Oleh :
Komala Pradipta (1902642013)
Pembimbing:
drg. Sari Kusumadewi, M.Biomed
Penguji :
drg. Steffano Aditya Handoko, MPH. Sp. Prost
Departemen Prosthodonsia
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Dan Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
Denpasar
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-
Nya, laporan kasus yang berjudul “Penatalaksanaan Gigi Tiruan Cekat pada Kasus
Kehilangan Gigi 25 dengan Desain Fixed-Fixed Bridge” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Laporan kasus ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian
Prostodonsia, Program Profesi Dokter Gigi FK UNUD/ RSGM PTN Universitas Udayana,
Bukit Jimbaran.
petunjuk serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini, penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat
memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan memberi manfaat bagi
masyarakat.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
BAB IV KESIMPULAN…………………………………………………………21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….23
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Kehilangan gigi atau dalam bahasa medis disebut dengan edentulous, merupakan
keadaan tanpa gigi asli di dalam rongga mulut atau gigi yang telah lepas dari soketnya,
dimana hal ini dapat terjadi secara parsial maupun seluruhnya (Deepak, 2004). Kehilangan
satu atau lebih gigi permanen dapat berpengaruh pada penampilan seseorang dan kesehatan
secara keseluruhan yang akan berdampak pada kualitas hidupnya. Kondisi ini sangat
mempengaruhi jaringan mulut khususnya fungsi sistem mastikasi dan estetik. Dampak
kehilangan gigi anterior lebih terlihat pada fungsi estetik dan fonetik, sedangkan kehilangan
Indonesia tahun 2018, kasus kehilangan gigi baik karena dicabut atau tanggal sendiri
memiliki proporsi kedua tertinggi yaitu sebesar 19%. Penyebab kehilangan gigi seringkali
dikarenakan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal, sementara faktor
lainnya dapat pula terjadi karena trauma (Riskesdas, 2018). Hilangnya gigi ini jika tidak
segera diganti akan menyebabkan perubahan-perubahan dalam rongga mulut seperti terjadi
resorpsi tulang alveolar, migrasi dan drifting gigi sebelahnya, serta ekstrusi gigi antagonis.1,2
Love dan Adam menyatakan bahwa biasanya pergerakan gigi ke arah daerah tidak bergigi di
Penggunaan gigi tiruan jembatan masih menjadi pilihan pasien untuk menggantikan
kehilangan satu atau dua gigi karena faktor kenyamanan, estetik, dan biaya yang relatif lebih
murah GTJ dapat menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan daerah
edentulous yang pendek dalam satu rahang, dilekatkan secara tetap pada satu atau lebih gigi
penyangga dan tidak dapat dilepas oleh pemakainya (Deepak, 2004). Gigi tiruan cekat tidak
hanya mengganti gigi yang hilang tetapi harus memulihkan dan menjamin terpeliharanya
Meskipun perkembangan gigi tiruan jembatan sangat cepat, yang terbukti dengan
berkembangnya berbagai macam gigi tiruan jembatan seperti all ceramic bridge dan adhesive
bridge, gigi tiruan jembatan metal porselen masih menjadi pilihan karena secara klinis dapat
digunakan dalam jangka waktu lama dan bersifat biokompatibel. Karlsson (1986) melaporkan
93% angka keberhasilan penggunaan jembatan metal porselen dalam jangka waktu 10 tahun.
Palmqvist dan Swartz (1993) melaporkan tingkat keberhasilan penggunaan gigi tiruan ini
selama 18 – 23 tahun sekitar 79%. Kegagalan yang ditemukan biasanya adalah fraktur lapisan
porselen.
Dalam lapran kasus ini, akan dijelaskan mengenai prosedur pembuatan gigi tiruan
jembatan porcelain fused to metal pada kasus kehilangan gigi 25 dengan gigi 24 dan 26
LAPORAN KASUS
Pembuatan gigi tiruan jembatan (GTJ) dilakukan pada pantum gigi yang telah
disediakan di Poliklinik Gigi dan Mulut RSPTN Universitas Udayana, dengan kasus
kehilangan gigi 25. Jenis GTJ pada kasus ini berdasarkan konektornya yaitu fixed-
fixed bridge. Jenis desain pontik yang digunakan pada laporan ini adalah modified
ridge lap.
Alat Bahan
edentulous
kepala kursi dental unit, posisikan bidang chamfer pantum (tragus ala
sendok cetak segaris dengan hidung pantum atau garis median wajah.
● Try in sendok cetak untuk memperoleh ukuran yang sesuai dengan rahang
- Tuangkan air ke dalam bowl cetak terlebih dahulu lalu campur dengan
- Aduk powder dan air dengan gerakan angka 8 sambil adonan ditekan
halus).
● Aplikasikan adonan bahan cetak ke dalam sendok cetak RA/RB dan insersikan
tercetak
● Setelah adonan setting (tidak mudah terkoyak), lepaskan sendok cetak dari
mulut pantum.
landmark tercetak)
- Campur powder dan air ke dalam bowl cetak lalu aduk hingga adonan
- Letakkan hasil cetakan alginat di atas vibrator lalu isi dengan adonan
Pada model studi dipasang anasir pada area edentulous (gigi 25) dan
rekatkan dengan menggunakan malam merah, ulasi bahan lubrikan pada model
(vaseline), manipulasi sillicone putty index dan letakkan dalam sendok cetak
sebagian, diratakan kemudian adaptasikan dalam rahang model studi dan tunggu
hingga setting. Setelah setting sendok cetak diangkat dan cetakan putty dilepaskan
Tujuannya untuk mendapatkan gigi penyangga GTC yang telah diasah untuk
pembuatan restorasi GTC. Preparasi atau pengasahan gigi penyangga dilakukan untuk
memperoleh ruang bagi restorasi gigi tiruan yang akan dipasang. Preparasi gigi
○ Awali pengasahan dengan membuat keratan pada daerah yang akan diasah
kontak dengan gigi lawan dengan round end tapered diamond bur.
dilakukan pada setengah bagian oklusal dan functional cusp lebih dulu,
o Membuat 3 guiding groove (mesial, bukal, distal) sedalam ±1mm dengan flat
end tapered diamond bur. Preparasi pada bidang mesial lalu distal, dan
o Arah masing-masing keratan harus sejajar dengan arah pasang restorasi (sumbu
panjang gigi). Pada waktu membuat keratan, diamond bur yang masuk ke
dalam gigi tidak boleh lebih dari setengahnya (diameter mata bur) dan ujung
o Sisa enamel di antara dua keratan diasah memakai fissure diamond bur/round
end tappered diamond bur sampai rata dengan dasar keratan yang telah dibuat.
pengasahan.
o Penyelesaian pengasahan dinding bukal sampai batas mesial dan distal
transitional line angle. Penyelesaian batas tepi servikal menggunakan flat end
o Buat 3 keratan sedalam 1,5 mm dengan mata bur flat end tappered diamond
pada bagian tengah dinding palatal serta masing-masing pada mesial dan
distal transitional line angle. Arah keratan harus sejajar dengan arah pasang
restorasi (sumbu gigi). Dilanjutkan dengan cara reduksi yang sama pada sisi
bukal.
diamond bur
bagian.
● Finishing pada seluruh bagian, dan mengecek permukaan gigi dengan sonde agar
Pada kunjungan ini dilanjutkan preparasi gigi penyangga 26. Berikut tahapan
bevel pada daerah kontak dengan gigi dengan round end tapered diamond
bur
guiding groove (mesial, bukal, distal) dengan flat end tapered diamond bur.
Preparasi pada bidang mesial lalu distal, dan membentuk akhiran berupa
shoulder.
kedalaman pengasahan.
transitional line angle. Penyelesaian batas tepi servikal menggunakan flat end
o Buat 3 keratan dengan mata bur round end tappered diamond pada bagian
tengah dinding palatal serta masing-masing pada mesial dan distal transitional
line angle. Dilanjutkan dengan cara reduksi yang sama pada sisi bukal.
berupa shoulder.
o Finishing pada seluruh bagian dengan fine finishing bur, dan mengecek
2.1.4
Kunjungan IV (03/06/2022)
- Mixing glass
diposisikan duduk dalam posisi tegak dan bersandar pada sandaran kepala
kursi dental unit, posisikan bidang camfer pantum (tragus ala nasi) sejajar
dengan lantai
o Posisi operator berdiri sedikit di belakang kanan pantum (jam 11-12) sehingga
tengah rongga mulut dan tangkai sendok cetak segaris dengan hidung pantum
o Campurkan bahan cetak putty dengan takaran sesuai aturan pabrik kemudian
letakkan dan ratakan pada sendok cetak yang sudah disediakan, lapisi bagian
atas bahan cetak dengan plastik bening untuk menyediakan sedikit ruang bagi
o Campurkan bahan cetak light body di atas mixing glass sampai merata,
● Lepaskan cetakan dari rahang pantum, dan cuci bersih pada air mengalir
● Amati hasil cetakan terutama di area gigi penyangga yang telah diasah sebelumnya,
pastikan area gigi penyangga tercetak sempurna tampak dengan jelas bentuk gigi yang
● Catatan gigit dibuat menggunakan bahan cetak elastomer heavy body (putty)
● Ambil 1 scoop base dan 1 scoop katalis bahan cetak putty, kemudian campurkan
menggunakan tangan sampai bahan tercampur rata, bentuk memanjang sesuai ukuran
pada daerah posterior dan anterior pantum, lalu diletakkan kemudian pantum di
oklusikan, dan tunggu hingga bahan setting. Proses pencatatan dilakukan satu per
satu. Hasil catatan gigit akan dijadikan panduan saat mounting model dan proses lab.
3) Pembuatan GTJS
Alat Bahan
- Mixing paper
- Spatula semen
● Letakkan adonan ke dalam cetakan putty indeks yang telah dibuat sebelumnya,
kemudian masukkan ke dalam mulut pantum pada area gigi yang telah diasah
● Setelah setengah setting, bersihkan sisa-sisa kelebihan bahan tempron disekitar area
● Setelah bahan setting, keluarkan dari mulut pantum, kemudian rapikan dan pulas
● Masukkan kembali dalam mulut pantum untuk cek oklusi serta ketepatan di daerah
marginal
● Bila telah sesuai, lepas dari dalam mulut, dan siapkan lutting cement sementara yaitu
● Aduk freegenol sesuai aturan pabrik, kemudian letakkan adonan semen pada GTJS,
insersikan pada gigi yang telah dipreparasi, tunggu sampai semen setting, dan
4) Instruksi Laboratorium
sementara dilepas, lalu try in coping, dilakukan pemeriksaan pada titik kontak agar
tidak terdapat kontak dengan gigi antagonis maupun tetangga, pemeriksaan marginal
fit dengan sonde yang dijalankan agar tidak ditemukan adanya undercut, ketepatan tepi
marginal apakah daerah marginal sudah pas atau masih terbuka / overhanging,
pastikan juga bahwa tidak longgar. Setelah coping sesuai dan memiliki retensi yang
baik, coping dikirim kembali ke lab untuk membuat mahkota berbahan porcelain
sesuai dengan shade guide yang telah ditentukan sebelumnya yaitu A2 (Vita classical
shade guide), gigi tiruan sementara kembali disementasi.
Insersi GTJ
● Try in GTJ yang telah selesai dibuat dari lab pada gigi penyangga pantum
- Warna gigi dicek di bawah lampu dental unit dan tanpa lampu dental unit
● Insersikan GTJ pada gigi penyangga, tekan pada posisinya, oklusi kan pantum
dengan diberi cotton roll di antara GTJ dan gigi antagonisnya, tunggu sampai
semen setting
PEMBAHASAN
Berikut merupakan permasalahan dan solusi yang ditemukan operator saat prosedur
Struktur gigi pada pantum tidak sepadat atau sekeras struktur gigi asli. Hal ini
gigi penyangga, sehingga sering terjadi slip dan menyebabkan gigi ter preparasi
berlebih. Oleh karena itu sebagai operator harus lebih berhati – hati saat melakukan
preparasi. Solusi yang dapat operator lakukan adalah melakukan build up / melakukan
restorasi pada sisi gigi yang ter preparasi berlebih dengan bahan resin komposit.
2. Model pantum gigi tidak sesuai dengan model awal yang digunakan
operator tidak selalu mendapatkan model pantum gigi yang sama dengan model
pantum gigi yang digunakan di awal kunjungan. Hal ini menyebabkan sulitnya
mengembalikan oklusi seperti semula pada setiap kali kunjungan, selain itu masing-
masing model pantum memiliki kontur gusi yang berbeda sehingga ketepatan
marginal gigi penyangga yang telah dipreparasi sebelumnya tidak sesuai dengan
kontur gusi pantum yang digunakan pada kunjungan berikutnya. Solusi yang
dilakukan operator adalah dengan menggunakan penanda berupa plastisin pada daerah
edentulous gigi 25 dengan warna berbeda dengan pantum lainnya sehingga mudah
dibedakan.
3. Persediaan bahan self cure acrylic resin yang habis di RSPTN sehingga operator
harus menunggu sampai bahan tersedia lagi. Adapun solusi yang dilakukan operator
perawatan GTJ sambil menunggu bahan self cure acrylic resin di RSPTN tersedia,
dan nantinya GTJS hanya akan diinsersikan pada model kerja yang sudah dicetak
terlebih dahulu.
BAB VI
KESIMPULAN
Gigi tiruan jembatan (GTJ) dapat diindikasikan untuk perawatan kasus kehilangan satu
atau beberapa gigi dengan daerah edentulous yang pendek dalam satu rahang. Tujuan
pembuatan GTJ adalah untuk mengembalikan fungsi kunyah, memperbaiki fungsi fonetik
dan estetik gigi, mencegah terjadinya migrasi rotasi-ekstrusi pada gigi tetangga dan gigi
antagonis, menjaga kesehatan jaringan lunak, serta mencegah terjadinya kerusakan lebih
lanjut pada struktur gigi dan jaringan periodontalnya. Pada laporan kasus ini, perawatan GTJ
dikerjakan pada pantum dengan kasus kehilangan gigi premolar kedua kiri rahang atas (gigi
25). GTJ dirancang dengan desain 3 unit menggunakan gigi 24 dan 26 sebagai penyangga,
konektor fixed-fixed bridge, pontik ridge lap, retainer full crown, dan berbahan metal-
porselen. Masing-masing permasalahn yang dihadapi saat pengerjaan GTJ sudah disertakan
solusi, sehingga operator selanjutnya yang akan bekerja GTJ pada pantum mendapatkan
masukan agar terhindar dari permasalahan yang sama dan dapat bekerja lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Geiballa GH, Abubakr NH, Ibrahim YE. Patients’ satisfaction and maintenance of fixed
Loah, M.H, Krista, V.S dan Shane, H.R.T, 2016, Status Gingiva pada Pasien Pengguna
Gigi Tiruan Cetak di RSGM PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi