Anda di halaman 1dari 12

1.

1 Preliminary Impression (Mencetak Anatomis Rahang Atas dan Bawah)

A. Anatomi pendukung Maksila

Gambar A

Maksila:

- 1. labial frenum (not visible); 2, labial vestibule; 3, buccal frenum; 4, buccal

vestibule; 5, coronoid bulge; 6, residual alveolar ridge; 7, maxillary tuberosity; 8,

hamular notch; 9, posterior palatal seal region; 10, foveae palatinae; 11, median

palatine raphe; 12, incisive papilla; 13, rugae; 14, displaceable soft and hard palate.

Gambar B Maxillary Denture:

- 1.labial notch; 2, labial flange; 3, buccal notch; 4, buccal flange; 5, coronoid contour;

6, alveolar groove; 7, area of tuberosity; 8, pterygomaxillary seal in area of hamular

notch; 9, area of posterior palatal seal; 10, foveae palatinae; 11, median palatine

groove; 12, incisive fossa; 13, rugae; 14, “butterfly” outline of posterior palatal seal.
B. Anatomi Pendukung Mandibula

Gambar A

- 1.labial vestibule; 3, buccal frenum; 4, buccal vestibule; 5, residual alveolar ridge; 6,

buccal shelf; retromolar pad; 8, pterygomandibular raphe; 9, retromylohyoid fossa;

10, alveololingual sulcus; 11, sublingual caruncles; 12, lingual frenum; 13, region of

premylohyoid eminence.

Gambar B, Mandibular denture revealing:

- 1. labial notch; 2, labial flange; 3, buccal notch; 4, buccal flange; 5, alveolar groove;

6, buccal flange, which covers the buccal shelf; 7, retromolar pad; 8,

pterygomandibular notch; 9, lingual flange with extension into retromylohyoid fossa,

10, lingual flange; 12, lingual notch; 13, area of premylohyoid eminence.

1.2 Syarat Bahan Cetak Ideal

- Manipulasi mudah

- Tidak Toksik atau mengiritasi jaringan


- memiliki kestabilan dimensi yang baik

- tidak mudah sobek

- mampu mencetak permukaan jaringan secara detail

1.3 Jenis Pencetakan

A. Preliminary Impression (pencetakan awal)

Cetakan pendahuluan yang struktur dan permukaannya sesuai dengan keadaan anatomis

Bertujuan untuk Model studi atau model anatomis

 Tahapan pembuatan gigi tiruan diawali dengan prosedur pencetakan, yaitu pencetakan

anatomis dan pencetakan fisiologis.

 Tujuan dari pencetakan anatomis adalah untuk pembuatan model studi.

 Model studi digunakan sebagai model diagnostik, dan selanjutnya akan dibuatkan sendok

cetak fisiologis untuk membuat model kerja.

 Suatu cetakan awal harus dapat mencetak daerah denture bearing area.

Untuk cetakan yang ideal, konsep berikut harus dipatuhi, terlepas dari teknik yang dipilih:

 Jaringan mulut harus sehat.

 Cetakan harus mencakup seluruh batas-batas fungsi penyangga dan membatasi jaringan.

 Jika jaringan berlebihan atau tonjolan tulang dari torus tidak dapat diangkat dengan

pembedahan, harus ada ruang dibuat di dalam denture.

 Ruang yang tepat untuk material cetakan yang dipilih harus disediakan dalam sendok

cetak yang disesuaikan dengan benar.

 Mekanisme panduan harus disediakan untuk posisi sendok cetak di mulut.


 Jenis prosedur pencetakan batas fisiologis harus dilakukan oleh dokter gigi atau oleh

pasien di bawah bimbingan dokter gigi.

 Bentuk luar cetakan harus serupa ke bentuk luar dari gigi tiruan lengkap.

Kunjungan Pertama

- Pemeriksaan Subjektif dan objektif:

- Pengisian status prostodonsia

1. Data demografi

2. Diagnosis

3. Rencana Perawatan

- Membuat Cetakan Pendahuluan (preliminary impression)

1.4 Prosedur Kerja Pembuatan Cetakan Pendahuluan

Persiapan Bahan Cetak

1. Pencampuran alginat dengan air.

2. Pengadukan menggunakan spatula sampai homogen.

3. Memasukkan alginat ke dalam sendok cetak.

4. Menyiapkan air di dalam wadah, untuk menghaluskan cetakan menggunakan jari yang

basah.

5. Mencetak alginat di sendok cetak pada rahang.

6. Sendok cetak yang digunakan adalah sendok cetak stock tray (siap pakai) yang

ukurannya sesuai dengan lengkung rahang pasien.


1.5 Prosedur Pencetakan Pendahuluan Rahang Bawah

1. Pasien diinstruksikan untuk berkumur.

2. Jika bukaan mulut pasien terbatas, sudut mulut ditarik dengan bantuan cermin.

3. Memasukkan sendok cetak ke dalam rongga mulut pasien.

4. Pasien diinstruksikan menjulurkan lidahnya ke depan dan ke sudut mulut.

5. Operator menggunakan jari-jari untuk menekan bibir dan pipi dengan lembut.

6. Alginat akan setting dalam waktu 2-4 menit (tergentung merknya).

7. Untuk menghindari robekan pada alginat, lepaskan alginat dari rongga mulut saat benar-

benar setting.

8. Keluarkan sendok cetak secara hati-hati dengan meregangkan bibir dan pipi.

9. Semua jaringan pendukung harus ada, dan semua batas harus bulat dan tepat.

1.6 Prosedur Pencetakan Pendahuluan Rahang Atas

1. Alginat yang telah diletakkan di dalam sendok cetak diratakan dengan jari basah.

2. Regangkan bibir, sendok cetak ditempatkan terlebih dahulu di daerah anterior kemudian

perlahan ke arah posterior.

3. Sendok cetak ditempatkan perlahan, sehingga alginat mengalir ke distal.

4. Tahan sendok cetak dalam posisi yang stabil.

5. Selama proses ini, bibir dan pipi ditekan dengan lembut untuk membentuk bentuk tepi

yang tertutup dan melingkar.


6. Diperlukan waktu 1-2 menit agar alginat benar-benar setting.

7. Setelah setting, bibir dan pipi diregangkan, sendok cetak dilepas secara perlahan.

8. cetakan harus mencakup semua daerah anatomi pendukung.

2.1 model pembahasan (model study)

2.1.1 Fungsi

Model diagnostik yang selanjutnya akan dibuatkan sendok cetak fisiologis untuk membuat

model kerja (Muchtar, 2019).

2.1.2 Bahan pembuatan model study

Menurut International Organization for Standardization, gipsum diklasifikasikan kedalam

lima tipe yaitu: (Anusavice KJ, 2013.)

1. Tipe I Adalah dental plasteryang biasa digunakan untuk pencetakan.

2. TipeII adalah dental plasteruntuk pembuatanmodel studi.

3. Tipe III adalah dental stoneuntukpembuatan model kerja.

4. Tipe IV adalah dentalstoneuntuk pembuatan die, dengan kekuatanbesar dan ekspansi

rendah.

5. Tipe V adalah dental stone untuk pembuatan die, kekuatan besar namun memiliki etinggi

Gipsum tipe III digunakan untuk membuat model studi dan model kerja dari rongga mulut

serta struktur kranio-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran

gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Dalam kedokteran gigi, replika dari jaringan keras

dan jaringan lunak digunakan untuk diagnosis dan rencana perawatan dari suatu keadaan
patologis yang menyimpang dari normalnya. Replika ini disebut dengan model studi, casts atau

die.

2.1.3 metode dalam proses manipulasi

Pengadukan dental stone selama proses manipulasi dapat dilakukan dengan dua metode,yaitu:

(Gladwin, 2013)

1. pengadukan dengan tangan (hand mixing)

Teknik pengadukan dengan tangan dilakukan dengan gerakan memutar dalam rentang

waktu satu menit. Pengadukan yang berhasil akan membentuk adonan semifluid yang

lembut dan homogen dan dapat dicapai dengan gerakan menekan adonan ke dinding-dinding

rubbe rbowl untuk mengurangi gumpalan dangelembung udara.

2. pengadukan menggunakan alat vacuum mixing

pengadukan dengan vacuum mixing memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan

pengadukan secara manual dengan tangan. Pengadukan menggunakan vacuum mixing dapat

mengurangi gelembung udara yang terperangkap selama manipulasi karena adanya getaran

yang dihasilkan oleh mesin. Penuangan bubuk dental stone kedalam vacuum mixing harus

diperhatikan dengan cermat. Penuangan dilakukan sedikit demi sedikit untuk menghindari

terperangkapnya gelembung udara.

2.1.4 Prosedur pembuatan model study

1. Melakukan penakaran bubuk gipsum tipe III dan air dengan perbandingan W:P sesuai

dengan instruksi dari pabrik.


Gambar 2.1

2. Gipsum dan air dicampur sampai homogen menggunakan spatula dengan gerakan

memutar selama satu menit.

Gambar 2.2 Pengadukan gipsum

3. Adonan gips dimasukkan kedalam ceratakn RA dan RB secara perlahan, jangan smpai

ada udara yang terjebak dan permukaan cetakan diratakan (Muchtar, 2019).

Gambar 2.2 Hasil pencetakn model study

Hal-hal yang mempengaruhi kecepatan setting time gipsum (McCabe JF, 2008)

1. Suhu Ruangan dan Suhu Air

Perubahan suhu ruangan dan suhu air dapat memberikan pengaruh pada gips selama

proses pengerasan. Peningkatan suhu ruangan dan suhu air dapat menyebabkan

pergerakan ion kalsium dan ion sulfat meningkat sehingga setting time menjadi lebih
singkat. Peningkatan suhu ruangan yang berawal 20ºC menjadi 37ºC dapat meningkatkan

kecepatan reaksi pengerasan sehingga setting time menjadi lebih singkat dan setting

ekspansimenjadi lebih besar, tetapi suhu yang meningkat diatas 37ºC menyebabkan

setting time menjadi lebih lama, serta setting ekspansi menjadi lebih kecil. Peningkatan

suhu air (tidak melebihi 37.5ºC) yang digunakan sebagai campuran gips dapat

mempersingkat setting time, tetapi jika suhu air diatas 37.5ºC dapat memberikan efek

retarder pada pengerasan gips.

2. Rasio W/P Rasio W/P

Faktor penting dalam mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia dari produk akhir

gips, misalnya semakin besar rasio W/P maka setting ekspansi menjadi lebih kecil

karena semakin meningkat rasio W/P maka semakin sedikit nukleus kristalisasi per unit

volum yang ada dan karena dapat dianggap bahwa ruangan antar nukleus lebih besar

pada keadaan tersebut, maka pertumbuhan interaksi kristal-kristal dihidrat akan semakin

sedikit, demikian juga dorongan keluar. Sebaliknya, penurunan rasio W/P dapat

menyebabkan setting ekspansi menjadi lebih besar karena kandungan air menjadi lebih

sedikit sehingga jarak antar kristal menjadi lebih dekat, dan hal tersebut menyebabkan

dorongan antar kristal menjadi lebih besar. Oleh karena itu rasio air dan bubuk perlu

diperhatikan sesuai dengan aturan pabrik, E2 contohnya rasio W/P untuk gips tipe III

yaitu 28-30 ml air/100 gr gips.

3. Waktu dan Kecepatan

Pengadukan Metode pengadukan yang tepat adalah dengan penyediaan air yang

sudah diukur terlebih dahulu kemudian diikuti dengan penambahan bubuk yang telah

ditimbang secara bertahap. Adonan gips diaduk selama kurang lebih 15 detik dengan
kecepatan pengadukan 120 rpm menggunakan spatula dan diikuti dengan pengadukan

mekanik selama 20-30 detik dengan kecepatan 450 rpm menggunakan vacum mixer.

Sebagian kristal gips terbentuk langsung ketika gips berkontak dengan air. Begitu

pengadukan dimulai, pembentukan kristal ini meningkat. Pada saat yang sama, kristal-

kristal tersebut diputuskan oleh spatula dan didistribusikan merata dalam adukan dengan

hasil pembentukan lebih banyak nukleus kristalisasi. Dalam jangka limitnya, semakin

lama pengadukan maka akan meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi dari partikel

dihidrat. Akibatnya, jalinan ikatan kristalin yang terbentuk akan semakin banyak,

pertumbuhan internal dan dorongan keluar dari kristal-kristal dihidrat meningkat. Hal

inilah yang menyebabkan setting ekspansi gips meningkat sejalan dengan semakin

lamanya waktu pengadukan.

Ratio W:P Alginate

Untuk pemakaian Alginate diambil dari refferensi produk Hygedent

1. Regular Set

Advantages: Dustfree, Discoloration display, Good elasticity, Clear Impression

Petunjuk pemakaian: mixing ratio water/powder : 10g/22ml water. Waktu

pengadukan 30 detik. Waktu berkerja > 1 menit 30 detik. Waktu di dalam mulut 1

menit 30 detik. Setting time (23°C/73°F):3’

2. Fast Set

Advantages: Dustfree, high elasticity, improved tear resistance, dimensional stability

lebih dari 100 jam.


Petunjuk pemakaian: mixing ratio water/powder : 10g/22ml water. Waktu

pengadukan 30 detik. Waktu berkerja > 1 menit 30 detik. Waktu di dalam mulut 1

menit. Setting time (23°C/73°F):3’

Ratio W:P Gipsum

Perbandingan air dan bubuk gypsum merupakan factor penting dalam menentukan sifat

fisik dan kima dari produk akhir gypsum. Ratio air bubuk tiap jenis gypsum berbeda-beda

tergantung pada jarak, ukuran dan bentuk dari kristal kalsium sulfat hemihidratnya.

Semakin banyak air yang digunakan untuk pengadukan maka akan semakin sedikit

jumlah nucleus pada unit volume, misalnya semakin tinggi rasio W:P akan menyebabkan

semakin lama waktu pengerasan yang dibutuhkan dan semakin lemah kekuatannya.

Setiap tipe gypsum memiliki rasio W:P yang berbeda, gypsum tipe III memiliki rasio

W:P 20 sampai 30 ml air dengan 100 gram bubuk gypsum.

Daftar pustaka

Anusavice KJ. 2013.Phillips Science of Dental Material. 12th Ed.Missouri:Elsevier Saunders.

American National Standartds Institue. Revised American national standards/American dental

association specification no.25 for dental gypsum products.

McCabe, J.F.,Walls, A.W.G. 2008. Applied Dental Materials, 9th Edition, Wiley-Blackwell.

Muchtar M, Habar DI. Functional Impression Technique For Making Complete Denture In Flat-

Ridge Patient Teknik Pencetakan Fungsional Untuk Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Pada

Pasien Dengan Lingir Datar. Makassar Dent J 2019; 8(1): 16-21


Gladwin M, Bagby M. Clinical Aspects of Dental Materials Theory, Practice, and Cases. 4th Ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2013

Anda mungkin juga menyukai