Anda di halaman 1dari 13

BLOK 1 “BASIC DENTAL SCIENCE”

SKENARIO 1 “GIGI KU BURAM”

DOSEN PEMBIMBING

drg. Widya Puspita Sari, MDSc

DISUSUN OLEH TUTORIAL 4

KETUA : ADE FAQRI (1910070110043)

SEKRETARIS : YODI RAHMAD PUTRA (1910070110044)

ANGGOTA : LILY OKTARIZA (1910070110037)

AMIA PRATAMA (1910070110038)

ANNISA SARI REZEKI (1910070110039)

RESI WIYANTI (SEKRETARIS) (1910070110040)

SONIA BALQIS (1910070110041)

MUHAMMAD FAJRI (1910070110042)

FALLADIRA ADHANI (1910070110045)

RIZA FITRIANI MELTA LUBIS (1910070110046)

NAMIRA Q.M SIREGAR (1910070110047)

MUTHIA NABILA (SEKRETARIS) (1910070110048)


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR.WB

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih kami ucapkan kepada ibu drg. Widya Puspita Sari, MDSc selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing kami dalam kegiatan tutorial yang kami jalani.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Wassalam,

Padang, 3 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan hingga kematangan pada manusia dalam suatu


masyarakat dapat dipelajari dengan memahami berbagai proses fisiologis. Proses ini
dapat bervariasi pada umur dan jenis kelamin, hal tersebut dapat diukur melalui berbagai
ukuran kematangan morfologi gigi dan tulang. Kematangan gigi dapat dinilai melalui usia
erupsi gigi (Kauret al., 2010).

Pemahaman mengenai pertumbuhan dan perkembangan gigi merupakan hal yang


penting bagi seorang dokter gigi dalam merawat pasien anak. Hal ini berkaitan dengan
rencana perawatan yang akan dilakukan (Indriyantiet al., 2006). Waktu bayi dilahirkan,
rahang atas dan rahang bawah penuh terisi oleh benih gigi yang sedang mengalami
kalsifikasi. Proses pertumbuhan rahang akan diikuti oleh erupsi gigi-geligi dalam
lengkung yang baik (Koesoemahardja et al., 2004).

Mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa, manusia mengalami dua pertumbuhan
gigi geligi. Gigi sulung (gigi desidui) mulai erupsi pada usia kurang lebih enam bulan.
Keduapuluh gigi sulung tersebut telah selesai erupsi pada usia kurang lebih tiga tahun.
Kemudian terdapat suatu keadaan dimana gigi sulung dan gigi permanen berada dalam
satu lengkung yang dinamakan periode gigi bercampur. Pada akhir usia dua belas tahun,
hampir seluruh gigi sulung exfoliated atau tanggal dari soketnya dan digantikan oleh gigi
permanen. Gigi permanen tersebut mulai erupsi pada usia kurang lebih enam tahun
sampai usia tujuh belas dan dua puluh satu tahun.

Erupsi gigi mungkin mendapat perhatian yang besar bagi para orang tua, terutama
bagi para orang tua yang baru memiliki anak. Seringkali orang tua berpikir bahwa ada
sesuatu perkembangan yang salah pada anak mereka jika gigi tidak tampak pada saat
yang semestinya. Padahal waktu erupsi gigi sangatlah bervariasi. Banyak faktor yang
mengkontribusi terjadinya variasi ini. Termasuk diantaranya adalah riwayat keluarga,
etnik/ras, vitalitas selama perkembangan janin, posisi gigi di dalam lengkung rahang,
ukuran dan bentuk dari lengkung gigi itu sendiri dan dalam proses erupsi gigi permanen
ketika tanggalnya gigi desidui

Hasil perkembangan yang salah terutama selama pergantian gigi-gigi sulung dengan
gigi-gigi permanen dapat menyebabkan terjadinya anomali pada masa gigi permanen.
Secara normal, gigi sulung akan tanggal beberapa saat sebelum gigi permanen
penggantinya erupsi, namun sering dijumpai adanya gigi sulung yang tetap bertahan pada
lengkung gigi melebihi waktu normal yang disebut dengan persistensi atau over-retained
primary tooth.

1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa ayat dan hadits terkait pertumbuhan dan perkembangan gigi ?
2. Bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan gigi ?
3. Apa saja struktur jaringan pendukung gigi ?
4. Bagaimana gangguan pada proses pertumbuhaan dan perkembangan gigi?

1. 3 Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui ayat dan hadits yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan
gigi
2. Menjelaskan proses pertumbuhan dan perkembangan gigi
3. Menganalisa dan menjelaskan struktur dari jaringan pendukung gigi
4. Mengetahui gangguan apa saja yang terjadi akibat kegagalan pertumbuhan dan
perkembangan gigi
BAB 2
PEMBAHASAN

2. 1 Hadits dan ayat terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan


gigi
2. 2 Proses pertumbuhan dan perkembangan gigi

Tidak semua gigi tumbuh dan berkembang pada waktu yang bersamaan.
Perkembangan gigi pertama pada embrio ditemukan didaerah anterior mandibula dalam
usia sekitar lima sampai enam minggu. Benih gigi berasala dari dua jaringan embrio,
yaitu ektodermal yang akan membentuk organum enameleum dan enameleum serta
jaringan mesodermal yang akan membentuk struktur penunjang gigi termasuk pulpa dan
dentin.

Menurut Harshanur (1991), perkembangan dan pertumbuhan gigi terbagi kedalam tiga
tahap, yaitu:

1. Tahap Inisiasi (bud stage)


Merupakan tahap pembentukan kuntum gigi dari jaringan epitel mulut. Pada
waktu embrio berusia 6 minggu, epitel rongga mulut tersusun oleh lamina
superficialis dengan sel-sel pipih, lamina basalis dengan sel-sel lebih tinggi yang
berasal dari lapisan ektodermal, dan membrana basalis. Lamina basalis ini yang
mengalami proliferasi lebih cepat dan membentuk tonjolan pada lengkung rahang
meluas pada maksila dan mandibula yang menjadi kuntum gigi.Apabial terjadi
gangguan pada tahap ini dapat mengakibatkan anomali pada jumlah gigi, yaitu
bisa berupa anodontia, hyperdontia atau supernumerary tooth.
2. Tahap Proliferasi (cap stage)
Pada tahap ini terjadi:
a) Lapisan mesenkhim atau mesodermal yang disekitar lamina dentalis membiak
dan selanjutnya akan membentuk dentinum dan pulpa dentalis.
b) Sel-sel permukaan papilla dentalis membesar membentuk odontoblastus atau
dentinoblastus.
c) Bagian luar organum enameleum dan papilla dentalis dikitari oleh jaringan
mesenchyma lebih padat sebagai sacculum dentalis.
d) Primordium gigi, papilla dentalis dan sacculus dentalis merupakan jaringan
pembentuk seluruh gigi beserta ligamentum dento-alveolare, sehingga
dinamakan bibit gigi germen dentis.

3. Histodiferensiasi (bel stage)


Terjadi histodiferensiasi seluler, yaitu sel-sel epitel email dalam (inner email
epithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, yang disebut dengan
ameloblas yang akan berdiferensiasi menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari
papila gigi menjadi odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.Bila
terjadi gangguan pada tahap ini akan mengakibatkan anomali pada struktur gigi,
misalnya dentinogenesis imperfecta dan amelogenesis imperfecta.
4. Morfodiferensiasi
Pada tahap ini terjadi pembentukan pola morfologi dan ukuran relatif dari gigi.
Ameloblas, odontoblas dan sementoblas mengendapkan enamel, dentin dan
semnetum serta memberi bentuk dan ukuran yang khas pada gigi. Di ujung lamina
dentis terbentuk lagi tonjolan kedua yang nantinya akan menjadi gigi
permanen.Apabila terjadi gangguan pada tahapin akan mengakibatkan anomali
pada bentuk dan ukuran gigi seperti peg shape, hutchinson’s tooth, Mulberry
molar, makrodontia dan mikrodontia.
5. Tahap intra osseous
Terbagi kedalam dua tahap yaitu:
a) Tahap aposisi yaitu Pengendapan dari matriks enamel dan dentin pada lapisan
tambahan.
b) Tahap kalsifikasiyaitu Pengerasan dari matriks karena pengendapan garam-
garam kalsium anorganik. Dimulai selama pengendapan matriks oleh endapan
nidus kecil dan selanjutnya nidus-nidus garam kalsium anorganik bertambah
besar.
6. Tahap erupsi
Tahap ini ialah pergerakan gigi ke arah rongga mulut dimulai ketika gigi
masih dalam tulang rahang.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN DENTOFASIAL MANUSIA

HERIDITER (Keturunan)

Sudah lama diketahui bahwa faktor heriditer sebagai penyebab maloklusi. Kerusakan
genetik mungkin akan tampak setelah lahir atau mungkin baru tampak beberapa tahun setelah
lahir. Peran heriditer pada pertumbuhan kraniofasial dan sebagai penyebab deformitas
dentofasial sudah banyak dipelajari, tetapi belum banyak diketahuai bagian dari gen yang
mana berperan dalam pemasakan muskulatur orofasial.

LINGKUNGAN

Pengaruh lingkungan pada pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi terus


menerus selama individu masih bertumbuh dan berkembang.

Ada beberapa pengaruh lingkungan yang dapat menyebabkan kelainan pada pertumbuhan
dan perkembangan kraniofasial :

1. TRAUMA

a).Trauma prenatal
Hipoplasia mandibula dapat disebabkan oleh tekanan intrauterin atau trauma selama
kelahiran. “Vogelgesicht” pertumbuhan mandibula terhambat berhubungan dengan
ankilosis persendian temporomandibularis, mungkin disebabkan karena cacat perkembangan
oleh trauma.

Asimetri. Lutut atau kaki dapat menekan muka sehingga menyebabkan asimetri
pertumbuhan muka dan menghambat pertumbuhan mandibula.

b). Trauma postnatal

Fraktur rahang atau gigi

Trauma pada persendian temporomandibularis menyebabkan fungsi dan


pertumbuhan yang tidak seimbang sehingga terjadi asimetri dan disfungsi persendian.

2. AGEN FISIK

Ekstraksi prematur gigi susu Bila gigi susu hilang sebelum gigi permanen pengganti mulai
erupsi (mahkota terbentuk sempurna dan akar mulai terbentuk), tulang akan terbentuk diatas
gigi permanen, menyebabkan erupsi terlambat, terlambatnya erupsi akan menyebabkan gigi
yang lain bergeser ke arah ruang yang kosong.

Jenis makanan

Pada masyarakat primitif, diet yang berserat merangsang otot mastikasi bekerja keras,
menambah beban fungsi pada gigi. Diet semacam ini mencegah karies, mempertahankan
lebar lengkung gigi tetapi menyebabkan atrisi pada gigi.

Pada masyarakat modern, diet berubah menjadi lunak dan kurang berserat,
menyebabkan beberapa maloklusi dan kariogenik. Berkurang fungsi penguyahan dan
menyebabkan kontraksi lengkung gigi, tidak terjadi atrisi, tidak terjadi penyesuaian oklusal
seperti yang terjadi pada perkembangan normal.

KEBIASAAN BURUK

Beberapa kebiasaan merangsang pertumbuhan rahang secara normal misalnya


gerakan bibir dan penguyahan yang fisiologis. Kebiasaan abnormal mempengaruhi pola
pertumbuhan fasial yang akan mempengaruhi fungsi orofasial yang mempunyai pengaruh
penting pada pertumbuhan kraniofasial dan fisiologi oklusal.Kebiasaan buruk dan kebiasaan
otot menghambat pertumbuhan tulang, malposisi gigi, hambatan pernapasan, gangguan
bicara, keseimbangan otot fasial dan problem psikologis.

Mengisap jempol dan mengisap jari. Bila kebiasaan ini sudah tampak pada minggu
pertama kehidupan biasanya disebabkan oleh problem makan. Bila kebiasaan ini dilakukan
pada anak usia yang lebih lanjut biasanya disebabkan oleh problem psikologis. Arah dan
kekuatan pada gigi-gigi selama mengisap jempol menyebabkan incisivus atas tertekan ke
labial, incisivus bawah tertekan ke lingual, otot-otot pipi menekan lengkung gigi didaerah
lateral ke arah lingual.

 Menjulurkan lidah

Terdapat 2 tipe menjulurkan lidah, yaitu :

Simple tongue thrust swallow Biasanya berhubungan dengan kebiasaan mengisap


jari. Complex tongue thrust swallow Biasanya disebabkan oleh karena gangguan
nasorespiratori kronis, bernapas lewat mulut, tosilitis atau pharingitis. Pada penelanan
normal, gigi dalam kontak, bibir menutup punggung lidah terangkat menyentuh langit-langit.
Pada penelanan abnormal yang disebabkan pembengkaan tonsil atau adenoid, lidah tertarik
dan menyentuh tonsil yang bengkak, akan menutup jalan udara, mandibula turun, lidah
menjulur ke depan menjauhi pharynk, dengan mandibula turun bibir harus berusaha menutup
untuk menjaga lidah dalam rongga mulut dan menjaga efek penelanan dapat rapat sempurna.

Diastemata dan open bite anterior merupakan akibat dari kebiasaan menjulurkan lidah.

 Mengisap dan menggigit bibir

Mengisap bibir dapat sendiri atau bersamaan dengan mengisap ibu jari. Dapat
dilakukan pada bibir atas atau pada bibir bawah.Bila dilakukan dengan bibir bawah maka
maloklusi yang ditimbulkan adalah labioversi gigi depan atas open bite lunguoversi gigi
depan rahang bawah.

 Posture

Sikap tubuh mempengaruhi posisi mandibula. Seseorang dengan sikap kepala


mendongak, dagu akan menempati posisi ke depan, pada sikap kepala menunduk maka
pertumbuhan mandibula bisa terhambat.

 Mengigit kuku
 Menyebabkan malposisi gigi.

Kebiasaaan buruk yang lain

Kebiasaan menggendong bayi hanya pada satu sisi menyebabkan kepala dan muka
menjadi asimetri. Kebiasaan atau posisi tidur, dengan bantal atau dengan lengan, bertopang
dagu. Kebiasaan mengigit pensil dan lain-lain.

PENYAKIT

Penyakit sistemik

Contoh penyakit yang dapat menimbulkan maloklusi


Rachitis

Kekurangan vitamin D, pengapuran tulang berkurang sehingga terjadi deformasi


tulang. Pada rahang ditandai dengan tepi prosesus alveolaris abnormal dan pembentukan
email gigi terganggu.

Sifilis

Menyebabkan kelainan bentuk gigi (hutchinson teeth) terutama sifilis kongenital.

TBC tulang

Menyebabkan kelainan bentuk tulang terutama pada mandibula.

Kelainan endokrin

Ketidakseimbangan kelenjar endokrin mempengaruhi metabolisme zat- zat yang ada


dalam tubuh.

Hiperfungsi atau hipofungsi kelenjar endokrin akan menyebabkan gangguan


metabolik dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan
kraniodentofasial,Misalnya Hipoplasia gigi, menghambat atau mempercepat pertumbuhan
muka tetapi tidak merubah arah pertumbuhan, menggangu osifikasi tulang, waktu menutupan
sutura, waktu erupsi gigi, waktu resorpsi akar gigi susu, membrana periodontalis dan gingiva
sensitif terhadap gangguan endokrin.

Penyakit-penyakit lokal

 Penyakit nasopharingeal dan gangguan pernapasan


 Penyakit periodontal
 Tumor
 Karies
 Prematur loss gigi susu
 Gangguan urutan erupsi gigi permanen
 Hilangnya gigi permanen

MALNUTRISI

Selama anak dalam kandungan, ibu harus memperoleh cukup kalsium, fosfor vit A, C, D
untuk menjamin kebutuhan foetus akan zat-zat tersebut. Zat-zat ini dengan pengawasan
fungsi hormon yang seimbang merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan tulang.

2. 3 Struktur jaringan pendukung gigi


2. 4 Gangguan pada proses tumbuh kembang gigi
1. Ankylosis
Adalahsuatupenggbunganjaringankerasantaratulangdangigi.Inidisebabkanolehkeruusa
kandalaminteraksiantararesorbsi normal danperbaikanjaringankerasselama proses
pergantiangigidesuduidengangigipermanen.
Ankylosisdapatmemicuterjadinyakehilanganpanjanglegkung, ekstrusipadagigi yang
beradadilengkung yang bersebrangan, gangguanterhadapurutanerupsigigi.
2. eruption cyst
suatuvariasidarikistadentigerus yang mengelilingigigi yang sedangerupsi.
Kistainimemperlihatkansuatu yang halusmenutupigigi yang
erupsi.Denganmenutupigigi yang
erupsidenganmenutupigigiyngerupsidenganwrnaberbedadari gingival normal
3. eruption hematoma
adalahsuatulesikebirubiru an, buram , lesi asymptomatic yang melapisigigi yang
sedangerupsi
4. ectopic eruption
suatukeadaan yang
biasanyaterluhatketikagigipermanenmulaimenggantikangigidesiduipadausiasekitar 6
tahun. Penyebabnyaadalahgangguanperkembangan, proses patologis, dll.
kondisiberikutiniterkaitdenganpenyebab ectopic eruption :
a. Akibatdariukuran molar pertamapermanendangigi molar
keduanyadesiduilebihbesardarinormalnya
b. Gigi bererupsipadasuatusudut abnormal terhadapdataranoklusal.
c. Pertumbuhantuberositasterlambat ,menghasilkanpanjanglengkung yang abnormal.
d. Morfologidaripermukaan distal mahkotagigi molar
keduadesiduidanakarmemberikanhambatanerupsisehinggaterjadiabnormalitaskemi
ringangigipermanen molar pertama.
BAB 3

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya bahwa pertumbuhan dan
perkembangan gigi geligi dimulai pada umur 4 bulan dalam kandungan.
Semua benih gigi geligi sudah mulai berkembang pada umur 6 bulan
dalam kandungan. Baru pada usia 6-8 bulan gigi sulung pertama kali
erupsi dan pada usia 2-3 tahun gigi sulung sudah lengkap yaitu 20 buah
gigi sulung. Lalu pada umur 17-21 tahun pertumbuhan gigi permanen
sudah sempurna yaitu dengan tumbuhnya 32 gigi permanen.
Erupsi gigi dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang diterima. dan
umumnya anak yang kekurangan atau kelebihan nutrisi mempengaruhi
erupsi gigi. Termasuk anak yang terlahir prematur.
Daftar Pustaka

1. Itjiningsih, WH. Anatomi gigi. Jakarta:EGC. 1991,pp.214-5; 219; 233-6.


2. Wangidjaja Harshanur, I.1991. Anatomi Gigi.Jakarta:EGC
3. Sudiono, Janti. (2008). Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta :
EGC.
4. Wangidjaja, Itjingningsih. (2014). Anatomi gigi edisi 2. Jakarta : EGC.
5. Jain Arvind, Jain Vandana, Suri Sheenu Malik, Saxena Ashish. The Study of
Teeth eruption in Female Children of Malwa Region – A Correlation with age.
International Archives of Integrated Medicine. 2015 Feb; 2(2): 108-112.
6. Almonaitiene, R., Balciuniene, I., et al. 2010. Factors Influencing Permanent
Teeth Eruption: Part One-General Factor. Baltic Dental and Maxillofacial
Journal, 12 (3); 67-72
7. Kawengian Shirley E. S, Lantu Virginia A. R, Wowor Vonny N. S. 2015.
Hubungan status gizi dengan erupsi gigi permanen siswa SDN 70
Manando.Jurnal e-GiGi (eG), 3(1).
8. Effendi H. S, Soewondo W. 2014. Erupsi Gigi Sulung pada Anak dengan
Riwayat Lahir Prematur, Berat Badan Lahir Renda., MKB.46(1)
9. Rahmawati Atiek Driana, Retriasih Hastami, Medawati Ana. 2014. Hubungan antara
Status Gigi dengan Status Erupsi Gigi Insisivus Sentralis Permanen
Mandibula. Insisiva Dental Journal, 3(1).

Anda mungkin juga menyukai