Anda di halaman 1dari 36

Modul Penuntun Clinical Skill Lab

Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

LINICAL SKILL LAB


MENCETAK RAHANG

A. TUJUAN
Setelah melakukan Clinical skil lab ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan persiapan alat dan bahan sebelum tindakan pencetakan gigi
2. Memilih dan mencobakan sendok cetak ke dalam mulut
3. Memberikan instruksi kepada pasien sebelum pencetakan
4. Melakukan pengadukan bahan cetak alginat dengan baik
5. Memasukkan sendok cetak yang terisi bahan cetak ke dalam mulut pasien
6. Mengeluarkan sendok cetak yang terisi bahan cetak dari dalam mulut pasien
7. Menganalisa hasil cetakan yang baik dan dapat menjelaskan sebab jika terjadi
kegagalan dalam pencetakan

B. PENDAHULUAN

Mencetak rahang merupakan suatu prosedur rutin yang dilakukan diawal proses
pembuatan gigitiruan, tujuan untuk mendapatkan model negatif dari seluruh
pendukung gigitiruan, dan setelah dicor menggunakan dental stone akan didapatkan
bentuk positif dari rahang yang lazim disebut model rahang. Cetakan rahang nantinya
akan digunakan oleh dokter gigi untuk menganalisa dan merencanakan perawatan
gigitiruan.
Hasil cetakan rahang harus memberikan kekokohan, kemantapan, dan dukungan pada
gigitiruan, oleh karena itu rahang harus dicetak seakurat mungkin sehingga
didapatkan kestabilan landasan gigitiruan dapat mempertahankan kesehatan jaringan
pendukungnya.
Jenis-jenis cetakan pada pembuatan gigitiruan adalah :
1. Cetakan awal atau cetakan anatomis
Hasil cetakan yang lazim disebut studi model atau model diagnostik, dimana
seorang dokter dapat mempelajari, menganalisa jenis atau desain gigitiruan yang
sesuai serta membuat sendok cetak individuil
2. Cetakan akhir atau cetakan fisiologis

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 1


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

Hasil cetakan ini lazim disebut model kerja, dimana dokter gigi atau teknisi gigi
membuat gigitiruan diatasnya.

SENDOK CETAK

Sendok cetak digunakan sebagai wadah penempatan bahan yang digunakan agar
cetakan dapat berkontak rapat dengan jaringan mulut yang diinginkan. Sendok cetak
yang digunakan adalah wadah yang kaku untuk membawa bahan cetak ke dalam
mulut, menahannya pada posisinya selama waktu pengerasan dan menyokong bahan
cetak saat dikeluarkan dari mulut dan waktu pengisian model. Fungsi Sendok cetak
Sebagai Alat pembawa bahan cetak ke dalam mulut sehingga distribusi bahan cetak
dengan ketebalan yang sama ke seluruh permukaan jaringan pendukung. Untuk
menghasilkan cetakan yang memuas-kan dan mencegah bervariasinya penyebaran
tekanan maka diperlukan ketebalan yang merata dari bahan cetak yang menutupi
seluruh permukaan fitting, dan sayap sendok cetak harus sampai pada posisi
fungsional sulkus dan frenulum dan tidak menyebabkannya berpindah.

Ukuran
Pemilihan ukuran yang digunakan harus berdasarkan pemilihan sendok yang memberi
ruang yang sedapat mungkin merata terhadap jaringan yang akan dicetak dan yang
menutupi daerah jaringan yang diperlukan seluas mungkin. Bila ragu memilih sendok
yang sesuai, maka paling sering dianjurkan hasil yang terbaik dapat diperoleh dengan
memilih sendok yang sedikit oversize daripada yang undersize. sendok memiliki
sayap yang kependekan daripada yang diperlukan dapat memberi dukungan pada
bahan cetak pada kondisi klinik yang ada atausendok terlalu besar dan menyebabkan
distorsi pada pipi dan bibir, sehingga menyebabkan perubahan bentuk sulkus
fungsional.

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 2


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

Gambar 1 : Stock tray dari logam Gambar 2 : Stock tray dari plastik

Bentuk sendok cetak terbagi atas


✓ Box - bersudut untuk cetakan paradental
✓ Curve – bulat untuk cetakan edentulous (GTP)
✓ Box & Curve - jenis kombinasi,
• bagian depan bersudut
• bagian belakang bentuk bulat

Gamabr 3 : Cetakan negatif RB


Gambar 4 : Cetakan full edentulous RA

Syarat cetakan yg baik


1. Harus meliputi tanda2 anatomis
RA : gigi geligi, frenulum (labialis, bukalis), vestibulum (labialis, bukalis), papila
insisivus, rugae palatina, fovea palatina, hamular notch, tuberositas maksilaris,
palatum
RB : gigi geligi, frenulum (labialis, bukalis), vestibulum (labialis, bukalis),
retromolar pad, mylohyoid ridge

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 3


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

2. Harus memenuhi faktor fisik sbb :


a. tepi cetakan bulat
b. permukaan cetakan tidak boleh ada gelembung udara, robek, dan ada lipatan
c. bag sendok cetak tidak boleh terlihat
d. bila ada tambahan malam, bahan tersebut tidak boleh terlihat

Klasifikasi bahan cetak digunakan pada bidang kedokteran gigi antara lain :
1. Bahan yang kaku.
a. Plaster of paris.
b. Paste oxide metalic.
2. Bahan termoplastik
a. Modelling plastik.
b. Resin
3. Bahan cetak elastik
a. Reversible hidrokoloid
b. Irreversible hidrokoloid
4. Bahan cetak mercaptan rubber-based
a. Bahan cetak silikon
b. Polyeter.

C. BAHAN DAN ALAT


1. Jas praktikum
2. Papan nama
3. Tidak memakai perhiasan, cincin, jam tangan
4. Diagnostik set (kaca mulut 2, nier beken 1, tempat kapas kecil 1, tampon)
5. Handuk kecil putih, celemek (clispasuble)
6. Sarung tangan
7. Pengalas meja putih
8. Air mineral 2 gelas
9. Papan alat tulis
10. Masker
11. Sendok cetak (1 buah)
12. Alginat

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 4


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

D. PROSEDUR KERJA
Pencetakan Rahang Atas
1. Dengan menggunakan spatula, isi sendok cetak dengan bahan cetak. Caranya spatula yang terisi
bahan cetak digeserkan pada tepi sayap bukal, labial dan posterior sendok cetak.
2. Dengan mengunakan jari telunjuk yang telah dibasahi, permukaan bahan cetak pada sendok cetak
dirapikan dan dihaluskan.
3. Bila perlu ambil sedikit bahan cetak yang telah diaduk dengan telunjuk, kemudian isi daerah
undercut rahang (umumnya di daerah tuber maksilaris) atau pada daerah palatum yang dalam.
4. Dengan menggunakan mirror mulut penderita dibuka keluar, sendok bagian kiri
dimasukkan terlebih dahulu sambil diputar ke arah sisi kanan.
5. Sendok cetak dimasukkan seluruhnyasehingga tepi posterior cendok cetak menutupi
tuber maksilaris. Perhatikan garis tengah pegangan sendok harus berimpit dengan
midline wajah.
6. Angkat bibir atas penderita, kemudian tekan sendok cetak dengan menggunakan jari telunjuk dan
jari manis tangan kanan mulai dari arah posterior lalu mengarah ke anterior sehingga seluruh bagian
rahang tertutup oleh sendok cetak.
8. Sendok cetak kemudian difiksasi dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
tangan kanan operator. Fiksasi dilakukan selama kira-kira 2-3 menit.
9. Periksa cetakan apakah cetakan sudah memenuhi persyaratan sebagai cetakan yang
baik
Pencetakan Rahang Bawah
Prosedur ke 1 hingga ke 2 sama dengan pencetakan pada rahang atas
3. Masukkan sendok cetak dengan cara membuka mulutpenderita menggunakan jari telunjuk
kiri. Titik tengah sayap bukal kiri sendok cetak merupakan titik tumpu untuk menggeser
sudut mulut kiri penderita dan memutar sendok cetak sehingga sisi kanan
posterior sendok cetak masuk dalam mulut.
4. Masukkan sendok cetak hingga bagian posterior menutupi retromolar pad dan garis tengah
pegangan sendok cetak berimpit dengan garis tengah rahang bawah
5. Bibir bawah penderita ditarik ke depan dan ke bawah dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu
jari tangan kiri operator, kemudian dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan operator
sendok cetak ditekanmulai dari arah posterior kiri ke anterior dan berakhir diposterior
rahang bawah kanan.

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 5


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

E. METODE PEMBELAJARAN
Metode yang digunakan adalah Clinical Skills Laboratory. Kelompok CSL terdiri atas
8 kelompok yang terdiri dari 10-12 mahasiswa yang bertindak sebagai dokter, asisten
dan pasien secara bergantian. Tiap kelompok akan dibimbing oleh 1 (satu) orang
instruktur. Instruktur bertugas melakukan ceklist prosedur CSL yang dilakukan oleh
dokter dan pada akhir prosedur CSL, instruktur akan memberikan feedback kepada
mahasiswa

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 6


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

FORM PENILAIAN KEGIATAN CSL

DAFTAR CHECKLIST

Skor
No Aspek Penilaian
0 1 2
A Persiapan
Alat & Bahan
1 Mempersiapkan semua alat yang dibutuhkan
a. Diagnostik (kaca mulut)
b. Sendok cetak
c. Rubber bowl
d. Spatel
e. Celemek
2 Mempersiapkan semua bahan yang dibutuhkan
a. Alginat
b. Air
3 Mempersiapkan Pasien
- Dudukkan pasien di dental unit

B Prosedur
Tiap kelompok terdiri dari 3 orang yang akan bertindak sebagai
Dokter, perawat dan pasien
Dokter menggunakan jas kerja dan menggunakan masker
4
(surgical mask)
Dokter menyapa pasien (menyebut nama pasien) dan
5
mempersilahkan pasien duduk di kursi unit
6 Dokter menggunakan sarung tangan (gloved hand)
Dokter memberikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur
7
mencetak
8 Dokter mengatur posisi pasien
9 Dokter melakukan pemilihan sendok cetak dan mencobakan
10 Dokter memasukkan sendok cetak yang terisi bahan cetak
11 Dokter memeriksa dengan menggunakan kaca mulut
Dokter mengeluarkan sendok cetak berisi bahan cetak yang telah
12
mengeras
13 Dokter membersihkan dibawah air mengalir

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 7


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

14 Dokter memeriksa hasil cetakan


15 Dokter mempersilahkan pasien pulang
C Manajemen setelah Prosedur Mencetak rahang
Mengumpulkan seluruh alat yang telah digunakan ke wadah
16
yang telah disiapkan
D Prosedur pencetakan rahang selesai
TOTAL

Keterangan :

Skor 0 : Tidak dilakukan


Skor 1 : Dilakukan tapi belum memuaskan/sempurna
Skor 2 : Dilakukan dengan memuaskan/sempurna

Jumlah Skor
Nilai = x 100% =
( 32 ) Jumlah Skor Total

Komentar/feedback :

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Makassar, 2016
Instruktur Mahasiswa

(......................................................) (......................................................)
NIM.

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 8


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

PROSEDUR LAB

PEMBUATAN SENDOK CETAK INDIVIDUIL

TUJUAN

Setelah melakukan prosedur lab ini mahasiswa diharapkan mampu :


1. Memahami fungsi sendok cetak individuil
2. Mengetahui batas-batas sendok cetak individuil
3. Mengetahui bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan sendok cetak individuil
4. Mengetahui cara pembuatan sendok cetak individuil

PENDAHULUAN
Sendok cetak individuil atau special tray merupakan sendok cetak yang khas atau dibuat
hanya untuk perseorangan dan tdk digunakan untuk orang lain, sendok cetak ini dibuat
dengan tujuan sebagai alat yang digunakan untuk membawa bahan cetak ke mulut pasien
dengan desain tertentu sehingga dapat mencetak bagian yang diinginkan dengan detai.
Sendok cetak ini digunakan pada pencetakan fungsional sehingga detail-detail bagian
anatomis mulut saat berfungsi dapat direkam dengan cara mengurangi memberikan
compound pada tepi sendok cetak yang sebelumnya telah dikurangi sekitar 2 mm dari
dasar vestibulum.

Sendok cetak individuil ini dapat terbuat dari shellac ataupun yang paling dianjurkan
adalah yang terbuat dari akrilik.

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 9


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

ALAT BAHAN

1. Shellac rahang atas dan rahang bawah


2. Bunsen
3. spiritus
4. Gunting
5. Spidol atau pensil
6. Model kerja
7. Pisau malam
8. Paper klip untuk pegangan sendok cetak
9. Bur fissur

PROSEDUR KERJA

Prosedur Kerja Pembuatan Sendok Cetak (Itjiningsih 1993):


1. Berikan tanda dengan pensil atau balpoint pada model studi sesuai batas sendok cetak
( 2 mm dari dasar sulkus)
2. Pilih shellac sesuai rahang yang akan dibuatkan sendok cetak
3. Shellac dipanaskan hingga lunak dan ditekankan pada model studi hingga memiliki
bentuk rahang.
4. Lakukan pemotongan sesuai dengan batas yang telah ditandai dengan menggunakan
gunting atau pisau malam.
5. Buatlah pegangan sendok individual dan buat pula lubang dengan bur bulat no. 3 pada
daerah palatum untuk rahang atas dan diatas puncak ridge alveolus untuk rahang
bawah, berjarak 4-5 mm. Kegunaan lubang ini adalah untuk mengalirkan bahan cetak
yang berlebih karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari
geligi tiruan pada jaringan pendukungnya.

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 10


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA OLEH INSTRUKTUR


PEMBUATAN SENDOK CETAK INDIVIDUIL

NAMA :
NIM :
HARI/TANGGAL :

No Kriteria Penilaian Nilai

Mengetahui fungsi atau tujuan pembuatan


1
sendok cetak individuil
2 Mengetahui batas-batas sendok cetak individuil
Mengetahui jenis bahan yang dapat digunakan
3 sebagai sendok cetak dan prosedur
pembuatannya
Kemampuan analisis (menyangkut materi
4
diskusi)
5 Etika (berbicara, berdiskusi, berpakaian, dll)

TOTAL

Skoring
1 = Sangat kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat baik
Makassar, 2016
Instruktur

( )

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 11


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

CLINICAL SKILL LAB


BORDER MOLDING & PENCETAKAN FUNGSIONAL

A. TUJUAN
Setelah melakukan clinical skill lab mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menempatkan bahan kompond pada sendok cetak individuil
2. Memasukkan sendok cetak yang telah diberi bahan cetak kompound
3. Melakukan musle trimming setiap regionya
4. Mengeluarkan sendok cetak dari dalam mulut
5. Menganalisa hasil cetakan yang dihasilkan

B. PENDAHULUAN
Border molding adalah suatu cara pencetakan untuk mendapatkan gambaran rongga
mulut dalam keadaan fisiologis, pada pencetakan ini ingin didapatkan gambaran
aktivitas otot-otot yang terlibat pada saat fisiologis sehingga nantinya gigitiruan yang
didapatkan lebih adaptif terhadap jaringan lunak rongga mulut.
Pencetakan fisiologis ini menggunakan sendok cetak individuil yang diperoleh dari
pencetakan anatomis, tepi sendok cetak individuil harus memiliki jarak atau space
dengan dasar vestibulum kira-kira 2 mmn yang nantinya akan ditempati bahan cetak.

C. ALAT BAHAN
1. Diagnostik set (kaca mulut 2, nier beken 1, tempat kapas kecil 1, tampon)
2. Handuk kecil putih, celemek (clispasuble)
3. Sarung tangan
4. Masker
5. Sendok individuil
Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 12
Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

6. Green stik
7. Vaselin
8. Gunting
9. Pensil anilin
10. Pisau malam
11. Bahan cetak elastomer
12. Glass plate
13. Semen spatel

D. PROSEDUR KERJA
1. Tiap kelompok terdiri dari 3 orang yang akan bertindak sebagai Dokter, asisten
dan pasien
2. Dokter menggunakan jas kerja dan menggunakan masker (surgical mask)
3. Dokter menyapa pasien (menyebut nama pasien) dan mempersilahkan pasien
duduk di kursi unit

- Prosedur Kerja Border Molding RA


A. Green stick dilunakkan dengan dipanaskan diatas lampu spiritus ditambahkan
sedikit demi sedikit pada bagian tepi luar sendok cetak individuil kemudian
didinginkan sedikit dengan cara temper (rendam dalam air hangat), beri
vaselin lalu masukkan ke dalam mulut pasie:n dan pembentukan tepi di
daerah anterior dilakukan dengan :
1. Angkat dan tarik bibir atas ke luar, ke bawah dan ke dalam
2. Minta pasien mengisap bibirnya,
3. Daerah frenulum labialis harus tercetak baik
B. Pembentukan tepi sayap di daerah disto bukal dan frenulum bukalis
dilakukan dengan cara sbb:
1. Beri green stick pada daerah cekungan hamular sendok cetak individual,
2. Pemberian green stick dan pembentukan tepi sayap disto bukal dilakukan
secara bertahap dari satu sisi ke sisi yang lain
3. Bentuk melalui kedua hamular di belakang daerah tuber maksilaris
4. Masukkan sendok cetak yang telah diberi green stick dalam mulut

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 13


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

5. Tarik pipi ke luar, ke bawah, dan ke dalam


6. Gerakkan pipi ke depan dan belakang
7. Minta pasien mengisap pipinya
8. Minta pasien membuka mulut selebar-lebarnya
9. Gerakan frenulum bukal atas harus tercetak baik

C. Tepi sayap bukal di sebelah posterior palatal (Post Dam) dibentuk dengan
1. Temper Green stick, kemudian panaskan dengan lampu spirtus, temper
kembali sedikit kemudian masukkan ke dalam mulut sambil ditekan.
2. Pada bagian posterior palatal diberikan tanda dengan pensil anilin
3. Bahan yang ditambahkan akan menyebar ke kiri kanan garis getar dan
membentuk suatu tanggul sepanjang tepi distal cetakan yang digunakan
untuk pembentukan Post-Dam
4. Sambil menahan sendok cetak rapat pada palatum, pasien diminta buka
mulut selebar-lebarnya dan ucapkan ”Ah” yang panjang

- Prosedur Kerja Border Molding RB


A. Waxgreen stick ditambahkan bertahap pada bagian-bagian tepi luar
sendok cetak, mulai dari sayap labial, kemudian sayap bukal, dan
terakhir sayap lingual.
1. Pembentukan tepi untuk sayap labial dilakukan saat bibir bawah
diangkat ke luar, ke atas dan ke dalam dan meminta pasien mengisap
mulutnya
2. Di daerah frenulum bukal pipi diangkat ke luar, ke atas, ke dalam, ke
belakang dan ke depan untuk menirukan gerakan frenulum bukal dan
meminta pasien mengisap pipinya.
3. Di posterior, tepi sayap bukal dibentuk ketika pipi digerakkan ke luar,
ke atas dan ke dalam dan meminta pasien membuka mulut selebar-
lebarnya

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 14


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

B. Border molding dilakukan juga pada daerah retromolar pad dan daerah
sayap bukal (Buccal Shelf) untuk mendapatkan cetakan support dan
retensi maksimal. Makin besar sayap ke vestibulum makin besar
dukungan

C. Pembentukan tepi sayap lingual dilakukan dengan meneteskan wax


green stick di tepi sayap lingual
1. Teteskan green stick di bagian tepi luar sayap lingual bagian anterior
(dari premolar kiri ke premolar kanan) sampai selebar 1-2 mm.
Kemudian beri vaselin dan masukkan sendok cetak ke dalam mulut
dan pasien diminta untuk menekankan lidahnya kuat-kuat pada bagian
anterior palatum. Aktivitas ini menyebabkan dasar lidah melebar dan
membentuk lekukan pada bagian anterior sayap lingual.
2. Green stick ditambahkan pada tepi ligual di kedua sisi sendok cetak di
daerah molar. Panaskan dan kemudian temper kembali green stick
yang sudah diteteskan beri vaselin, lalu masukkan sendok cetak ke
dalam mulut pasien, dan pasien diminta untuk menjulurkan lidahnya.
Hasil moulding green stick harus terlihat halus dan mengkilap.
3. Selain itu green stick di tepi sayap lingual pada kedua sisi di daerah
molar juga dapat memperpanjang sayap lingual yang kurang panjang
dengan cara yang sama.

D. Ujung distal dari sayap lingual harus meluas sampai kira-kira 1 cm di sebelah
distal ujung krista milohioid.
1. Teteskan Greenstick di ujung distal sayap, panaskan, dan masukkan
sendok cetak ke dalam mulut, lalu. Pasien diminta menjulurkan lidahnya,
dan diminta untuk menutup mulut saat sendok cetak ditekan ke bawah.
Kontraksi yang dihasilkan oleh otot, dapat membatasi ruangan yang
tersedia bagi tepi cetakan di daerah fossa retromilohioid.
2. Green stick yang membentuk bagian posterior fossa retromilohioid
dipanaskan, dan pasien diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar.
Jika berlebih, sendok cetak diperbaiki seperlunya.

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 15


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

E. METODE PEMBELAJARAN
Metode yang digunakan adalah Clinical Skills Laboratory. Kelompok CSL terdiri
atas 7 kelompok yang terdiri dari 13-14 mahasiswa yang bertindak sebagai dokter
dan pasien secara bergantian. Tiap kelompok akan dibimbing oleh 1 (satu) orang
instruktur. Instruktur bertugas melakukan ceklist prosedur CSL yang dilakukan oleh
dokter dan pada akhir prosedur CSL, instruktur akan memberikan feedback kepada
mahasiswa

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 16


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

FORM PENILAIAN KEGIATAN CSL

DAFTAR CHECKLIST

Skor
No Aspek Penilaian
0 1 2
A Persiapan
Alat & Bahan
1 Mempersiapkan semua alat yang dibutuhkan
a. Diagnostik (kaca mulut)
b. Sendok cetak individuil
c. Glass plate
d. Semen Spatel
e. Bunsen
f. Celemek
2 Mempersiapkan semua bahan yang dibutuhkan
a. Green stik
b. Vaselin
3 Mempersiapkan Pasien
- Dudukkan pasien di dental unit

Prosedur
B Tiap kelompok terdiri dari 3 orang yang akan bertindak sebagai
Dokter, perawat dan pasien

4 Dokter menggunakan jas kerja dan menggunakan masker


(surgical mask)
5 Dokter menyapa pasien (menyebut nama pasien) dan
mempersilahkan pasien duduk di kursi unit
6 Dokter menggunakan sarung tangan (gloved hand)
7 Dokter memberikan penjelasan kepada pasien
8 Dokter mengatur posisi pasien
Dokter mencobakan sendok cetak individuil dan memastikan
9
adanya jarak antar tepi sendok cetak dengan dasar vestibulum
10 Dokter mengoleskan green stik ke tepi sendok cetak
Dokter memasukkan sendok cetak individuil yang telah
11
diberikan green stik ke dalam mulut
12 Dokter melakukan musle trimming
13 Dokter melakukan border molding per regio

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 17


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

14 Dokter memeriksa hasil cetakan


15 Dokter mempersilahkan pasien pulang
C Manajemen setelah Prosedur Border Molding
Mengumpulkan seluruh alat yang telah digunakan ke wadah
16
yang telah disiapkan
D Prosedur border molding selesai
TOTAL

Keterangan :

Skor 0 : Tidak dilakukan


Skor 1 : Dilakukan tapi belum memuaskan/sempurna
Skor 2 : Dilakukan dengan memuaskan/sempurna

Jumlah Skor
Nilai = x 100% =
Jumlah Skor Total (34)

Komentar/feedback :

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Makassar, 2016

Instruktur Mahasiswa

(......................................................) (......................................................)
NIM

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 18


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

PROSEDUR LAB
PEMBUATAN BASIS MALAM & GALENGAN GIGIT

TUJUAN
Setelah melakukan prosedur lab ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Melakukan persiapan alat dan bahan pembuatan basis malam dan galengan gigit
2. Mengetahui batas-batas basis gigitiruan
3. Membuat basis dari bahan malam
4. Membuat galengan gigit

PENDAHULUAN

Pembuatan basis merupakan suatu prosedur laboratorium yang dilakukan setelah


dilakukan pencetakan fisiologis, basis dibuat diatas model kerja. Bahan yang digunakan
untuk membuat basis antara lain malam atau akrilik. Basis protesa yang merupakan tempat
pemasangan galengan gigit yang nantinya akan digunakan untuk penyusunan gigi artificial
sebelum digantikan oleh akrilik. Sebelum membuat basis protesa tersebut,terlebih dahulu kita
harus membuat desainnya pada model gips, desain ini merupakan batas-batas basis, baik pada
model RA maupun RB.

Kegunaan galengan gigit antara lain :


a. Untuk menentukan dataran oklusal dan relasi vertikal dari pebderita
b. Untuk tempat penyusunan gigi
c. Untuk mengembalikan profil penderita

ALAT DAN BAHAN


1. Bunsen/lampu spiritus
2. Pisau malam
3. Malam merah (modeling wax)
4. Cetakan galengan gigit

PROSEDUR KERJA
1. Lunakkan selembar malam merah (wax) di api bunsen (malam tidak boleh berkontak
langsung dengan api).

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 19


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

2. Malam yang sudah lunak diletakkan di atas model kerja sambil ditekan pelan-pelan
sesuai dengan permukaan (fitting surface).
3. Kelebihan malam dipotong dengan menggunakan pisau malam sesuai dengan batas-
batas basis.
4. Buat galengan gigit dengan melipat modelling wax dengan ketebalan 1x1 cm atau
malam dicairkan kemudian dimasukkan ke dalam cetakan galengan gigit dan
dikeluarkan setelah dingin
5. Galengan gigit dilekatkan ke basis dan difiksasi

LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA OLEH INSTRUKTUR


PEMBUATAN BASIS GIGITIRUAN

NAMA :
NIM :
HARI/TANGGAL :

No. Kriteria Penilaian Nilai

1 Mengetahui cara membuat basis

2 Mengetahui bahan-bahan basis


Mengetahui batas-batas basis gigitiruan penuh dan
3
sebagian
4 Kemampuan analisis (menyangkut materi diskusi)

5 Etika (berbicara, berdiskusi, berpakaian, dll)

TOTAL

Skoring
1 = Sangat kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat baik
Makassar, 2016
Instruktur

( )

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 20


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

CLINICAL SKILL LAB


KESEJAJARAN RIM ATAS

A. TUJUAN
Setelah melakukan csl ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Mampu menentukan titik panduan untuk kesejajaran
3. Mengetahui bidang orientasi untuk panduan kesejajaran
4. Mengetahui dan dapat melakukan prosedur penentuan kesejajaran galengan gigit
atas
5. Membedakan cara penentuan kesejajaran pada pasien full edentulous dan
edentulous parsial

B. PENGANTAR

Prosedur kesejajaran galengan gigit atas merupakan suatu rangkaian prosedur pada
pembuatan gigitiruan penuh atau parsial dengan kehilangan banyak gigi anterior
maupun posterior. Prosedur ini menggunakan bidang chamfer sebagai panduan
kesejajaran. Bidang chamfer merupakan suatu bidang yang terbentuk bila menarik
garis dari ala nasi ke titik tengah tragus. Bidang chamfer merupakan proyeksi plane
pada artikulator dan nantinya akan digunakan sebagai panduan penyusunan gigi-gigi
anterior-posterior rahang atas.

Gambar 1 : Bidang Chamfer dan Franfort

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 21


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

C. BAHAN DAN ALAT


1. Handuk kecil putih, celemek (clispasuble)
2. Sarung tangan
3. Pengalas meja putih
4. Fox plane
5. Masker
6. Benang
7. Gunting
8. Plester

D. PROSEDUR MENENTUKAN KESEJAJARAN RIM ATAS


Periksa tinggi dan tebal rim atas:
Tebal :
a. Tebal rim atas sampai batas kering basah bibir bawah, dapat ditentukan
dengan ucapan bunyi F
b. Tebal bagian depan kurang lebih 6 mm
c. Saat oklusi bagian depan rim atas menopang tepi atas bibir bawah
d. Perhatikan fullness sulkus nasolabial, sulkus mentolabialis, philtrum dan
kommisura labial

Tinggi rim atas:


a. Tinggi depan kurang lebih 20-22 mm dari vestibulum labial
b. Panjang rim atas kurang lebih 2 mm di bawah bibir rileks
c. Kontak dengan vermilion border dari bibir bawah pada batas basah dan kering,
dapat ditentukan dengan bunyi F atau V
d. Setinggi low lip line = speaking line

Kesejajaran :

a. Masukkan galengan gigit atas atau tanggul gigitan RA untuk mendapatkan


kesejajaran dengan garis nasoauricular/ champer line
b. Kesejajaran dengan menarik benang mulai dari hidung pasien bagian bawah ke
tragus telinga pasien untuk membantu menilai kesejajaran dari galengan gigit
RA

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 22


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

c. Menggunakan fox plane guide dimasukkan berkontak dengan galengan gigit


dengan rapat
d. Kesejajaran dinilai dengan melihat kesejajaran fox plane dengan garis bantu,
diperiksa dari depan dan samping.

E. METODE PEMBELAJARAN
Metode yang digunakan adalah Clinical Skills Laboratory. Kelompok CSL terdiri
atas 8 kelompok yang terdiri dari 10-12 mahasiswa yang bertindak sebagai
dokter, asisten dan pasien secara bergantian. Tiap kelompok akan dibimbing oleh
1 (satu) orang instruktur. Instruktur bertugas melakukan ceklist prosedur CSL
yang dilakukan oleh dokter dan pada akhir prosedur CSL, instruktur akan
memberikan feedback kepada mahasiswa

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 23


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

FORM PENILAIAN KEGIATAN CSL

DAFTAR CHECKLIST
Skor
No Aspek Penilaian
0 1 2
A Persiapan
Alat & Bahan
1 Mempersiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan
a. Diagnostik (kaca mulut)
b. Fox plane
c. Benang
d. Gunting
e. Plaster
2 Mempersiapkan Pasien
- Dudukkan pasien di dental unit

B Prosedur
Tiap kelompok terdiri dari 3 orang yang akan bertindak sebagai
Dokter, perawat dan pasien

3 Dokter menggunakan jas kerja dan menggunakan masker


(surgical mask)
4 Dokter menyapa pasien (menyebut nama pasien) dan
mempersilahkan pasien duduk di kursi unit
5 Dokter menggunakan sarung tangan (gloved hand)
6 Dokter memberikan penjelasan kepada pasien
7 Dokter mengatur posisi pasien
8 Dokter menentukan titik-titik panduan bidang chamfer
9 Dokter memasukkan galengan gigit atas
10 Dokter memeriksa galengan gigit (tinggi dan tebal)
Dokter memasang benang sebagai panduan pada titik yang telah
11
ditentukan
12 Dokter memasukkan fox plane ke dalam mulut pasien
13 Dokter memeriksa kesejajaran fox plane dengan garis bantuan
C Manajemen setelah Prosedur Kesejajaran Rim Atas
14 Dokter mengarahkan untuk kunjungan berikutnya
D Prosedur kesejajaran galengan gigit atas selesai
TOTAL

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 24


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

Keterangan :

Skor 0 : Tidak dilakukan


Skor 1 : Dilakukan tapi belum memuaskan/sempurna
Skor 2 : Dilakukan dengan memuaskan/sempurna

Jumlah Skor
Nilai = x 100% =
Jumlah Skor Total (28)

Komentar/feedback :

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Makassar, 2016

Instruktur Mahasiswa

(......................................................) (......................................................)
NIM

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 25


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

PROSEDUR LAB
PENANAMAN DI ARTIKULATOR

A. TUJUAN
Setelah melakukan kegiatan laboratorium ini diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mengetahui fungsi artikulator
2. Mengenal jenis artikulator
3. Menanam model dengan galengan gigit di artikulator

B. PENDAHULUAN

Artikulator adalah suatu alat mekanis yang mewakili sendi rahang dan bagian-bagiannya,
dimana model rahang atas dan rahang bawah dicekatkan. Terdapat beberapa macam
artikulator berdasarkan tingkat kemampuannya yaitu :

1. Artikulator yang hanya dapat meniru satu posisi hubungan rahang saja
2. Artikulator yang sepenuhnya bisa disesuaikan dan dapat meniru semua posisi dan
gerakan mandibula
3. Artikulator yang hanya dapat meniru dua atau lebih posisi dan gerakan tertentu dari
mandibula.

Gambar Ilustrasi artikulator

Adapun klasifikasi dari artikulator adalah :


1. Artikulator engsel (Hinge articulator)
Merupakan jenis sederhana yang hanya dapat menunjukkan gerakan membuka dan
menutup mandibula, tetapi gerakan lateral, retrusi maupun protrusi dari model yang
dicekatkan tidak dapat dilakukan

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 26


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

Gambar : Hinge articulator


2. Artikulator rata-rata (Average value/Fixed condyle/free plane articulator)
Jenis ini memungkinkan gerakan lateral dan protrusi dengan lereng kondilar dan jarak
antar kondil tak bisa diubah

Gambar : Average value articulator


3. Artikulator padan sebagian (Semi adjustable articulator)
Jenis ini memungkinkan penyesuaian inklinasi kondil dan sudut bennet dengan
penggunaan rekaman interoklusal protrusi dan lateral

Gambar : Semi adjustable articulator


4. Artikulator padan penuh (Fully adjustable articulator)
Jenis ini didisain untuk meniru sepenuhnya arah maupun lengkung gerak kondil dengan
alat perekam pantograph

Gambar: Fully adjustable articulator

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 27


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

5. Artikulator fossa bentukan (Fossa moulded articulator)


Jenis ini dimaksudkan untuk mencapai gerakan-gerakan fungsional dari mandibula
dengan cara membentuk lereng kondil tepat seperti pada mulut pasien

C. ALAT DAN BAHAN


1. Artikulator
2. Model dengan galengan gigit
3. Dental plester
4. Gergaji kecil
5. Pensil
D. PROSEDUR KERJA
1. Bagian model kerja yang akan difiksasi dikasarkan dengan gergaji kecil
2. Galengan gigit yang telah ditandai garis mediannya di letakkan di atas oklusal plane
3. Sesuaikan garis median galengan gigit berimpit dengan tanda garis median di
oklusal plane
4. Aduk dental plester kemudian ditempatkan pada bagian model yang telah dikasarkan
kemudian artikulator ditutup dan difiksasi hingga dental plester mengeras.

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 28


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

LEMBAR PENILAIAN MAHASISWA OLEH INSTRUKTUR


PEMBUATAN BASIS GIGITIRUAN

NAMA :
NIM :
HARI/TANGGAL :

No. Kriteria Penilaian Nilai

1 Mengetahui fungsi artikulator

2 Mengetahui jenis artikulator

3 Dapat melakukan penanaman model di artikukator

4 Kemampuan analisis (menyangkut materi diskusi)

5 Etika (berbicara, berdiskusi, berpakaian, dll)

TOTAL

Skoring
1 = Sangat kurang
2 = Kurang
3 = Cukup
4 = Baik
5 = Sangat baik
Makassar, 2016
Instruktur

( )

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 29


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

CLINICAL SKILL LAB


PENENTUAN DIMENSI VERTIKAL
A. TUJUAN
Setelah melakukan clinical skill lab ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menentukan kasus protesa yang memerlukan penentuan dimensi vertikal
2. Memahami berbagai metode penentuan dimensi vertikal
3. Melakukan pengukuran dimensi vertikal
4. Mendiagnosa kesalahan-kesalahan yang terjadi akibat pengukuran dimensi vertikal
yang tidak sesuai

B. PENGANTAR
Prosedur penentuan dimensi vertikal dilakukan pada pasien yang telah kehilangan gigi
rahang atas maupun rahang bawah atau pada pasien yang kehilangan banyak gigi
dimana gigi yang sisa tidak beroklusi, Hubungan rahang disebut juga dengan relasi
vertikal/dimensi vertikal.
Pengertian relasi vertikal : Jarak vertikal rahang atas dan rahang bawah yang dapat
memberikan ekspresi normal pada wajah seseorang. Hubungan vertikal dari rahang
bawah dan rahang atas yang ditentukan berdasarkan muskulus mandibula dan oklusal
stop dari gigi. Relasi vertikal pada pasien yang kehilangan gigi sebagian, adalah
merupakan hubungan antara satu gigi dengan yang lainnya secara vertikal pada saat
gigi beroklusi. Pada penderita yang sudah kehilangan gigi pada satu lengkung rahang
secara praktis sudah kehilangan relasi vertikal, keadaan ini harus ditentukan kembali
dengan berbagai cara agar sama dengan relasi vertikal saat gigi masih lengkap. Untuk
mengetahui apakah relasi vertikal sudah tepat, dapat diketahui dari fonetik dan estetik.
Gigitiruan harus dapat digunakan penderita dengan baik pada saat mengunyah,
berbicara tanpa kesukaran dan memberikan ekspresi wajah yang normal.
Pengukuran dimensi vertikal wajah pada pembuatan gigitiruan lengkap sampai saat
ini masih merupakan fenomena yang perlu penanganan khusus dikarenakan hal
tersebut akan berakibat fatal apabila terjadi kesalahan di dalam penanganannya.
Penetapan dimensi vertikal sangat penting dalam pembuatan gigitiruan lepas, tidak
hanya untuk mendapatkan keadaan oklusi yang harmonis, tetapi juga untuk
kenyamanan dan estetika pasien

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 30


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

Pada umumnya terdapat dua jenis dimensi vertikal yang dapat diukur, yaitu dimensi
vertikal oklusal (DVO) dan dimensi vertikal fisiologis/istirahat (DVF). DVO adalah
jarak vertikal rahang saat gigi-geligi beroklusi sedangkan DVF adalah jarak vertikal
saat otot-otot pembuka dan penutup mandibula dalam kondisi pada tonic contraction
(otot-otot penggerak mandibula dalam ketegangan atau tonus yang seimbang), dimana
gigi-geligi tidak saling kontak. Oleh karena itu DVF selalu lebih besar daripada DVO.
Selisih antara DVF dengan DVO disebut freeway space atau interocclusal gap atau
interocclusal clearance. Besar rata-rata freeway space yang dianggap normal adalah 2
sampai 4 mm.
Dimensi vertikal adalah jarak antara 2 tanda anatomis (biasanya 1 titik pada ujung
hidung dan titik lainnya pada dagu), dimana 1 titik pada daerah yang tidak bergerak
dan titik lainnya pada daerah anatomis yang dapat bergerak.

Akibat yang timbul akibat kesalahan penentuan hubungan rahang adalah:


1. Pengukuran terlalu tinggi atau over opening
a. Tidak nyaman
Adanya kontak gigi geligi lebih awal akan menyebabkan ketidakharmonisan
gerakan dalam mengunyah dan menyebabkan sistem stomatognasi kehilangan
kontrol pengendalian mekanisme pengunyahan di dalam mulut yang berakibat
sebagian makanan yang sedang dikunyah akan keluar dari dalam mulut tanpa
disadari oleh si pemakai gigitiruan tersebut.
b. Trauma
Pengaruh berkontaknya gigi rahang atas dan bawah lebih awal akan
menimbulkan tekanan yang berlebihan pada mukosa dibawah plat dasar
gigitiruan.
c. Kehilangan free way space
Kehilangan ruang yang normal antara permukaan oklusal gigi geligi rahang
bawah dan atas pada waktu mandibula dalam posisi istirahat akan
menimbulkan ketegangan otot-otot pembuka dan penutup mulut.
d. Speech defect/horse shoe sound
Timbul suara gigi yang saling beradu sebelum ucapan keluar dari dalam mulut

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 31


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

e. Penampilan (appearance)
Akibat terlalu terbukanya rahang bawah akan menyebabkan perpanjangan dari
wajah dan pada waktu posisi istirahat bibir akan terbuka, bila bibir dipaksa
menutup wajah akan tampak tegang

2. Pengukuran terlalu rendah/ over closing


a. Efisiensi pengunyahan berkurang
Efisiensi penguyahan berkurang disebabkan gigi-gigi rahang atas dan bawah
belum berkontak pada waktu otot-otot selesai berkontraksi untuk menguyah
makanan, akibatnya diperlukan kontraksi tambahan dari otot-otot tersebut
yang sudah melemah sehingga pada waktu pada saat gigi-gigi rahang atas dan
bawah ketemu daya kunyah sudah jauh berkurang.
b. Mukosa pipi tergigit
Seiring dengan hilangnya tonus otot sekitar mulut, mukosa pipi tendensi
bergerak melekuk masuk di antara gigi dan tergigit pada waktu menguyah.
c. Penampilan/appearance
Pemakai gigitiruan akan terlihat lebih tua, hal ini terjadi akibat pemendekan
jarak antara hidung dan dagu. Otot-otot sekitarnya mengkerut dan jatuh ke
dalam mengkibatkan garis-garis pada wajah menjadi lebih dalam.
d. Timbulnya angular cheilitis
Over closing menyebabkan sudut mulut turun dan masuk ke dalam, sehingga
menimbulkan genangan saliva pada daerah tersebut yang akan mengakibatkan
terjadinya luka infeksi yang sulit disembuhkan tanpa perbaikan dimensi
vertikal.
e. Sakit pada TMJ
Disebabkan karena tekanan pada persendian dan ligamen-ligamen harus
bekerja berat, selain itu timbul gangguan pendengaran (tinnitus) sendi rahang
berbunyi pada waktu gerakan menutup dan membuka mulut.

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 32


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

Metode pengukuran Dimensi Vertikal antara lain :


1. Posisi istirahat Fisiologis
Dengan menggunakan cara ini akan didapat dua macam dimensi vertikal
yaitu : Dimensi vertikal dalam keadaan istirahat (DVI) dan dimensi vertikal
dalam keadaan oklusi (DVO). Mengukur DV istirahat dan DV oklusi
kemudian dan membandingkan dengan freeway space normal yaitu 2-4 mm
2. Metode Wilis
Dalam posisi istirahat jarak antara pupil dan mulut adalah sama dengan hidung
dan dagu (PM =HD)
3. Proses Menelan
Dasar pemikiran penggunaan ini adalah kenyataan pada saat makanan atau air
liur ditelan, permukaan oklusal gigi geligi berkontak pada keadaan dimensi
vertikal oklusi yang normal. Pada metode ini galengan gigit (galengan gigit)
dibentuk seperti biasa dan dimensi vertikal istirahat dari mandibula serta ruang
interoklusal sebesar 1-2 mm ditentukan sementara, dengan meletakkan malam
lunak didaerah anterior dan premolar pasien Pasien diinstruksikan menelan
apabila pasien lancar menelan maka DV dianggap telah sesuai
4. Fonetik
Dasar pemikiran penggunaan metode ini adalah adanya kaitan yang terjadi
antara geligi atas dan bawah pada saat pengucapan huruf-huruf dan kata-kata
tertentu. Huruf yang digunakan pada metode ini adalah huruf yang berdesis
seperti ‘S’ atau ‘Z’, selanjutnya jarak antara insisal edge gigi depan atas dan
bawah pada waktu mengucapkan huruf tersebut berkisar anatar 0-10 mm biasa
disebut closed speaking space.
5. Teori Leonardo Da vinci
Tentang proporsi tubuh manusia dimana hukum-hukumnya antara lain:
a. Panjang wajah secara vertikal, yaitu dari garis rambut sampai dasar dagu
sama dengan 1/10 tinggi manusia, dan panjang kepala secara vertikal yaitu
dari dasar dagu sampai puncak kepala sama dengan 1/8 tinggi badan.(teori
Leonardo da Vinci I)

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 33


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

b. Wajah terbagi atas 3 bagian (facial trisection):


- 1/3 wajah atas
Dari garis rambut sampai alis mata
- 1/3 wajah bagian tengah
Alis mata sampai dasar hidung
- 1/3 wajah bagian bawah
Dasar hidung(subnasion) sampai dasar dagu (gnation)
Dimana ketiga bagian tersebut sama panjangnya dengan panjang telinga.
(teori Leonardo da Vinci II)

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 34


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

LEMBAR PENILAIAN KEGIATAN CSL

DAFTAR CHECKLIST
Skor
No Aspek Penilaian
0 1 2
A Persiapan
Alat & Bahan
1 Mempersiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan
a. Diagnostik (kaca mulut)
b. Caliper
c. Plester
d. Spidol
e. Alat tulis
2 Mempersiapkan Pasien
- Dudukkan pasien di dental unit
B Tiap kelompok terdiri dari 3 orang yang akan bertindak sebagai
Dokter, perawat dan pasien
3 Dokter menggunakan jas kerja, menggunakan masker (surgical
mask) dan hanskun
4 Dokter menyapa pasien (menyebut nama pasien) dan
mempersilahkan pasien duduk di kursi unit
5 Dokter memberikan penjelasan kepada pasien
6 Dokter mengatur posisi pasien
7 Dokter menentukan titik acuan pengukuran DV
8 Dokter memasang plester untuk memudahkan pengukuran
9 Dokter mengukur DV istirahat
10 Dokter mengukur DV oklusi
11 Dokter menentukan freeway space
C Manajemen pengukuran DV selesai
12 Memberikan penjelasan kepada pasien prosedur yang telah
dilakukan dan jadwal kunjungan berikutnya
D Prosedur pengukuran DV selesai
TOTAL

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 35


Modul Penuntun Clinical Skill Lab
Blok Stomatognatik 2 Semester Awal 2018-2019

Keterangan :

Skor 0 : Tidak dilakukan


Skor 1 : Dilakukan tapi belum memuaskan/sempurna
Skor 2 : Dilakukan dengan memuaskan/sempurna

Jumlah Skor
Nilai = x 100% =
Jumlah Skor Total (24)

Komentar/feedback :

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Makassar, 2016

Instruktur Mahasiswa

(......................................................) (......................................................)
NIM

Notes :
Pengukuran DV istirahat
Pengukuran DV oklusi

Freeway space

Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Hasanuddin Page 36

Anda mungkin juga menyukai