BLOK 3
KEDOKTERAN GIGI DASAR
FLOURIDE 15
Rizqi Ias Denna Rani Amalia Iky Aryani
Dhila Jihan Mustanisah Mutya Rahmi Yuni
Ezky Zeny Monic Riska Rian
________________________________
1
DAFTAR ISI
drg. Alfini Octavia,Sp.KGA.............................................................................5
Morfologi Caninus.............................................................................................
Odontogenesis....................................................................................................
drg. Hartanti,Sp.Perio......................................................................................156
Morfologi Premolar...........................................................................................
Morfologi Molar................................................................................................
2
drg. Likky Tiara Alphianti, M.DSc, Sp.KGA.............................................186
dr. Triwahyuliati,Sp.S...................................................................................232
3
SALAM FLUORIDE
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa dengan
segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami mampu
menyelesaikan penyusunan module belajar blok 3 yang berjudul
“Kedokteran Gigi Dasar” untuk program studi pendidikan dokter gigi ini.
Sholawat serta salam senantiasa tercurah untuk junjungan nabi besar kita,
nabi Muhammad SAW, keluarga beliau, para sahabat beliau, dan kaum
muslimin yang senantiasa mengikuti beliau hingga akhir hayat.
Oleh karena itu, pelajari modul ini sungguh-sungguh ya! Agar kita
bisa menghadapi ujian MCQ blok 3 dan mendapatkan nilai yang
memuaskan. Untuk jadi The Master of Blok3, Jangan 100% mengandalkan
dari modul ini, tapi tambahkan dengan sumber-sumber belajar lain dari
internet, jurnal, textbook dan lainnya. Dan selalu niatkan belajar kita karena
Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Karna Dia lah sumber ilmu yang
sebenarnya. Kita bodoh dan lemah. Hanya Dia yang Maha Pintar lagi
Berkuasa. Moga kita selalu dalam lindungan-Nya. Amiinn YRA.
Salam FLOURIN!
4
MORFOLOGI ANOMALI GIGI
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg. Alfini
Octavia, Sp.KGA
Kamis, 17 Desember 2015
Penyusun : Rahmi
5
2. Proliferasi (Cap Stage)
HISTODIFFERENSIASI
6
MORFODIFFERENSIASI
• Hal ini terjadi sebelum deposisi matriks, batas antara odontoblas dan
bakal Dentino enamel junction menjadi jela.
7
3. Aposisi
4. Kalsifikasi/mineralisasi
8
ANOMALI GIGI
MACAM KELAINAN
NATAL TEETH : bayi yang baru lahir, tetapi sudah tumbuh gigi.
Gigi tersebut tidak memiliki akar, hanya menempel pada rahang.
Solusinya adalah dilakukan pencabutan.
TEETHING : pembengkakan local.
KISTA ERUPSI : saat gigi erupsi, ada kista tetapi akan hilang.
GIGI MOLAR DESIDUI TERPENDAM
ERUPSI EKTOPIK GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN
9
2.KELAINAN STRUKTUR GIGI
10
DENTINOGENESIS IMPERPECTA : proses pembentukan dentin
terganggu
Merupakan kelainan yg diturunkan link autosomal dominan
Mengenai gigi desidui dan permanen
Klinis : coklat kemerahan, abu-abu ke opak an. Bila email hilang
warna lebih jelas
Kamar pulpa kadang sempit dan hilang(radiograph), saluran
akar sempit seperti pita\
Akar mudah fraktur
DISPLASIA DENTIN
Kelainan yang terjadi ketika pembentukan dentin
Tipe 1: radicular dentin displasia
2: coronal dentin displasia
Bisa terkait autosomal dominan
Penampakan klinis : akar pendek, dan lebih tajam dari normal.
Kadang-kadang disertai absennya kamar daan saluran pulpa,
kadang dijumpai kelainan periapikal.
Warna dan morfologi mahkota normal, meskipun ada dijumpai
berwarna agak opak, biru atau coklat
SIDE EFECT TETRASIKLIN : di usia balita mengkonsumsi
antibiotik (tetrasiklin) sehingga pada saat gigi permanen tumbuh di
usia 6 tahun gigi mengalami kelainan (bewarna keabu-abuan)
GIGI GANDA:
A. FUSI ( FUSION OF THE TEETH)
Bersatunya dua gigi yang sedang berkembang
Bisa mengenai gigi desisui atau permanen
11
Mengenai gigi anterior
Terkait family link
Radiografi menunjukkan fusi di mahkota atau akar saja.
Rongga pulpa dan saluran akar terpisah
B. GEMINASI
Menunjukkan terbaginya sebuah benih gigi, dengan invaginasi
Terjadi pada masa proliferasi
Bifid crown on single tooth
Gigi lebih lebar dari normal (mesial-disstal)
Bisa mengenai gigi sulung dan gigi tetap
Family hereditary
ODONTOMA
Abnormal proliferasi dari organ enamel menyebabkan
odontogenic tumorodontoma
Disphagia, familiy history
12
DENS IN DENTE (DENS INVAGINATUS)
Gigi di dalam gigi
Dapat dilihat dengan radiografi
Mengenai gigi sulung dan permanen.
Paling banyak di inisivus lateral RA. Ada juga di Kaninus
sulung RB, insisivus sentral gigi sulung, molar kedua desidui
Gigi tampak normal. Deep lingual pits.
MIKRODONSIA
Kebalikan makrodonsia
Lebih kecil dari ukuran normal
Tetapi dapat juga terjadi reduksi sampai gigi-gigi berbentuk
kerucut.
Gigi pendek sekali misal pada : I2 atas dan M3 atas.
13
MAKRODENSIA
Ukuran gigi yang melampaui batas nilai normal pada satu atau
lebih
Ukuran dan satu sampai semua elemen gigi-geligi.
Pada umumnya tidak ada penyimpangan bentuk lainnya.
Makrodonsia (gigi I dan C). bisa terjadi pada satu gigi, beberapa
gigi atau seluruh gigi.
TAURODONTIA
Gigi mempunyai ukuran yang besar terutama di kamar
pulpa/saluran akar.
Terkait link autosomal dominan/resesif
Akarnya mengecil
14
5.AGENESIS
ANODONTIA
Kegagalan dalam pembentukan gigi
Kelainan kongenital
Autosomal resesif
OLIGODONTIA/HYPODONTIA/partial anodontia
Kehilangan beberapa gigi
Bisa terjadi tanpa ada riwayat keluarga/ada, bagian dr syndrom
tertentu(ektodermal displasia)
Bilateral/unilateral
P2, I2
15
TERMINOLOGI DAN NOMENKLATUR
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Atiek
Driana Rahmawati, M.DSc.,Sp.KGA
Rabu, 2 Desember 2015
Penyusun: Amalia – Riska
A. Rahang:
Maksila : Rahang atas
Mandibula : Rahang bawah
B. Garis Median: garis vertikal yang melalui
tengah-tengah muka membagi kanan dan kiri.
titik kontak gigi sentral insisivus kiri, kanan atas dan bawah
titik pertemuan raphe palatina kedua dan ketiga
tengah-tengah antara kedua fovea palatina (major palatina
foramina)
fossa insisivus
median palatina suture
spina mentalis
C. Istilah Umum
Superior : atas >< Inferior : bawah
Sinistra : kiri >< Dexter: kanan
Anterior:depan >< Posterior: belakang
Lateral: struktur atau bagian tubuh yang paling jauh dari
bidang median.
16
D. Gigi-Geligi
Gigi sulung/gigi susu/deciduous teeth
Berjumlah 20
Terdiri dari incisivus, caninus dan molar.
V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
Gigi tetap/permanen
Berjumlah 32
Terdiri dari incisivus, caninus, premolar dan molar
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
17
18
19
20
E. Permukaan – Permukaan Gigi
Labia : bibir labial
Lingua : lidah lingual
Facial : muka
Palatum : langit-langit palatal
Mesial : berhadapan dengan garis median
Distal : bertolak belakang dengan garis median
Proksimal: berhadapan dengan gigi sebelahnya dalam 1 lengkung
gigi
Buccal : menghadap ke pipi
Insisal digunakan utk memotong;menghadap garis oklusi/kunyah,
terdapat tepi insisal
Oklusal menghadap garis oklusi/kunyah, untuk menghaluskan
makanan terdapat tonjolan dan lekukan
F. Oklusi: hubungan kontak antara gigi rahang atas dan rahang bawah
waktu mulut dalam keadaan tertutup. Oklusi gigi terbagi menjadi dua
yaitu:
Oklusi sentris : kontak maksimal gigi-geligi rahang atas dan
rahang bawah waktu mandibula dalam keadaan relasi sentries
(hubungan mandibula dan maxilla kedua kepala sendi (kapituli)
paling dorsal pada cekungan sendi (glenoid fossa) tanpa
mengurangi kebebasannya bergerak ke lateral. Kondisi demikian
dapat kita uji dengan meminta pasien membuka mulutnya lalu
menutup sambil menelan ludah.
Oklusi aktif : kontak gigi-geligi rahang atas dan rahang bawah
dimana gigi-geligi rahang bawah mengadakan gerakan/geseran ke
depan – belakang, kiri – kanan , atau lateral. Kondisi demikian
terjadi ketika kita mengunyah makanan.
G. Macam-Macam Gigi Menurut Susunannya
Homodontal / homodont : ketika gigi memiliki bentuk yang
sama. Terdapat pada sapi yang memiliki gigi geraham.
Heterodontal / heterodont : ketika gigi memiliki bermacam –
macam bentuk dan fungsi. Dapat ditemui pada kucing, kera dan
manusia.
H. Gigi pada Manusia
Incisivus / Seri : untuk memotong/mengiris makanan
Caninus / taring : untuk mengiris / merobek makanan
Premolar / geraham kecil : untuk merobek dan membantu
menggiling makanan
21
Molar / geraham besar : untuk menumbuk / menggiling
makanan.
Anomali : gigi yang bentuknya menyimpang dari bentuk aslinya.
I. Bagian-Bagian Gigi
1. Mahkota/korona : bagian gigi yang dilapisi email di luar jaringan
gusi. Mahkota terbagi menjadi dua:
a) Mahkota klinis : mahkota yang tidak diliputi epitel dan
menonjol dalam rongga mulut, tidak tetap karena apabila gusi
naik maka mahkota klinis mengecil, tetapi apabila gusi turun
maka mahkota klinis membesar.
b) Mahkota anatomis : mahkota yang semua bagiannya diliputi
jaringan email.
2. Akar/ radix : bagian gigi yang dilapisi sementum dan ditopang
tulang alveolar maxilla dan mandibula.
a) Akar klinis : akar yang dilapisi oleh sementum da masih
meliputi jaringan periodontium, tidak tetap karena apabila
gusi menurun maka akar klinis mengecil.
b) Akar anatomis : diliputi oleh sementum
22
23
24
J. Sudut pada Gigi
Sudut garis/line angle
pertemuan 2 permukaan
disebutkan menurut kombinasi kedua permukaan yang
membentuknya
mesio-labial, disto-lingual.
Sudut titik/point angle
pertemuan 3 permukaan
disebutkan menurut kombinasi ketiga permukaan yang
membentuknya
mesio-labio-insisal, disto-palato-oklusal
Embrassure: ruangan yang terletak antara dataran oklusal dengan
titik kontak.
25
K. Landmark
Titik kontak (contact point/area) : tempat di mana permukaan
proksimal suatu gigi mengenai permukaan proksimal gigi
sebelahnya dalam satu rahang.
Titik puncak (crest point) : titik terluar dari garis luar(outline)
labial/bukal atau palatal/lingual suatu gigi.
Lobe
Bagian yang menonjol merupakan bagian permulaan dari pembentukan gigi
pada pertumbuhan korona gigi.
26
Alignment : istilah yg digunakan untuk menunjukkan cara bagaimana gigi-
geligi tersebut tersusun pada suatu RA atau RB
RIDGE : Tonjolan kecil & panjang pada permukaan suatu gigi dan
dinamakan menurut letak dan bentuknya.
Marginal ridge: tepi bulat dari email yang membentuk tepi-tepi mesial dan
distal permukaan oklusal gigi premolar dan molar serta tepi-tepi mesial dan
distal permukaan palatal/lingual gigi insisivus dan kaninus.
Triangular ridge: ridge yg berjalan turun dari puncak cusp gigi molar dan
premolar menuju ke bagian sentral permukaan oklusal.
Oblique ridge: ridge yg terbentuk oleh persatuan antra suatu triangular ridge
distobukal dengan suatu triangular ridge mesiopalatal yang berjalan miring
pada permukaan oklusal gigi molar atas.
27
Cusp ridge: ridge yg membentuk tepi-tepi labial/bukal dan tepi-tepi
palatal/lingual dari cusp pada permukaan oklusal gigi –geligi belakang dan
kaninus.
FOSA
Lekukan/konkafitet/depresi yang bundar, lebar, dangkal dan tidak rata yang
terdapat pada permukaan gigi.
Fosa sentral: fosa yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar di mana
terdapat pertemuan antara beberapa developmental groove yang merupakan
suatu depresi sentral.
28
Triangular fosa: Fosa yg merupakan segitiga pada permukaan oklusal gigi
molar dan premolar dan letaknya mesial/distal dari marginal ridge dan fosa
yg merupakan suatu segitiga, terdapat pada permukaan palatal/lingual gigi
insisivus letaknya pada ujung fosa palatal di mana marginal ridge dan
cingulum bertemu.
GROOVE lekukan yang dangkal, sempit dan panjang yang terdapat pada
permukaan gigi.
PIT
Depresi kecil seujung jarum yang terdapat pada permukaan oklusal gigi
molar, di mana developmental groove bertemu atau saling melintang.
Pit sentral
Pit yang letaknya di sentral permukaan oklusal gigi molar, terdapat dalam
fosa sentral, merupakan tanda penting di mana developmental groove
bertemu atau saling menyilang.
FISSURE
Celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi, biasanya terdapat
pada permukaan oklusal atau fasial/proksimal dan merupakan dasar dari
developmental groove.
TUBERKEL
Elevasi/tonjolan kecil pada beberapa bagian dari korona gigi yang dihasilkan
dari pembentukan email yang berlebihan.
LOBE
30
Bagian yang menonjol merupakan bagian permulaan dari pembentukan gigi
pada pertumbuhan korona gigi.
1. Mamelon: tonjolan yang terdapat pada edge insisal gigi insisivus
yang baru tumbuh/erupsi atau pada edge insisal gigi yang belum pernah
digunakan untuk mengunyah.
2. Cusp
Hawk bill insisal edge/edge beak incisor: gigi insisivus atas dengan insisal
edge yang terletak di sebelah palatal dari poros gigi dilihat dari pandangan
proksimal.
31
32
NOMENKLATUR
Nomenklatur : cara penulisan gigi-geligi.
Beberapa cara penulisan :
1. ZSIGMONDY
*Gigi tetap :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
*Gigi susu :
V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
2. PALMER’S
paling mudah dan universal utk dental record
*Gigi tetap :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
*Gigi susu : E D C B A A B C D E
EDCBA ABCDE
Contoh: P1 atas kanan: 4 c bawah kiri: C
3. Cara Amerika
menghitung dari atas kiri ke kanan, kebawah
kanan lalu ke bawah kiri.
33
*Gigi susu (huruf Romawi)
X IX . . VI V IV . . I
XI XII . . XV XVI XVII . . XX
Contoh: P1 atas kanan: 12 ; c bawah kiri: XVIII
4.APPLEGATE
Kebalikan cara Amerika : menghitung dari atas kanan ke kiri, ke
bawah kiri lalu ke bawah kanan.
*Gigi tetap: 1 2 . . . . . 8 9 . . . . . 15 16
32 31 . . . . . 25 24 . . . . . 18 17
*Gigi susu : I II . . V VI . . . X
XX XIX . . XVI XV . . . XI
Contoh: P1 atas kanan: 5 c bawah kiri: XIII
5. HADERUP
*Gigi tetap : + +
- -
Contoh: P2 atas kanan: 5+ I1 bawah kiri: -1
*Gigi susu
Contoh: c bawah kanan: 03-
m2 atas kiri: +05
6. SIATEM SCANDINAVIAN
tidak begitu banyak digunakan
+ : untuk gigi-geligi atas
- : untuk gigi geligi bawah
Contoh: P2 atas kanan : +5 I2 bawah kiri : 2-
7. G B DENTON
Gigi tetap : 2 1 Gigi susu : b a
3 4 c d
Contoh: P2 atas kanan : 2.5
c bawah kanan : c.3
34
8. INTERNATIONAL DENTAL FEDERATION
Sistem 2 angka
*Gigi tetap : 1 2 *Gigi susu : 5 6
4 3 8 7
Angka ke dua menunjukkan gigi apa dalam kwadran.
Contoh : P2 atas kanan: 15
c bawah kanan: 83
9. UTRECHT/BELANDA
dengan menggunakan tanda-tanda:
S : Superior/atas d :dexter/kanan
I : Inferior/bawah s :L sinister/kiri
*Gigi tetap : (pakai huruf besar)
*Gigi susu : (pakai huruf kecil)
Contoh : P2 atas kanan : P2Sd
c bawah kanan: cId
35
MORFOLOGI INCISIVUS
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh
drg. Atiek Driana Rahmawati, MDSc., Sp.KGA
Rabu, 2 Desember 2015
Penyusun: Zeny
Palatal aspect
Concave
36
Fossa palatina terdapat :
crista mesialis
crista distalis
Foramen caecum (lubang buntu)
Cingulum & tuberculum di cervic
Corak marginal ridge, huruf M
Akar / radix
Satu, pulp canal 1
Panjang 1-1,5 kali crown
Lurus atau bengkok ke palatinal/distal
Bentuk seperti kerucut
Tebal, apex bulat
Potongan melintang berbentuk segitiga
sama sisi
37
Maxillary Incisivus Lateralis
Evidence of calcification 10-12 month
Enamel completed 4-5 years
Eruption 8-9 years
Root completed 11 years
Labial aspect
Lebih convec dari incisivus sentralis
Sudut mesio incisal lancip
Palatal aspect
Radix/Akar
Satu, panjang 1-1,5 crown
Apex runcing, membelok ke distal
Pulp canal 1
Akar lebih
ramping
38
Mandibulary Centralis Incisivus
Evidence of calcification 3-4 month
Enamel completed 4-5 years
Eruption 6-7 years
Root completed 9 years
Labial aspect
Crown bentuk pahat, halus
Mesio incisal lancip
Disto incisal lebih bulat
Mesio facial line angle > panjang dari disto facial line angle
D
Lingual aspect L
L
Tubercullum dan pit tidak
m
ada
Fossa lingual dangkal
Proximal aspect
Datar
Berbentuk segitiga
L
Radix
39
Mandibulary Lateralis Incisivus
Evidence of calcification 3-4 month
Enamel completed 4-5 years
Eruption 7-8 years
Root completed 10 years
Labial aspect
Mesial distal lebih bulat
Mesio facial line angle > disto facial line angle
Incisal ridge miring ke distal
40
Sulcus pada labial lebih dalam dibanding incisivus
centralis
Lingual aspec
Ridge berkembang
Fossa kelihatan
Radix / Akar
41
MORFOLOGI CANINUS
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg. Atiek
Driana Rahmawati, MDSc., Sp.KGA
Rabu,2 Desember 2015
Penyusun:Ezky
A. Maxillary Canine
Punya 1 tonjol
42
2. Labial Aspect
Convec
43
Incisal ridge membentuk huruf V
b. Proximal aspect
44
Keausan incisal lebih lingual, bahkan pada fosa
4. Palatinal aspect
Crista mesialis
Crista palatinalis
Crista distalis
Cingulum di tengah
5. Radix
Terdapat satu buah akar dengan panjang 2-2,5 kali panjang crown
Canal pulp 1
45
B. Mandibulary Canine
2. Labial aspect
46
Crown kelihatan panjang
47
b. Radix
Dibanding Canine atas lebih gepeng
pulp canal 1
48
b. Lingual Aspect
49
SCALP, CAVUM CRANII, WAJAH dan
OTOT MIMIK
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh
drg. Edwyn Saleh
Selasa, 6 Januari 2016
A. SCALP
Daerah berbatasan dengan dahi, bagian superior dari tempurung
kepala, dan daerah oksipital superior sampai garis nuchal
superior.
Bagian lateral menyatu dengan daerah temporal yang meluas
inferior membentuk lengkungan zygomatic.
Anatomi scalp (kulit kepala) adalah penting karena trauma sering
terjadi di wilayah ini.
50
51
B. WAJAH
Daerah berbatasan dalam garis rambut, perbatasan anterior
auricules, dan dagu
Bagian utama : mata, hidung, otot2 mimik (facial expression
muscle), otot-otot pengunyahan, glandula parotid, nervus
trigeminal dan nervus facial.
Tulang penyusun : frontal, zygomatic, maxilla, palatina, nasal,
dan mandibula.
52
C. CAVUM CRANII
Rongga dalam cranial :
Frontal sinus
Ethmoid sinus
Maxilarry sinus
Sphenoid sinus
53
54
Frontal Sinus
Asimetris
Belum sempurna saat kelahiran dan berkembang pada
usia 7-8th
55
Ekspansi utama saat erupsi molar satu desidui sampai
saat erupsi molar permanen di usia 6 th
Etmoid sinus
Bisa ditemukan 3 sd 18 rongga ethmoid pada setiap
sisinya (Sinus terbanyak).
Rongga udara sinus ini dapat menginvasi ke sinus yg
lain (frontal, maxilla, sphenoid)
Maxillary sinus
Merupakan rongga piramidal yang paling besar
Berlobus-lobus dan berdinding tipis
Dikelilingi cincin snederian
Splenoid sinus
Sinus kedua terbesar dalam cranium
Dibatasi oleh septum yang irregular
56
57
ORAL group
58
NASAL group
59
ORBITAL group
AURICULAR group
SCALP group
NECK group
60
61
HISTOLOGI ORIS DAN KELENJAR
LIUR
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Erlina
Sih Mahanani DDS.,M.MedSc
Senin, 14 Desember 2015
Penyusun: Chaerani – Rianda
62
Oral Cavity
A. Boundaries
B. Contents
63
Maxillary Incisive Gingiva
64
Mandibular Incisive Gingiva
65
Mandibular Incisive Gingiva
66
Oral cavity proper
Posterior zone
67
Structure of oral mucosa
68
Junction between epithelium and connective tissue
Function
Protection
Sensation
Secretion
69
Thermal regulation
5. Markel cell
70
Lining Mucosa (Non-keratinized)
71
Masicatory Mucosa (Para-keratinized)
Langerhans‟ Cells
Merkel‟s Cells
Melanocytes
Langerhans’ Cells
72
The cells appear to have processes but don‟t have desmosome or
tonofilament
These cells have ideal location to make the contact with invading
bacteria and establish response mechanism to protect the body.
Merkel’s Cells
Melanocytes
73
Structure of Oral Mucosa
Lining mucosa
Masticatory mucosa
Lips
Gingival & epithelium
Soft palate attachment
Taste buds
Lining Mucosa
Is composed of thin layer epithelium and an underlying lamina
propria.
Epithelium composed of basal layer of cuboidal cells, termed
the stratum basale.
The second layer is stratum intermedium or stratum spinosum,
the cells appear oval and somewhat flattened.
The third or superficial layer has a flattened cells and many
containing small oval nuclei.
The lamina propria composed of the papillary and reticular
connective tissue.
Lip
Moist-surface
Stratified squamous cells
Nonkeratinized epithelium
Seromucous gland (part of the minor salivary glands) in the
lamina propria
74
The vermillion border is the junction between oral mucosa
and the skin of the lip.
It is known as a red border because the epithelium is thin,
contains eleidin, and the blood vessels near the surface.
In the skin of the lips are hair follicles, and their associated
sebaceous glands, errecto pili muscles, sweat glands.
At the angles of the mouth, there is a sebaceous glands that
are known as Fordyce‟s spot.
75
The oral mucosa (lining of the oral cavity) consists of stratified
squamous epithelium. Here on the inside of the lip the epithelium is
nonkeratinized; it lacks a keratin layer. Underlying the epithelium is
the lamina propria which consists of loose connective tissue. Minor
seromucous salivary glands are also present
76
The skin of the lip consists of keratinized stratified squamous epithelium
in which hair follicles, sweat glands and sebaceous glands can be seen.
Sweat glands are tubular glands that empty onto the surface of the skin,
while sebaceous glands empty into hair follicles.
The red margin is very thin keratinized epithelium with no hair follicles
or sweat glands. The orbicularis oris muscle fibers come close to the
red margin.
77
Submucosa Lip
Soft Palate
78
In the submucosa contains muscle of the soft palate
Cheeks
Nonkeratinized
Cheeks Epithelial
79
Ventral Surface of Tongue
Submucosa contains the muscle fibers that located under the surface of
the tongue.
Nonkeratinized
In the right and left there are major mucous glands (sublingual glands)
Masticatory Mucosa
Free Gingival
80
Gingival Epithelium
81
Free & attachment gingival
Hard Palate
Traction bands are bundels of collagen fibers that insert into the
papillary fibers of the lamina propria and extend into the bony palate.
82
Adipose tissue of hard palate
The lamina propria of the mucosa of the hard palate in the midline region
(median raphe) serves at the periosteum of the bone and thus the mucosa is
called a mucoperi-osteum. A submucosa with adipose tissue exists in the
anterolateral region of the hard palate. The epithelium of the hard palate is
keratinize.
83
Incisives papilla
Specialized Mucosa
• Types of papilla
• Taste buds
84
85
Chemical substance in the oral cavity stimulate taste bud sensory cells
through a small opening in the epithelium called the taste pore. The taste bud
contains sensory cells (with apical microvilli), supporting cells and basal
cells, the latter providing new cells for the taste bud every 5 to 10 days.
Upon stimulation, sensory cells release chemicals from their basal membrane
to stimulate sensory nerve endings from taste ganglion cells which relay the
input to the brainstem. A, Taste bud; B, Taste pore; C, Basal cell; D, Sensory
cell.
86
Filliformis Papilla
87
fungiform papilla
circumvallate papilla
89
b. Taste (gustatory) cells (receptors) - with gustatory hairs (receptor
membranes; microvilli) protruding through taste pore in papillae
c. Basal cells - at base of bud; mitotic activity for replacement of taste cells
(7-10 days)
A. SALIVA
Is secreted by the three major salivary glands and very
numerous minor salivary glands.
The major salivary gland are parotid, submandibular, and sub
lingual gland.
The minor salivary glands are lingual, bucal, labial, palatine,
glossopalatine glands.
Salivary Glands (overview)
Location:
Vestibule
Oral cavity proper
Size:
Major
Minor
Nature of secretion:
Mucous
Serous
Mixed
Major salivary glands:
Parotid:
location
duct:
Stenson‟s
secretion:
serous
(25% of
volume)
Submandibular:
location
90
duct: Wharton‟s
secretion: mixed (serous) (60-65%)
Sublingual:
location
duct: Bartholin‟s
secretion: mixed (mucous) (15%)
Minor salivary glands:
labial:
labial mucosa;
mucous and serous secretions
buccal:
buccal mucosa;
mucous and serous secretions
palatal:
posterior and lateral aspect of soft palate;
mucous secretions
lingual:
tip and posterior aspect of tongue;
91
increase flow:
sight/smell food
mastication
dental work
pain
decrease flow:
fear/anxiety
sleep
fever
medications
after eating
Xerostomia: dry mouth and ongoing decrease of saliva. Can
result in mucositis, mouth infections, increase in caries and
tissue inflammation.
General factors influencing the secretion of Saliva
Increased secretion may be caused by the following:
Taste
Smelll
Mechanichal stimulation of the oral mucosa
Mechanichal irritation of the gingiva
Mastication of the food
Chemical irritation of the oral mucosa
Distention or irritation of esophagus
Chronic irritation of oesophagus
Chemical irritation of the stomach
Pregnancy
92
Composition of saliva:
99 % water, 1 % solids
organic solids:
mucin (proteins)
enzymes (amylase)
antibodies
blood clotting factors
lipids
inorganic solids:
salts: bicarbonates, chlorides,
phosphates: (calcium, sodium, potassium)
phosphates are called buffers
Organic constituents
Main organic constituents: urea, uric acid, free
glucose, free amino acid, lactate, fatty acid
Macromolecul in saliva: protein, amylase,
peroxidase, thiocyanate, lysozyme, lipid, Ig A,
Ig M, Ig G.
Inorganic constituents : Ca, Mg, F, HCO3, K, Na, Cl,
NH4.
Gases : CO2, N2, and O2
Water
Constituents derived from the oral cavity
Desquamated epithelial cells, Leukocytes
PMN from crevicular fluid, bacteria.
Modification of salivary composition by the ductal
system
pH of saliva varies:
normal levels are 6.0 to 7.9 (generally around
neutral)
falls slightly during sleep
rises during eating
falls after eating (significant in caries)
increase in salivary flow = increase in buffers
available = increase in pH
93
General Function
It keeps the teeth healthy by providing a lubricant,
calcium and a buffer.
It also helps to maintain the health of the gums, oral
tissues (mucosa) and throat.
It also plays a role in the control of bacteria in the
mouth.
It helps to cleanse the mouth of food and debris.
It provides minerals such as calcium, fluoride, and
phosphorus.
It helps in swallowing and digesting food.
Lack of saliva will make the mouth more prone to
disease and infection.
Lead to a burning feeling.
Major salivary components
94
Multifunctionality
95
96
Antimicrobial Factors in Human Saliva
SECRETION Ig A in SALIVA
Saliva contains 19 mg per 100 ml of Ig A
Daily 100 mg of Ig A is secreted into the mouth
In contrast, per 100 ml saliva are found 1,4 mg Ig G and 0,2
mg of Ig M
Concentration of immunoglobulins
* : unstimullated
** : stimulated
† : determined in periodontitis
97
B. Ig A
are glycoprotein
are built of subunits containing
two identical light chains (L chains), each containing about
200 amino acids
two identical heavy chains (H chains), which are at least
twice as long as L chains
The first 100 or so amino acids at the N-terminus of both H and L
chains vary greatly from antibody to antibody – the are termed the
98
Ig A (heavy and light chains) is produced by plasma cells locally in
the salivary glands.
These plasma produces also J chains.
So plasma cells in salivary glands produce Ig dimmers.
J CHAIN = JOINING CHAIN
99
receptor is enzymatically cleaved during the transport process and
becomes the secretory component of secretory-IgA
100
IgA is the most abundant immunoglobulin in external secretions such
as breast milk, saliva, tears, and mucus of the bronchial,
genitourinary and gastrointestinal tracts.
In serum IgA is primarily a monomer.
In secretions IgA (termed secretory IgA) is predominately a dimer
but higher multimers do exist.
Secretory IgA has an associated J chain and a polypeptide chain
called secretory component which is derived from the receptor that
is responsible for transporting polymeric IgA across membranes.
Secretory Component is synthesized by the secretory epithelial cells
of salivary acini.
The assembled sIg A is then transported into the duct lumen and
excreted into the mouth.
101
102
Functions of Secretory Component (SC):
To allow the transport of polymeric IgA (pIgA-primarily
dimeric IgA) through cells (ductal epithelium) as Secretory-
IgA (sIgA)
To protect the pIgA from proteases while S-IgA is in the
ductal cell and once the SIgA enters the gastrointestinal tract
(e.g. oral cavity) or respiratory tract.
Secretory Ig A in Saliva
Secretory Ig A has three sub components:
Ig A molecule (two of these are combined to
produce a dimer of Ig A)
J chains (polypedtides of about 15.000 daltons)
SC (secretory component), polypeptides about
80.000 daltons
104
105
Introductory to mucosal imunity
Mucosa represent a vast surface area vulnerable to
colonization and invasion
Total amount of sIgA exceeds circulating IgG.
Antigens are separated from mucosal immune tissue by
epithelial barrier.
Antigens must be transported across the epithelium.
Protection from microbial colonization (adherence)
Prevention of environmental sensitization
Focus of much vaccine work
May have regulatory influence on systemic immunity
May block allergic sensitization
106
This mucosal barrier and the other cells associated with these
epithelial cells can be loosely divided into 4 major anatomical areas:
107
MALT
Differs fundamentally from Systemic immune responses in
that:
major isotype in mucosal secretions is secretory,
dimeric IgA
most of the antibody-producing cells and effector T occur in
the MALT
separate inductive and effector lymphoid sites
108
109
HISTOLOGI JARINGAN KERAS GIGI
DAN JARINGAN PULPA
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg. Erlina
Sih Mahanani, DDS.,M.MedSc
Jumat, 22 Desember 2015
Penyusun : Yuni
DENTIN
110
Merupakan zat kuning muda yang lebih radiolusen dari enamel dan
berpori
Memberikan bentukan umum pada gigi
Ditutupi oleh enamel di mahkota dan sementum di akar
PULPA
111
KOMPOSISI DENTINDAN PULPA
Komposisi Dentin
• volume:
– 45% inorganic
– 33% organic material
– 22% air
• berat:
– 70% inorganic
– 20% organic material
– 10% air
• In organik
– Hydroxyapatite
– and several trace elements
• Organik:
– Terutama serabut kolagen (type I)
– Substansi dasar dari mucopolysacarida, glycosaminoglycan,
proteoglycan & posphoproteins
Komposisi Pulpa
Tipe Dentin
112
• Secondary dentin: terbentuk setelah foramen apikal komplit dan
dilanjutkan pembentukan keseluruhan gigi
• Tertiary dentin: terbentuk karena adanya rangsang dari luar
• Predentin: deposit baru yang tidak termineralisasi dentin
• Peritubular dentin: dentin yang terbuat dari tubulus dentin
• Intertubular dentin: dentin yang ditemukan diantara tubulus
114
– Gigi maksila 0,3-0,6 mm sedikit lebih besar daripada
mandibula.
– Foramen umumnya terletak ditengah
GARIS DENTIN
• Incremental line
115
– Disebut juga lines of von Ebner
• Neonatal line
Interglobular dentin
-sell
-Subtansi interselular
116
Blood supply and inervasion
• Aliran darah paling cepat di pulpa dibanding dengan area tubuh yang
lain dan tekanan darahnya cukup tinggi.
117
Inervasi dari dentin dan pulpa
118
Theory of dentin sensitivity
119
• Protektif : melindungi dari respon stimulus dan melindungi dari
invasi bakteri
SEMENTUM
PENGENALAN SEMENTUM
120
SIFAT FISIK DAN KIMIA
CEMENTOGENESIS
122
A. Dental papilla
B. Enamel
C. Stelate reticullum
D. Epithelial cells of Malazes
E. Hertwig root sheath
F. Ameloblast
123
Epitel hancur akar selubung turun,
sel-sel dari kantung gigi bermigrasi
ke permukaan dentin akar dan
berdiferensiasi menjadi
cementoblasts. Sel-sel ini berbaring
di sementum pada permukaan akar.
Sebagai :
A. Cementoblast
B. Odontoblast
C. Predentin
SEL SEMENTUM
a. Cementoblast
- Cementoblasts mensintesis kolagen dan protein polisakarida
yang membentuk matriks organik dari sementum.
- Bertanggung jawab untuk memproduksi sementum
- Aktif -> Sel bulat, sel-sel gemuk dengan sitoplasma basofilik.
- Telah terbentuk dengan baik Golgi aparatus, banyak
mitokondria, sejumlah besar granular retikulum endoplasma.
- Cementoid adalah matriks uncalcified dari sementum
- Mineralisasi cementoid adalah sangat diperintahkan oleh
deposisi kalsium dan ion fosfat.
- Ini adalah proses ritmis. Jaringan cementoid dipagari oleh
cementoblast.
- Beberapa serat jaringan ikat dari PDL melewati antara
cementoblast ke sementum.
124
- Serat ini bisa tertanam & melampirkan gigi sekitar tulang.
A. PDL fibers
B. Sharpey‟s fibers
C. Dentino-emental
junction
D. Cementoblast
E. Acellular Cementum
- Deposisi sementum
terus secara bertahap
sepanjang hidup.
- Beristirahat
cementoblasts memiliki inti tertutup dan sedikit sitoplasma.
- Selama pembentukan sementum aselular, itu retret
meninggalkan matriks cemental.
- Selama pembentukan sementum selular, menjadi dimasukkan
ke dalam matriks cemental sel ini dikenal sebagai
cementocyte
b. Cementocyte
125
Melanosit berbaring di ruang, yang hadir di ruang individu
disebut sebagai kekosongan.
Cementocytes menerima nutrisi dari PDL oleh difusi
proses.
Sel-sel ini hadir dalam lapisan yang lebih dalam,
mengandung beberapa organel dalam sitoplasma mereka.
Pada kedalaman 60 μ atau lebih, itu menunjukkan tanda-
tanda pasti degenerasi.
Mereka meninggalkan
kekosongan kosong di
sementum yang lebih
dalam.
STRUKTUR SEMENTUM
Acellular
Berdasarkan ada tidaknya sel:
Cellular
126
127
Acellular Sementum :
128
Cellular Cementum :
Intermediate Cementum :
129
KLASIFIKASI SEMENTUM
Sementum utama
Sementum sekunder
130
Acellular Afibrillar Cementum (AAC)
Produk cementoblast
132
C. Celah kecil ada antara sementum & enamel (10%) -
membuat hipersensitif dentin
B
JENIS / POLA CEJ C
133
CEMENTODENTINAL JUNCTION
fibril kolagen dari sementum dan dentin jalin dengan cara yang
sangat kompleks
134
INTERMEDIATE CEMENTUM
Hal ini disimpan oleh lapisan dalam sel epitel dari selubung akar
FUGSI SEMENTUM
A. Hypercementosis
Bagian dari sementum menutupi apeks akar dapat terus tumbuh
sepanjang hidup. Dalam beberapa kondisi patologis, jumlah yang
berlebihan sementum tumbuh, membentuk berbentuk bola
pertumbuhan pada apeks.
135
B. Cementicles
A. Cementicles (embedded)
B. Periodontal Ligament
C. Alveolar bone
136
gambar Cementicles
137
STRUKTUR JARINGAN PULPA
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Erma
Sofiani,Sp.KG
Senin, 4 Januari 2016
Penyusun: Amalia – Rani
138
Nervus alveolaris superior
Foramen
Foramen apikal
Canal Accesoris/Lateral canal (saluran tambahan/pinggir)
Terdapat serabut saraf tipe C pada pulpa. Serabut saraf ini akan
merasakan rasa sakit yang lebih lama. Karena ada diameter dari tubulus
dentinalis yang jauh lebih besar yang mendekati kamar pulpa.
Serabut-serabut saraf pada pulpa berjalan dari foramen apical. Yang
merupakan foramen terbesar pada gigi.
Abrasi: (1) pengelupasan jaringan di permukaan. (2) keausan yang
abnormal yang timbul oleh suatu proses mekanis yang terjadi pada suatu
struktur atau suatu benda.
Ausnya jaringan gigi atau suatu restorasi yang bukan disebabkan oleh
berkontaknya gigi melainkan oleh sebab lain misalnya penyikatan gigi
yang tidak benar.
Erosi : (1) Ausnya suatu benda. (2) Ulkus yang dangkal. (3) Hilangnya
jaringan keras gigi yang progresif karena proses kimia tanpa campur
tangan bakteri.
Pulpa berasal dari jaringan mesoderm.
75% mengandung air dan 25% materi organic
Bentuk pulpa menyerupai bentuk mahkota gigi
Pulpa merupakan system mikrosirkuler karena ada system homeostasis
(terdapat vaskularisasi) . komponen terbesarnya adalah arteri dan venula
yang masuk ke pulpa melalui foramen apical.
Bagian terluar pulpa yang sehat akan ada barisa-barisan odontoblast
(perpanjangannya disebut Tome‟s Fiber yang masuk ke tubulus
dentinalis lalu menembus enamel spindle.
Terdapat daerah bebas sel (jauh dari badan sel) dan daerah kaya sel
(berdekatan dengan badan sel) serta ada daerah inti pada odontoblast.
Ada serabut saraf A di dentin adalah A. Rasa sakit tajam, waktunya
pendek. Persarafan pada gigi yakni N.V (N.Trigeminus).
Odontoblast tidak dijumpai di bagian apical
Pada orang muda, jaringan ikat pulpa yang longgar terdapat kolagen.
Fungsi pulpa antara lain:
Formatif : pembentukan dentin primer , dentin sekunder
Protekftif / defense / reparative
Nutritive
Sensori
139
Pulp disease:
Normal pulp
Reversible pulp
Irreversible pulp
Necrotic pulp (Pulpa Mati)
Teori Nyeri ada 3:
Stimulasi langsung pada saraf menyatakan bahwa ada saraf di dentin
tidak ilmiah
Teori transduksi menyatakan bahwa di dentin ada neurotransmitter
tidak ilmiah
Teori hidrodinamika: pergerakan cairan dalam tubuli dentinalis
(rangsang ujung saraf aktif impuls korteks cerebri rasa
sakit).
* jika rasa panas akan mengembangkan cairan dentin
* jika dingin akan menyempitkan cairan dentin
Guta perca adalah bahan pengganti pulpa pada saat melakukan perawatan
saluran akar (endodontik)
Sensitifitas dentin yang semakin mendekati pulpa akan semakin tinggi
Urutan semakin sakitnya saraf
A delta < A Beta < A Alfa < C
Lebar sempitnya pulpa dipengaruhi oleh usia pada anak pulpa lebar dan
pada orang tua pulpa sempit
Semakin tua tubulus dentinalis semakin tertutup dan terjadi proses
deposisi dentin (penebalan dentin)
140
PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI
ODONTOLOGIS
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Erwin
Setyawan,Sp.RKG
Rabu, 16 Desember 2015
Penyusun: Rianda
141
Forensik di Kedokteran Gigi
Disebut juga dengan odontology forensic (OF)
Berhubungan dengan identifikasi kasus
Berhubungan dengan tanggung jawab secara hukum
Kasus bisa bersifat individu ataupun masal
Bisa bekerja secara team bersama cabang ilmu lain (antara
lain forensik antropologi, forensik patologi, ahli sidik jari, ahli
DNA, radiologi dan fotografer)
Definisi
Semua aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran gigi yang terkait
dalam suatu penyidikan dalam memperoleh data data
142
postmortem, berguna untuk menentukan otentitas dan
identitas korban maupun pelaku demi kepentingan hukum
dalam suatu proses peradilan dan menegakkan kebenaran.
Dengan menyandang gelar dokter gigi, secara hukum seorang
dokter gigi dianggap sebagai orang yang cukup
pengetahuannya dalam masalah yang berkaitan dengan gigi
geligi manusia.
Jika penyidik (polisi) meminta drg yg merawat korban
tersebut untuk membuat keterangan ahli (visum et repertum),
maka drg HARUS membuatnya.
Jika hakim mengundang drg untuk hadir disidang
pengadilan untuk diminta keterangan ahli, maka drg wajib
hadir.
Dokter Gigi Forensik
Mempunyai kualifikasi sebagai dokter gigi umum dengan
pengetahuan yg luas tentang spesialisasi kedokteran gigi.
Memiliki pengetahuan tentang bidang forensik terkait.
Memiliki pengetahuan tentang hukum yaitu seorang dokter
gigi forensik harus memiliki pengetahuan tentang aspek legal
dari odontologi forensik
Topik Yang di Bahas :
Ruang lingkup odontology forensic meliputi semua bidang
keahlian kedokteran gigi. Secara garis besar odontologi
forensik membahas beberapa topik sbb:
1. Identifikasi benda bukti manusia.
2. Penentuan umur berdasarkan gigi.
3. Penentuan jenis kelamin berdasarkan gigi.
4. Penentuan ras berdasarkan gigi.
5. Penentuan etnik berdasarkan gigi.
6. Analisis jejas gigit (bite marks).
7. Peran dokter gigi forensik dalam kecelakaan massal.
8. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam
identifikasi personal
Mengapa Gigi Digunakan Sebagai Alat Utama Identifikasi?
A. Survivability / Ketahanan
Tahan terhadap trauma fisik dan panas.
143
Dipanaskan ±300°C enamel retak, pd ±400°C dentin
retak, pd ±500°C enamel mengelupas
Gigi menjadi abu jika dipanaskan ±1000°-1200°C
Mudah dicapai dan dilihat.
Terlindung dalam rongga mulut yg basah oleh air
liur
B. Individuality / Kekhususan
Bentuk jelas dan spesifik, mempunyai 5 permukaan
(32 gigi = 160 permukaan ) ,
Posisi bervariasi dalam lengkung, tambalan, gigi
palsu, bracket ortho , implant dll
Kemungkinan adanya gigi yang identik
kemungkinanya adalah 1 : 2 milyar penduduk (riset
Cameron & Sims th 1973)
C. Information gained from teeth / Informasi yg dpt diperoleh
dari gigi :
Ras, Umur, Jenis kelamin, Kebiasaan, Bentuk muka,
Golongan Darah , DNA
Cameron & Sims (1973)
Gigi tahan terhadap trauma fisik dan termis dan tahan
terhadap dekomposisi
Gigi mempunyai bentuk yang jelas dan tertentu
Gigi terletak dibagian tubuh yang relatif kecil sehingga
sekalipun badan mengalami kehancuran, gigi masih tetap utuh
Gigi terletak dibagian tubuh yang mudah dicapai, tidak
memerlukan persiapan khusus
Harvey (1975)
Gigi tahan terhadap waktu
Gigi merupakan jaringan yang paling keras dan kuat, tahan
terhadap pengaruh sekitar dan tetap bentuknya
Gigi mengandung kadar mineral yang tinggi
Lukman (2006)
Gigi merupakan jaringan keras yang resisten terhadap
pembusukan dan pengaruh lingkungan yang ekstrim
144
Karateristik individual yang unik dalam hal susunan gigi
geligi dan retorasi, menyebabkan identifikasi dengan
ketepatan yang tinggi
Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk
catatan medis gigi dan data radiography
Gigi gigi merupakan lengkung anatomis, antroplogis dan
morfologis yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-
otot bibir dan pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan
mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu
Bentuk gigi gigi di dunia ini tidaklah sama, karena
berdasarkan penelitian bahwa gigi manusia kemungkinan
sama satu berbanding dua milyar
Gigi tahan terhadap asam keras
Identifikasi Gigi
Perbandingan sistematik berdasarkan data gigi korban
semasa hidup (ante mortem) dengan data gigi korban
sesudah mati (post mortem) seperti data rekam gigi dan
data x ray penunjangnya yang hasilnya :
ACCURATE / tepat
FAST / cepat
ECONOMICAL / murah
UN-ARGUABLE / tidak terbantahkan
145
Contoh
Kasus
st
1 BALI BOMBING
CASE
Penentuan Ras
Ras manusia : karakteristik luar yang diturunkan secara
genetik dan membedakan satu kelompok dari kelompok
lainnya seperti :
warna kulit
rambut
bentuk hidung
kepala
postur tubuh
susunan gigi
Ras jarang bisa di identifikasi melalui morfologi gigi apabila
hanya ditemukan gigi saja sebagai satu satunya data.
146
Bentuk tengkorak bisa memberikan informasi lebih baik
terhadap identifikasi ras
Ras Negroid :
Ciri fisik:
Pigmentasi kulit yang kuat (kulit hitam), bibir dan hidung
lebar dan tebal, rambut keriting (ulotrikh), mata berwarna
coklat-hitam
Bentuk kepala:
Dolicochepali, profil wajah prognati, tulang pipi tegak,
rongga ortbita berbentuk rektrangular, apertura nasal yang
lebar, jendela telinga terlihat
Ciri gigi :
Cenderung bimaxillary protrusion
Lengkung gigi berbentuk U
Gigi incisivus RA tdk terdapat cingulum, hanya lekuk
sedikit
Akar premolar (14, 15, 24, 25) cenderung membelah
atau terdapat tiga akar → trifurkasi
147
Pada gigi premolar (34, 44) dari mandibula terdapat
dua sampai tiga tonjolan.
Gigi molar pertama berbentuk segiempat membulat
dan memiliki fissure seperti sarang laba-laba
Sering terdapat open bite.
Palatum berbentuk lebar.
Ras Kaukasoid:
Ciri fisik
Kulit putih, tekstur bibir tipis, memiliki bulu tebal, rambut
lurus/bergelombang (cymtorikh), bermata biru/hijau
148
Bentuk kepala
Mesochepali, profil wajah lurus, appertura nasal yang sempit,
tepi atas rongga orbita miring ke lateral, sutura metopik jelas,
dagu melekuk ke dalam, spina nasalis menonjol, batang
hidung curam (mancung), jendela telinga terlihat, meatus
auditory externus membulat
Ciri gigi:
Lengkung rahang sempit, berbentuk paraboloid
Permukaan palatal rata pada gigi incisivus 12, 11, 21,
22
Maloklusi pada gigi anterior
Gigi molar pertama rahang bawah (36, 46) lebih
panjang, tapered
Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi
premolar kedua dari mandibula
Buko-palatal (P2, 15, 25) < mesio-distal
Sering, cusp carabelli pada 16, 26 → palatal
Palatum sempit
Ras Mongoloid :
149
Ciri fisik:
Kulit kuning, kelopak mata terdapat plica marginalis, mata
berwarna coklat-hitam, rambut lurus (lisotrikh), dahi kecil dan
tegak
Bentuk kepala:
Brachicephali, profil wajah prognati sedang, rongga orbita
membulat, puncak kepala tinggi seperti kubah, apertura nasal
membulat, jendela telinga tidak terlihat
Ciri gigi :
Mempunyai lengkung gigi berbentuk ellipsoid
Lengkungan palatum berbentuk elips
Gigi incisivus berbentuk shovel shaped incisor
cingulum (11, 12, 21, 22)
Bentuk gigi molar → segiempat dominan, mempunyai
fisure-fisure
150
Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada
permukaan oklusal premolar bawah pada 1-4% ras
mongoloid.
Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula
ditemukan pada 20% mongoloid.
Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.
152
pelvis
Penentuan Umur
Berdasarkan periode erupsi gigi
Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan gigi yaitu
melalui analisis radiograf dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok
usia :
1. Prenatal, neonatal dan postnatal;
2. Anak-anak dan remaja;
3. Dewasa
153
Sistem perkiraan usia diperkenalkan Demirjian,
Goldstein and Tanner pada 1973 menggunakan 7 gigi
dalam menentukan age estimation (AE).
Tahun 1976, Demirjian & Goldstein melakukan
update metoda dengan menggunakan hanya 4 gigi
dalam menentukan AE
Pada metode awal radiograf panoramik diambil dari
1446 anak laki-laki dan 1482 anak perempuan dengan
usia 2-20 tahun pada sampel warga Perancis-Canada.
Tabel dan Skema
154
AL QAHTANI
155
ANATOMI JARINGAN PERIODONTAL
Diadaptasi dari Kuliah pakar oleh drg.Hartanti,
Sp. Perio
Selasa, 5 Januari 2016
Penyusun : Monic – Rianda – Amalia
156
A. GINGIVA
Gingiva mucosa rongga mulut mengelilingi gigi dan menutup
ridge.
Fungsi : melindungi jaringan di bawah perlekatan gigi terhadap
lingkungan rongga mulut.
157
Mekanisme pertahanan gingiva mencakup :
1. Aliran saliva (pada sulcus) dan kandungannya (misalnya
Lisosom, Imunoglobulin A)
2. Pergantian sel dan deskuamasi permukaan
3. Aktivitas mekanisme imun
GINGIVA SEHAT :
158
BAGIAN – BAGIAN DARI GINGIVA :
HISTOLOGIS GINGIVA
1. Epitel
2. Jaringan Ikat
3. Pembuluh Darah
4. Serabut Darah
5. Cairan Gingiva
160
Jaringan Ikat / Lamina Propria -> terbentuk anyaman bundel
serabut kolagen yang berjalan pada substansi dasar dan
mengandung : fibroblast, histiosit, pembuluh darah sarah,
limfosit, sel plasma dan sel dari sistem pertahanan tubuh.
Pembuluh Darah
Gingiva mempunyai suplai darah dari 3 sumber :
Pembuluh Supraperiosteal
Pembuluh Ligamen Periodontal
Pembuluh Alveolar
Serabut Saraf
Inervasi gingiva mengambil maksila dan mandibula cabang m.
Trigeminal.
N. Superior alveolaris -> Buccal gingiva post Rahang
Atas
N. Infraorbital -> Facies gingiva incisor max dan cuspid
N. Nasopalatinus -> palatal gingiva ant RA
N. Anterior palatal -> post Rahang Atas
N. Buccal -> buccal gingiva Molar dan Premolar
N. Mentale -> facies gingiva anterior
N. Lingual -> lingual gingiva
Inervasi Gingiva Rahang Atas (RA)
1. Gingiva buccal Post RA -> diinervasi n. Alveolar
superior
2. Gingiva facies anterior RA -> cabang labial n.
Infraorbitalis
3. Gingiva pal ant RA -> n. Nasopalatinus
4. Gingiva palatal posterior RA -> n. Palatinus anterior
Inervasi Gingiva bawah
1. Gingiva buccal gigi Rahang bawah : n. Buccalis
2. Gingiva facies gigi anterior Rahang bawah : n.mentalis
3. Gingiva lingual seluruh Rahang bawah : n.lingualis
161
Cairan Gingiva
Gingival crevicular fluid (GCF) -> disekresi dari jaringan ikat
gingiva ke sulcus melalui epithel sulkular
Fungsi :
a) Pembersihan sulkus secara mekanis, mengeluarkan sel
epithel yang lepas, leukosit, bakteri dll
b) Protein plasma -> mempengaruhi perlekatan epithelial ke
gigi
c) Mengandung agen antimikrobial (misal Lisosin)
d) Membawa leukosit PMN dan makrofag utk membunuh
bakteri
e) Sekresi naik saat hamil, inflamasi, mastikasi
f) Parameter kondisi kesehatan jaringan
B. JARINGAN PERIODONTAL
Sering disebut membran periodontal, lebar 0,1 – 0,4 nm
Ligamen adalah ikatan yang menghubungkan 2 tulang.
Menghubungkan gigi ke tulang, menopang gigi dan menyerap beban
yang mengenai gigi
Ligamen periodontal terdiri jaringan ikat berkolagen yang tersusun
pada matriks substansia dasar yang dilalui Pembuluh Darah dan saraf.
Ligamen periodontal berwarna putih mengelilingi akar gigi dan
melekat pada processus alveolaris
Ruang ligamen bervariasi sesuai umur, lokasi gigi, dan besar tekanan
Bundel serabut yang berinsersi di sementum dan ujung lain di
dinding soket serabut SHARPEY
Melekat pada processus alveolar
162
Serabut Oblique : Merupakan komponen utama berjalan dari
cementum ke arah coronal alveolar bone -> menahan gigi di
soket -> menahan tekanan mastikasi dan menyalurkan ke
alveolar bone
Serabut Apikal : berasal dari cementum bagian apikal ke dasar
soket.
Serabut Interadikuler : terletak di daerah furkasi ( Hanya
dimiliki oleh molar karena mempunyai percabangan akar)
Serabut Transeptal : ada di daerah interproks alveolar bone
crest dan menyelimuti sementum yang berbatasan dg gigi
Serabut ini yang bertugas merekonstruksi kerusakan alveolar
bone
Mirip gingiva karena tidak mempunya osseous attachment.
163
Substansia dasar ligamen periodontal : matriks amorfus dari
proteoglikan -> berperan pada absorbsi stress fungsional.
Pocket periodontal
Hub
Cementum dan tulang alveolar putus
164
C. CEMENTUM
165
2. Sementum sekunder/seluler terbentuk setelah erupsi
gigi dan merespon terhadap fungsi.
Fungsi Sementum:
1. Pelindung akar
2. Penyangga gigi terhadap jaringan periodontium yang lain
3. Memberi makanan utama fosfor
4. Sebagai nutritif.
D. TULANG ALVEOLAR
Tulang alveolar (processus alveolaris) adalah bagian tulang rahang
(maxilla dan mandibulla) yang akan membentuk dan mendukung
socket (alveoli) gigi,
Alveolus merupakan lubang dimana akar gigi melekat
Bagian dari rahang dimana akar gigi tertanam, mengikat gigi dalam
suatu relasi dengan lainnya.
Tulang alveolar terdiri dari 2 bagian pokok:
Tulang kompak lempeng kortikal terdapat di bagian facial,
lingual dan palatal.
Tulang konselous (spongi) berlubang seperti bunga
karang/trabekula kol terdapat di sekitar akar gigi yang
membentuk socket/lamina kribosa.
166
KOMPOSISI TULANG ALVEOLAR
1. Cells of Alveolar Bone : osteoblas, osteoklas, osteosit
2. Extracellular matrix :
terdiri atas 2/3 bahan anorganik (kalsium dan fosfat) dan 1/3
bahan organic (kolagen tipe I dengan sedikit protein nonkolagen).
Osteoblas membentuk matrix organic yang mengandung kolagen
disebut osteoid (prebone) yang kemudian terkalsifikasi
membentuk tulang (bone).
Osteoblas yang terjebak dalam matrix tulang akan menjadi
osteosit , berlokasi dalam lacuna (ruang dalam tulang) yang
berkoneksi melalui celah kecil disebut canaliculi.
Resorbsi tulang terkait dengan sel bernama osteoklas yang
merupakan sel multinucleated dan ditemukan pada permukaan
tulang yang cekung (Howship‟s lacunae)
Di dalam tulang alveolar, lacuna terdapat pada periosteal (outer),
endosteal (marrow) maupun permukaan ligament periodontal
pada tulang.
167
MORFOLOGI PREMOLAR
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Indri
Kurniasih,M.MedEd
Senin, 14 Desember 2015
Penyusun: Amalia
168
Aspek Buccal
Aspek Buccal
Convex
Incisal ridge berbentuk huruf V
Ada crista berjalan dari oklusal menuju servikal yang
disebut crista buccalis. Dimana crista buccalis ini
membagi menjadi dua bagian, yakni:
a. Facies mesio buccal
b. Facies disto buccal
Aspek Oklusal
Memiliki 2 cusp, buccal dan lingual
Cusp buccal lebih besar dan tinggi
Cusp palatal tajam
Puncak cusp buccal terletak di tengah, mir (mesio
incisal ridge > disto incisal ridge)
Puncak cusp palatal lebih ke arah mesial
Groove berbentuk huruf V
Facies occlusal berbentuk heksagonal
169
Aspek Oklusal
Aspek Palatal
Aspek Proksimal
170
Mesial Distal
171
Aspek Radix
172
Aspek Oklusal
Aspek Oklusal
173
Mesio incisal ridge (mir) < disto incisal ridge (dir)
(Aspek Oklusal)
Aspek Facial
Convex (kronenflucht)
Aspek Lingual
Aspek Radix
174
Akarnya meruncing ke bawah
(Aspek Radix)
D. Premolar Kedua Rahang Bawah
175
Aspek Oklusal
(Aspek Oklusal)
176
Aspek Radix
Memiliki 1 radix
(Aspek Radix)
177
E. Referensi Tambahan
Premolar atas dan bawah mempunyai fungsi yang sama dengan molar
yakni untuk:
a. Mengunyah makanan;
b. Memelihara dimensi vertikal wajah (diantara hidung dan
dagu);
F. Daftar Pustaka
2. Kraus BS, Furr ML. Lower first premolar. Part I. A definition and
classification of discrete morphologic trait. J.Dent Res 1953;
32:554.
179
3. Ludwig FJ. The mandibular second premolar: morphologic
variation and inheritance. J.Dent Res 1957; 36:263-273.
G. Pustaka Umum
180
MORFOLOGI MOLAR
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Indri
Kurniasih,M.MedEd
Selasa, 15 Desember 2015
Penyusun: Dhila - Riska
Occlusal Aspect :
Bentuk belah ketupat/jajaran genjang (rhomboidal)
4 tonjol (mesio bukal, disto bukal, mesio palatinal, dan disto
palatinal)
Tonjol terbesar : mesio palatinal
Tonjol terkecil : disto palatinal
66% ada TAC (Tubercullum Anomali
Carrabelli)
Fissura seperti H miring
Bucal Aspect :
Lebih lebar dan lebih datar daripada palatal
Mesio distal sebelah bucal lebih pendek dari
bucco palatinal
181
Distal Aspect :
Halus & konvex
Tonjol disto palatal lebih kecil
Mesial Aspect :
Datar
Sering ada tonjol tambahan di mesio palatinal
disebut TAC
Radix :
3 radix, 2 di bucal, 1 di palatinal
Radix palatinal yg terpanjang, terbesar, ter-divergen
Mesio bucal lebih lebar dari distal
Disto bucal merupakan sisi terkecil
Pulp kanal 3
divergen
Occlusal Aspect :
Ada 3 tipe tonjol :
Tipe 1 : bertonjol 4
Tipe 2 : bertonjol 3, disto palatal tereduksi
Tipe 3 : tonjol seolah tertarik hingga berbentuk oval
Tipe 1 occlusal bentuk belah ketupat/jajaran genjang/rhomboidal
Tonjol 2 di bucal, 2 palatal
Tonjol terbesar pada mesio palatinal dan terkecil pada disto palatinal
Fissur H miring
Radix :
182
3, 2 bucal, 1 palatinal
Pulpa canal 3
Occlusal aspect
Bentuk pentagonal (Brand) / hexagonal (wheller)
5 tonjol, 3di bucal, 2 di lingual
Tonjol terbesar mesio bucal, terkecil disto buccal
Bucal
Konvex dg kronenflucht
Ada sulcus yg berjalan ke oklusal menjadi fissura
Lingual
Datar/vertical
Tonjol lebih tinggi dari tonjol bucal
Radix
2, 1 di mesial, 1 di distal
183
Mesial lebih tebal & besar
Canal pulp 3, 2 di mesial, 1 di distal
Kadang ada akar tambahan, kecil &
bengkok
Akar kalau membelok ke distal
Occlusal aspect
Tonjol 4 dg besar hampir sama
Bentuk rectangular
Fissur berbentuk palang
Tonjol bucal/lingual ada 2 dipisahkan oleh bucal/lingual groove
Bucal
Convex dengan kronenflucth
184
Lingual
Lebih vertikal dan lebih tinggi
Radix
2, mesial & distal
Akar mesial lebih tebal dan lebih lebar
Canal pulp 3, 2 mesial, 1 distal
185
MORFOLOGI GIGI DECIDUI
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Likky
Tiara Alphianti, M.DSc., Sp.KGA
Senin, 21 Desember 2015
Penyusun: Monic
4. Klasifikasi/ maturasi
- Enamel
- Dentin
5. Erupsi
186
- Ruang pulpa lebih besar
- Email dan dentin tipis
- Warnanya lebih putih
- Kontak proksimal lebih luas
- Tidak terdapat mamelon
2. Incisivus rahang atas
- Bentuk giginya lebih kotak
3. Incisivus rahang bawah
- central lebih simetris, DIR lebih membulat
4. caninus
- pada maxilla lebih panjang dan tajam
- pada mandibula lebih kecil
5. molar 1 rahang atas
- bentuknya lebih unik memiliki 3 cups
6. molar 1 rahang bawah
- memiliki 4 cups, sudut yang membagi pada oklusal
7. molar 2 rahang atas dan awah
- bentuknya sama tapi ukurannya lebih kecil yang –
lupa qi -,,-
8. pulpa desidui
- ruang pulpa besar, kamar pulpa dangkal
- tanduk pulpa lebih dekat ke permukaan oklusal
- saluran akar tidak beraturan
9. akar desidui
- pada gigi desidui anterior bagian mesio distal lebih
sempit
- gigi desidui posterior akarnya lebih panjang dan tipis
pit= titik
cup= tonjol
grove/fissura= cekungan
prostrusive; gigi maju
necrose; gigi sudah mati [menghitam]
natal teeth; bayi lahir langsung sudah ada giginya, harus
dicabut giginya
187
ASPEK BIOLOGI JARINGAN
PERIODONTAL DAN CAIRAN SULCUS
GINGIVA
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg.Sartika
Puspita,M.DSc
Selasa, 29 Desember 2015
Penyusun: Zeny
PERIODENSIUM
Periodosium sering disebut juga jaringan periodontal
Adalah jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi geligi
Secara anatomis jaringan periodontal terdiri dari:
1. Gingiva
2. Ligamen periodontal
3. Tulang alveolar
4. Sementum
NORMAL GINGIVA
Colour : merah muda
Contour :
Consistency : kenyal, lentur, liat
Shape : tajam pada papilla intradental
Texture : berbintik-bintik seperti kulit
jeruk
188
GINGIVA
Bagian dari mukosa rongga mulut yang menutup prosesus
alveolaris dan mengeliling bagian leher gigi.
Merupakan bagian terluar dari jaringan periodontal yang nampak
secara klinis.
Gingiva dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. marginal gingiva
b. attached gingiva
c. Interdental papilla
A. Marginal Gingiva
Disebut juga Gingiva Tepi atau Gingiva Bebas atau Free
Gingiva
189
Bagian gingiva yang paling koronal, menutupi leher gigi,
namun tidak melekat sehingga merupakan dinding sulkus.
Sulkus : kantung gusi yang dibatasi oleh gingiva bebas, epitel
cekat, dan permukaan gigi.
Epitel cekat terletak di dasar sulkus, melekat pada gigi,
sekitar 1 mm sebelah apikal dari CEJ.
Batas gingiva tepi dengan gingiva cekat disebut : Free
Gingival Groove / Marginal Groove
B. Attached Gingiva
Disebut juga gingiva cekat.
Suatu pita daerah mukosa yang berkeratinyang berwarna
merah muda, yang melekat erat pada tulang dibawahnya.
(anatomi woefl gigi hal 212)
Di sebelah apikal dari gingiva tepi, melekat pada permukaan
sementum dan tulang alveolar.
Lebar bervariasi 1 – 9 mm tergantung tiap gigi, kedudukan
gigi, letak frena atau perlekatan otot. Batas gingiva cekat dan
mukosa alveolar disebut : Mucogingival junction.
C. Interdental papilla
Letak di bagian interproksimal gigi geligi
Interdental papilla bagian fasial dan lingual dihubungan oleh
“col” --- semacam lembah yang berada di bawah kontak area.
Bentuk interdental papilla tergantung dari ruang
interproksimal antar gigi geligi.
Letak gigi pada lengkung rahang juga menentukan bentuk
interdental papilla
Gingiva interdental atau papilla interdental merupakan bagian
gingiva bebas dia antara dua gigi tetangga. (anatomi woefl
gigi hal 211)
190
Gambaran Klinis Gingiva Normal
Warna : merah jambu (coral pink)
Bentuk : tepi tajam berbrntuk kerah baju (collar like), sesuai
ruang interproksimal.
Konsistensi : kenyal, melekat pada struktur di bawahnya.
Tekstur : pada margin gingiva halus/licin, pada attached
gingiva teksturnya khas – stippling Ukuran : tergantung
elemen seluler, interseluler, dan suplai vaskuler. Kondisi
patologis --- gingiva membesar.
191
Faktor Berpengaruh Dalam Aliran GCF:
Kondisi terinflamasi
Hormon estrogen dan Progresteron meningkatkan
permeabilitas pemb darah gingiva
Faktor kemotaktik yang terdapat dalam plak
Serabut kolagen pada Gingiva
Gingiva memiliki serabut kolagen, berfungsi mengencangkan
marginal gingiva dan memberi kekenyalan pada attached
gingiva
Disebut GINGIVAL FIBERS
Terdapat 3 kelompok gingival fibers:
Ø gingivo-dental Ø transeptal Ø sirkular
1. Margin gingiva
3. Permukaan periosteum
LIGAMEN PERIODONTAL
Sering disebut : membran periodontal
Ligamen periodentium merupakan ligament yang sangat tipis
terdiri atas banyak serabut yang menghubungkan permukaan
luar akar gigi (yang dilapisi sementum) dengan lapisan tipis
tulang padat (lamina durs) membatasi setiap alveolus atau
soket gigi.( woefel anatomi gigi hal 209)
Terdiri dari serabut kolagen (prinsipal)
192
Ada 4 kelompok : 1. Alveolo-crestal
2. Horizontal
3. Oblig
4. Apical
skema liagamen periodontal
Fibrolas
Osteoblas
Osteoklas
Sementoblas
Sel mesenkim (tdk terdiferensiasi)
193
194
ASPEK BIOLOGI STRUKTUR
JARINGAN
KERAS GIGI
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh drg. Sartika
Puspita, MDSc
Selasa, 29 Desember 2015
Penyusun: Ezky
A. ENAMEL
B. DENTIN
C. SEMENTUM
Struktur Email:
1. Perikymata, terbentuk dalam waktu 11,4-26 hari
2. Garis Retzius, membentuk 45 derajat dengan prisma-prisma enamel.
Di antara prisma-prisma ini terdapat substansia interprismata.
3. Lamela enamel
4. Semak enamel
5. Ujung Tome‟s fibre ujung odontoblas yang dijumpai pd enamel
195
Substansia Interprismata berisi materi organik
Prisma enamel berisi materi anorganik (hydroksiapatit+air)
Permeabilitas
Pada enamel gigi mature mineral Hydroxiapatite (anorganik) 90%
organik matrix (CO3 2-(karbonat), PO4, PO43-,Na+,Ca2+)
Air 4-12% dikandung dalam ruang Intercrystalline dan dalam
jaringan micropores yang terhubung kearah permukaan eksternal
Hydroxy apatit - Ca10(PO4)6(OH)2 - 3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2 -Ca5
{OH(PO4)3} jarang dijumpai.
Apatein(Yunani) = bertukar
Unsur OH- (Hydroxyl) amat mudah bertukar dengan mineral lain
contoh:
Dengan F- kelarutan enamel berkurang (Baik)membentuk flour
apatit dengan sifat: keras, kuat dan tahan terhadap asam.
CO3 2-(karbonat) kelarutan meningkat (Tidak baik)membentuk
karbon apatit dengan sifat lunak.
Micropores membentuk hubungan yang dinamik antara kavitas oral
dan sistemik, pulpa dan cairan tubulus dentin
Pada gigi mengalami dehidrasi sebagai akibat bernafas melalui
mulut pada malam hari (saat tidur)atau pada saat pemasangan rubber
dam (sebagai isolasi pada perawatan gigi) terlihat enamel chalty dan
lebih terang kondisi ini reversibel kembali lembab karena lingkungan
oral warnanya kembali normal
Enamel bersifat semipermeabel berbagai cairan ion-ion dan substansi
dengan bocomesial rendah (apakah merusak atau terapeutik) dapat
berdifusi melalui enamel.
Mekanisme difusi pada enamel bersifat dinamis dan tidak terbatas
pada permukaan gigi. Tetapi dapat berdifusi masuk kedalam enamel
gigi.
Misal pada saat : fluoride uptake, bleaching vital (ekstrakoronal) ion
fluor dan On tidak hanya bereaksi dengan permu./kaan enamel tetapi
juga dapat berdifusi ke dalam email
Perubahan warna yang terjadi secara bertahap dan peningkatan
ketahanan terhadap karies merupakan 2 hasil dari terpaparnya enamel
semipermeabel sepanjang hidup terhadap elemen-elemen ling oral
menjadi struktur mineral gigi
196
Berubahnya gigi dewasa menjd lebih kuning disebabkan trace
element dalam struktur (mineral gigi + sclerotic dentin)
Sclerotik dentin merupakan suatu bentuk pertahanan karena ada jejas
dengan cara berubah menjadi lebih keras.
Permukaan enamel menguntungkan dengan adanya saliva dan bahan
pasta gigi yang mengandung flouride meningkatkan konversi
hidroksiapatite menjadi lebih besar, lebih stabilnya kristal-kristalnya
dengan terbentuknya flourhydroksiapatite atau flourapatite.
Meningkatnya umur (aging) perubahan hyposalivasi - terjadi
perubahan warna – penurunan kelarutan asam – volume micropore -
kandungan air dan - permeabilitas enamel
Pewarnaan (colorization)
Enamel translusen: bening, transparan dan memantulkan cahaya
Pewarnaan tergantung ketebalan enamel dan warna dentin
Ketebalan enamel
Rata-rata ketebalan email dari puncak tonjol adalah 2,5mm untuk
gigi posterior dan ke arah incisal edge 2,0mm untuk gigi anterior.
Ketebalan enamel menurun sampai di bawah kedalaman fissure
oklusal dan berbentuk taper sampai di daerah servikal pada
pertemuan dengan sementum atau dentin akar
Pada gigi anterior dewasa muda translusensi keabu-abuan/agak
sedikit berwarna kebiru-biruan pada incisal edge
Warna lebih kekuningan dijumpai pada daerah servikal dimana warna
dentin memantul karena pada daerah tersebut enamelnya tipis.
Pada pertemuan enamel dan sementum 10% terlihat ada gap sehingga
dentin terpapar hypersensitive
197
Warna enamel juga dapat menunjukkan adanya perubahan pada
enamel yang mengalami demineralisasi pada gigi-gigi karies
critical diagnostic
WEAR
Kekuatan enamel logam dengan parameter Knoop Hardness
Enamel : 343 Knoop Hardness
Dentin : 68 Knoop Hardness
Enamel 5 X lebih kuat dari Dentin
198
Atrisi / kontak friksi (gesekan) dengan gigi yang berlawanan atau
bahan restorasi yang lebih keras, contoh: Porselen
CONTACT WEAR
Untuk enamel 29μm/tahun
Bahan-bahan yang menggantikan enamel/fungsi enamel harus
memiliki sifat:
Compatibel wear
Smoothness
Strength
Komposit merupakan bahan yang aman untuk restorasi gigi yang
kuatnya seperti email
Adanya oklusal wear yang berat terlihat bentuk kuspal dari membulat
menjadi datar atau terbentuk facet yang rata
B. STRUKTUR DENTIN
Menyerupai struktur tulang
Mengalami meneralisasi dan memperoleh matriks ekstraseluler dari
pulpa
Komposisi: - Mineral 69.3%, - Organik 17.5 %, - Air 13.2 %
Bagian-bagian dentin :
Dentin Intertubuler
Dentin Peritubuler
Tubulus Dentin berisi: tonjolan odontoblast, bahan organik dalam
ruang periodontoblast
PERMEABILITAS DENTIN
Karena terdapat struktur tubulus dentin
199
Tubulus dentin dibentuk ketika deposisi dan mineralisasi matriks
predentin di sekitar odontoblast
Volume / besar tubulus dentin dan Jumlah Tubulus Dentin
Pertengahan dentin
Perifer Dekat pulpa
1. Dentin Peritubular
Mineralisasi dari dentin intertubular
Matrix Organik <Penyempitan tubulus dentin pada umur lanjut
pertumbuhan dentin peritubular
2. Tonjolan Odontoblast
Fibril-fibril Jaringan lunak melalui tubulus dentin
Berada pada dentin –predentin junction
Pemisah tonjolan odontoblast dan tubulus dentin
Ruang Periodontoblastic
2. Kolagen
Suatu jaringan ikat yang akan mengikat mineral-mineral seperti
hidroksi apatit
Berisi kolagen tipe III
Sering dalam lumen tubulus dentin
Berperan dalam penurunan permeabilitas dentin
4. Serabut Saraf
Pada daerah Khusus dari dentin
Penetrasi ke dalam tubulus tidak lebih dari 100-150 μm
5. Cairan Dentinal
Protein = Plasma Tubuh
Berada pada Tubulus Dentin Dasar hipotesis hidrodinamis
sensitifitas dentin
INERVASI DENTIN
Dentin mempunyai Jaringan Saraf Masih diperdebatkan
Pendapat ahli :
Tidak mempunyai saraf
Persarafan sampai predentin
200
Pada Inner dentin (Byres, 1984) Serabut saraf mula-mula berjalan
sejajar sumbu panjang gigi cabang terminal berakhir di odontoblas
Pola persarafan tidak tergantung pada jenis gigi tetapi: Ketebalan
predentin > Jalanan saraf kompleks
201
iii. Panas(bor) penggumpalan serat Tom‟s kean tekanan pada
protoplasma tubulus dentin penekanan ujung saraf bebas sakit
iv. Rangsangan Acth dilepas pH protein
202
Dentin danPredentin
203
GANGGUAN DAN KELAINAN THT
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh dr.Asti
Widuri
Rabu, 16 Desember 2015
Penyusun: Mutya
Fokal Menutupi
infeksi penyakit
Radang Provokator
Memperberat
gigi tumor
penyakit
Sinusitis Osteomelitis
Maksilaris Rahang
Bau
Mulut
Fokal infeksi :
Salah satu sisi geraham ada masalah. Pasien selalu mengunyah pada satu sisi.
Jika ada geraham yang tidak digunakan jadi ada penumpukan cerumen.
Lakukan Palpasi
Provokator Tumor
Gigi atas dan bawah tidak pas/sesuai sehingga ada gangguan mekanis yang
terus menganggu.
205
Bahan kimia-> iritasi kronis, lesi berybag menjadi lesi kanker
Bernafas Saliva
Melalui mulut kental
BAU
Hiperasiditi
Karies
Dentis MULUT
Periapical abscess
Penyakit Periodontal
Infected dental cyst
Dental material in antrum
Oroantral communication
1. Periapical abscess
206
2. Periodontal diseases
• Infeksi
•Berhubungan dengan sinus maxillary melalui kantong periodontal
207
Implant
Root canal overfilling
5. Oroantral communication
Ekstraksi gigi (biasanya tidak langsung. Tindakannya sudah beberapa
waktu, sinusitis nya baru muncul)
208
meningkatkan area permukaan mucosa
Resonansi suara
Functional importance:
Patofisiology.
Bacteriological studies
209
Aerobes : 𝛼-hemolytic Streptococcus spp., microaerophilic
Streptococcus spp., Staphylococcus aureus
Infeksi gigi
Trauma maxillary
supernumerary teeth
periapical granuloma
inflammatory keratocyst
Operasi gigi
210
Mengelola CMRS odontogenik
211
Origins of Referred Otalgia
Inervasi telinga disebabkan oleh empat saraf kranial (CN), V, VII, IX dan X,
serta dua superior cervical plexus nerves, C2 dan C3.
Ludwig’s Angina
212
Infeksi kulit yang terjadi di dasar mulut, di bawah lidah. Ini sering
berkembang setelah infeksi akar gigi (seperti abses gigi) atau cedera
mulut.
Fascial planes
Clinical
CT scan
Pada gigi bawah-> Pemeriksaan Panoramic/rontgen panoramic
Historical
Karies Gigi
Demam
Compromised host
Co-morbidities (diabetes)
Gejala
Demam
Nyeri leher
Sulit menelan
Sulit bernafas
Sakit telinga
Trismus
Tongue elevation
No fluctuance
Drooling
Treatment
pada oral
214
Serious deep space infection
Konsultasi Bedah/operasi
ICU
215
NEUROVASCULAR OF HEAD AND
NECK
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh dr. Sjafiq PA
Senin, 30 November 2015
Penyusun: Aryani
216
Klasifikasi Pembuluh Darah
217
218
(a) Sirkulasi arteri pada otak, juga termasuk arteri carotis
(b) Vena pada kepala dan leher, aspek superficial kanan
(c) Sinus vena dural pada otak
219
Sinus vena dural
Nama Mengalir ke
Inferior sagittal sinus Straight sinus (sinus lurus)
Superior sagittal Biasanya menjadi sinus melintang kanan atau
sinus pertemuan sinus
Straight sinus Biasanya menjadi sinus melintang kiri atau
pertemuan sinus
Occipital sinus Pertemuan sinus
Confluence of Sinus transversal kanan dan kiri
sinuses
Sphenoparietal Sinus cavernous
sinuses
Cavernous sinuses Sinus petrosal superior dan inferior
Superior petrosal Sinus transversal
sinus
Transverse sinuses Sinus sigmoid
220
Inferior petrosal Vena jugularis interna
sinus
Sigmoid sinuses Vena jugularis interna
Arteri
222
- Otak
10. Cerebri tengah - Cabang terminal ke
otak
- Cabang terminal ke
otak
Kepala dan leher hampir seluruhnya disuplai oleh arteri carotid comunis
(common).
Arteri membawa darah mengandung oksigen dari jantung melebar dan
berkontraksi
dengan kekuatan pompa. Pada sebelah kiri arteri carotid comunis dijumpai
pada sisi
223
lateral leher dibawah otot sternocleidomastoid. Pada kartilago tiroid arteri
carotid
comunis bercabang menjadi arteri carotid internal dan arteri carotid
eksternal.
224
Circulus arteriosus cerebri (circulus WILLISII);
Fungsi lingkaran arteri Willisi adalah Penting dalam mengontrol suplai darah
ke otak ketika tekanan bervariasi dalam satu atau lebih dari arteri utama
225
Vena pada kepala dan
leher
226
karotis lateral karotid internal anterior vagus. Bergabung dengan
subclavia untuk membentuk vena brachiosephalica (di persimpangan, ia
memiliki katup). KANAN biasanya lebih besar dari kiri. Dalam getah
serviks bening menjalankan sepanjang panjangnya biasanya posterior
dan lateral
o tributaries : wajah , bahasa, faring , tiroid superior dan tengah ,
vena oksipital
o terhubung ke anterior leher via cabang vena communicating
o vena facial : drainase vena untuk wajah : dimulai dengan penyatuan
vena supraorbital / supratrochlear
o koneksi dengan sinus kavernosus melalui vena mata unggul dan
dengan pleksus pterygoideus melalui vena wajah dalam ( karena tidak
ada katup , infeksi apapun bisa mendapatkan dari wajah ke sinus
dalam) ; lihat di atas pada pembuluh darah pada mata !
o menerima cabang dari vena retromandibular ; keluar ke vena
jugularis interna
227
Suplai arteri pada
otak
Sinus pada
otak
228
Kelenjar getah bening (limfa) di regio mulut dan
faring
229
Pasokan vena ke otak
230
231
NYERI NEUROPATI &
CEREBROVASCULAR
Diadaptasi dari Kuliah Pakar oleh Dr. dr. Tri
Wahyuliati, Sp. S., M. Kes
Selasa, 15 Desember 2015
Penyusun: Aryani
Pengertian Nyeri
Nyeri menurut International Association for the Study of Pain
(IASP)adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan tersebut Merskey,
Qual Life Res 1994;3(suppl 1):569-76
Nyeri adalah tanda vital kelima
The American Pain Society mengatakan pentingnya pemantauan dan
mengelola rasa sakit pada pasien
Klasifikasi Nyeri (berdasarkan patofisiologi)
Nyeri nosiseptif (stimulus dari struktur somatik dan viseral)
Nyeri neuropatik (stimulus diproses sistem saraf secara abnormal)
Nyeri Nosiseptif
Rasa sakit yang disebabkan oleh cedera atau penyakit luar sistem
saraf, sensitisasi dari nosiseptor perifer, reseptor khusus yang
mentransduksi stimulus noksius.
Hal ini sering merupakan rasa nyeri yang sedang berjalan atau
tekanan, tajam, trauma.
Nyeri tidak menyebar
Saraf normal
Dapat ditenangkan oleh analgesik
232
Contoh nyeri nociceptive kronis termasuk nyeri dari kanker atau
arthritis.
Nyeri neuropatik
rasa sakit yang disebabkan oleh kerusakan jaringan saraf. Hal ini
sering merasa sebagai pembakaran atau menusuk rasa sakit.
Nyeri dijalarkan
Kerusakan disistem saraf itu sendiri
Salah satu contoh dari nyeri neuropatik adalah "saraf terjepit."
Klasifikasi nyeri
233
Kerusakan pada jaringan akan menimbulkan beberapa reaksi kimia,
seperti pada tabel diatas.
2. GABA
3. Asetilkolin
4. Adenosin
5. ATP
6. Serotonin
7. Proton
234
8. Neuropeptida bradikinin dan substansi-P
9. Norepinefrin
SISTEM SARAF
Sistem saraf pusat
- Otak
- Medulla spinalis
Sistem saraf tepi
- Anatomis nervi craniales, nervi spinales
- Fungsional somatic, visceral, enterik
Saraf perifer
Terdiri dari:
Axon bundel
Sel Schwann
Jaringan ikat
Endoneurium
Perineurium
Epineurium
a. sensitisasi nosiseptor
b. tunas kolateral
c. naiknya aktivitas akson yang rusak dan tunas-tunasnya
d. hantaran impuls abnormal dari sel ganglion radiks dorsalis
e. invasi ganglionik radiks dorsalis oleh serabut pasca ganglionik
simpatis
f. pergantian fenotipe
235
2. Pada Sistem Saraf Pusat
236
Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron aferen primer
ke cornu dorsalis medulla spinalis. Pada cornu dorsalis ini, neuron aferen
primer bersinap dengan neuron susunan saraf pusat, dari sini jaringan neuron
akan naik ke atas di medulla spinalis, batang otak dan thalamus.
(buku ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi V, Aru W Sudoyo, dkk. Hal
2484)
237
Encephalon – saraf pusat, yang menerjemahkan rangsang nyeri
238
Susunan Saraf Tepi
239
Segmen tulang belakang dengan jaringan system saraf
240
anterior, posterior
241
Hubungan sumsum tulang belakang dengan saraf
242
Diagram dari segmen kabel informasi modus menunjukkan tulang belakang
dari syaraf tulang belakang yang khas dan hubungan bruto materi abu-abu
dan putih. Dicatat rootlets saraf dorsal dalam satu baris linear tunggal:
rootlets ventral dalam tiga atau lebih baris.
243
Saraf tulang belakang
244
Tulang Belakang
C4 diafragma T2 – T2 intercostales L3
quadriceps
C5 bahu T7 – L1 perut L4 – L5
harmstrings-lutut
245
C7 – C8 jari S2 – S3 kandung kemih
Sensori Dermatom
TERMINOLOGI NYERI
1. Nyeri Nosiseptik : Nyeri yang disebabkan oleh cetusan spontan pada
nosiseptor atau inflamasi pada kerusakan jaringan yang dikarenakan
adanya stimuli langsung.
246
4. Hiperalgesia : Respons yang berlebihan terhadap stimulus yang
secara normal menimbulkan nyeri.
247
intensitas stimulus digambarkan oleh kurva di sebelah kanan, di mana
bahkan rangsangan yang kuat tidak mengalami rasa sakit. Namun, cedera
traumatis dapat menggeser kurva ke kiri. Kemudian, rangsangan berbahaya
menjadi lebih menyakitkan (hiperalgesia) dan biasanya rangsangan rasa sakit
yang dialami sebagai nyeri (allodynia).
251
252
ASSESMEN NYERI
INISIAL
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
o Pemeriksaan Neurologik
253
Skala Nyeri
254
Skala nyeri yang di gunakan untuk mengetahui skala nyeri pada anak-anak
PENATALAKSANAAN NYERI
o Prinsip penatalaksanaan
AKUT : terutama pemberian analgesik dan hilangkan penyebab
KRONIK : (pilih sesuai gejala individual)
1. Medikasi: analgesik, antidepresan, trankuiliser,antikonvulsan, steroid,
anestesi lokal.
2. Pembedahan: bedah spinal, operasi eksplorasi, potong saraf, lesi
radiofrekuensi.
3. Injeksi: anestesi lokal, steroid, dan fenol.
4. Pompa obat spinal.
5. Fisioterapi: fisioterapi pasif, fisioterapi aktif.
6. Stimulasi: TENS, akupunctur, stimulasi kolumna dorsalis
7. Tx psikologik: hipnosis, relaksasi, tx kognitif / perilaku
255
TERAPI NYERI
256
TERAPI NYERI
257
Tahap Analgesia menurut WHO
258
Pengobatan
259
Allodynia dingin Perubahan neuroplastik pusat Tricyclic anti
karena membuka sel sensitive depresan,
dingin lamotrigine
Mekanisme allodynia dinamis Perubahan neuroplastik, Ketamine,
reorganisasi sinaptis amantadine,
memantine,
dextromethorphan,
gabapentin
Mekanisme allodynia statis Sensitisasi nociceptor-C Lidocaine,
mixeletine,
phenytoin,
carbamazepine,
oxcarbazepine,
lamotrigine
Mekanisme allodynia Perubahan neuroplastik melalui Lidocaine,
campuran serabut A mixeletine,
phenytoin,
carbamazepine,
oxcarbazepine,
lamotrigine
Allodynia adalah suatu kondisi dimana rangsang yang tidak berbahaya,
misalnya tekanan, sentuhan ringan dirasakan nyeri hebat.
260
GANGGUAN DAN KELAINAN PADA
MATA
Diadopsi dari Kuliah Pakar dr. Yunani S. Sp.M
Editor oleh : Rizqi
Selas, 6 Januari 2016
261
Di antara iris, lensa, dan korupus siliaris mata posterior, yang kedua-duanya
berisi humor akuoeus.
Keluhan pada maya yang utama adalah Mata Kabur, Mata Merah,
dan Lainnya berupa mata gatal, bengak, ada benjolan di mata atau kelopak
mata, dan sebagainya.
A. MATA KABUR
Kelainan refraksi
Pada mata Miopi, bayangan sinar jatuh di depan makula (pusat pengelihatan
di retina), sehingga harus di tolong dengan lensa konkaf (-) atau cekung.
262
Mata penderita hipermetropi
B. MATA MERAH
Mata merah bisa disertai dengan keluhan kabur ataupun tidak. Pada
keluhan dengan mata kabur, biasanya sudah menyangkut organ-organ
yang berhubungan dengan media refrakta.
263
MATA MERAH TANPA VISUS TURUN
a. KONJUNGTIVITIS
Adalah infeksi pada konjungtiva. Penyebabnya diantaranya
virus, bakteri, dan alergi. Pada konjungtivitis bakterial,
sekretnya biasanya mukopurulent, sedangkan pada infeksi
karena virus, sekretnya biasanya mukus. Konjungtivitis
vernalis disebabkan karena alergi.
b. BENDA ASING DI
KONJNGTIVA
Benda asing yang
menempel di konjungtiva
seperti „kelilipen‟
c. PERDARAHAN
SUBKONJUNGTIVAL
264
PTERIGIUM EPISKLERITIS
LAIN-LAIN
265
melihat jika kekurangan sumber cahaya. Penyakit ini bisa disebabkan
karena luka, malnutrisi (kekurangan vitamin A) atau sejak lahir.
c. Diplopia (2) : adalah gejala dimana pasien melihat dua tampilan dari
satu objek. Hal ini dapat terjadi ketika satu mata ditutup (diplopia
monokuler), atau hanya ketika kedua mata terbuka (diplopia
binokuler).
Jika jarak dekat berarti N Cranial III yang terkena
Jika jarak jauh brarti N Cranial VI yang terkena
266
PHYSIOLOGY AND
PATHOPHYSIOLOGY OF PAIN
Diadaptasi dari kuliah Dr. dr. Zaenal M. SOFRO,
AIFM, Sport & Circ. Med.
2 Desember 2015
Penyusun : Jihan
Learning Objectives:
[Nyeri : Suatu keadaan yang tidak nyaman secara emosional (cth: rasa resah
dan tidak sabar) sebagai akibat dari kerusakan yang terjadi]
267
Overall principle of sensory physiology:
268
Homonculus sensoric
269
The cortex in 11 easy pieces
• Thermal nociceptors:
Bradykinin
Histamine
High acidity
Environmental irritants
• Polymodal nociceptors:
combinations of stimuli
270
Dorsal column – Medial lemniscal system
271
Afferent neuron thalamus somatosensory cortex
272
Sensory receptor gracile/ cuneate nuclei thalamus
somatosensory cortex
Anterolateral system
PAIN
• Free nerve endings (skin, periosteum, arterial walls, joint surfaces,
falx, tentorium)
• Discriminative
• Neurotransmitter: glutamate
273
• Paleospinothalamic pathway (mostly spinal cord reticular
formation thalamus)[ menggunakan jalur
paleospinothalamic di medial]
• Motivational-affect
274
PS: A & B fibers myelinated; C fiber unmyelinated
Deep pain
• Experimental: hypertonic saline injection periosteum &
ligaments
275
• Lack of A d fibres = lack of bright pain
Muscle pain
• Occlusion of blood supply to the muscle P factor
Visceral pain
• Poor localization, nausea, autonomic symptoms
276
Visceral and parietal transmission of pain from the appendix
Referred pain
• Pain in one visceral organ is referred to an area on the body surface
277
Surface areas of referred pain from different visceral
278
• Role of experience (e.g: maxillary sinusitis; cardiac pain right
arm, abdomen, back, neck)
279
Abnormal pain
• Hyperalgesia stimuli of normally minor pain
exaggerated response
Loss of functions:
PAIN SUPPRESSION
• Analgesia system:
280
• Raphe magnus nucleus of lower pons & upper medulla &
nucleus reticularis paragigantocellularis
• Central inhibition
281
• Stimulation of Ab fibres (gate-control hypothesis; gating in
the dorsal horn)
• Acupuncture
References
282