Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

PENATALAKSANAAN GIGI TIRUAN CEKAT PADA KASUS KEHILANGAN GIGI


25 DENGAN DESAIN FIXED-FIXED BRIDGE

Oleh :
Komala Pradipta (1902642013)

Pembimbing:
drg. Sari Kusumadewi, M.Biomed

Penguji :
drg. Steffano Aditya Handoko, MPH. Sp. Prost

Departemen Prosthodonsia

Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Dan Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

Denpasar

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-

Nya, laporan kasus yang berjudul “Penatalaksanaan Gigi Tiruan Cekat pada Kasus

Kehilangan Gigi 25 dengan Desain Fixed-Fixed Bridge” ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Laporan kasus ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian

Prostodonsia, Program Profesi Dokter Gigi FK UNUD/ RSGM PTN Universitas Udayana,

Bukit Jimbaran.

Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,

petunjuk serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini, penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian

laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat

memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan memberi manfaat bagi

masyarakat.

Jimbaran, September 2022


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1

BAB II LAPORAN KASUS……………………………………………………..3

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………..19

BAB IV KESIMPULAN…………………………………………………………21

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….23
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rancangan Desain GT……………………………………………..….6

Gambar 2. Hasil Cetakan Putty Index…………………………………………….7

Gambar 3. Hasil Pengasahan Gigi 24……………………………………………..10

Gambar 4. Hasil Pengasahan Gigi 26………………………………….…….……12

Gambar 5. Hasil Pencetakan Model Kerja………………………………….…….14

Gambar 6. Hasil Catatan Gigit……………………………………………………15

Gambar 7. Pemasangan GTJS pada model kerja……………………………...….16

Gambar 8. Try in Copping Logam………………………………………………..18

Gambar 9. Insersi GTJ……………………………………………………………19


BAB I

PENDAHULUAN

Kehilangan gigi atau dalam bahasa medis disebut dengan edentulous, merupakan

keadaan tanpa gigi asli di dalam rongga mulut atau gigi yang telah lepas dari soketnya,

dimana hal ini dapat terjadi secara parsial maupun seluruhnya (Deepak, 2004). Kehilangan

satu atau lebih gigi permanen dapat berpengaruh pada penampilan seseorang dan kesehatan

secara keseluruhan yang akan berdampak pada kualitas hidupnya. Kondisi ini sangat

mempengaruhi jaringan mulut khususnya fungsi sistem mastikasi dan estetik. Dampak

kehilangan gigi anterior lebih terlihat pada fungsi estetik dan fonetik, sedangkan kehilangan

gigi posterior akan mempengaruhi fungsi mastikasi.

Berdasarkan laporan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) terkait masalah gigi di

Indonesia tahun 2018, kasus kehilangan gigi baik karena dicabut atau tanggal sendiri

memiliki proporsi kedua tertinggi yaitu sebesar 19%. Penyebab kehilangan gigi seringkali

dikarenakan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal, sementara faktor

lainnya dapat pula terjadi karena trauma (Riskesdas, 2018). Hilangnya gigi ini jika tidak

segera diganti akan menyebabkan perubahan-perubahan dalam rongga mulut seperti terjadi

resorpsi tulang alveolar, migrasi dan drifting gigi sebelahnya, serta ekstrusi gigi antagonis.1,2

Love dan Adam menyatakan bahwa biasanya pergerakan gigi ke arah daerah tidak bergigi di

sebelahnya terjadi 5 tahun setelah pencabutan gigi.

Penggunaan gigi tiruan jembatan masih menjadi pilihan pasien untuk menggantikan

kehilangan satu atau dua gigi karena faktor kenyamanan, estetik, dan biaya yang relatif lebih

murah GTJ dapat menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan daerah
edentulous yang pendek dalam satu rahang, dilekatkan secara tetap pada satu atau lebih gigi

penyangga dan tidak dapat dilepas oleh pemakainya (Deepak, 2004). Gigi tiruan cekat tidak

hanya mengganti gigi yang hilang tetapi harus memulihkan dan menjamin terpeliharanya

semua fungsi dari gigi dan mencegah .

Meskipun perkembangan gigi tiruan jembatan sangat cepat, yang terbukti dengan

berkembangnya berbagai macam gigi tiruan jembatan seperti all ceramic bridge dan adhesive

bridge, gigi tiruan jembatan metal porselen masih menjadi pilihan karena secara klinis dapat

digunakan dalam jangka waktu lama dan bersifat biokompatibel. Karlsson (1986) melaporkan

93% angka keberhasilan penggunaan jembatan metal porselen dalam jangka waktu 10 tahun.

Palmqvist dan Swartz (1993) melaporkan tingkat keberhasilan penggunaan gigi tiruan ini

selama 18 – 23 tahun sekitar 79%. Kegagalan yang ditemukan biasanya adalah fraktur lapisan

porselen.

Dalam lapran kasus ini, akan dijelaskan mengenai prosedur pembuatan gigi tiruan

jembatan porcelain fused to metal pada kasus kehilangan gigi 25 dengan gigi 24 dan 26

sebagai gigi penyangga.


BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Tahapan Kerja

Pembuatan gigi tiruan jembatan (GTJ) dilakukan pada pantum gigi yang telah

disediakan di Poliklinik Gigi dan Mulut RSPTN Universitas Udayana, dengan kasus

kehilangan gigi 25. Jenis GTJ pada kasus ini berdasarkan konektornya yaitu fixed-

fixed bridge. Jenis desain pontik yang digunakan pada laporan ini adalah modified

ridge lap.

2.1.1 Kunjungan I (25/04/2022)

1) Pencetakan Model Studi

● Persiapan alat dan bahan cetak

Alat Bahan

- Bowl dan spatula cetak - Alginat normal setting

- Sendok cetak non- - Air

edentulous

- Sendok dan gelas takar

● Atur posisi pantum dan posisi operator saat mencetak


- Kepala pantum diposisikan sejajar dengan badan pantum, kemudian

diposisikan duduk dalam posisi tegak dan bersandar pada sandaran

kepala kursi dental unit, posisikan bidang chamfer pantum (tragus ala

nasi) sejajar dengan lantai

- Saat mencetak RA, posisi operator berdiri sedikit di belakang kanan

pantum (jam 11-12) sehingga operator dapat mengontrol sendok cetak

dan menempatkannya tepat di bagian tengah rongga mulut dan tangkai

sendok cetak segaris dengan hidung pantum atau garis median wajah.

- Sedangkan saat mencetak RB, posisi operator berdiri di depan kanan

pantum (jam 7-8)

● Try in sendok cetak untuk memperoleh ukuran yang sesuai dengan rahang

pantum, dan didapatkan ukuran L untuk rahang atas maupun bawah

● Manipulasi bahan cetak alginat sesuai petunjuk / aturan pabrik

- Ukur perbandingan powder dan air menggunakan sendok dan gelas

takar sesuai dengan takaran pabrik sehingga sesuai untuk ukuran

rahang yang akan dicetak

- Tuangkan air ke dalam bowl cetak terlebih dahulu lalu campur dengan

powder bahan cetak alginat untuk menghindari terjebaknya

gelembung-gelembung udara dalam adonan bahan cetak

- Aduk powder dan air dengan gerakan angka 8 sambil adonan ditekan

ke tepian bowl (vigourous hand mixing) hingga adonan terlihat

homogen (adonan sewarna, konsistensi lunak dan permukaannya

halus).

● Aplikasikan adonan bahan cetak ke dalam sendok cetak RA/RB dan insersikan

ke dalam mulut pantum


- Mencetak RA : aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak melalui

bagian palatal (posterior) kemudian menyusuri bagian oklusal gigi ke

arah anterior sendok cetak, dan instruksikan pasien untuk

mengucapkan kata AH agar bagian vibrating line posterior palatal

dapat ikut tercetak

- Mencetak RB : aplikasikan adonan ke dalam sendok cetak melalui

bagian lingual lengkung gigi anterior kemudian menyusuri bagian

oklusal gigi ke arah posterior sendok cetak, dan instruksikan pasien

untuk menjulurkan lidah agar anatomi bagian frenulum dapat ikut

tercetak

● Setelah adonan setting (tidak mudah terkoyak), lepaskan sendok cetak dari

mulut pantum.

● Pastikan hasil cetakan telah memenuhi kriteria (semua anatomical

landmark tercetak)

● Cor hasil cetakan alginat menggunakan gips tipe III

- Ukur perbandingan powder dan air menggunakan sendok dan gelas

takar sesuai dengan takaran pabrik sehingga sesuai untuk ukuran

rahang yang akan diisi gips

- Campur powder dan air ke dalam bowl cetak lalu aduk hingga adonan

terlihat homogen, dapat pula dibantu dengan menggunakan vibrator

sehingga gelembung-gelembung udara yang terperangkap dalam

adonan dapat dieliminasi

- Letakkan hasil cetakan alginat di atas vibrator lalu isi dengan adonan

gips supaya gelembung udara yang terperangkap dapat hilang sehingga

hasil pengecoran gips tidak porus


- Rapikan hasil pengecoran gips dan biarkan setting.

2) Perancangan Desain GTJ

Pada kasus ini, desain GTJ dirancang sebagai berikut :

● GTJ 3 unit pada gigi 24, 25, 26

● Abutment / gigi penyangga pada gigi 24 dan 26

● Konektor menggunakan fixed-fixed bridge

● Pontik pada gigi 25 menggunakan desain pontik modified ridge lap

● Retainer menggunakan full crown

● Bahan GTJ menggunakan metal-porselen atau porcelain fused to metal (PFM)

Gambar 1. Rancangan Desain GTJ

3) Pencocokan warna gigi

Pemilihan shade guide ditujukan untuk persiapan pembuatan mahkota porcelain,

didapat warna yang sesuai yaitu A2 (Vita classical shade guide).

4) Pembuatan putty indeks

Pada model studi dipasang anasir pada area edentulous (gigi 25) dan

rekatkan dengan menggunakan malam merah, ulasi bahan lubrikan pada model

(vaseline), manipulasi sillicone putty index dan letakkan dalam sendok cetak
sebagian, diratakan kemudian adaptasikan dalam rahang model studi dan tunggu

hingga setting. Setelah setting sendok cetak diangkat dan cetakan putty dilepaskan

perlahan dari sendok cetak. Cetakan putty selanjutnya dipersiapkan untuk

membuat GTCS saat selesai preparasi.

Gambar 2. Hasil wax-up dan cetakan putty index

2.1.2 Kunjungan II (9/5/2022)

1) Preparasi / pengasahan gigi penyangga 24

Tujuannya untuk mendapatkan gigi penyangga GTC yang telah diasah untuk

pembuatan restorasi GTC. Preparasi atau pengasahan gigi penyangga dilakukan untuk

memperoleh ruang bagi restorasi gigi tiruan yang akan dipasang. Preparasi gigi

penyangga diawali pada gigi 24, tahapannya adalah sebagai berikut:

● Pengasahan bidang oklusal

○ Awali pengasahan dengan membuat keratan pada daerah yang akan diasah

sebagai panduan ketebalan pengasahan dengan round diamond bur.

○ Membuat 3 keratan sedalam 1-1,5 mm sepanjang central groove sampai

mesial dan distal marginal ridge


○ Membuat 3 keratan pada functional cusp untuk membuat bevel pada daerah

kontak dengan gigi lawan dengan round end tapered diamond bur.

○ Langkah selanjutnya adalah pengurangan bagian oklusal. Pengasahan

dilakukan pada setengah bagian oklusal dan functional cusp lebih dulu,

sedangkan setengah bagian yang belum diasah digunakan sebagai kontrol.

○ Periksa kontak agar terbebas dengan gigi antagonis dengan articulating

paper dan sonde yang digerakan dari mesial ke distal.

● Pengasahan bidang bukal

Pengasahan bidang bukal dilakukan setelah bidang oklusal selesai.

o Membuat 3 guiding groove (mesial, bukal, distal) sedalam ±1mm dengan flat

end tapered diamond bur. Preparasi pada bidang mesial lalu distal, dan

membentuk akhiran berupa shoulder

o Arah masing-masing keratan harus sejajar dengan arah pasang restorasi (sumbu

panjang gigi). Pada waktu membuat keratan, diamond bur yang masuk ke

dalam gigi tidak boleh lebih dari setengahnya (diameter mata bur) dan ujung

mata bur harus terletak 1 mm di atas batas tepi preparasi

o Periksa kesejajaran sumbu keratan dengan probe/sonde lurus

o Sisa enamel di antara dua keratan diasah memakai fissure diamond bur/round

end tappered diamond bur sampai rata dengan dasar keratan yang telah dibuat.

Pengasahan dilakukan pada setengah bagian permukaan bukal lebih dulu,

sedangkan setengahnya yang belum diasah dipakai sebagai kontrol kedalaman

pengasahan.
o Penyelesaian pengasahan dinding bukal sampai batas mesial dan distal

transitional line angle. Penyelesaian batas tepi servikal menggunakan flat end

fissure/tappered kemudian dilanjutkan dengan round end tappered diamond

bur sampai sebatas tepi gingiva.

● Pengasahan bidang palatal

o Buat 3 keratan sedalam 1,5 mm dengan mata bur flat end tappered diamond

pada bagian tengah dinding palatal serta masing-masing pada mesial dan

distal transitional line angle. Arah keratan harus sejajar dengan arah pasang

restorasi (sumbu gigi). Dilanjutkan dengan cara reduksi yang sama pada sisi

bukal.

● Pengasahan Bidang Proksimal

○ Daerah proksimal diasah dengan mempergunakan mata bur thin tapered

diamond bur

○ Reduksi proksimal dari bagian bukal ke palatal, hingga kontak proksimal

terbebas ±1mm, serta membentuk akhiran servikal shoulder pada seluruh

bagian.

○ Membuat bevel pada functional cusp dengan kemiringan 450 menggunakan

round end tapered bur.

● Finishing pada seluruh bagian, dan mengecek permukaan gigi dengan sonde agar

tidak terdapat undercut.


Gambar 3. Hasil pengasahan gigi 24

2.1.3 Kunjungan III (30/05/2022)

Pada kunjungan ini dilanjutkan preparasi gigi penyangga 26. Berikut tahapan

preparasi pada gigi 26:

● Pengasahan bidang oklusal

o Diawali dengan membentuk keratan sedalam ±1-1,5mm pada fossa sentral,

mesial dan distal dengan round diamond bur.

o Membuat 3 keratan sedalam 1 mm pada functional cusp untuk membuat

bevel pada daerah kontak dengan gigi dengan round end tapered diamond

bur

o Pengasahan dilakukan pada setengah bagian oklusal dan functional cusp

lebih dulu, sedangkan setengah bagian yang belum diasah digunakan


sebagai kontrol, kemudian pengasahan seluruh oklusal.

o Periksa kontak agar terbebas dengan gigi antagonis dengan articulating

paper dan sonde yang digerakan dari mesial ke distal.

● Pengasahan bidang bukal

o Pengurangan pada bagian bukal diawali dengan membuat 3 keratan atau

guiding groove (mesial, bukal, distal) dengan flat end tapered diamond bur.

Preparasi pada bidang mesial lalu distal, dan membentuk akhiran berupa

shoulder.

o Periksa kesejajaran sumbu keratan dengan probe/sonde lurus

o Pengasahan dilakukan pada setengah bagian permukaan bukal lebih dulu,

sedangkan setengahnya yang belum diasah dipakai sebagai kontrol

kedalaman pengasahan.

o Penyelesaian pengasahan dinding bukal sampai batas mesial dan distal

transitional line angle. Penyelesaian batas tepi servikal menggunakan flat end

fissure/tappered kemudian dilanjutkan dengan round end tappered diamond bur

sampai sebatas tepi gingiva.

● Pengasahan bidang palatal

o Buat 3 keratan dengan mata bur round end tappered diamond pada bagian

tengah dinding palatal serta masing-masing pada mesial dan distal transitional

line angle. Dilanjutkan dengan cara reduksi yang sama pada sisi bukal.

● Pengasahan bidang proksimal


o Pengurangan proksimal dengan long thin diamond bur dari bagian bukal ke

palatal, hingga kontak proksimal terbebas ±1mm, serta membentuk akhiran

berupa shoulder.

o Membentuk bevel pada functional cusp dengan kemiringan 450 menggunakan

round end tapered bur

o Finishing pada seluruh bagian dengan fine finishing bur, dan mengecek

permukaan gigi dengan sonde agar tidak terdapat undercut.

Gambar 4. Hasil pengasahan gigi 26

2.1.4

Kunjungan IV (03/06/2022)

1) Pencetakan Model Kerja

● Persiapan alat dan bahan cetak


Alat Bahan

- Set alat diagnosa (kaca mulut, - Elastomer heavy body (putty)

sonde, pinset, eksavator) - Elastomer light body

- Sendok cetak ukuran L

- Mixing glass

- Lembaran plastik bening

● Atur posisi pantum dan posisi operator saat mencetak

o Kepala pantum diposisikan sejajar dengan badan pantum, kemudian

diposisikan duduk dalam posisi tegak dan bersandar pada sandaran kepala

kursi dental unit, posisikan bidang camfer pantum (tragus ala nasi) sejajar

dengan lantai

o Posisi operator berdiri sedikit di belakang kanan pantum (jam 11-12) sehingga

operator dapat mengontrol sendok cetak dan menempatkannya tepat di bagian

tengah rongga mulut dan tangkai sendok cetak segaris dengan hidung pantum

atau garis median wajah

● Pencetakan model kerja dilakukan dengan teknik double impression menggunakan

bahan cetak elastomer heavy body / putty dan light body

● Pencetakan dengan putty :

o Campurkan bahan cetak putty dengan takaran sesuai aturan pabrik kemudian

letakkan dan ratakan pada sendok cetak yang sudah disediakan, lapisi bagian

atas bahan cetak dengan plastik bening untuk menyediakan sedikit ruang bagi

bahan cetak light body


o Masukkan sendok cetak ke mulut pantum, berikan tekanan agar bahan putty

tercetak merata, tunggu sampai setting

o Lepaskan cetakan putty dari rahang pantum, lepas lapisan plastiknya

● Kemudian dilanjutkan pencetakan dengan light body :

o Campurkan bahan cetak light body di atas mixing glass sampai merata,

kemudian letakkan pada sendok cetak diatas hasil cetakan putty

o Masukkan sendok cetak ke mulut pantum, berikan tekanan dengan sedikit

digetar agar light body mengalir merata, tunggu sampai setting

● Lepaskan cetakan dari rahang pantum, dan cuci bersih pada air mengalir

● Amati hasil cetakan terutama di area gigi penyangga yang telah diasah sebelumnya,

pastikan area gigi penyangga tercetak sempurna tampak dengan jelas bentuk gigi yang

telah diasah secara detail

Gambar 5. Pencetakan model kerja

2) Pembuatan Catatan Gigit

● Catatan gigit dibuat menggunakan bahan cetak elastomer heavy body (putty)
● Ambil 1 scoop base dan 1 scoop katalis bahan cetak putty, kemudian campurkan

menggunakan tangan sampai bahan tercampur rata, bentuk memanjang sesuai ukuran

pada daerah posterior dan anterior pantum, lalu diletakkan kemudian pantum di

oklusikan, dan tunggu hingga bahan setting. Proses pencatatan dilakukan satu per

satu. Hasil catatan gigit akan dijadikan panduan saat mounting model dan proses lab.

Gambar 6. Hasil catatan gigit

3) Pembuatan GTJS

● Persiapan alat dan bahan

Alat Bahan

- Cetakan putty indeks - Tempron

- Mixing glass - Lutting cement freegenol

- Mixing paper

- Spatula semen

● Pertama ulasi gigi yang telah diasah dengan vaseline


● Buat adonan bahan untuk GTJS, yaitu tempron dengan perbandingan bubuk akrilik

self curing dan liquid monomer 1:1, aduk sampai merata

● Letakkan adonan ke dalam cetakan putty indeks yang telah dibuat sebelumnya,

kemudian masukkan ke dalam mulut pantum pada area gigi yang telah diasah

● Setelah setengah setting, bersihkan sisa-sisa kelebihan bahan tempron disekitar area

servikal gigi, kemudian tunggu sampai setting sempurna

● Setelah bahan setting, keluarkan dari mulut pantum, kemudian rapikan dan pulas

GTJS tersebut menggunakan fine finishing bur

● Masukkan kembali dalam mulut pantum untuk cek oklusi serta ketepatan di daerah

marginal

● Bila telah sesuai, lepas dari dalam mulut, dan siapkan lutting cement sementara yaitu

freegenol untuk insersi GTJS

● Aduk freegenol sesuai aturan pabrik, kemudian letakkan adonan semen pada GTJS,

insersikan pada gigi yang telah dipreparasi, tunggu sampai semen setting, dan

bersihkan sisa-sisa semen yang masih melekat pada gigi


Gambar 7. Pemasangan GTJS pada model kerja

4) Instruksi Laboratorium

● Siapkan hasil cetakan model kerja dan model studi antagonisnya

● Siapkan hasil catatan gigit pasien

● Fiksasi catatan gigit pasien pada model kerja

● Siapkan borang pengiriman ke laboratorium

● Isi form instruksi lab pengiriman yang meliputi:

- Desain GTJ seperti jenis pontik dan jenis retainer

- Bahan GTJ yang akan digunakan

- Warna GTJ yang telah dipilih

● Setelah selesai semua, model siap dikirim ke laboratorium

2.1.5 Kunjungan V (20/06/2022)

1. Try In Copping Logam

Pada kunjungan IV dilakukan try-in coping logam. Gigi tiruan jembatan

sementara dilepas, lalu try in coping, dilakukan pemeriksaan pada titik kontak agar

tidak terdapat kontak dengan gigi antagonis maupun tetangga, pemeriksaan marginal

fit dengan sonde yang dijalankan agar tidak ditemukan adanya undercut, ketepatan tepi

marginal apakah daerah marginal sudah pas atau masih terbuka / overhanging,

pastikan juga bahwa tidak longgar. Setelah coping sesuai dan memiliki retensi yang

baik, coping dikirim kembali ke lab untuk membuat mahkota berbahan porcelain

sesuai dengan shade guide yang telah ditentukan sebelumnya yaitu A2 (Vita classical
shade guide), gigi tiruan sementara kembali disementasi.

Gambar 8. Try in copping logam

2.1.6 Kunjungan VI (24/06/2022)

Insersi GTJ

● Try in GTJ yang telah selesai dibuat dari lab pada gigi penyangga pantum

● Evaluasi GTJ pada mulut pantum :

- Ketepatan marginal dicek dengan menggunakan sonde di sekitar tepi preparasi

gigi, apakah ada step, atau akhiran preparasi terbuka


- Oklusi dicek menggunakan articulating paper

- Warna gigi dicek di bawah lampu dental unit dan tanpa lampu dental unit

dengan pencahayaan alami

● Setelah semua telah memenuhi syarat maka dilakukan penyemenan menggunakan

lutting cement permanen yaitu GIC tipe I

● Aduk bubuk dan liquid sesuai petunjuk pabrik pembuatnya

● Letakkan adonan pada GTC secara tipis dan merata

● Insersikan GTJ pada gigi penyangga, tekan pada posisinya, oklusi kan pantum

dengan diberi cotton roll di antara GTJ dan gigi antagonisnya, tunggu sampai

semen setting

● Kelebihan semen dibersihkan dan cek ulang oklusinya

Gambar 9. Insersi GTJ


BAB III

PEMBAHASAN

Berikut merupakan permasalahan dan solusi yang ditemukan operator saat prosedur

pengerjaan gigi tiruan jembatan di pantum:

1. Pengasahan berlebih pada gigi 24

Struktur gigi pada pantum tidak sepadat atau sekeras struktur gigi asli. Hal ini

mengakibatkan sulitnya mengontrol tekanan saat melakukan preparasi / pengasahan

gigi penyangga, sehingga sering terjadi slip dan menyebabkan gigi ter preparasi

berlebih. Oleh karena itu sebagai operator harus lebih berhati – hati saat melakukan

preparasi. Solusi yang dapat operator lakukan adalah melakukan build up / melakukan

restorasi pada sisi gigi yang ter preparasi berlebih dengan bahan resin komposit.

2. Model pantum gigi tidak sesuai dengan model awal yang digunakan

Pantum gigi untuk pengerjaan GTJ di departemen prostodonsia digunakan

bergantian dengan departemen lain, sehingga setiap kunjungan pengerjaan GTJ,

operator tidak selalu mendapatkan model pantum gigi yang sama dengan model

pantum gigi yang digunakan di awal kunjungan. Hal ini menyebabkan sulitnya

mengembalikan oklusi seperti semula pada setiap kali kunjungan, selain itu masing-

masing model pantum memiliki kontur gusi yang berbeda sehingga ketepatan

marginal gigi penyangga yang telah dipreparasi sebelumnya tidak sesuai dengan

kontur gusi pantum yang digunakan pada kunjungan berikutnya. Solusi yang
dilakukan operator adalah dengan menggunakan penanda berupa plastisin pada daerah

edentulous gigi 25 dengan warna berbeda dengan pantum lainnya sehingga mudah

dibedakan.

3. Persediaan bahan self cure acrylic resin yang habis di RSPTN sehingga operator

harus menunggu sampai bahan tersedia lagi. Adapun solusi yang dilakukan operator

untuk mengatasi permasalahan ini adalah operator tetap melanjutkan prosedur

perawatan GTJ sambil menunggu bahan self cure acrylic resin di RSPTN tersedia,

dan nantinya GTJS hanya akan diinsersikan pada model kerja yang sudah dicetak

terlebih dahulu.
BAB VI

KESIMPULAN

Gigi tiruan jembatan (GTJ) dapat diindikasikan untuk perawatan kasus kehilangan satu

atau beberapa gigi dengan daerah edentulous yang pendek dalam satu rahang. Tujuan

pembuatan GTJ adalah untuk mengembalikan fungsi kunyah, memperbaiki fungsi fonetik

dan estetik gigi, mencegah terjadinya migrasi rotasi-ekstrusi pada gigi tetangga dan gigi

antagonis, menjaga kesehatan jaringan lunak, serta mencegah terjadinya kerusakan lebih

lanjut pada struktur gigi dan jaringan periodontalnya. Pada laporan kasus ini, perawatan GTJ

dikerjakan pada pantum dengan kasus kehilangan gigi premolar kedua kiri rahang atas (gigi

25). GTJ dirancang dengan desain 3 unit menggunakan gigi 24 dan 26 sebagai penyangga,

konektor fixed-fixed bridge, pontik ridge lap, retainer full crown, dan berbahan metal-

porselen. Masing-masing permasalahn yang dihadapi saat pengerjaan GTJ sudah disertakan

solusi, sehingga operator selanjutnya yang akan bekerja GTJ pada pantum mendapatkan

masukan agar terhindar dari permasalahan yang sama dan dapat bekerja lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2018,

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, Jakarta, Hal. 179-202.

Deepak Nallaswamy Veeraiyan, Karthikeyan Ramalingam, Vinaya Bhat, 2004,

Textbook of Prosthodontic Jaypee Brothers Medical Publishers. Hal. 503- 518.

Geiballa GH, Abubakr NH, Ibrahim YE. Patients’ satisfaction and maintenance of fixed

partial denture. Eur J Dent 2016;10:250-3.

Loah, M.H, Krista, V.S dan Shane, H.R.T, 2016, Status Gingiva pada Pasien Pengguna

Gigi Tiruan Cetak di RSGM PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Manado. Jurnal e-GiGi (eG). 2(2): 196-201.

Soeprapto A., 2017. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Ed 2.

Yogyakarta: Bina Insan Mulia. Hal: 201, 218.

Anda mungkin juga menyukai