation of the mucosal S-IgA
system)

104
105
 Introductory to mucosal imunity
 Mucosa represent a vast surface area vulnerable to
colonization and invasion
 Total amount of sIgA exceeds circulating IgG.
 Antigens are separated from mucosal immune tissue by
epithelial barrier.
 Antigens must be transported across the epithelium.
 Protection from microbial colonization (adherence)
 Prevention of environmental sensitization
 Focus of much vaccine work
 May have regulatory influence on systemic immunity
 May block allergic sensitization

106
 This mucosal barrier and the other cells associated with these
epithelial cells can be loosely divided into 4 major anatomical areas:

Nasal, Respiratory, Gastrointestinal, and Reproductive (Urogenital)

These anatomical areas together are called the: Mucosal Associated


Lymphoid Tissues (MALT)

107
 MALT
 Differs fundamentally from Systemic immune responses in
that:
 major isotype in mucosal secretions is secretory,
dimeric IgA
 most of the antibody-producing cells and effector T occur in
the MALT
 separate inductive and effector lymphoid sites

108
109
HISTOLOGI JARINGAN KERAS GIGI
DAN JARINGAN PULPA
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg. Erlina
Sih Mahanani, DDS.,M.MedSc
Jumat, 22 Desember 2015

Penyusun : Yuni

DENTIN

 Dentin adalah jaringan keras pada gigi yang agak elastis

110
 Merupakan zat kuning muda yang lebih radiolusen dari enamel dan
berpori
 Memberikan bentukan umum pada gigi
 Ditutupi oleh enamel di mahkota dan sementum di akar

PULPA

• pulpa terletak di tengah dari bagian gigi


• Non mineralisasi dan terdapat jaringan pembuluh darah
• Memiliki mahkota dan akar
• Pulpi memiliki garis tengah dan garis tepi

BENTUKAN DENTIN DAN PULPA

111
KOMPOSISI DENTINDAN PULPA

Komposisi Dentin
• volume:
– 45% inorganic
– 33% organic material
– 22% air
• berat:
– 70% inorganic
– 20% organic material
– 10% air
• In organik
– Hydroxyapatite
– and several trace elements
• Organik:
– Terutama serabut kolagen (type I)
– Substansi dasar dari mucopolysacarida, glycosaminoglycan,
proteoglycan & posphoproteins

Komposisi Pulpa

• Pulpa adalah jaringan ikat lembut yang mendukung dentin


• Terdapat pembuluh darah dan saraf
• Sel utamanya : odontobast, fibroblast, makrofag,dibedakan oleh sel
ectomesenchymal

ANATOMI DENTIN DAN PULPA

Tipe Dentin

• Primary dentin : terbentuk di gigi sebelum selesainya foramen apikal


di akar
• Mantle dentin : predentin pertama yang membentuk dan jatuh ke
tempo gigi
• circumpulpal dentin: lapisan dentin sekitar dinding pulpa luar

112
• Secondary dentin: terbentuk setelah foramen apikal komplit dan
dilanjutkan pembentukan keseluruhan gigi
• Tertiary dentin: terbentuk karena adanya rangsang dari luar
• Predentin: deposit baru yang tidak termineralisasi dentin
• Peritubular dentin: dentin yang terbuat dari tubulus dentin
• Intertubular dentin: dentin yang ditemukan diantara tubulus

Primary & Secondary Dentin


• Primary dentin
– Komposisi dari mantel dan sirkumpulpal dentin
– Mantle dentin adalah bentukan pertama primary dentin
– Circumpulpal dentin langsung mendasari mantel dentin dan
comperises sebagian besar dentin primer
• Secondary dentin
– Bentukan internal primary dentin dari mahkota dan akar
– Berkembang setelah mahkota membentuk oklusal dan akar
mendekati sempurna
– Mucul lebih lambat dari primary dentin.
Tertiary Dentin
• Hasil dari stimulasi pulpa dan terbentuk hanya pada sisi aktivasi
odontoblast
• Stimulasi : atrisi, abrasi, karies atau penyimpanan prosedur resparotif
dengan cepat yang kemuculan dentinnya tidak teratur
• Jika terbentuknya lambat, maka kemungkinan muncul dentin lebh
teratur

113
Predentin

• Predentin merupakan bentukan yang baru


• Matriks yang tidak termineralisasi dari dentin pada perbatasan pulpa
• Terjadi mineralisasi pada predentin-dentin junction.
• Predentin deposit dan kalsifikasi 4 µm per harinya (primary dentin),
menurun stelah oklusi dan fungsi.
Anatomi Pulpa
• Mahkota Pulpa
– Mahkota pulpa menempati mahkota dan dilanjutkan kontur
dari permukaan luar gigi.
– Lebih besar dari akar pulpa
– Mahkota pulpa mempunyai tanduk pulpa, dimana terdapat
tonjolan dari pulpa yang memanjang kedalam cusp gigi.
– Penurunan mahkota gigi dikarenakan bentukan dentin yang
terus menerus.
• Pulpa Radikular
– Pulpa radikular atau akar pulpa kanal keluar dari regio
servikal ke apex dari akar.
– Tergantung berapa banyak akar dari gigi.
– Pulpa radikular berbentuk kerucut atau meruncing.
– Memiliki umur yang lebih pendek karena diteruskan
dentinogenesis.
• Foramen apikal
– Foramen Apikal terbuka dari akar pulpa kedalam
periodontium.

114
– Gigi maksila 0,3-0,6 mm sedikit lebih besar daripada
mandibula.
– Foramen umumnya terletak ditengah

Struktur hidtologi dari dentin dan pulpa

Intertubular & Peritubular/Intratubular

• Peritubular adalah matriks dentin yang akan mengelilingi tubulus


dentin
• disebut Peritubular karena mineralisasi tinggi pada kerah yang
mengelilingi tubulus
• Peritubular disepanjang tubulus dentin kecuali dekat pulpa

GARIS DENTIN

• Incremental line

– adalah deposit incremental

– hasil bentukan di perubahan matriks

115
– Disebut juga lines of von Ebner

• Neonatal line

– Daerah hiposifikasi yang ditunjukkan oleh garis kontur luas di


gigi.

– Dapat ditemukan di gigi desidui dan molar satu permanen

– Menunjukkan adanya gangguan mineralisasi karena


perubahan mendadak di saat kelahiran.

Interglobular dentin

Granular Layer of Tomes

• Munculnya Granular pada lapisan dentin dapat dilihat dari bawah


cementum yang menutupi akar.

• Peningkatan yang sedikit lebar karena tindakan dari CEJ ke apex


akar.

• Zona ini diyakini sebagai hasil dari penggabungan dari bagian


terminal dari tubules dentin.

Struktur dari Pulpa

-sell

-Subtansi interselular

116
Blood supply and inervasion

• Vaskularisasi dan suplay limfatik

• Masuk dan keluar melewati apikal dan foramina aksesori

• Pulpa berfaskularisasi dengan pembulu darah arteri karotis eksternal.

• Dinding pembulu pulpa kecil karena untuk melindungi dari sesuatu


yang keras.

• Terdapat dinding arteri kecil dan arterioles yang masuk ke kanal


apikal dan menuju rute langsung keatas akar pulpa ke area mahkota.

• Pembulu menghasilkan cabang perifer ke pleksus yang berdekatan


dengan zona odontogenik dari akar.

• Aliran darah paling cepat di pulpa dibanding dengan area tubuh yang
lain dan tekanan darahnya cukup tinggi.

117
Inervasi dari dentin dan pulpa

• Batang saraf melintasi pulpa radikular, kemudian dilanjutkan ke area


mahkota, dan bercabang sebagai tepi luar.

• Saraf ini mencakup hingga ke pinggiran (atap dn dinding lateral dari


pulpa mahkota), dimana mereka berasal dari pleksus saraf yang
berdekatan dengan odontoblas, dikenal sebagai lapisan parietal saraf
atau saraf pleksus raschkow.

• Jaringan tersebut terdiri dari akson myelin dan nonmyelin

118
Theory of dentin sensitivity

A. menunjukkan bahwa dentin di sarafi langsung (direct


innervation theory).

B. menunjukkan bahwa odontoblas sebagai reseptor


(transduction theory)

C. menunjukkan bahwa reseptor adalah pulpa dan stimulasi oleh


gerakan flurida melalui tubulus (hydrodynamic theory)

Fungsi dari pulpa

• Induktif : tahap perkembangan awal dari pulpa yang berinteraksi


dengan epithelium oral dan bentuk mula gigi

• Formatif : odontoblas pulpa menbentuk dentin mengelilingi dan


melindungi pulpa.

119
• Protektif : melindungi dari respon stimulus dan melindungi dari
invasi bakteri

• Nutritif : membawa oksigen dan nutrisi yang berkembang dan


berfungsi bagi gigi

• Reparatif : menanggapi prosedur operatif atau karies gigi dengan


pembentukan dentin repratif.

SEMENTUM
PENGENALAN SEMENTUM

Sementum adalah bagian dari periodonsium. Periodonsium


terdiri dari jaringan lunak dan keras yang mendukung. Komponen
dari periodonsium yang sementum, ligamen periodontal dan
tulang alveolar.

120
SIFAT FISIK DAN KIMIA

 Sementum adalah kuning muda


 Memiliki permukaan kusam dan warna sedikit lebih gelap
 Lembut dan lebih permeabel dari dentin
 Rentan terhadap abrasi ketika terkena
 Tidak memiliki kemampuan untuk merombak
 Lebih tahan terhadap resorpsi tulang dibandingkan.
 Sementum adalah tebal di puncak gigi, daerah
intraradikular.
 Tertipis di Cemento enamel junction
 Komposisi volume:
45% bahan anorganik
35% bahan organik
20% air
 Atas dasar berat kering terdiri dari:
45-50% bahan anorganik
55% bahan organik dan air
 Bahan organik terutama terdiri dari jenis serat kolagen I.
 Substansi dasar inter terdiri dari proteoglikan.
 Bahan anorganik terdiri dari terutama kalsium
hidroksiapatit.

CEMENTOGENESIS

 Bentuk pada akar setelah disintegrasi Herwig root


selubung.
 Menginduksi sel menjadi cementoblast.
 Cementoblasts kemudian membubarkan untuk menutupi
daerah akar dentin menjalani cementogenesis
Cementoid.
 Cementoblasts mudah terjerembab ke dalam produk
mereka, menjadi cementocyte.
121
 Cementoid menjadi matang dan disebut sementum.

122
A. Dental papilla

B. Enamel
C. Stelate reticullum
D. Epithelial cells of Malazes
E. Hertwig root sheath
F. Ameloblast

123
Epitel hancur akar selubung turun,
sel-sel dari kantung gigi bermigrasi
ke permukaan dentin akar dan
berdiferensiasi menjadi
cementoblasts. Sel-sel ini berbaring
di sementum pada permukaan akar.

Sebagai :

A. Cementoblast

B. Odontoblast

C. Predentin

SEL SEMENTUM

Berdasarkan formasi sementum adalah :

a. Cementoblast
- Cementoblasts mensintesis kolagen dan protein polisakarida
yang membentuk matriks organik dari sementum.
- Bertanggung jawab untuk memproduksi sementum
- Aktif -> Sel bulat, sel-sel gemuk dengan sitoplasma basofilik.
- Telah terbentuk dengan baik Golgi aparatus, banyak
mitokondria, sejumlah besar granular retikulum endoplasma.
- Cementoid adalah matriks uncalcified dari sementum
- Mineralisasi cementoid adalah sangat diperintahkan oleh
deposisi kalsium dan ion fosfat.
- Ini adalah proses ritmis. Jaringan cementoid dipagari oleh
cementoblast.
- Beberapa serat jaringan ikat dari PDL melewati antara
cementoblast ke sementum.

124
- Serat ini bisa tertanam & melampirkan gigi sekitar tulang.

A. PDL fibers
B. Sharpey‟s fibers
C. Dentino-emental
junction
D. Cementoblast
E. Acellular Cementum

- Deposisi sementum
terus secara bertahap
sepanjang hidup.
- Beristirahat
cementoblasts memiliki inti tertutup dan sedikit sitoplasma.
- Selama pembentukan sementum aselular, itu retret
meninggalkan matriks cemental.
- Selama pembentukan sementum selular, menjadi dimasukkan
ke dalam matriks cemental sel ini dikenal sebagai
cementocyte

b. Cementocyte

 Memiliki jumlah jarang sitoplasma


 Memiliki proses sel banyak atau canaliculi memancar dari
tubuh mereka.
 Proses ini mungkin cabang dan anastomosis dengan
melanosit yang berdekatan.
 The canaliculi diarahkan ke PDL.

125
 Melanosit berbaring di ruang, yang hadir di ruang individu
disebut sebagai kekosongan.
 Cementocytes menerima nutrisi dari PDL oleh difusi
proses.
 Sel-sel ini hadir dalam lapisan yang lebih dalam,
mengandung beberapa organel dalam sitoplasma mereka.
 Pada kedalaman 60 μ atau lebih, itu menunjukkan tanda-
tanda pasti degenerasi.
 Mereka meninggalkan
kekosongan kosong di
sementum yang lebih
dalam.

STRUKTUR SEMENTUM

Klasifikasi berdasarkan waktu


pembentukan :
- Sementum utama
- Sementum sekunder

Acellular
Berdasarkan ada tidaknya sel:

-Acellular sementum (primer)

-Seluler sementum (sekunder)

Cellular

126
127
Acellular Sementum :

 Sementum aselular adalah yang pertama terbentuk


 Lapisan tipis awal sementum dan diendapkan pada
sementum menengah.
 Jadi sementum diendapkan secara bertahap.
 Mineralisasi lebih dari sementum aselular.
 Lapisan tipis Acellular sementum mencakup setengah
serviks dari permukaan akar.
 Lapisan tipis dekat daerah leher rahim dan tidak ada sel
untuk mempertahankan kelangsungan hidup penyebab
cairan membasahi permukaannya.

128
Cellular Cementum :

 Hal ini dibentuk setelah gigi mencapai bidang oklusal.


 Lebih tidak teratur
 Mengandung sel dalam matriks cementocytes
 Proses dalam kanalikuli (seperti tulang).
 Proses menuju ligamen periodontal
 Lebih dari setengah apikal akar.
 Sementum seluler kurang kalsifikasi dari Acellular.
 Dibentuk pada tingkat yang lebih cepat daripada aselular.

Intermediate Cementum :

 Lapisan pertama dari sementum, & segel tubulus dentin.


 Tipis, seluler, lapisan non amorf
 Hal ini disimpan oleh lapisan dalam sel epitel dari selubung
akar
 Deposisi terjadi segera sebelum selubung akar epitel hancur
& bermigrasi ke PDL
 Ini kalsifikasi untuk lebih besar memperpanjang dari baik
sementum selular berdekatan atau dentin.

129
KLASIFIKASI SEMENTUM

+ Klasifikasi berdasarkan waktu pembentukan :

Sementum utama

Sementum sekunder

+ Berdasarkan ada tidaknya sel :

Acellular sementum (primer)

Seluler sementum (sekunder

+ Berdasarkan sifat dan asal matriks berserat organik :

a. Acellular Afibrillar Cementum (AAC)


b. Acellular Extrinsic Fiber Cementum (AEFC)
c. Cellular Mixed Stratified Cementum (CMSC)

d. Cellular Intrinsic Fiber Cementum (CIFC)

130
 Acellular Afibrillar Cementum (AAC)

tidak mengandung sel-sel

atau serat kolagen intrinsik atau ekstrinsik

Produk cementoblast

Ditemukan sebagai sementum serviks dekat mahkota

 Acellular Extrinsic Fiber Cementum (AEFC)

Terdiri dari bundel padat serat Sharpey

Hal ini ditemukan dalam ketiga serviks akar

Matriks organik jenis ini tidak mengandung sel-sel

 Cellular Mixed Stratified Cementum (CMSC)

Terdiri Sharpey serat (ekstrinsik

Serat kolagen (intrinsik)

Mengandung sel-sel dalam matriks


131
 Cellular Intrinsic Fiber Cementum (CIFC)

Memiliki serat yang berasal hampir seluruhnya dari cementoblast

Ini adalah tanpa serat Sharpey

Ini mengisi kekosongan resorpsi

CEMENTO-ENAMEL JUNCTION (CEJ)

Ada 3 jenis / pola CEJ :

A. Sementum enamel tumpang tindih (60%) - sulit untuk


membedakan dengan kalkulus
B. Sementum bertemu enamel (30%) - tidak ada masalah

132
C. Celah kecil ada antara sementum & enamel (10%) -
membuat hipersensitif dentin

B
JENIS / POLA CEJ C

133
CEMENTODENTINAL JUNCTION

 Apakah antarmuka antara dentin dan sementum

 Apakah kadang-kadang bergigi gigi sulung

 Apakah halus di gigi permanen.

 fibril kolagen dari sementum dan dentin jalin dengan cara yang
sangat kompleks

 Area dentin berdekatan dengan cemento dentin Junction


muncul granular

 Mungkin karena penggabungan & perulangan dari bagian


terminal dari tubulus dentin -> Tomes Granular lapisan

134
INTERMEDIATE CEMENTUM

Dalam beberapa gigi, dentin dipisahkan dari sementum oleh


jaringan yang disebut sementum menengah.

Lapisan ini terutama terlihat di wilayah apikal gigi posterior

Lapisan pertama dari sementum, & segel tubulus dentin.

Tipis, seluler, lapisan non amorf

Hal ini disimpan oleh lapisan dalam sel epitel dari selubung akar

Deposisi terjadi segera sebelum selubung akar epitel hancur &


bermigrasi ke PDL

Hal kalsifikasi untuk lebih besar yang memperpanjang dari baik


sementum selular berdekatan atau dentin

FUGSI SEMENTUM

- Melindungi permukaan dentin akar dan menutupi ujung tubulus


dentin terbuka
- Perforasi serat ligamen periodontal menjadi tertanam dalam
sementum.

ANOMALI PADA SEMENTUM

A. Hypercementosis
Bagian dari sementum menutupi apeks akar dapat terus tumbuh
sepanjang hidup. Dalam beberapa kondisi patologis, jumlah yang
berlebihan sementum tumbuh, membentuk berbentuk bola
pertumbuhan pada apeks.

135
B. Cementicles

A. Cementicles (embedded)
B. Periodontal Ligament
C. Alveolar bone

Adalah bulat telur kalsifikasi atau sekitar nodul ditemukan di


PDL.
Tunggal atau dalam kelompok dekat permukaan.
Mungkin bebas di ligamen, terpasang atau tertanam dalam
sementum.
Lebih umum di penuaan orang, ditemukan di sisi trauma.

136
gambar Cementicles

RESORPSI DAN PERBAIKAN SEMENTUM

Sementum mengalami resorpsi dan perbaikan

Penyebab resorpsi cemental :

 Penyebab lokal (trauma, kista, tumor, patologi periapikal,


kekuatan ortodontik berlebihan, gigi tertanam, dll)
 Penyebab sistemik (defisiensi Ca, vit. A & D,
hypothyroidsm)

Penghapusan ini melibatkan oleh odontoclast

Sementum kurang mudah resorbsed dari tulang selama


pergerakan gigi ortodontik, penumpahan gigi primer dan erupsi
gigi permanen.

137
STRUKTUR JARINGAN PULPA
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Erma
Sofiani,Sp.KG
Senin, 4 Januari 2016
Penyusun: Amalia – Rani

 Jaringan pulpa berisi pembuluh darah, limfe, saraf dan lain-lain.


 Pentingnya pulpa yaitu untuk perawatan endodontic (perawatan saraf).
 Anatomi:
 tanduk pulpa
 atap pulpa
 dasar pulpa
 oriface (saat kita membuka semua atap pulpa. Letak pembuluh darah
atau saraf)
 Prosesus odontoblas (Prosesus : Tonjolan, Odontoblas : sel pembentuk
gigi)
 Prosesus odontoblas intinya terletak di pulpa dan berjalan dari dentin >
predentin > enamel spindel
 Prosesus odontoblas merupakan proses satu kesatuan dar pulpa,dentin
dan enamel.
 Prosesus odontoblas merupakan proses satu kesatuan dar pulpa,dentin
dan enamel.
 Prosesus odontoblas (toms fiber)
 Sel body
 Sel nuklei
 Disekitar prosesus odontobls terdapat cairan tubulus dentinalis yang
apabila terkena rangsang akan membuat cairan tersebut mengembang dan
mengerut sehingga timbul rasa sakit
 Serabut serabut saraf tersebut berjalan mulai dari foramen apikal
 Terdapat nervus yang terbesar yaitu N V (Nervus Trigeminus :
Maxilaris,Mandibularis dan opthalmicus)

138
 Nervus alveolaris superior
 Foramen
 Foramen apikal
 Canal Accesoris/Lateral canal (saluran tambahan/pinggir)
 Terdapat serabut saraf tipe C pada pulpa. Serabut saraf ini akan
merasakan rasa sakit yang lebih lama. Karena ada diameter dari tubulus
dentinalis yang jauh lebih besar yang mendekati kamar pulpa.
 Serabut-serabut saraf pada pulpa berjalan dari foramen apical. Yang
merupakan foramen terbesar pada gigi.
 Abrasi: (1) pengelupasan jaringan di permukaan. (2) keausan yang
abnormal yang timbul oleh suatu proses mekanis yang terjadi pada suatu
struktur atau suatu benda.
 Ausnya jaringan gigi atau suatu restorasi yang bukan disebabkan oleh
berkontaknya gigi melainkan oleh sebab lain misalnya penyikatan gigi
yang tidak benar.
 Erosi : (1) Ausnya suatu benda. (2) Ulkus yang dangkal. (3) Hilangnya
jaringan keras gigi yang progresif karena proses kimia tanpa campur
tangan bakteri.
 Pulpa berasal dari jaringan mesoderm.
 75% mengandung air dan 25% materi organic
 Bentuk pulpa menyerupai bentuk mahkota gigi
 Pulpa merupakan system mikrosirkuler karena ada system homeostasis
(terdapat vaskularisasi) . komponen terbesarnya adalah arteri dan venula
yang masuk ke pulpa melalui foramen apical.
 Bagian terluar pulpa yang sehat akan ada barisa-barisan odontoblast
(perpanjangannya disebut Tome‟s Fiber yang masuk ke tubulus
dentinalis lalu menembus enamel spindle.
 Terdapat daerah bebas sel (jauh dari badan sel) dan daerah kaya sel
(berdekatan dengan badan sel) serta ada daerah inti pada odontoblast.
 Ada serabut saraf A di dentin adalah A. Rasa sakit tajam, waktunya
pendek. Persarafan pada gigi yakni N.V (N.Trigeminus).
 Odontoblast tidak dijumpai di bagian apical
 Pada orang muda, jaringan ikat pulpa yang longgar terdapat kolagen.
 Fungsi pulpa antara lain:
 Formatif : pembentukan dentin primer , dentin sekunder
 Protekftif / defense / reparative
 Nutritive
 Sensori

139
 Pulp disease:
 Normal pulp
 Reversible pulp
 Irreversible pulp
 Necrotic pulp (Pulpa Mati)
 Teori Nyeri ada 3:
 Stimulasi langsung pada saraf menyatakan bahwa ada saraf di dentin
 tidak ilmiah
 Teori transduksi menyatakan bahwa di dentin ada neurotransmitter 
tidak ilmiah
 Teori hidrodinamika: pergerakan cairan dalam tubuli dentinalis
(rangsang  ujung saraf aktif  impuls  korteks cerebri  rasa
sakit).
* jika rasa panas akan mengembangkan cairan dentin
* jika dingin akan menyempitkan cairan dentin
 Guta perca adalah bahan pengganti pulpa pada saat melakukan perawatan
saluran akar (endodontik)
 Sensitifitas dentin yang semakin mendekati pulpa akan semakin tinggi
 Urutan semakin sakitnya saraf
A delta < A Beta < A Alfa < C
 Lebar sempitnya pulpa dipengaruhi oleh usia pada anak pulpa lebar dan
pada orang tua pulpa sempit
 Semakin tua tubulus dentinalis semakin tertutup dan terjadi proses
deposisi dentin (penebalan dentin)

140
PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI
ODONTOLOGIS
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Erwin
Setyawan,Sp.RKG
Rabu, 16 Desember 2015
Penyusun: Rianda

 Geography & Demography Indonesia


 Negara Kepulauan dengan 18.306 pulau.
 Dengan Batas Luas 2. 027. 087 km2.
 Mempunyai 129 gunung berapi.
 Secara Geologis, terletak di pertemuan 3 lempeng tektonik
utama (Eurasia, Indo- Australia and Mediterranean)
 Secara Demografi terdiri dari bermacam etnik, agama, latar
belakang sosial budaya
 HIGH RISK timbulnya Gempa Bumi, Tsunami, Longsor,
Banjir, Kecelakaan ( darat, laut, udara) dan sebagainya. ------
‟supermarket‟ bencana ?
 Indonesia dikenal sebagai “Lab Forensic” karena banyaknya
jenazah yang digunakan oleh dokter-dokter spesialis forensic
dari luar negeri untuk digunakan sebagai pembelajaran.

141
 Forensik di Kedokteran Gigi
 Disebut juga dengan odontology forensic (OF)
 Berhubungan dengan identifikasi kasus
 Berhubungan dengan tanggung jawab secara hukum
 Kasus bisa bersifat individu ataupun masal
 Bisa bekerja secara team bersama cabang ilmu lain (antara
lain forensik antropologi, forensik patologi, ahli sidik jari, ahli
DNA, radiologi dan fotografer)
 Definisi
 Semua aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran gigi yang terkait
dalam suatu penyidikan dalam memperoleh data data
142
postmortem, berguna untuk menentukan otentitas dan
identitas korban maupun pelaku demi kepentingan hukum
dalam suatu proses peradilan dan menegakkan kebenaran.
 Dengan menyandang gelar dokter gigi, secara hukum seorang
dokter gigi dianggap sebagai orang yang cukup
pengetahuannya dalam masalah yang berkaitan dengan gigi
geligi manusia.
 Jika penyidik (polisi) meminta drg yg merawat korban
tersebut untuk membuat keterangan ahli (visum et repertum),
maka drg HARUS membuatnya.
 Jika hakim mengundang drg untuk hadir disidang
pengadilan untuk diminta keterangan ahli, maka drg wajib
hadir.
 Dokter Gigi Forensik
 Mempunyai kualifikasi sebagai dokter gigi umum dengan
pengetahuan yg luas tentang spesialisasi kedokteran gigi.
 Memiliki pengetahuan tentang bidang forensik terkait.
 Memiliki pengetahuan tentang hukum yaitu seorang dokter
gigi forensik harus memiliki pengetahuan tentang aspek legal
dari odontologi forensik
 Topik Yang di Bahas :
 Ruang lingkup odontology forensic meliputi semua bidang
keahlian kedokteran gigi. Secara garis besar odontologi
forensik membahas beberapa topik sbb:
1. Identifikasi benda bukti manusia.
2. Penentuan umur berdasarkan gigi.
3. Penentuan jenis kelamin berdasarkan gigi.
4. Penentuan ras berdasarkan gigi.
5. Penentuan etnik berdasarkan gigi.
6. Analisis jejas gigit (bite marks).
7. Peran dokter gigi forensik dalam kecelakaan massal.
8. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam
identifikasi personal
 Mengapa Gigi Digunakan Sebagai Alat Utama Identifikasi?
A. Survivability / Ketahanan
 Tahan terhadap trauma fisik dan panas.

143
 Dipanaskan ±300°C enamel retak, pd ±400°C dentin
retak, pd ±500°C enamel mengelupas
 Gigi menjadi abu jika dipanaskan ±1000°-1200°C
 Mudah dicapai dan dilihat.
 Terlindung dalam rongga mulut yg basah oleh air
liur
B. Individuality / Kekhususan
 Bentuk jelas dan spesifik, mempunyai 5 permukaan
(32 gigi = 160 permukaan ) ,
 Posisi bervariasi dalam lengkung, tambalan, gigi
palsu, bracket ortho , implant dll
 Kemungkinan adanya gigi yang identik
kemungkinanya adalah 1 : 2 milyar penduduk (riset
Cameron & Sims th 1973)
C. Information gained from teeth / Informasi yg dpt diperoleh
dari gigi :
 Ras, Umur, Jenis kelamin, Kebiasaan, Bentuk muka,
Golongan Darah , DNA
 Cameron & Sims (1973)
 Gigi tahan terhadap trauma fisik dan termis dan tahan
terhadap dekomposisi
 Gigi mempunyai bentuk yang jelas dan tertentu
 Gigi terletak dibagian tubuh yang relatif kecil sehingga
sekalipun badan mengalami kehancuran, gigi masih tetap utuh
 Gigi terletak dibagian tubuh yang mudah dicapai, tidak
memerlukan persiapan khusus
 Harvey (1975)
 Gigi tahan terhadap waktu
 Gigi merupakan jaringan yang paling keras dan kuat, tahan
terhadap pengaruh sekitar dan tetap bentuknya
 Gigi mengandung kadar mineral yang tinggi
 Lukman (2006)
 Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap
pembusukan dan pengaruh lingkungan yang ekstrim

144
 Karateristik individual yang unik dalam hal susunan gigi
geligi dan retorasi, menyebabkan identifikasi dengan
ketepatan yang tinggi
 Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk
catatan medis gigi dan data radiography
 Gigi gigi merupakan lengkung anatomis, antroplogis dan
morfologis yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-
otot bibir dan pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan
mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu
 Bentuk gigi gigi di dunia ini tidaklah sama, karena
berdasarkan penelitian bahwa gigi manusia kemungkinan
sama satu berbanding dua milyar
 Gigi tahan terhadap asam keras
 Identifikasi Gigi
 Perbandingan sistematik berdasarkan data gigi korban
semasa hidup (ante mortem) dengan data gigi korban
sesudah mati (post mortem) seperti data rekam gigi dan
data x ray penunjangnya yang hasilnya :
 ACCURATE / tepat
 FAST / cepat
 ECONOMICAL / murah
 UN-ARGUABLE / tidak terbantahkan

145
 Contoh
Kasus

st
1 BALI BOMBING
CASE

 Penentuan Ras
 Ras manusia : karakteristik luar yang diturunkan secara
genetik dan membedakan satu kelompok dari kelompok
lainnya seperti :
 warna kulit
 rambut
 bentuk hidung
 kepala
 postur tubuh
 susunan gigi
 Ras jarang bisa di identifikasi melalui morfologi gigi apabila
hanya ditemukan gigi saja sebagai satu satunya data.

146
 Bentuk tengkorak bisa memberikan informasi lebih baik
terhadap identifikasi ras
 Ras Negroid :

 Ciri fisik:
Pigmentasi kulit yang kuat (kulit hitam), bibir dan hidung
lebar dan tebal, rambut keriting (ulotrikh), mata berwarna
coklat-hitam
 Bentuk kepala:
Dolicochepali, profil wajah prognati, tulang pipi tegak,
rongga ortbita berbentuk rektrangular, apertura nasal yang
lebar, jendela telinga terlihat
 Ciri gigi :
 Cenderung bimaxillary protrusion
 Lengkung gigi berbentuk U
 Gigi incisivus RA tdk terdapat cingulum, hanya lekuk
sedikit
 Akar premolar (14, 15, 24, 25) cenderung membelah
atau terdapat tiga akar → trifurkasi

147
 Pada gigi premolar (34, 44) dari mandibula terdapat
dua sampai tiga tonjolan.
 Gigi molar pertama berbentuk segiempat membulat
dan memiliki fissure seperti sarang laba-laba
 Sering terdapat open bite.
 Palatum berbentuk lebar.

 Ras Kaukasoid:

 Ciri fisik
Kulit putih, tekstur bibir tipis, memiliki bulu tebal, rambut
lurus/bergelombang (cymtorikh), bermata biru/hijau

148
 Bentuk kepala
Mesochepali, profil wajah lurus, appertura nasal yang sempit,
tepi atas rongga orbita miring ke lateral, sutura metopik jelas,
dagu melekuk ke dalam, spina nasalis menonjol, batang
hidung curam (mancung), jendela telinga terlihat, meatus
auditory externus membulat
 Ciri gigi:
 Lengkung rahang sempit, berbentuk paraboloid
 Permukaan palatal rata pada gigi incisivus 12, 11, 21,
22
 Maloklusi pada gigi anterior
 Gigi molar pertama rahang bawah (36, 46) lebih
panjang, tapered
 Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi
premolar kedua dari mandibula
 Buko-palatal (P2, 15, 25) < mesio-distal
 Sering, cusp carabelli pada 16, 26 → palatal
 Palatum sempit

 Ras Mongoloid :

149
 Ciri fisik:
Kulit kuning, kelopak mata terdapat plica marginalis, mata
berwarna coklat-hitam, rambut lurus (lisotrikh), dahi kecil dan
tegak
 Bentuk kepala:
Brachicephali, profil wajah prognati sedang, rongga orbita
membulat, puncak kepala tinggi seperti kubah, apertura nasal
membulat, jendela telinga tidak terlihat
 Ciri gigi :
 Mempunyai lengkung gigi berbentuk ellipsoid
 Lengkungan palatum berbentuk elips
 Gigi incisivus berbentuk shovel shaped incisor
cingulum (11, 12, 21, 22)
 Bentuk gigi molar → segiempat dominan, mempunyai
fisure-fisure

150
 Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada
permukaan oklusal premolar bawah pada 1-4% ras
mongoloid.
 Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula
ditemukan pada 20% mongoloid.
 Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.

 Penyebaran Ras di Indonesia

 Orang Indonesia memperlihatkan ciri-ciri yang berasal dari


sedikitnya dua dari tiga kelompok ras  sulitnya
membedakan sub ras dalam satu ras, apalagi pada individu
migrasi dan kawin campur menyebabkan terjadi berbagai
subras yang ada sekarang.
 Sex Determination
 Mayoritas drg akan kesulitan dalam penentuan jenis kelamin
berdasarkan gigi-gigi.
 Penentuan jenis kelamin berdasarkan gigi-gigi sebagian besar
dilihat dari bentuk dan ukuran gigi.
 Gigi pada laki-laki biasanya lebih besar.
 Kaninus pada wanita lebih mengerucut dan lebih kecil.
151
 Incisivus centralis dan lateralis atas pada laki-laki lebih lebar
dibanding pada wanita.

Penentuan jenis kelamin yang lebih akurat bisa menggunakan


tulang tengkorak dan

152
pelvis

 Penentuan Umur
 Berdasarkan periode erupsi gigi
 Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan gigi yaitu
melalui analisis radiograf dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok
usia :
1. Prenatal, neonatal dan postnatal;
2. Anak-anak dan remaja;
3. Dewasa

 Contoh Age Estimation


 Metode Demirjian

153
 Sistem perkiraan usia diperkenalkan Demirjian,
Goldstein and Tanner pada 1973 menggunakan 7 gigi
dalam menentukan age estimation (AE).
 Tahun 1976, Demirjian & Goldstein melakukan
update metoda dengan menggunakan hanya 4 gigi
dalam menentukan AE
 Pada metode awal radiograf panoramik diambil dari
1446 anak laki-laki dan 1482 anak perempuan dengan
usia 2-20 tahun pada sampel warga Perancis-Canada.
 Tabel dan Skema

154
AL QAHTANI

“Meskipun membutuhkan 4 tahun untuk mempelajari 32 gigi. Tetapi


dengan 32 gigi, kita dapat mengubah dunia”

drg. Erwin Setyawan Sp. RKG

155
ANATOMI JARINGAN PERIODONTAL
Diadaptasi dari Kuliah pakar oleh drg.Hartanti,
Sp. Perio
Selasa, 5 Januari 2016
Penyusun : Monic – Rianda – Amalia

 Jaringan periodontal adalah jaringan yang terdapat di sekitar gigi tempat


gigi tertanam dan membentuk lengkungan rahang dengan baik (Depkes
RI, 1999).
 Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang
mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian
dapat mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari socketnya (Poltekkes,
2010).
 Jaringan periodontal merupakan jaringan pendukung gigi yang lunak
terdiri dari :
 Gingiva
 Ligamentum Periodontal
 Sementum
 Tulang Alveolar

156
A. GINGIVA
 Gingiva  mucosa rongga mulut mengelilingi gigi dan menutup
ridge.
 Fungsi : melindungi jaringan di bawah perlekatan gigi terhadap
lingkungan rongga mulut.

157
 Mekanisme pertahanan gingiva mencakup :
1. Aliran saliva (pada sulcus) dan kandungannya (misalnya
Lisosom, Imunoglobulin A)
2. Pergantian sel dan deskuamasi permukaan
3. Aktivitas mekanisme imun

Gambaran Klinis Gingiva Normal :


 Warna merah muda -> tergantung jumlah pigmen melanin, derajat
keratinisasi dan vaskularisasi serta sifat fibrosa dan jaringan ikat
 Tepi seperti pisau dan scallop sesuai kontour gigi pada free gingival
margin serta mengisi ruang interdental
 Texture permukaan margin gingiva halus/licin, pada attached gingiva
terdapat stippling (permukaan gingival seperti kulit jeruk)
 Konsistensi : kenyal tergantung elemen seluler, interseluler dan
suplai vaskuler

GINGIVA SEHAT :

158
BAGIAN – BAGIAN DARI GINGIVA :

 Margin gingiva -> membentuk cuff selebar 1-2 mm menutup leher


gigi tapi tidak melekat di gigi
 Epitel cekat melekat di dasar sulcus sekitar 1 mm di apikal
CEJ (Cemento Enamel Junction)
 Batas margin gingiva dengan epitel cekat -> Free gingival
groove/marginal groove
 Yang membedakan gingivitis dan periodontitis adalah
perpindahan epithel junction ke apical
 Attached Gingival / Gingiva Cekat adalah lanjutan dari margin
gingiva, meluas dari groove gingival ke pertautan mucogingival
dimana akan bertemu dengan mukosa alveolar.
 Batas gingiva cekat dan mucosa alveolar : Mucogingival
Junction
 Lebar attached gingiva 1-9 mm. RA : 3,4-4,5 mm dan RB 3,3-
3,9 mm
 AG -> barrier non spesifik, countur tapered, texture stippling
konsistensi kental.
 AG dan MG -> Keratinized Gingival -> dilapisi epitel
skuamous stratifikatum yg keratinized maupun non
keratinized
 Dinding poket dan dasar poket serta alv mukosa -> epit non
keratinized
159
 Interdental Papilla ->menempati embrassure gingival -> bentuk
pyramide disebut “Col”

HISTOLOGIS GINGIVA

1. Epitel
2. Jaringan Ikat
3. Pembuluh Darah
4. Serabut Darah
5. Cairan Gingiva

 Lapisan karakteristik dari epithelium squamous Gingiva:


1. Stratum basale / gernativum -> Bagian sel terdalam
berbentuk cuboid
2. Stratum spinosum -> polygonal
3. Stratum Granulosum -> selnya datar dan mengandung
banyak keratohialin
4. Stratum Korneum : Lapisan terluar, selnya datar dan tidak
berinti -> keratinized, sel yang berinti tapi mengecil ->
parakeratinized

Oral epith memiliki clear cell :


1. Melanocyt
2. Sel Langerhans -> Mekanisme pertahanan mukosa
3. Sel non spesifik

160
 Jaringan Ikat / Lamina Propria -> terbentuk anyaman bundel
serabut kolagen yang berjalan pada substansi dasar dan
mengandung : fibroblast, histiosit, pembuluh darah sarah,
limfosit, sel plasma dan sel dari sistem pertahanan tubuh.
 Pembuluh Darah
Gingiva mempunyai suplai darah dari 3 sumber :
 Pembuluh Supraperiosteal
 Pembuluh Ligamen Periodontal
 Pembuluh Alveolar

Pembuluh ini saling bertautan pada gingiva untuk membentu


lingkaran kapiler pada papilla jaringan Gingiva antara rete pege
epitelial.

 Serabut Saraf
Inervasi gingiva mengambil maksila dan mandibula cabang m.
Trigeminal.
 N. Superior alveolaris -> Buccal gingiva post Rahang
Atas
 N. Infraorbital -> Facies gingiva incisor max dan cuspid
 N. Nasopalatinus -> palatal gingiva ant RA
 N. Anterior palatal -> post Rahang Atas
 N. Buccal -> buccal gingiva Molar dan Premolar
 N. Mentale -> facies gingiva anterior
 N. Lingual -> lingual gingiva
 Inervasi Gingiva Rahang Atas (RA)
1. Gingiva buccal Post RA -> diinervasi n. Alveolar
superior
2. Gingiva facies anterior RA -> cabang labial n.
Infraorbitalis
3. Gingiva pal ant RA -> n. Nasopalatinus
4. Gingiva palatal posterior RA -> n. Palatinus anterior
 Inervasi Gingiva bawah
1. Gingiva buccal gigi Rahang bawah : n. Buccalis
2. Gingiva facies gigi anterior Rahang bawah : n.mentalis
3. Gingiva lingual seluruh Rahang bawah : n.lingualis
161
 Cairan Gingiva
Gingival crevicular fluid (GCF) -> disekresi dari jaringan ikat
gingiva ke sulcus melalui epithel sulkular

Fungsi :
a) Pembersihan sulkus secara mekanis, mengeluarkan sel
epithel yang lepas, leukosit, bakteri dll
b) Protein plasma -> mempengaruhi perlekatan epithelial ke
gigi
c) Mengandung agen antimikrobial (misal Lisosin)
d) Membawa leukosit PMN dan makrofag utk membunuh
bakteri
e) Sekresi naik saat hamil, inflamasi, mastikasi
f) Parameter kondisi kesehatan jaringan

B. JARINGAN PERIODONTAL
 Sering disebut membran periodontal, lebar 0,1 – 0,4 nm
 Ligamen adalah ikatan yang menghubungkan 2 tulang.
Menghubungkan gigi ke tulang, menopang gigi dan menyerap beban
yang mengenai gigi
 Ligamen periodontal terdiri jaringan ikat berkolagen yang tersusun
pada matriks substansia dasar yang dilalui Pembuluh Darah dan saraf.
 Ligamen periodontal berwarna putih mengelilingi akar gigi dan
melekat pada processus alveolaris
 Ruang ligamen bervariasi sesuai umur, lokasi gigi, dan besar tekanan
 Bundel serabut yang berinsersi di sementum dan ujung lain di
dinding soket  serabut SHARPEY
 Melekat pada processus alveolar

Ligamen periodontal terdiri dari serabut kolagen (prinsipal) terdiri dari :

 Serabut alveolar crest : Berjalan dari cementum leher gigi ke


puncak tulang alveolar
 Serabut Horisontal : Berjalan dari sementum ke alveolar crest

162
 Serabut Oblique : Merupakan komponen utama berjalan dari
cementum ke arah coronal alveolar bone -> menahan gigi di
soket -> menahan tekanan mastikasi dan menyalurkan ke
alveolar bone
 Serabut Apikal : berasal dari cementum bagian apikal ke dasar
soket.
 Serabut Interadikuler : terletak di daerah furkasi ( Hanya
dimiliki oleh molar karena mempunyai percabangan akar)
 Serabut Transeptal : ada di daerah interproks alveolar bone
crest dan menyelimuti sementum yang berbatasan dg gigi
 Serabut ini yang bertugas merekonstruksi kerusakan alveolar
bone
 Mirip gingiva karena tidak mempunya osseous attachment.

Sel-sel prinsipal yang terdapat di ligamen Periodontal :

 Undifferentiated Mesenchymal Cell


 Fibroblast -> tersusun sepanjang serabut kolagen
 Sementoblast -> mengelilingi sementum
 Osteoblast dan Osteoklast -> terdapat di permukaan tulang
 Kelompok el epithelial sisa epith Mallassez -> sisa selubung
akar Hertwig -> ditemukan dekat cementum -> kista gigi

163
 Substansia dasar ligamen periodontal : matriks amorfus dari
proteoglikan -> berperan pada absorbsi stress fungsional.

FUNGSI LIGAMEN PERIODONTAL

 Fungsi mekanik : sebagai bantalan maka menyerap gaya


tekanan ke gigi dimana serabut prinsipal meneruskan gaya
tekanan ke tulang alveolar
 Fungsi formatif : conective tissue cells -> cementoblast
membentuk sementum, fibroblast membentuk kolagen,
osteoblast membentuk tulang
 Fungsi nutritif : terdapat suplai darah dan makanan ke lig
period
 Fungsi sensorik : bundel saraf dari saraf trigeminus berjalan
bersama pembuluh darah dari apeks dan melintasi tulang
alveolar untuk mensulpai ligamen dengan reseptor tactile,
tekanan dan rasa sakit

Patofisiologi penyakit periodontal

Karang gigi dan deposit dalam sulcus mendesak ke apikal

Membran periodontal putus

Pocket periodontal

Hub
Cementum dan tulang alveolar putus

Resorbsi tulang alveolar

164
C. CEMENTUM

Sementum adalah struktur terkalsifikasi [avaskuler mesenchymal] yang


menutupi permukaan luar anatomis akar. Terdiri atas matriks terkalsifikasi
yang mengandung serabut kolagen dan menyelubungi dentin akar.

 Sementum terdiri dari serabut kolagen yang tertanam di matriks


organik yang terkalsifikasi.
 Organik matrix; 50-55 %
 Type 1 collagen 90%
 Type III collagen 5%
 Cementocytes
 Proteoglicans
 Phosphoprotiens
 Glycoprotiens
 Inorganic content; hydroxyapatites [45-50 persen]

 Ada 2 type sementum


a. Sementum seluler [sekunder] : mengandung sementosit
pada lacuna seperti osteosit tulang dan saling berhubungan
melalui kanalikuli –> dikoronal akar
b. Sementum aseluler [primer] : mempunyai lapisan
permukaan tipis dan mengandung sementoblast-> cervical
akar dan bifurkasi akar gigi.
 Sementum di CEJ tipis dan menebal ke apical.

 Ada 2 macam kolagen pada sementum:


1. Serabut sharpey  serabut utama yang tersusun tegak lurus terhadap
permukaan sementum. Pada sementum aseluler serabut sharpey 
tersusun padat dan terkalsifikasi.
2. Pada sementum seluler  tersusun longgar dan terkalsifikasi sebagai
sementoid/presementum  matriks sementum sebelum kalsifikasi
menjadi sementosit.
 Tipe sementum menurut Lindhe:
1. Sementum primer/aseluler  terbentuk saat pembentukan
akar dan erupsi gigi.

165
2. Sementum sekunder/seluler  terbentuk setelah erupsi
gigi dan merespon terhadap fungsi.

 Fungsi Sementum:
1. Pelindung akar
2. Penyangga gigi terhadap jaringan periodontium yang lain
3. Memberi makanan utama  fosfor
4. Sebagai nutritif.

D. TULANG ALVEOLAR
 Tulang alveolar (processus alveolaris) adalah bagian tulang rahang
(maxilla dan mandibulla) yang akan membentuk dan mendukung
socket (alveoli) gigi,
 Alveolus merupakan lubang dimana akar gigi melekat
 Bagian dari rahang dimana akar gigi tertanam, mengikat gigi dalam
suatu relasi dengan lainnya.
 Tulang alveolar terdiri dari 2 bagian pokok:
 Tulang kompak  lempeng kortikal terdapat di bagian facial,
lingual dan palatal.
 Tulang konselous (spongi)  berlubang seperti bunga
karang/trabekula kol terdapat di sekitar akar gigi yang
membentuk socket/lamina kribosa.

PEMBAGIAN PROCESSUS ALVEOLARIS


1. Alveolar bone proper
Merupakan lapisan tipis yang mengelilingi akar dan memberikan
tempat perlekatan bagi ligament periodontal. Nama lainnya
adalah lamina dura (gambaran radiografis/sinar X) atau disebut
juga plat kribriform (cribriform plate)
2. Cancellous bone (trabeculare / spongy)
 Di antara tulang alveolar proprium dan tulang kortikal
 Tulang kanselus berisi sumsum tulang
3. Tulang kortikal (compact bone)
 Terbentuk dari tulang haversii (haversian bone) dan lamella
tulang kompak (compact bone lamellae).

166
KOMPOSISI TULANG ALVEOLAR
1. Cells of Alveolar Bone : osteoblas, osteoklas, osteosit
2. Extracellular matrix :
 terdiri atas 2/3 bahan anorganik (kalsium dan fosfat) dan 1/3
bahan organic (kolagen tipe I dengan sedikit protein nonkolagen).
 Osteoblas membentuk matrix organic yang mengandung kolagen
disebut osteoid (prebone) yang kemudian terkalsifikasi
membentuk tulang (bone).
 Osteoblas yang terjebak dalam matrix tulang akan menjadi
osteosit , berlokasi dalam lacuna (ruang dalam tulang) yang
berkoneksi melalui celah kecil disebut canaliculi.
 Resorbsi tulang terkait dengan sel bernama osteoklas yang
merupakan sel multinucleated dan ditemukan pada permukaan
tulang yang cekung (Howship‟s lacunae)
 Di dalam tulang alveolar, lacuna terdapat pada periosteal (outer),
endosteal (marrow) maupun permukaan ligament periodontal
pada tulang.

Tinggi dan Tebal Tulang Alveolar Tergantung :


1. Letak gigi geligi
2. Angulasi gigi geligi
3. Tekanan oklusal
 Gigi yang labio versi atau dengan akar yang besar, tulang
bagian labial lebih tipis dan bagian lingual lebih tebal 
sebagian akar gigi terbuka misalnya pada gigi kaninus.
 Gigi yang labio versi sering menonjol keluar dari processus
menyebabkan cacat plat kortikal alveolar berupa fenetrasi
(lubang kecil) dan dehisensi (celah) alveolar.

167
MORFOLOGI PREMOLAR
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Indri
Kurniasih,M.MedEd
Senin, 14 Desember 2015
Penyusun: Amalia

A. Premolar Pertama Rahang Atas


 Masa Kalsifikasi : 1,5 tahun
 Penyempurnaan Email : 5 – 6 tahun
 Masa Erupsi : 10 – 11 tahun
 Penyempurnaan Akar : 12 – 13 tahun
 Bentuk mahkota merupakan peralihan dari gigi anterior ke
gigi molar.
 Jika dilihat dari depan seperti caninus.
 Buccal merupakan pengembangan dari 3 lobus, sedangkan
lingual merupakan pengembangan dari 1 lobus saja.

168
Aspek Buccal
 Aspek Buccal
 Convex
 Incisal ridge berbentuk huruf V
 Ada crista berjalan dari oklusal menuju servikal yang
disebut crista buccalis. Dimana crista buccalis ini
membagi menjadi dua bagian, yakni:
a. Facies mesio buccal
b. Facies disto buccal

 Aspek Oklusal
 Memiliki 2 cusp, buccal dan lingual
 Cusp buccal lebih besar dan tinggi
 Cusp palatal tajam
 Puncak cusp buccal terletak di tengah, mir (mesio
incisal ridge > disto incisal ridge)
 Puncak cusp palatal lebih ke arah mesial
 Groove berbentuk huruf V
 Facies occlusal berbentuk heksagonal

169
Aspek Oklusal

Aspek Palatal 

 Aspek Proksimal

 Sebelah mesial lebih concave daripada distal

170
Mesial Distal

171
 Aspek Radix

 Terdapat dua radix di sebelah buccal dan palatinal

 Buccal radix lebih panjang dan besar

 Memiliki dua pulp canal

 Ada sulkus di sepanjang sisi akar

 Pada umumnya ada beberapa tipe radix :


a. Dua radix terlihat jelas.
b. Dua radix bersatu dan apex membelah.
c. Dua radix bersatu sampai apex.

B. Premolar Kedua Rahang Atas

 Masa Kalsifikasi : 2 tahun

 Penyempurnaan Email : 6 – 7 tahun

 Masa Erupsi : 10 – 12 tahun

 Penyempurnaan Akar : 12 – 14 tahun

 Hampir sama dengan Premolar pertama atas baik bentuk


maupun fungsinya.

 Besar cusp buccal dan cusp palatinal hampir sama.

 Cusp buccal berada di tengah, dengan kondisi palatal > mesial

 Mempunyai 1 radix dan 1 pulp canal

172
 Aspek Oklusal

 Facies oklusal & buccalis hampir sama dengan


Premolar pertama atas.

 Outline oklusal lebih lancip dan bulat

 Groove tidak teratur

C. Premolar Pertama Rahang Bawah

 Masa Kalsifikasi : 2 tahun

 Penyempurnaan Email : 5 – 6 tahun

 Masa Erupsi : 10 – 12 tahun

 Penyempurnaan Akar : 12 – 13 tahun

 Merupakan geraham terkecil di rahang bawah

 Aspek Oklusal

 Bentuknya hampir bulat

 Memiliki 2 cusp, 1 buccal , 1 lingual

 Cusp buccal lebih tinggi dari cusp lingual

173
 Mesio incisal ridge (mir) < disto incisal ridge (dir)

 Memiliki 2 fossa dengan fossa di distal > fossa di


mesial

(Aspek Oklusal)
 Aspek Facial

 Tampak seperti caninus

 Convex (kronenflucht)

 Aspek Lingual

 Permukaannya hampir lurus

 Aspek Radix

 Mempunyai 1 akar, 1 pulp canal

174
 Akarnya meruncing ke bawah

 1/3 apikal akar menjadi lebih ramping

 Akar membengkok ke arah distal

 Terdapat sulcus di bagian mesial yang lebih jelas

(Aspek Radix)
D. Premolar Kedua Rahang Bawah

 Masa Kalsifikasi : 2,5 tahun

 Penyempurnaan Email : 6-7 tahun

 Masa Erupsi : 11-12 tahun

 Penyempurnaan Akar : 13-14 tahun

175
 Aspek Oklusal

 Facies oklusal hampir segi empat

 Ada yang bertonjol 2, ada yang bertonjol 3

 Bila bertonjol 2, 1 pada buccal, 1 pada lingual

 Bila bertonjol 3, 1 pada buccal, 2 pada lingual

 Bila bertonjol 3, yang besar adalah tonjol buccal

 Bila bertonjol 2 maka fissuranya berbentuk huruf U dan H

 Bila bertonjol 3 maka fissuranya berbentuk huruf Y

(Aspek Oklusal)

176
 Aspek Radix

 Memiliki 1 radix

 Memiliki 1 pulp canal

 Radix berbelok ke distal

 Tidak memiliki sulkus

(Aspek Radix)

177
E. Referensi Tambahan
Premolar atas dan bawah mempunyai fungsi yang sama dengan molar
yakni untuk:
a. Mengunyah makanan;
b. Memelihara dimensi vertikal wajah (diantara hidung dan
dagu);

c. Premolar pertama membantu dalam mengoyak, membagi atau


memotong makanan dan;
d. Semua premolar menyokong sudut mulut dan pipi untuk
membuatnya tidak melorot. Hal ini lebih jelas terlihat pada
orang yang sudah tua.

Tabel 4.2 Ciri-Ciri Utama Lengkung yang Membedakan Premolar Atas


dan Bawah

Aspek Premolar Atas Premolar


Bawah

 Lingir buccal lebih menonjol.  Lingir


buccal
 Tidak ada kemiringan mahkota kurang
ke distal dalam hubungannya menonjol.
dengan akar.
 Mahkota
terlihat
Buccal sedikit
miring ke
distal pada
akar karena
tonjolan
distal yang
lebih besar.

 Perbedaan tinggi tonjol buccal  Perbedaan


dan lingual lebih kecil, terutama tinggi
Lingual premolar kedua. tonjol
buccal dan
lingual
178
lebih besar
terutama
pada
premolar
pertama.

 Outline oklusal lurus di atas  Mahkota


akar. relatif
miring ke
 Tonjol lingual hanya sedikit lingual dari
lebih pendek daripada buccal. akar.
Proksimal  Tonjol
lingual jauh
lebih
pendek
daripada
buccal.

 Bentuk mahkota oval atau  Bentuk


persegi empat. mahkota
hampir segi
 Mahkota jauh lebih lebar empat atau
faciolingual daripada bulat
mesiodistal.
Occlusal  Mahkota
sedikit
empat segi
panjang
fasiolingual
.

F. Daftar Pustaka

1. Morris DH. Maxillary premolar variation among Papago Indian.


J.Dent Res 1967;46:736-738.

2. Kraus BS, Furr ML. Lower first premolar. Part I. A definition and
classification of discrete morphologic trait. J.Dent Res 1953;
32:554.

179
3. Ludwig FJ. The mandibular second premolar: morphologic
variation and inheritance. J.Dent Res 1957; 36:263-273.

4. Brand RW, Isselhard DE. Anatomy of orofasial structures


St.Louis: C.V. Mosby, 1998.

G. Pustaka Umum

 Grundler H. The study of tooth shape: a systematic


procedure. (Weber L, Trans) Berlin: Buch-und
Zeitschriften-Verlag “Die Quintessenz.” 1976.

 Oregon State System of Higher Education. Dental


anatomy: a self-instructional program. 9th ed. East
Norwalk: Appleton century-Crofts, 1982.

 Renner RP. An introduction to dental anatomy and


esthetics. Chicago, IL: Quintessence Publishing, 1985.

180
MORFOLOGI MOLAR
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Indri
Kurniasih,M.MedEd
Selasa, 15 Desember 2015
Penyusun: Dhila - Riska

1. Maxillary first molar

Evidence of calcification : birth

Enamel completed : 4 years

Eruption : 6-7 years

Root completed : 9-10 years

Occlusal Aspect :
 Bentuk belah ketupat/jajaran genjang (rhomboidal)
 4 tonjol (mesio bukal, disto bukal, mesio palatinal, dan disto
palatinal)
 Tonjol terbesar : mesio palatinal
 Tonjol terkecil : disto palatinal
 66% ada TAC (Tubercullum Anomali
Carrabelli)
 Fissura seperti H miring

Bucal Aspect :
 Lebih lebar dan lebih datar daripada palatal
 Mesio distal sebelah bucal lebih pendek dari
bucco palatinal

181
Distal Aspect :
 Halus & konvex
 Tonjol disto palatal lebih kecil

Mesial Aspect :
 Datar
 Sering ada tonjol tambahan di mesio palatinal
disebut TAC

Radix :
 3 radix, 2 di bucal, 1 di palatinal
 Radix palatinal yg terpanjang, terbesar, ter-divergen
 Mesio bucal lebih lebar dari distal
 Disto bucal merupakan sisi terkecil
 Pulp kanal 3
 divergen

2. Maxillary second molare


Evidence of calcification : 3 years
Enamel completed : 7-8 years
Eruption : 11-13
years
Root completed : 14-16 years

Occlusal Aspect :
 Ada 3 tipe tonjol :
Tipe 1 : bertonjol 4
Tipe 2 : bertonjol 3, disto palatal tereduksi
Tipe 3 : tonjol seolah tertarik hingga berbentuk oval
 Tipe 1 occlusal bentuk belah ketupat/jajaran genjang/rhomboidal
 Tonjol 2 di bucal, 2 palatal
 Tonjol terbesar pada mesio palatinal dan terkecil pada disto palatinal
 Fissur H miring

Radix :
182
 3, 2 bucal, 1 palatinal
 Pulpa canal 3

3. Maxillary third molar

Evidence of calcification : 7 years


Enamel completed : 12-16 years
Eruption : 17-22 years
Root completed : 18-25 years

 Banyak variasi ukuran, bentuk & posisi


 Bentuk occlusal bisa segi tiga, belah ketupat
 Bila segi tiga, yg hilang/mengecil cusp disto palatal, terbesar mesio palatal
 Mahkota terlalu besar untuk akarnya
 Fissure tidak teraturRadix 3, kadang jadi 1, canal pulp 3
 Akar pendek, kurang berkembang, konvergen, berfusi, bengkok ke distal

4. Mandibullary first molar

Evidence of calcification : birth


Enamel completed : 3 years
Eruption : 6 years
Root completed : 9-10 years

Occlusal aspect
 Bentuk pentagonal (Brand) / hexagonal (wheller)
 5 tonjol, 3di bucal, 2 di lingual
 Tonjol terbesar mesio bucal, terkecil disto buccal

Bucal
 Konvex dg kronenflucht
 Ada sulcus yg berjalan ke oklusal menjadi fissura

Lingual
 Datar/vertical
 Tonjol lebih tinggi dari tonjol bucal

Radix
 2, 1 di mesial, 1 di distal

183
 Mesial lebih tebal & besar
 Canal pulp 3, 2 di mesial, 1 di distal
 Kadang ada akar tambahan, kecil &
bengkok
 Akar kalau membelok ke distal

5. Mandibullary second molar

Evidence of calcification : 2-3 years


Enamel completed : 7-8 years
Eruption : 11-13 years
Root completed : 14-15 years

Occlusal aspect
 Tonjol 4 dg besar hampir sama
 Bentuk rectangular
 Fissur berbentuk palang
 Tonjol bucal/lingual ada 2 dipisahkan oleh bucal/lingual groove

Bucal
Convex dengan kronenflucth
184
Lingual
Lebih vertikal dan lebih tinggi

Radix
 2, mesial & distal
 Akar mesial lebih tebal dan lebih lebar
 Canal pulp 3, 2 mesial, 1 distal

6. Mandibullary third molar

Evidence of calcification : 2-3 years


Enamel completed : 7-8 years
Eruption : 11-13 years
Root completed : 14-15 years

 Tonjol dan facies oclusalis tidak teratur


 Occlusal lebih sering berbentu oval
 Sering tidak erupsi, tapi terpendam dalam tulang rahang
a. Akar 2 sering jadi1
b. Canal pulp tetap 3 walau akar bersatu

185
MORFOLOGI GIGI DECIDUI
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Likky
Tiara Alphianti, M.DSc., Sp.KGA
Senin, 21 Desember 2015
Penyusun: Monic

 Morfologi gigi; Ilmu yang mempelajari bentuk gigi


 Perkembangan gigi desidui pada saat janin berumur
7minggu
 Tahap-tahapnya
1. Induksi 6-7minggu;
- Tahap inisiasi
- Dental lamina
2. Proliferasi
- Bud stage 8minggu
- Cap stage 9-10minggu
3. Histodiferensiasi
- Bell stage/enamel organ 11-12 minggu
- Dental germ

4. Klasifikasi/ maturasi
- Enamel
- Dentin
5. Erupsi

Ciri-ciri gigi desidui


1. Mahkota
- Area lebih sempit

186
- Ruang pulpa lebih besar
- Email dan dentin tipis
- Warnanya lebih putih
- Kontak proksimal lebih luas
- Tidak terdapat mamelon
2. Incisivus rahang atas
- Bentuk giginya lebih kotak
3. Incisivus rahang bawah
- central lebih simetris, DIR lebih membulat
4. caninus
- pada maxilla lebih panjang dan tajam
- pada mandibula lebih kecil
5. molar 1 rahang atas
- bentuknya lebih unik memiliki 3 cups
6. molar 1 rahang bawah
- memiliki 4 cups, sudut yang membagi pada oklusal
7. molar 2 rahang atas dan awah
- bentuknya sama tapi ukurannya lebih kecil yang –
lupa qi -,,-
8. pulpa desidui
- ruang pulpa besar, kamar pulpa dangkal
- tanduk pulpa lebih dekat ke permukaan oklusal
- saluran akar tidak beraturan
9. akar desidui
- pada gigi desidui anterior bagian mesio distal lebih
sempit
- gigi desidui posterior akarnya lebih panjang dan tipis

 pit= titik
 cup= tonjol
 grove/fissura= cekungan
 prostrusive; gigi maju
 necrose; gigi sudah mati [menghitam]
 natal teeth; bayi lahir langsung sudah ada giginya, harus
dicabut giginya

187
ASPEK BIOLOGI JARINGAN
PERIODONTAL DAN CAIRAN SULCUS
GINGIVA
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Sartika
Puspita,M.DSc
Selasa, 29 Desember 2015

Penyusun: Zeny

 PERIODENSIUM
 Periodosium sering disebut juga jaringan periodontal
 Adalah jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi geligi
 Secara anatomis jaringan periodontal terdiri dari:

1. Gingiva

2. Ligamen periodontal

3. Tulang alveolar

4. Sementum

 NORMAL GINGIVA
 Colour : merah muda
 Contour :
 Consistency : kenyal, lentur, liat
 Shape : tajam pada papilla intradental
 Texture : berbintik-bintik seperti kulit
jeruk

188
 GINGIVA
 Bagian dari mukosa rongga mulut yang menutup prosesus
alveolaris dan mengeliling bagian leher gigi.
 Merupakan bagian terluar dari jaringan periodontal yang nampak
secara klinis.
 Gingiva dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. marginal gingiva
b. attached gingiva
c. Interdental papilla

 Gambaran skematik penampang


melintang jaringan periodontal

A. Marginal Gingiva
 Disebut juga Gingiva Tepi atau Gingiva Bebas atau Free
Gingiva

189
 Bagian gingiva yang paling koronal, menutupi leher gigi,
namun tidak melekat sehingga merupakan dinding sulkus.
 Sulkus : kantung gusi yang dibatasi oleh gingiva bebas, epitel
cekat, dan permukaan gigi.
 Epitel cekat terletak di dasar sulkus, melekat pada gigi,
sekitar 1 mm sebelah apikal dari CEJ.
 Batas gingiva tepi dengan gingiva cekat disebut : Free
Gingival Groove / Marginal Groove
B. Attached Gingiva
 Disebut juga gingiva cekat.
 Suatu pita daerah mukosa yang berkeratinyang berwarna
merah muda, yang melekat erat pada tulang dibawahnya.
(anatomi woefl gigi hal 212)
 Di sebelah apikal dari gingiva tepi, melekat pada permukaan
sementum dan tulang alveolar.
 Lebar bervariasi 1 – 9 mm tergantung tiap gigi, kedudukan
gigi, letak frena atau perlekatan otot. Batas gingiva cekat dan
mukosa alveolar disebut : Mucogingival junction.
C. Interdental papilla
 Letak di bagian interproksimal gigi geligi
 Interdental papilla bagian fasial dan lingual dihubungan oleh
“col” --- semacam lembah yang berada di bawah kontak area.
 Bentuk interdental papilla tergantung dari ruang
interproksimal antar gigi geligi.
 Letak gigi pada lengkung rahang juga menentukan bentuk
interdental papilla
 Gingiva interdental atau papilla interdental merupakan bagian
gingiva bebas dia antara dua gigi tetangga. (anatomi woefl
gigi hal 211)

 Bentuk-bentuk papilla interdental

190
 Gambaran Klinis Gingiva Normal
 Warna : merah jambu (coral pink)
 Bentuk : tepi tajam berbrntuk kerah baju (collar like), sesuai
ruang interproksimal.
 Konsistensi : kenyal, melekat pada struktur di bawahnya.
 Tekstur : pada margin gingiva halus/licin, pada attached
gingiva teksturnya khas – stippling Ukuran : tergantung
elemen seluler, interseluler, dan suplai vaskuler. Kondisi
patologis --- gingiva membesar.

 Gingiva Crevicular Fluid


 GCF: Cairan Sulkus Gingiva
 Fungsi:
1. Cleaning/Pembersihan: Sel epitel yang lepas, Leu, dan
Bakteri serta kotoran
2. Mengandung protein plasma u perlekatan epitel dan gigi
3. Agen anti mikrobial (Lisosim) dan
4. Fungsi Imun: Leu PMN, makrofag, Ig G, Ig A, Ig M
 Aliran GCF
 Mastikasi
 Sikat Gigi
 Terstimulasi
 *Tambahan : GCF meningkat ketika terjadi inflamasi sebagai
system imunitas seperti self cleansing

191
 Faktor Berpengaruh Dalam Aliran GCF:
 Kondisi terinflamasi
 Hormon estrogen dan Progresteron meningkatkan
permeabilitas pemb darah gingiva
 Faktor kemotaktik yang terdapat dalam plak
 Serabut kolagen pada Gingiva
 Gingiva memiliki serabut kolagen, berfungsi mengencangkan
marginal gingiva dan memberi kekenyalan pada attached
gingiva
 Disebut GINGIVAL FIBERS
 Terdapat 3 kelompok gingival fibers:
Ø gingivo-dental Ø transeptal Ø sirkular

 Gingivo-dental fibers meluas dari sementum ke:

1. Margin gingiva

2. Permukaan luar gingiva

3. Permukaan periosteum

Sirkular fiber nampak mengeliling akar gigi (4)

 LIGAMEN PERIODONTAL
 Sering disebut : membran periodontal
 Ligamen periodentium merupakan ligament yang sangat tipis
terdiri atas banyak serabut yang menghubungkan permukaan
luar akar gigi (yang dilapisi sementum) dengan lapisan tipis
tulang padat (lamina durs) membatasi setiap alveolus atau
soket gigi.( woefel anatomi gigi hal 209)
 Terdiri dari serabut kolagen (prinsipal)
192
 Ada 4 kelompok : 1. Alveolo-crestal
2. Horizontal
3. Oblig
4. Apical
 skema liagamen periodontal

 Selain terdiri dari serabut-serabut kolagen, ligamen periodontal juga


berisi sel-sel penting:

 Fibrolas
 Osteoblas
 Osteoklas
 Sementoblas
 Sel mesenkim (tdk terdiferensiasi)

193
194
ASPEK BIOLOGI STRUKTUR
JARINGAN
KERAS GIGI
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg. Sartika
Puspita, MDSc
Selasa, 29 Desember 2015
Penyusun: Ezky

JARINGAN KERAS GIGI TERDIRI ATAS:

A. ENAMEL
B. DENTIN
C. SEMENTUM

A. ENAMEL ( Berasal dari Substansia Adamantia)


Enamel merupakan jaringan yang paling keras dari struktur gigi.
Enamel melindungi jaringan vital gigi yaitu dentin dan jaringan pulpa.
Warna dan bentuk dari enamel mempengaruhi estetik enamel. Bila
rusak, enamel tidak mengalami regenerasi. Perbaikan dan pergantian
enamel hanya dengan tambalan(restorasi). Cuticula dentis adalah
lapisan/membran/ selaput tipis di bagian luar enamel yang dijumpai
pada gigi yang baru erupsi pada orang dewasa dan dapat mengalami
keausan pada bagian aproksimalnya karena pemakaian.

Struktur Email:
1. Perikymata, terbentuk dalam waktu 11,4-26 hari
2. Garis Retzius, membentuk 45 derajat dengan prisma-prisma enamel.
Di antara prisma-prisma ini terdapat substansia interprismata.
3. Lamela enamel
4. Semak enamel
5. Ujung Tome‟s fibre ujung odontoblas yang dijumpai pd enamel
195
 Substansia Interprismata berisi materi organik
 Prisma enamel berisi materi anorganik (hydroksiapatit+air)

Permeabilitas
 Pada enamel gigi mature mineral Hydroxiapatite (anorganik) 90%
organik matrix (CO3 2-(karbonat), PO4, PO43-,Na+,Ca2+)
 Air 4-12% dikandung dalam ruang Intercrystalline dan dalam
jaringan micropores yang terhubung kearah permukaan eksternal
 Hydroxy apatit - Ca10(PO4)6(OH)2 - 3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2 -Ca5
{OH(PO4)3} jarang dijumpai.
 Apatein(Yunani) = bertukar
 Unsur OH- (Hydroxyl) amat mudah bertukar dengan mineral lain
contoh:
 Dengan F- kelarutan enamel berkurang (Baik)membentuk flour
apatit dengan sifat: keras, kuat dan tahan terhadap asam.
 CO3 2-(karbonat) kelarutan meningkat (Tidak baik)membentuk
karbon apatit dengan sifat lunak.
 Micropores membentuk hubungan yang dinamik antara kavitas oral
dan sistemik, pulpa dan cairan tubulus dentin
 Pada gigi mengalami dehidrasi sebagai akibat bernafas melalui
mulut pada malam hari (saat tidur)atau pada saat pemasangan rubber
dam (sebagai isolasi pada perawatan gigi) terlihat enamel chalty dan
lebih terang kondisi ini reversibel kembali lembab karena lingkungan
oral warnanya kembali normal
 Enamel bersifat semipermeabel berbagai cairan ion-ion dan substansi
dengan bocomesial rendah (apakah merusak atau terapeutik) dapat
berdifusi melalui enamel.
 Mekanisme difusi pada enamel bersifat dinamis dan tidak terbatas
pada permukaan gigi. Tetapi dapat berdifusi masuk kedalam enamel
gigi.
 Misal pada saat : fluoride uptake, bleaching vital (ekstrakoronal) ion
fluor dan On tidak hanya bereaksi dengan permu./kaan enamel tetapi
juga dapat berdifusi ke dalam email
 Perubahan warna yang terjadi secara bertahap dan peningkatan
ketahanan terhadap karies merupakan 2 hasil dari terpaparnya enamel
semipermeabel sepanjang hidup terhadap elemen-elemen ling oral
menjadi struktur mineral gigi
196
 Berubahnya gigi dewasa menjd lebih kuning disebabkan trace
element dalam struktur (mineral gigi + sclerotic dentin)
 Sclerotik dentin merupakan suatu bentuk pertahanan karena ada jejas
dengan cara berubah menjadi lebih keras.
 Permukaan enamel menguntungkan dengan adanya saliva dan bahan
pasta gigi yang mengandung flouride meningkatkan konversi
hidroksiapatite menjadi lebih besar, lebih stabilnya kristal-kristalnya
dengan terbentuknya flourhydroksiapatite atau flourapatite.
 Meningkatnya umur (aging) perubahan hyposalivasi - terjadi
perubahan warna – penurunan kelarutan asam – volume micropore -
kandungan air dan - permeabilitas enamel

Pewarnaan (colorization)
 Enamel translusen: bening, transparan dan memantulkan cahaya
 Pewarnaan tergantung ketebalan enamel dan warna dentin

Ketebalan enamel
 Rata-rata ketebalan email dari puncak tonjol adalah 2,5mm untuk
gigi posterior dan ke arah incisal edge 2,0mm untuk gigi anterior.
 Ketebalan enamel menurun sampai di bawah kedalaman fissure
oklusal dan berbentuk taper sampai di daerah servikal pada
pertemuan dengan sementum atau dentin akar
 Pada gigi anterior dewasa muda translusensi keabu-abuan/agak
sedikit berwarna kebiru-biruan pada incisal edge
 Warna lebih kekuningan dijumpai pada daerah servikal dimana warna
dentin memantul karena pada daerah tersebut enamelnya tipis.
 Pada pertemuan enamel dan sementum 10% terlihat ada gap sehingga
dentin terpapar hypersensitive

Warna enamel dipengaruhi :


 Perkembangan gigi atau Ekstrinsik stains
 Penggunaan antibotikantibiotik tetrasiklin menyebabkan gigi
berwarna keabu-abuan/ hitam/ coklat
 Fluoride yang berlebihanmenyebabkan ada bagian gigi yang
menjadi terlalu putih dan keras

197
 Warna enamel juga dapat menunjukkan adanya perubahan pada
enamel yang mengalami demineralisasi pada gigi-gigi karies
 critical diagnostic

Translusensi enamel secara langsung berhubungan dengan:


 Derajat mineralisasi
 Porositas enamel surface akibat demineralisasi pada awal karies
white spot berwarna putih susu yg terlihat buram (opacity) lokasi
pada permukaan gigi yang licin (smooth surface)
 Pada terhadap akhir karies demineralisasi internal enamel pada
dentino enamel junction terlihat putih atau opacity yang memantul
keluar
 Kavitas subsurface kebiru-biruan atau keabu-abuan

Pentingnya mengetahui warna enamel secara umum menunjukkan :


 Pasien dengan OH yang inadekuat
 Diet kariogenik
 Resiko tinggi karies

KAVITASI (Pembentukan kavitas)


 Demineralisasi enamel tanpa terjadi remineralisasi akan terlihat
seperti enamel rusak membentuk kavitas
 Kavitas karies harus ditempatkan bahan restorasi
 Tanpa restorasi pada kavitas penetrasi m.o. ke dentin bila berlanjut ke
pulpa dapat menyebabkan vitalitas gigi terganggu

Restorasi untuk mengembalikan :


 Fungsi - Fonetik
 Estetik - Stabilitas oklusal
 stomatongatik
 Keadaan normal dari gingiva

WEAR
 Kekuatan enamel logam dengan parameter Knoop Hardness
 Enamel : 343 Knoop Hardness
 Dentin : 68 Knoop Hardness
 Enamel 5 X lebih kuat dari Dentin

198
 Atrisi / kontak friksi (gesekan) dengan gigi yang berlawanan atau
bahan restorasi yang lebih keras, contoh: Porselen

CONTACT WEAR
 Untuk enamel 29μm/tahun
 Bahan-bahan yang menggantikan enamel/fungsi enamel harus
memiliki sifat:
 Compatibel wear
 Smoothness
 Strength
 Komposit merupakan bahan yang aman untuk restorasi gigi yang
kuatnya seperti email
 Adanya oklusal wear yang berat terlihat bentuk kuspal dari membulat
menjadi datar atau terbentuk facet yang rata

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WEAR :


 Bruxism
 Parafungsi habit
 Maloklusi
 Umur
 Diet

B. STRUKTUR DENTIN
 Menyerupai struktur tulang
 Mengalami meneralisasi dan memperoleh matriks ekstraseluler dari
pulpa
 Komposisi: - Mineral 69.3%, - Organik 17.5 %, - Air 13.2 %
 Bagian-bagian dentin :
 Dentin Intertubuler
 Dentin Peritubuler
 Tubulus Dentin berisi: tonjolan odontoblast, bahan organik dalam
ruang periodontoblast

PERMEABILITAS DENTIN
 Karena terdapat struktur tubulus dentin

199
 Tubulus dentin dibentuk ketika deposisi dan mineralisasi matriks
predentin di sekitar odontoblast
 Volume / besar tubulus dentin dan Jumlah Tubulus Dentin
 Pertengahan dentin
 Perifer Dekat pulpa

ISI TUBULUS DENTIN

1. Dentin Peritubular
 Mineralisasi dari dentin intertubular
 Matrix Organik <Penyempitan tubulus dentin pada umur lanjut
pertumbuhan dentin peritubular
2. Tonjolan Odontoblast
 Fibril-fibril Jaringan lunak melalui tubulus dentin
 Berada pada dentin –predentin junction
 Pemisah tonjolan odontoblast dan tubulus dentin
 Ruang Periodontoblastic
2. Kolagen
 Suatu jaringan ikat yang akan mengikat mineral-mineral seperti
hidroksi apatit
 Berisi kolagen tipe III
 Sering dalam lumen tubulus dentin
 Berperan dalam penurunan permeabilitas dentin
4. Serabut Saraf
 Pada daerah Khusus dari dentin
 Penetrasi ke dalam tubulus tidak lebih dari 100-150 μm
5. Cairan Dentinal
 Protein = Plasma Tubuh
 Berada pada Tubulus Dentin Dasar hipotesis hidrodinamis
sensitifitas dentin

INERVASI DENTIN
Dentin mempunyai Jaringan Saraf Masih diperdebatkan
Pendapat ahli :
 Tidak mempunyai saraf
 Persarafan sampai predentin

200
 Pada Inner dentin (Byres, 1984) Serabut saraf mula-mula berjalan
sejajar sumbu panjang gigi cabang terminal berakhir di odontoblas
 Pola persarafan tidak tergantung pada jenis gigi tetapi: Ketebalan
predentin > Jalanan saraf kompleks

Berdasarkan lokasi terminal dan derajat ramifikasi ada 4 tipe saraf


:
I. Saraf Pulpa Marginal
 Terbanyak
 Berakhir ruang interselular tepi pulpa dan diantara sel-sel
odontobast
II. Saraf Predentin Kompleks
 Berakhir pada odontoblastic-predentin / predentin.
 Lurus / spiral melalui tubulus dentin dan transversal pada batas
odontoblastic- Predentin
III. Saraf Predentin Kompleks
 Pada Predentin
 Bercabang kompleks segala arah terutama servikal
IV. Saraf Dentin
 Melalui tubulus dentin masuk ke dentin (100–200 μm) dari batas
odontoblast-predentin
 Tipe yang jarang ditemukan
 Tidak seperti saraf pada pulpa,saraf predentin non-myelin

Ada 3 teori mekanisme sensitivitas dentin :


1. Teori sinap kimiawi tidak terbukti
2. Teori sinap elektrik pada penelitian
3. Teori ujung- saraf bebas (Gunji 1982)
1 odontoblas beserta 1 atau lebih ujung saraf bebas kompleks
mekanoreseptor untuk sensitivitas dentin rangsangan dentin
pergerakan cairan tubulus dentin pergerakan tonjol

Penyebab rasa sakit pada saat pengeboran :


i. Rangsangan terhadap saraf langsung
ii. TekananTom‟s fibre odontoblas reseptor ujung saraf bebas otak
sensasi sakit

201
iii. Panas(bor) penggumpalan serat Tom‟s kean tekanan pada
protoplasma tubulus dentin penekanan ujung saraf bebas sakit
iv. Rangsangan Acth dilepas pH protein

Pertahanan Alami Pulpa terhadap Jejas

Gambaran Histologi Gigi Sehat

202
Dentin danPredentin

203
GANGGUAN DAN KELAINAN THT
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh dr.Asti
Widuri
Rabu, 16 Desember 2015
Penyusun: Mutya

Fokal Menutupi
infeksi penyakit

Radang Provokator
Memperberat
gigi tumor
penyakit

Sinusitis Osteomelitis
Maksilaris Rahang
Bau
Mulut

Fokal infeksi :

 Menyebabkan endokartitis, myokarditis

 Menyebabkan bronkhitis khronis, pneumoni

 Hipersensitifitas II, IV dan alergi

 Menyebabkan tonsilitis kumatan, linguitis dan stomatitis


204
 Mudah terjadi infeksi penyakit yang tidak ada hubungannya dengan
fokal infeksi

 Menyebabkan gastritis dan radang usus halus

 Proses penyebaran->terhirup, bisa juga secara hematogin

Memperberat Cerumen Prop

Pada keadaan normal cerumen tidak menumpuk di liang telinga. Cerumen


akan keluar sendiri pada waktu mengunyah dan setelah sampai diluar liang
telinga akan menguap oleh panas.

Salah satu sisi geraham ada masalah. Pasien selalu mengunyah pada satu sisi.
Jika ada geraham yang tidak digunakan jadi ada penumpukan cerumen.

Menutupi penyakit yang lain

Stomatitis berulang pada tempat yang sama

Didalamnya ada benjolan yang bisa jadi ada keganasan

 Lakukan Palpasi

(biasanya di pipi,bibir,langit langit)

Provokator Tumor

Gigi atas dan bawah tidak pas/sesuai sehingga ada gangguan mekanis yang
terus menganggu.
205
Bahan kimia-> iritasi kronis, lesi berybag menjadi lesi kanker

Bernafas Saliva
Melalui mulut kental

BAU
Hiperasiditi
Karies
Dentis MULUT

Radang dgn nanah


(Bakteri anerob) pada
paranasal sinus

*Adenoid: Mandel dibelakang hidung

MAXILLARY SINUSITIS FROM DENTAL ORIGIN

 Periapical abscess
 Penyakit Periodontal
 Infected dental cyst
 Dental material in antrum
 Oroantral communication

Molar 1 paling sering, semua gigi bisa kecuali Incisivus.

1. Periapical abscess

• Kehancuran tulang di sekitar apeks gigi, kebanyakan sekunder


paparan pulpa karena karies atau trauma.
• Invasi bakteri pulpa menghasilkan metabolit beracun yang lepas ke
tulang periapikal melalui foramen apikal dan menyebabkan peradangan.

206
2. Periodontal diseases

• Infeksi
•Berhubungan dengan sinus maxillary melalui kantong periodontal

3. Infected dental cyst


 Kista dentigerous, bentuk dari kista odontogenik, berkembang
oleh akumulasi cairan dalam ruang folikel dari gigi yang tidak
erupsi setelah mahkota sudah sepenuhnya terbentuk
Kista membesar ke sinus maksilaris

4. Dental material in antrum


 Displacement of root -> mengakibatkan makanan naik keatas
terjadilah sinusitis

207
 Implant
 Root canal overfilling

5. Oroantral communication
Ekstraksi gigi (biasanya tidak langsung. Tindakannya sudah beberapa
waktu, sinusitis nya baru muncul)

LATERAL WALL OF NASAL CAVITY (DINDING LATERAL DARI


RONGGA HIDUNG)

Memiliki 3 lengkung proyeksi panjang disebut nasal conchae:


1) concha Superior.
2) concha Tengah.
3) concha inferior.

* Ruang di bawah masing-masing conchae ini disebut meatus nasal.

Fungsi Sinus Paranasal

 Kelembaban udara inspirasi

 Membantu pengaturan tekanan intranasal

208
 meningkatkan area permukaan mucosa

 Meringankan volume tengkorak

 Resonansi suara

 Menyerap goncangan dan mendukung pertumbuhan masase muka

PARANASAL AIR SINUSES

Functional importance:

 Membuat volume tengkorak menjadi ringan


 Bertindak sebagai resonansi ruang untuk suara
 Meningkatkan luas permukaan nasal mucous membrane dan dengan
demikian membantu pemanasan udara sebelum memasuki paru-paru.

Patofisiology.

 Ketika drainase terganggu oleh edema mukosa -> infeksi sinus


mungkin mulai melibatkan berbagai mikroorganisme.

Bacteriological studies

Anaerobes : Peptostreptococcus spp dan Fusobacterium spp

209
Aerobes : 𝛼-hemolytic Streptococcus spp., microaerophilic
Streptococcus spp., Staphylococcus aureus

Fungal : Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus

Chronic Maxillary Rhinosinusitis of Dental Origin

 Gejala Rhinosinusal kurang lebih 12 minggu

 Rhinosinusitis Kronis(CRS) frekuensi patologi  14% populasi

 Dental origin ditemukan 5 sampai 40% kasus

Odontogenik CMRS terjadi ketika Membran Schneiderian membran


teriritasi, menyebabkan:

 Infeksi gigi

 Trauma maxillary

 foreign body into the sinus

 Patologi tulang rahang (maxillary)

 Penempatan implan gigi di rahang atas (maxillary)

 supernumerary teeth

 periapical granuloma

 inflammatory keratocyst

 Operasi gigi

(Ekstraksi gigi atau osteotomies orthognathic)

210
Mengelola CMRS odontogenik

Kolaborasi antara spesialis THT, praktisi gigi, stomatologist, dan ahli


radiologi

Perawatan selalu dimulai dengan perawatan gigi, dan kemudian


menghilangkan benda asing yang dicapai dengan rute endoskopi.

Gigi sebagai causa Otalgia

211
Origins of Referred Otalgia

Inervasi telinga disebabkan oleh empat saraf kranial (CN), V, VII, IX dan X,
serta dua superior cervical plexus nerves, C2 dan C3.

Masing-masing saraf ini dibagi oleh bagian anatomi lainnya

Sakit ditelinga tersebut dapat ditelusuri ke daerah-daerah yang membagi


saraf ini.

 Saraf auriculotemporal (CN V) mendukung aferen sensorik ke tragus,


anterior auricle (daun telinga),dinding anterior dari kanal eksternal,
dan bagian anterior dari membran timpani lateral.
 CN V dibagi oleh sendi temporomandibular, gigi, rahang(mandible),
dan kelenjar submandibular parotis
 Nyeri di daerah telinga ini mungkin karena disfungsi TMJ, patologi
gigi dan rahang bawah, serta penyakit parotis

*Nyeri->Mengancam jiwa->Akses leher dalam

Ludwig’s Angina

212
 Infeksi kulit yang terjadi di dasar mulut, di bawah lidah. Ini sering
berkembang setelah infeksi akar gigi (seperti abses gigi) atau cedera
mulut.

 Perluasan infeksi periapikal lokal

 Anterior mandibular  Sublingual

 Posterior mandibular (molar)  Submandibular

 Fascial planes

Diagnosis Ludwig’s Angina

 Clinical
 CT scan
 Pada gigi bawah-> Pemeriksaan Panoramic/rontgen panoramic

Historical

 Recent dental extraction or work

 Karies Gigi

 Demam

 Pembengkakan pada mulut,wajah, dan leher

 Compromised host

 Co-morbidities (diabetes)

Gejala

 Demam

 Nyeri leher

 Pembengkakan Leher(Submandibular, submental, sublingual)


213
 Leher Kemerahan

 Lemah, Mudah lelah

 Sulit menelan

 Sulit bernafas

 Sakit telinga

 Berbicara tidak seperti biasa dan suaranya seperti orang dengan


kentang panas di mulutnya

 Trismus

 Tongue elevation

 No fluctuance

 Drooling

 Confusion or other mental changes

Treatment

 The swelling blocks the airway emergency tracheostomy


 Antibiotics  melawan infeksi melalui vena
 Antibiotics oral
 Perawatan Gigi
 Surgery  Mengeluarkan cairan yang menyebabkan pembengkakan.

*Antibiotik pertama diberikan pada intravena,kemudian jika sudah


sembuh lanjutkan

pada oral

Ludwig’s Angina – Summary

214
 Serious deep space infection

 Berpotensi fatal (Airway blockage, Generalized infection, Septic


shock)

 Aggressive mengelola saluran nafas

 Konsultasi Bedah/operasi

 Antibiotics and steroids

 ICU

215
NEUROVASCULAR OF HEAD AND
NECK
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh dr. Sjafiq PA
Senin, 30 November 2015
Penyusun: Aryani

- Neuro berasal dari kata neuroendokrin, karena adanya glandula hipofise,


sebagai pengatur, pengontrol, penjawab stimulus (rangsangan) untuk
memberikan respon yang dibutuhkan.
- Didalam sel terjadi proses elektrokimia, karena adanya air.
- Air adalah sumber kehidupan dan pelarut universal, tidak ada di dunia ini yang
tidak memerlukan air.
- 70% tubuh kita terdiri dari air, didalam tubuh bukan hanya sekedar air, tetapi
ada banyak macam air yang sudah tercampur dengan unsur, cairan tersebut
dinamakan cairan tubuh, oleh karenanya diciptakanlah sel untuk tempat
bernaung cairan tubuh tersebut.
- Dari 70% cairan, 80% diantaranya adalah darah, dari 80% darah, yang
mendominasi adalah darah kotor, 80% darah kotor berada dalam pembuluh
darah.
- Rangsang akan dibawa secara cepat melalui neurotransmitter
- Jika senyawa kimia bisa melanjutkan ke neuron selanjutnya  neurotransmitter
- Jika senyawa kimia bisa melanjutkan ke kelenjar  neurohormon
- Jika senyawa kimia berakhiran di sel neuropeptid

216
Klasifikasi Pembuluh Darah

Skema Distribusi Pembuluh Darah

Skema drainase vena

Skema vena pada kepala dan leher

217
218
(a) Sirkulasi arteri pada otak, juga termasuk arteri carotis
(b) Vena pada kepala dan leher, aspek superficial kanan
(c) Sinus vena dural pada otak

219
Sinus vena dural

Nama Mengalir ke
Inferior sagittal sinus Straight sinus (sinus lurus)
Superior sagittal Biasanya menjadi sinus melintang kanan atau
sinus pertemuan sinus
Straight sinus Biasanya menjadi sinus melintang kiri atau
pertemuan sinus
Occipital sinus Pertemuan sinus
Confluence of Sinus transversal kanan dan kiri
sinuses
Sphenoparietal Sinus cavernous
sinuses
Cavernous sinuses Sinus petrosal superior dan inferior
Superior petrosal Sinus transversal
sinus
Transverse sinuses Sinus sigmoid

220
Inferior petrosal Vena jugularis interna
sinus
Sigmoid sinuses Vena jugularis interna
Arteri

Arteri Asal Cabang Suplai struktur


I. Vertebral A. 1. Spinal - Sumsum tulang
Subclavian belakang melalui
intervertebral
foramina
2. Muscular - Suboccipital mm.
3. Meningeal - Dura dan tulang di
fossa cranial
posterior
4. Anterior dan - Sumsum tulang
posterior spinal belakang melalui
foramen magnum
5. Basilar (gabungan - Otak
vertebral kanan dan
kiri)
II. A. 1. Suprascapular - Otot leher dan
Thyrocervica Subclavian belakang leher
l trunk 2. Cervical tranversal - Leher
3. Thyroid inferior
a. Muscular - Mm infrahyoid di
leher
b. Ascending - Mm leher bagian
cervical dalam dan tulang
belakang
c. Laring inferior - Laring
d. Pharingeal - Faring
e. Trakea - Trakea bagian atas
f. Kelenjar - Bagian bawah
kelenjar tiroid
III. A. 1. Costal Intecostal pertamadan
costocervical Subclavian 2. Cervical kedua
trunk
IV. Arteri Branchloce 1. Carotid internal - Struktur servikal
carotis phalic yang dalam dan
(bagian tulang belakang
kanan) dan 2. Carotid eksternal - Otak dan mata
lengkung - Wajah dan mulut
221
aorta

A. Carotis a. Carotis 1. Carotico tympanic - Teliga tengah


internal 2. Pterygoid - Fossa
pterygopalatine
melalui canal
3. Cabang Cavernous pterygoid
- Ganglion
trigeminus, dinding
4. Hypophyseal sinus cavernous
- Hypophysis cerebri
5. Meningeal (kelenjaar ptuitari)
- Dura dan fossa
6. Opthalmic cranial anterior
a. Lacrimal
- Zygomaticum
untuk wajah dan
pelipis, cilia
anterior untuk
mata, kelenjar
untuk kelenjar
lacrimalis,
b. Cilia poserior lengkung palpebra
c. Arteri sentral di untuk kelopak mata
retina atas
d. Supraorbital - Mata
- Retina
e. Ethmoidale
postrior - Upper lid, dahi dan
f. Ethmoidale kulit kepala
antrior - Sel udara ethmoidal
posterior
- Sel udara ethmoidal
g. Supratrochlear anterior dan hidung
bagian luar
h. Dorsal nasal - Upper lid, dahi dan
kulit kepala
- Lacrimal sac,
7. Choroidal anterior kelopak mata
8. Cerebri posterior bagian tengah
9. Cerebri anterior - Otak

222
- Otak
10. Cerebri tengah - Cabang terminal ke
otak
- Cabang terminal ke
otak

Kepala dan leher hampir seluruhnya disuplai oleh arteri carotid comunis
(common).
Arteri membawa darah mengandung oksigen dari jantung melebar dan
berkontraksi
dengan kekuatan pompa. Pada sebelah kiri arteri carotid comunis dijumpai
pada sisi

223
lateral leher dibawah otot sternocleidomastoid. Pada kartilago tiroid arteri
carotid
comunis bercabang menjadi arteri carotid internal dan arteri carotid
eksternal.

Ada 3 kelompok yang mensuplai kepala dan leher :


1. Arteri carotid internal mensuplai otak dan mata, tidak mensuplai rongga
mulut, tidak memiliki cabang pada leher.
2. Arteri carotid eksternal mensuplai rongga mulut, wajah dan kepala yang
mempunyai 8 cabang :
a. Ascending pharyngeal e. occipital
b. thyroid superior f. auricular posterior
c. lingual g. temporal superficial dan
d. fasial h. maksillari

224
Circulus arteriosus cerebri (circulus WILLISII);

Aa. Communicantes posteriors di kedua sisi menghubungkan Aa. Cerebri


posteriores dengan Partes cerebrales Aa. Carotids internae. Di depan A.
communicans anterior menghubungkan dua Aa. Cerebri anteriores.
Rangkaian ini menciptakan satu lingkaran arteri tertutup yang menyajikan
anastomosis diantara dua Aa. Carotides internae dan Tributaria vertebralis.

Fungsi lingkaran arteri Willisi adalah Penting dalam mengontrol suplai darah
ke otak ketika tekanan bervariasi dalam satu atau lebih dari arteri utama

225
Vena pada kepala dan
leher

 Vena jugularis anterior : vena paling kecil diantara vena jugularis


yang lain, muncul di dekat tulang hyoid dari pertemuan vena
submandibula ( plexus vena submental ) ; membuang ke dalam subklavia
( atau jugularis eksternal ) ; sering dihubungkan satu sama lain dengan
batang melintang , sehingga membentuk lengkungan vena jugularis ! --no
katup!
 Vena jugularis internal : vena paling besar di leher, dimulai dari
foramen juguaris di posterior fossa cranial dimana sugmoid dan sinus
petrosus inferior rendah datang bersama-sama. Berjalan dalam selubung

226
karotis lateral karotid internal anterior vagus. Bergabung dengan
subclavia untuk membentuk vena brachiosephalica (di persimpangan, ia
memiliki katup). KANAN biasanya lebih besar dari kiri. Dalam getah
serviks bening menjalankan sepanjang panjangnya biasanya posterior
dan lateral
o tributaries : wajah , bahasa, faring , tiroid superior dan tengah ,
vena oksipital
o terhubung ke anterior leher via cabang vena communicating
o vena facial : drainase vena untuk wajah : dimulai dengan penyatuan
vena supraorbital / supratrochlear
o koneksi dengan sinus kavernosus melalui vena mata unggul dan
dengan pleksus pterygoideus melalui vena wajah dalam ( karena tidak
ada katup , infeksi apapun bisa mendapatkan dari wajah ke sinus
dalam) ; lihat di atas pada pembuluh darah pada mata !
o menerima cabang dari vena retromandibular ; keluar ke vena
jugularis interna

 Vena jugularis external : yang di bentuk dari gabungan


retromandibular dan vena auricularis posterior, kemudian bergabung
dengan pembuluh darah servix dan suprascapular melintang sebelum
disalurkan ke dalam subclavia ( atau jugularis internal)
Superficial temporal bergabung dengan maxilla untuk membentuk vena
retromandibular

227
Suplai arteri pada
otak

Sinus pada
otak

228
Kelenjar getah bening (limfa) di regio mulut dan
faring

Pasokan Arteri ke Otak

229
Pasokan vena ke otak

230
231
NYERI NEUROPATI &
CEREBROVASCULAR
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh Dr. dr. Tri
Wahyuliati, Sp. S., M. Kes
Selasa, 15 Desember 2015
Penyusun: Aryani

 Pengertian Nyeri
 Nyeri menurut International Association for the Study of Pain
(IASP)adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan tersebut Merskey,
Qual Life Res 1994;3(suppl 1):569-76
 Nyeri adalah tanda vital kelima
The American Pain Society mengatakan pentingnya pemantauan dan
mengelola rasa sakit pada pasien
 Klasifikasi Nyeri (berdasarkan patofisiologi)
 Nyeri nosiseptif (stimulus dari struktur somatik dan viseral)
 Nyeri neuropatik (stimulus diproses sistem saraf secara abnormal)
 Nyeri Nosiseptif
 Rasa sakit yang disebabkan oleh cedera atau penyakit luar sistem
saraf, sensitisasi dari nosiseptor perifer, reseptor khusus yang
mentransduksi stimulus noksius.
 Hal ini sering merupakan rasa nyeri yang sedang berjalan atau
tekanan, tajam, trauma.
 Nyeri tidak menyebar
 Saraf normal
 Dapat ditenangkan oleh analgesik

232
 Contoh nyeri nociceptive kronis termasuk nyeri dari kanker atau
arthritis.
 Nyeri neuropatik
 rasa sakit yang disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf. Hal ini
sering merasa sebagai pembakaran atau menusuk rasa sakit.
 Nyeri dijalarkan
 Kerusakan disistem saraf itu sendiri
 Salah satu contoh dari nyeri neuropatik adalah "saraf terjepit."

Klasifikasi nyeri

233
Kerusakan pada jaringan akan menimbulkan beberapa reaksi kimia,
seperti pada tabel diatas.

 Senyawa kimia sebagai respon jaringan yang rusak

1. Asam amino eksitatori, glutamat, dan aspartat

2. GABA

3. Asetilkolin

4. Adenosin

5. ATP

6. Serotonin

7. Proton

234
8. Neuropeptida bradikinin dan substansi-P

9. Norepinefrin

10. Eikosanoids (prostasiklin,prostaglandin E 2)

11. Growth factor (misal NGF) dan sitokins (enterleukin-I, tumor


necrosis factor 

 SISTEM SARAF
 Sistem saraf pusat
- Otak
- Medulla spinalis
 Sistem saraf tepi
- Anatomis  nervi craniales, nervi spinales
- Fungsional somatic, visceral, enterik
 Saraf perifer
Terdiri dari:
 Axon bundel
 Sel Schwann
 Jaringan ikat
 Endoneurium
 Perineurium
 Epineurium

 Mekanisme Patofisiologi Nyeri

Nurmikko et al., 1999

1. Pada Sistem Saraf Perifer

a. sensitisasi nosiseptor
b. tunas kolateral
c. naiknya aktivitas akson yang rusak dan tunas-tunasnya
d. hantaran impuls abnormal dari sel ganglion radiks dorsalis
e. invasi ganglionik radiks dorsalis oleh serabut pasca ganglionik
simpatis
f. pergantian fenotipe

235
2. Pada Sistem Saraf Pusat

a. hipereksitabilitas dari neuron sentral (sensitisasi sentral)


b. reorganisasi hubungan sinaptik dalam medula spinalis dan
dimana saja dalam sistem saraf pusat
c. kerusakan inhibisi
 Rasa sensasi organ
 Kesadaran kondisi eksternal atau internal tubuh
 Tradisional: 5 sensasi  penglihatan, pendengaran, sentuhan, bau,
rasa.
termasuk dalam "sentuhan"  nyeri, tekanan, suhu, posisi sendi,
rasa otot, dan gerakan.
 Empat langkah untuk sensasi terjadi
1. Stimulus mampu mengaktifkan neuron sensorik (reseptor) harus
terjadi = STIMULASI
2. Reseptor harus transduce stimulus ke dalam saraf impuls =
TRANSDUKSI
3. Impuls harus dilakukan sepanjang jalur saraf ke otak =
KONDUKSI
4. Wilayah otak harus menerjemahkan impuls ke sensasi kemudian
persepsi (sadar kesadaran & interpretasi sensasi) =
TRANSLATION
 Jalur Nyeri Akut

236

Stimulasi nosiseptor oleh stimulus noxious pada jaringan dan kemudianakan


mengakibatkan stimulasi nociceptor dimana stimulus noxious akan dirubah
menjadi potensial aksi (proses transduksi).

Selanjutnya potensial aksi akan di transmisikan menuju neuron susunan saraf


pusat yang berhubungan dengan nyeri.

Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron aferen primer
ke cornu dorsalis medulla spinalis. Pada cornu dorsalis ini, neuron aferen
primer bersinap dengan neuron susunan saraf pusat, dari sini jaringan neuron
akan naik ke atas di medulla spinalis, batang otak dan thalamus.

(buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi V, Aru W Sudoyo, dkk. Hal
2484)

237
Encephalon – saraf pusat, yang menerjemahkan rangsang nyeri

238
Susunan Saraf Tepi

239
Segmen tulang belakang dengan jaringan system saraf

240
anterior, posterior

Saraf tulang belakang

241
Hubungan sumsum tulang belakang dengan saraf

242
Diagram dari segmen kabel informasi modus menunjukkan tulang belakang
dari syaraf tulang belakang yang khas dan hubungan bruto materi abu-abu
dan putih. Dicatat rootlets saraf dorsal dalam satu baris linear tunggal:
rootlets ventral dalam tiga atau lebih baris.

243
Saraf tulang belakang

 Cervical dan lumbal concave (cekung)


 Thorax dan sacrococcygeal convex (cembung)
 24 saraf vertebrae disusun di tulang sacrum dan tulang ekor (coccyx)
 Tulang belakang berakhir di L1-2 pada orang dewasa
 akar saraf serviks masukkan di atas vertebra yang sesuai kecuali c8 (di
bawah tulang c7 - tidak ada c8 vetebrae)
 toraks, lumbar dan akar saraf sakral keluar di bawah vertebra yang
sesuai

244
Tulang Belakang

C1 – C3  otot leher T1  tangan L2  pinggul

C4  diafragma T2 – T2  intercostales L3 
quadriceps

C5  bahu T7 – L1  perut L4 – L5 
harmstrings-lutut

C6  pergelangan tangan T11 – L2  ejakulasi L4 – S1  kaki

C7  otot trisep S2  ereksi


penis

245
C7 – C8  jari S2 – S3  kandung kemih

Sensori Dermatom

 TERMINOLOGI NYERI
1. Nyeri Nosiseptik : Nyeri yang disebabkan oleh cetusan spontan pada
nosiseptor atau inflamasi pada kerusakan jaringan yang dikarenakan
adanya stimuli langsung.

2. Nyeri Neuropatik : Nyeri yang disebabkan oleh adanya lesi atau


disfungsi primer pada sistem saraf.

- Nyeri neuropatik perifer, kerusakan sist. saraf perifer

- Nyeri neuropatik sentral, kerusakan sist. saraf sentral

3. Paresthesia : nyeri spontan yang dirasakan seperti panas, tusuk, geli


terjadi dengan atau tanpa rangsang dari luar, dimana dalam keadaan
normal tidak ada.

246
4. Hiperalgesia : Respons yang berlebihan terhadap stimulus yang
secara normal menimbulkan nyeri.

- Hiperalgesia primer, peningkatan kepekaan nosiseptor

- Hiperalgesia sekunder, sensitisasi/pengkaktifan pada penjalaran


impuls pd serabut saraf perifer dan sentral

5. Allodinia : nyeri yang ditimbulkan oleh stimulus yang secara normal


tidak menimbulkan rasa nyeri. Hal ini terjadi karena sensitisasi
sentral, reorganisasi serabut AB dan kontrol inhibisi hilang.
6. Nyeri alih : nyeri yang dirasakan dibagian tubuh yang letaknya jauh
dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri. Hal ini terjadi karena
serabut nyeri visceral dan kulit difungsikan oleh beberapa neuron
yang sama

Kurva Rangsangan Nyeri

Rangsangan berbahaya dapat menyadarkan respon sistem saraf terhadap


rangsangan berikutnya. Respon nyeri yang normal sebagai fungsi dari

247
intensitas stimulus digambarkan oleh kurva di sebelah kanan, di mana
bahkan rangsangan yang kuat tidak mengalami rasa sakit. Namun, cedera
traumatis dapat menggeser kurva ke kiri. Kemudian, rangsangan berbahaya
menjadi lebih menyakitkan (hiperalgesia) dan biasanya rangsangan rasa sakit
yang dialami sebagai nyeri (allodynia).

Dalam keadaan normal, stimulus noksious yang berasal dari


perifer akan diteruskan ke otak melalui kornu dorsalis yang
dianggap sebagai sensasi nyeri. Lesi atau trauma pada saraf
perifer akan menyebabkan perobahan pada membran saraf yang
nantinya akan bereaksi melalui perobahan molekul sehingga
aktivitas SSA menjadi abnormal (mekanisme perifer) dan
selanjutnya mengakibatkan gangguan nosiseptik sentral yang
dikenal dengan sensasi nyeri di otak.
248
249
250
Persepsi nyeri modifikasi persepsi
nyeri (gangguan sinyal nyeri)

Secara klasik, nyeri dibedakan berdasarkan lama diderita :

Akut < 6 bulan dan Kronik > 6 bulan. Karakteristik nyeri:

251
252
ASSESMEN NYERI
INISIAL

 Tahapan diagnosis untuk nyeri (secara skematis)

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan Fisik

o Pemeriksaan fisik umum

o Pemeriksaan Neurologik

- Kesadaran - Saraf-saraf kranial


- Motorik - Sensorik
- Otonom - Fungsi luhur
3. Pemeriksaan Penunjang: elektrofisiologik, Quantitative Sensory
Testing (QST), neuroimaging, laboratorium
4. Catatan harian : berguna untuk evaluasi dan pemantauan

253
Skala Nyeri

254
Skala nyeri yang di gunakan untuk mengetahui skala nyeri pada anak-anak

 PENATALAKSANAAN NYERI
o Prinsip penatalaksanaan
 AKUT : terutama pemberian analgesik dan hilangkan penyebab
 KRONIK : (pilih sesuai gejala individual)
1. Medikasi: analgesik, antidepresan, trankuiliser,antikonvulsan, steroid,
anestesi lokal.
2. Pembedahan: bedah spinal, operasi eksplorasi, potong saraf, lesi
radiofrekuensi.
3. Injeksi: anestesi lokal, steroid, dan fenol.
4. Pompa obat spinal.
5. Fisioterapi: fisioterapi pasif, fisioterapi aktif.
6. Stimulasi: TENS, akupunctur, stimulasi kolumna dorsalis
7. Tx psikologik: hipnosis, relaksasi, tx kognitif / perilaku

255
TERAPI NYERI

256
TERAPI NYERI

257
Tahap Analgesia menurut WHO

258
Pengobatan

Treatment Untuk Nyeri Neuropati

Gejala/tanda Kemungkinan mekanisme Obat modulasi


Nyeri spontan (paroxysms) Nyeri ektopik Lidocaine,
maxiletine,
phenytoin,
carbamazepine,
oxcarbazepine,
lamotrigine
Nyeri spontan (terbakar, sakit) Nociceptors yang sensitive ? Opioids
Nyeri simpatik aktivitas patologis di efferents Reserpine,
simpatik, perubahan dalam guanethidine,
ekspresi reseptor ? phentolamine
Penjumlahan spasial dan pembuangan progresif Ketamine,
temporal dalam neuron spinal (angin amantadine,
memantine,
sampai)
dextromethorphan

259
Allodynia dingin Perubahan neuroplastik pusat Tricyclic anti
karena membuka sel sensitive depresan,
dingin lamotrigine
Mekanisme allodynia dinamis Perubahan neuroplastik, Ketamine,
reorganisasi sinaptis amantadine,
memantine,
dextromethorphan,
gabapentin
Mekanisme allodynia statis Sensitisasi nociceptor-C Lidocaine,
mixeletine,
phenytoin,
carbamazepine,
oxcarbazepine,
lamotrigine
Mekanisme allodynia Perubahan neuroplastik melalui Lidocaine,
campuran serabut A mixeletine,
phenytoin,
carbamazepine,
oxcarbazepine,
lamotrigine
Allodynia adalah suatu kondisi dimana rangsang yang tidak berbahaya,
misalnya tekanan, sentuhan ringan dirasakan nyeri hebat.

260
GANGGUAN DAN KELAINAN PADA
MATA
Diadopsi dari Kuliah Pakar dr. Yunani S. Sp.M
Editor oleh : Rizqi
Selas, 6 Januari 2016

Mata terdiri dari lapisan luar keras yang transparan di anterior


(KORNEA) posterior (SKLERA). Sambungan antara keduanya disebut
LIMBUS. LENSA terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-
serabut halus yakni ZONULA ZONII. Dan lensa terdapat bilik mata anterior.

261
Di antara iris, lensa, dan korupus siliaris mata posterior, yang kedua-duanya
berisi humor akuoeus.

KELUHAN PADA MATA

Keluhan pada maya yang utama adalah Mata Kabur, Mata Merah,
dan Lainnya berupa mata gatal, bengak, ada benjolan di mata atau kelopak
mata, dan sebagainya.

A. MATA KABUR

Pada keluhan mata kabur, kita harus memeriksa Visus / tajam


pengelihatan pasien yang mengalami keluhan tersebut, sehingga kita bisa
mengelompokkannya. Adalah kelainan refraksi atau bukan. Pemerksaan
PINHOLE berguna sekali untuk menentukan itu suatu kelainan refraksi
atau bukan. Jika pinhole “maju” berarti ada kelainan refraksi.

Bukan kelainan refraksi.

Jika pemeriksaan PINHOLE “tak maju” brarti bukanlan kelainan


refraksi yakni Kelainan di media refrakta seperti Kornea mata, humor
akuoeus, lensa, maupun di corpus vitreus.

Kelainan refraksi

Kelainan refraksi bisa berupa:

 MIOPIA (rabun jauh)


 HIPERMETROPIA (rabun dekat)
 ASTIGMATISM (silindris)
 PRESBIOPIA (biasanya terjadi pada mata tua)

Pada mata Miopi, bayangan sinar jatuh di depan makula (pusat pengelihatan
di retina), sehingga harus di tolong dengan lensa konkaf (-) atau cekung.

Pada mata Hipermetropi, bayangan sinar jatuh di belakang makula, sehingga


harus di tolong dengan lensa konfek (+) atau cembung.

262
Mata penderita hipermetropi

B. MATA MERAH

Mata merah bisa disertai dengan keluhan kabur ataupun tidak. Pada
keluhan dengan mata kabur, biasanya sudah menyangkut organ-organ
yang berhubungan dengan media refrakta.

Mata merah terbagi menjadi 2 yakni :

 Tanpa Visus Turun


a. Konjungtivitis (4A) / „beleken‟
b. Benda asing di konjungtiva (4A)
c. Perdarahan subkonjungtiva (4A)
d. Ptergium (3A) / daging tumbuh
e. Episkleritis (4A)
 Dengan Visus Turun
a. Keratitis (3A) / infeksi kornea
b. Iritis-Uveitis (3A)
c. Glaukoma Akut (3B) / tekanan bola mata tinggi

263
MATA MERAH TANPA VISUS TURUN

a. KONJUNGTIVITIS
Adalah infeksi pada konjungtiva. Penyebabnya diantaranya
virus, bakteri, dan alergi. Pada konjungtivitis bakterial,
sekretnya biasanya mukopurulent, sedangkan pada infeksi
karena virus, sekretnya biasanya mukus. Konjungtivitis
vernalis disebabkan karena alergi.

Konjungtivitis Bakterial Konjugtivitis Viral

b. BENDA ASING DI
KONJNGTIVA
Benda asing yang
menempel di konjungtiva
seperti „kelilipen‟

c. PERDARAHAN
SUBKONJUNGTIVAL

264
PTERIGIUM EPISKLERITIS

MATA MERAH DENGAN VISUS TURUN

a. KERATITIS adalah peradangan atau inflamasi pada bagian kornea


mata. Penyakit ini berbeda dengan konjungtivitis yang merupakan
peradangan membran mukosa yang menutupi sklera anterior dan
kelopak mata bagian dalam.
b. IRITIS adalah peradangan pada Iris. Iris menjadi lengket
c. GLAUKOMA AKUT adalah suatu kelainan pada mata yang
ditandai oleh meningkatnya tekanan dalam bola mata (Tekanan Intra
Okular = TIO) yang disertai pencekungan diskus optikus dan
pengecilan lapang pandang. Tekanan bola mata yang tinggi juga akan
mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan yang terletak di dalam
bola mata, dan akan terjadi gangguan lapang pandangan.

LAIN-LAIN

Akomodasi dan Refraksi

a. Ambliopia (2) : mata malas berfungsi


b. Buta Senja (4A) : Rabun senja atau rabun ayam (nyctalopia) adalah
sebuah penyakit mata yang menyebabkan penderitanya kesulitan

265
melihat jika kekurangan sumber cahaya. Penyakit ini bisa disebabkan
karena luka, malnutrisi (kekurangan vitamin A) atau sejak lahir.
c. Diplopia (2) : adalah gejala dimana pasien melihat dua tampilan dari
satu objek. Hal ini dapat terjadi ketika satu mata ditutup (diplopia
monokuler), atau hanya ketika kedua mata terbuka (diplopia
binokuler).
Jika jarak dekat berarti N Cranial III yang terkena
Jika jarak jauh brarti N Cranial VI yang terkena

Kelopak Mata dan Konjungtiva

a. Hordeolum (4A) : „timbilen‟ karena kurang menjaga kebersihan


mata atau karena alergi
b. Trichiasis (4A) : adalah kondisi di mana kelopak mata bergulir ke
dalam dan bulu mata bergesekan mata, menyebabkan jaringan parut
kornea, yang dapat menyebabkan kebutaan.

Retina dan Vitreus

a. Retinopati (2) : adalah kelainan pembuluh darah yang menuju ke


mata berupa perdarahan, tidak adekuatnya pasokan darah dan
penyumbatan pembuluh darah. Adalah peyakit lanjutan dari diabetes
dan hipertensi.
b. Ablasio Retina (2) : Retina „lepas‟ karena suatu trauma.
c. Perdarahan Vitreus (2)

266
PHYSIOLOGY AND
PATHOPHYSIOLOGY OF PAIN
Diadaptasi dari kuliah Dr. dr. Zaenal M. SOFRO,
AIFM, Sport & Circ. Med.
2 Desember 2015
Penyusun : Jihan

Learning Objectives:

Students have to understand:

1. The definition of pain and sensation

2. The pathways of sensation centers

3. Visceral and somatic pain

4. Basic of referred pain

Pain: An unpleasant sensory and emotional experience associated with


actual or potential damage, or described in terms of such damage

[Nyeri : Suatu keadaan yang tidak nyaman secara emosional (cth: rasa resah
dan tidak sabar) sebagai akibat dari kerusakan yang terjadi]

“The physical adjunct of an imperative protective reflex” (Sherrington)  A


warning that something is wrong [sebagai peringatan bahwa ada sesuatu
yang salah]

Nociception: The unconscious activity induced by a harmful stimulus


applied to sense receptors

[nociception: Kegiatan tidak sadar yang dipengaruhi oleh stimulus berbahaya


yang merangsang reseptor sensorik]

267
 Overall principle of sensory physiology:

Receptor  Afferent fibres  Central Nervous System

The sensory “homunculus” map

Other “unculus” maps

268
Homonculus sensoric

Adding some maps

269
The cortex in 11 easy pieces

Nociceptors  Strong pressure/ sharp object Mechanical

• Thermal nociceptors:

 Temperature > 45°C or severe cold

• Chemically sensitive nociceptors:

 Bradykinin
 Histamine
 High acidity
 Environmental irritants

• Polymodal nociceptors:

 combinations of stimuli

 Electrical, mechanical, chemical stimuli (touch, pressure,


temperature, and pain)

270
Dorsal column – Medial lemniscal system

 large myelinated fibres  discriminative/ fine touch,


proprioception, vibration

Anterolateral system  small myelinated fibres

 Ventral & lateral spinothalamic tracts  non-discriminative


touch, pain, cold, warm

271
Afferent neuron thalamus somatosensory cortex

Dorsal column – Medial lemniscal system

272
 Sensory receptor  gracile/ cuneate nuclei  thalamus
somatosensory cortex

Anterolateral system

 Sensory receptor  spinal cord  thalamus  somatosensory


cortex

PAIN
• Free nerve endings (skin, periosteum, arterial walls, joint surfaces,
falx, tentorium)‫‏‬

• Pain receptor  specific, non-adaptive/ adapt very little

• Adequate stimulus  non-specific (temperature, electrical,


mechanical, chemical energy)‫‏‬

Fast pain (A d fibres)  mechanical & thermal stimuli


• Neospinothalamic pathway (mostly spinal cord  thalamus)‫[‏‬
menggunakan jalur neospinothalamic di lateral ( dari sumsum
tulang belakang  langsung ke thalamus)]

• Can be localized much more exactly (with simultaneous


stimulation on tactile receptors)‫‏‬
[ rasa nyeri dapat dengan mudah ditentukan lokasinya]

• Discriminative

• Neurotransmitter: glutamate

Slow pain (C fibres)  mechanical, thermal, chemical stimuli


(bradykinin, serotonin, histamine, potassium, acids, acetyl choline,
proteolytic enzymes  tissue destruction

273
• Paleospinothalamic pathway (mostly spinal cord  reticular
formation  thalamus)‫[ ‏‬menggunakan jalur
paleospinothalamic di medial]

• Poor localization [lokasi rasa nyeri sulit untuk ditentukan]

• Motivational-affect

• Neurotransmitter: substance P (SP)

The Types of Nerve Fibers in Mammalian Nerves

274
PS: A & B fibers  myelinated; C fiber  unmyelinated

Physiologic pain/ acute pain


• “Good pain”

• Sudden onset & recedes during healing [serangan nyeri


langsung namun surut saat proses penyembuhan]

• Protective reflex (e.g. withdrawal reflex)‫‏‬

Pathologic pain/ chronic pain


• “Bad pain”

• Inflammatory pain & neuropathic pain

• Causes: Nerve injury (neuropathic pain)  diabetic


neuropathy, toxin, ischaemia

• Often refractory to NSAIDs and opiates

Deep pain
• Experimental: hypertonic saline injection  periosteum &
ligaments

275
• Lack of A d fibres = lack of bright pain

• Poor localization, nauseating, sweating, changes in blood


pressure

• local muscle spasm (reflex contraction)  ischemia  pain

Muscle pain
• Occlusion of blood supply to the muscle  P factor

• P factor = K+ ions (?)‫‏‬

• Angina pectoris (myocardial ischemia during exertion)‫‏‬

• Intermitten claudication (disappear on stop walking)‫‏‬

Visceral pain
• Poor localization, nausea, autonomic symptoms

• Pain receptors are more sparsely distributed than in somatic


structures [reseptor nyeri lebih jarang didistribusikan daripada
struktur somatiknya]

• Spasms of surrounding skeletal muscle [kejang di sekitar otot


skeletal]

• Highly localized damage (e.g: cut on gut)  seldom cause


severe pain

• Diffuse stimulation of pain nerve endings throughout a viscus


 severe pain

• Causes of true visceral pain: ischemia, chemical stimuli (leak


from GIT), spasm of hollow viscus, overdistention of hollow
viscus

276
Visceral and parietal transmission of pain from the appendix

Referred pain
• Pain in one visceral organ is referred to an area on the body surface

• “Cardiac pain”  inner left arm

• Diaphragm  the tip of shoulder

• Ureter distention  testes

277
Surface areas of referred pain from different visceral

Factors that are involved in referred pain:

Dermatomal rule  the same embryonic segment (e.g: migration of


diaphragm with phrenic nerve)‫‏‬

278
• Role of experience (e.g: maxillary sinusitis; cardiac pain  right
arm, abdomen, back, neck)‫‏‬

• Convergence – projection theory:

• Somatic & visceral  lamina I-VI ipsilateral dorsal horn

• Lamina VII receives both sides of body (referred to opposite side)‫‏‬

279
Abnormal pain
• Hyperalgesia  stimuli of normally minor pain 
exaggerated response

• Allodynia  normally innocuous stimuli (touch, breeze,


warm shower after sunburn)  pain

• Hyperpathia  the threshold for stimulation is increased but,


when reached, set off intense, burning pain

• Phantom pain  pain “originated from the amputated limb”

• Causalgia (a type of neuropathic pain)  spontaneous


burning pain long after seemingly trivial injury

Clinical abnormalities of pain

• Herpes Zoster (shingles)  infection of the pain neuronal cells in the


dorsal root ganglion by virus

• Brown-Sequard syndrome  transection of one side of the spinal


cord

Loss of functions:

1. All motor functions beneath

2. Pain, heat, cold on the opposite side

3. Discriminative tactile on the side of transection

PAIN SUPPRESSION
• Analgesia system:

• Periaqueductal gray & periventricular areas of mesencephalon


& upper pons

280
• Raphe magnus nucleus of lower pons & upper medulla &
nucleus reticularis paragigantocellularis

• Dorsolateral columns à pain inhibitory complex in dorsal


horns of the spinal cord

• Analgesia signals can block pain transmission

• Neurotransmitters: enkephalin & serotonin

• Presynaptic & postsynaptic inhibition of incoming type C and


type Ad pain fibres (in dorsal horns)‫‏‬

• Brain‟s opiate system: enkephalin (brain stem & spinal cord),


endorphin (hypothalamus & hypophysis), dynorphin

• Central inhibition

281
• Stimulation of Ab fibres (gate-control hypothesis; gating in
the dorsal horn)‫‏‬

• Acupuncture

References

• Barrett KE, Barman SM, Boitano S, & Brooks HL (2010). Ganong‟s


Review of Medical Physiology, 23rd ed. Chapters 10, 11, 26, Pages:
167–180; 448-449

• Ganong WF (2005). Review of Medical Physiology, 22 nd ed. Chapter


7, Pages: 138-147.

• Guyton AC & Hall JE (2011). Textbook of Medical Physiology, 12th


ed. Chapter 48, Pages: 583 – 590.

• Tortora GJ & Derickson B (2009). Principles of Anatomy and


Physiology, 12th ed. Chapter 16, Pages: 574-575

282

Anda mungkin juga menyukai