Anda di halaman 1dari 11

Nama : Vanny Septian

NIM :171610101069

1. Skenario

Bu Sriatun berusia 64 tahun berprofesi sebagai ibu rumah tangga datang ke


RSGM FKG Universitas Jember (UNEJ) ingin dibuatkan gigi tiruan. Sebelumnya
pernah memakai gigi tiruan sebagian lepasan di rahang atas dan rahang bawah. Bu
Sriatun merasa tidak bisa makan dengan enak dan nyaman. Berdasarkan hasil
pemeriksaan kesehatan umum baik.
Pemeriksaan intraoral:
Gigi 21,24: Goyang derajat 3
Gigi 16,17: Karies profunda perforasi
Gigi 26,27,35: Sisa akar
Gigi 46: Karies profunda dan resesi gingiva
Dokter gigi membuat rencana perawatan : ekstraksi semua gigi dengan pertimbangan
estetik, membuat GTL RA dan RB. Setelah melakukan anamnesis, dokter gigi
melakukan cetak anatomis, juga cetak fungsional dan melakukan penetapan gigit.
Dokter gigi bermaksud membuatkan gigi tiruan lepasan yang baru. Gigi tiruan yang
lebih stabil dan retentive sehingga mengembalikan fungsi kunyah, bicara dan
estetik.Dokter gigi menginstruksikan untuk kontrol di hari berikutnya.

a. Jelaskan cara mencetak anatomis dan mencetak fungsional pada kasus yang saudara
buat (berdasarkan referensi , tidak boleh sama dengan ppt)

Pencetakan
Dalam pembuatan gigi palsu, pekerjaan yang pertama-tama dilakukan adalah
membuat pengambilan cetakan. Cetakan adalah suatu keadaan tiruan negatif yang di
ambil dari suatu benda atau objek dengan memakai suatu bahan cetakan darimana
akan diperoleh atau dibuat suatu model yang merupakan suatu hasil tiruan yang
positif (Sumardhi, 2005). Cetakan dibuat dengan bermacam-macam jenis bahan dan
teknik. Perbedaan dalam setiap jenis bahan memungkinkan digunakan bermacam-
macam teknik untuk mengendalikan posisi dan bentuk jaringan mulut. Beberapa
teknik ditujukan untuk mencetak bentuk jaringan dengan penekanan minimal, yang
dilakukan dengan tujuan untuk mendesak jaringan tepi sampai batas yang telah
ditentukan. Pemilihannya ditentukan oleh dokter gigi berdasarkan kondisi mulut,
konsep fungsi jaringan di sekitar gigi tiruan dan kemampuan untuk menggunakan
bahan cetak yang ada (Muchtar, 2019).
Cetakan ada dua macam:
1. Cetakan Anatomis
Yaitu cetakan dari gigi geligi , processus alveolaris , palatum dan sebagainya
dalam garis besarnya.
2. Cetakan Fungsional
Pencetakan fungsional harus mencetak struktur jaringan pendukung dan
membentuk tepi gigi tiruan atau peripheral border yang dapat menutupi
pinggiran atau border seal dengan baik sehingga akan memberi retensi dan
stabilitas yang maksimal pada gigi tiruan (Muchtar, 2019).
Cara membuat cetakan anatomis:
Pencetakan rahang adalah salah satu tahap pembuatan gigi tiruan berupa
pembuatan tiruan bentuk negatif dari jaringan rongga mulut yang didapat dari
peletakan bahan cetak kedalam rongga mulut sampai bahan cetak tersebut setting.
Hasil cetakan negatif gigi dan jaringan sekitarnya ini kemudian dibuat model studi
maupun model kerja. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk mencetak sendok cetak
universal (Stock tray) dan menggunakan bahan cetak bersifat mukostatik (Alginat).
Teknik yang digunakan pada pencetakan rahang bergigi yaitu teknik mukostatik.
Teknik mukostatik adalah suatu teknik pencetakan dimana jaringan lunak mulut
berada dalam keadaan istirahat. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan
yang mempunyai viskositas yang sangat rendah, dimana hanya sejumlah kecil tekanan
yang dibutuhkan, sehingga pada keadaan ini sedikit atau tidak ada sama sekali terjadi
pergerakan dari mukosa. Bahan cetak yang digunakan adalah irreversible hidrokoloid
(Budiono, 2016). Sebelum mencetak rahang terlebih dahulu memilih sendok cetak
dengan melihat secara teliti besar dan bentuk rahangnya. Kemudian kita pilih sendok
cetak yang sesuai dengan keadaan rahang atas yang akan dicetak. Pasien harus duduk
dalam posisi yang sebaik-baiknya dan dalam keadaan rileks (punggung dan belakan
kepala terletak satu garis). Pasien disuruh agar bernapas melalui hidung. Mulut jangan
dibuka terlalu lebar karena bibir otomatis tertutup. Mencetak biasanya dimulai dari
rahang bawah karena tidak atau sedikit memberikan rangsangan untuk muntah karena
tidak mengenai palatum molle (Sumardhi, 2005).
Mencetak rahang atas yaitu dengan cara pasien didudukkan dan tinggi kursi di
atur sedemikian rupa sehingga mulut pasien setinggi siku yang mencetak. Sendok
cetak dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri membuka ujung mulut sebelah
kiri. Lalu sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut pasien secara berputar pada sudut
mulut kanan pasien sampai gagang sendok cetak terletak pada satu garis dengan
hidung pasien. Jangan menekan sendok cetak sebelum posisinya betul. Kemudian
sendok cetak ditekan ke atas terlebih dahulu pada region depan kemudian di bagian
belakang sampai sendok cetak ini sejajar dengan lantai. Pada bagian vestibulum dapat
dipakai jari telunjuk kanan untuk menekan atau menaikkan bahan cetak ke bagian
fornix. Bibir dapat ditarik ke bawah dan dilepaskan kembali. Kemudian sendok cetak
ditahan dengan tekanan yang konstan dan ditunggu pengerasan bahan cetak selama 2-
3 menit. Setelah bahan cetak keras sendok dikeluarkan dari mulut sejajar denan
sumbu gigi (Sumardhi, 2005).
Mencetak rahang bawah dengan cara Pada garis besarnya sama dengan rahang
atas hanya operator berdiri dimuka kanan pasien. Rahang bawah harus sejajar dengan
lantai , dengan jalan mensejajarkan garis dari mulut ke tragus lantai . Sendok cetak
yang telah diisi dengan bahan cetak harus dibalik terlebih dahulu sebelum
dimasukkan ke dalam mulut pasien. Setelah sendok berada dalam mulut dengan posisi
yang tepat, pasien kita suruh mengangkat lidahnya dan sendok cetak ditekan
(Sumardhi, 2005).
Setelah dikeluarkan dari mulut, saliva harus dibersihkan dari permukaan cetakan
dengan mencuci cetakan dibawah air mengalir. Kelebihan air dibuang dengan cara
mengibaskan cetakan atau dikeringkan dengan tiupan udara (Basker, 2011). Setelah
itu dilakukan pengecoran menggunakan gipsum. Setelah cetakan alginat diisi dengan
gips maka akan didapatkan suatu hasil cetakan yang disebut model. Model untuk
pembuatan gigi tiruan merupakan replika jaringan keras dan jaringan lunak rongga
mulut pasien yang digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis dan rencana
perawatan prostodonsia maupun perawatan pendahuluan sebelum perawatan
prostodonsia. Model untuk pembuatan gigitiruan merupakan alat untuk
menghubungkan komunikasi klinis dengan laboratoris selain itu juga digunakan
untuk pembuatan sendok cetak individu (Hatrick et al., 2011). Setelah didapatkan
model studi kemudian dibuat outline yang meliputi bagian labial, bukal dan
sublingual. Pada daerah sublingual dibuat peredaan dengan lilin setebal 3 mm.
Selanjutnya di atas outline ini dibuat sendok cetak pribadi dari base plate atau self
curing acrylic (Muchtar, 2019).
Cara membuat cetakan fungsional:
Pencetakan fungsional harus mencetak struktur jaringan pendukung dan
membentuk tepi gigi tiruan atau peripheral border yang dapat menutupi pinggiran atau
border seal dengan baik sehingga akan memberi retensi dan stabilitas yang maksimal
pada gigi tiruan. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk mencetak sendok cetak
individu (custom trays) dan menggunakan bahan cetak bersifat mukokompresif
(Elastomer). Tujuan pencetakan fungsional adalah untuk memperoleh retensi,
kestabilan, dan dukungan bagi gigi tiruan. Retensi untuk gigi tiruan adalah daya tahan
terhadap gaya yang melepaskannya dalam arah yang berlawanan dengan arah
pemasangan, atau dengan kata lain, retensi adalah cara memegang gigi tiruan pada
posisinya di dalam mulut. Teknik pencetakan fungsional adalah salah satu teknik pada
pencetakan akhir. Teknik ini digunakan pada keadaan yang sulit untuk mendapatkan
retensi dan stabilitas gigi tiruan akibat kurangnya dukungan . dari jaringan yang sisa,
karena kurangnya adaptasi otot, dan atau ketidakseimbangan atau disebabkan oleh
masalah-masalah yang terdapat pada jarak gigi tiruan (Muchtar, 2019). Tahap-tahap
pencetakan fungsional: (1) Membuat individual tray; (2) Border molding; (3)
Pencetakan fungsional.
1. Tahap-tahap dalam membuat sendok cetak individu adalah sebagai berikut :
A. Dengan bahan resin akrilik light-cured :
1) Evaluasi model diagnostik terhadap undercut dan desain bentuk dan
dimensi sendok cetak. Gambar dengan pensil batas lilin spacer, batas
dari sendok cetak individu, dan stop oklusal.
2) Panaskan dan atur lapisan base plate wax ke model diagnostik untuk
mendapatkan ketebalan 2 sampai 4 mm mengikuti garis panduan yang
telah ditentukan. Stopper oklusal dibuat dengan menggunakan scalpel
blade dan diposisikan untuk memberikan stabilitas seperti tripod.
3) Bahan light-cured diletakkan di atas spacer dan dengan hati-hati
disesuaikan dengan desain yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah
adaptasi bahan ke batas yang diharapkan, kelebihan materialnya
dipotong dengan menggunakan scalpel blade. Pegangan sentral dan
sayap dikontur dan dibentuk. Sayap lateral posterior ini memberikan
daya tarik aksial untuk pemindahan sendok cetak yang seragam.
4) Setelah lapisan penghalang udara diaplikasikan di atas bahan sendok
cetak, sendok cetak individu ditempatkan di unit light-curing dan
dipolimerisasi selama 5 menit.
5) Sendok cetak individu yang dipolimerisasi, saat masih di model
diagnostik, direndam dalam air mendidih selama beberapa menit. Lilin
spacer dilepas dan penghalang udara diaplikasikan pada permukaan
internal sendok cetak dan ditempatkan di unit light-cured selamat 5
menit untuk curing permukaan interior. Setelah tekanan uap mengenai
permukaan internal, wax remover diaplikasikan pada permukaan
internal sendok cetak untuk menghilangkan sisa residu lilin.
6) Sendok cetak dievaluasi pada model diagnostik dan setiap tepi yang
tajam dan tidak rata diratakan dengan bur karbida tungsten. Untuk
meningkatkan retensi bahan cetak, perforasi dibuat dengan
menggunakan bur karbida.
7) Sendok cetak individu dengan bahan resin akrilik light-cured
8) Evaluasi sendok cetak individu pada mulut pasien untuk perpanjangan,
stabilitas dan orientasi yang tepat.
9) Lapisan tipis bahan adhesive dioleskan ke permukaan internal sendok
cetak dan harus diperpanjang beberapa milimeter di luar batas sedok
cetak. Bahan adhesive dibiarkan kering paling tidak 15 menit sebelum
prosedur pencetakan (Terry, 2010).
B. Dengan bahan resin akrilik autopolymerizing :
1) Gambar batas sendok cetak individu pada model studi dan lapisi model
diagnostik dengan malam kurang lebih 2 mm. Tahap ini dilakukan
sesuai dengan pada tahap ke-1 dan ke-2 pada tahap pembuatan
sendok cetak individu dengan bahan resin akrilik light-cured.
2) Lapisi permukaan dengan cold mold seal (CMS).
3) Siapkan adonan akrilik self-curing sesuai aturan pabrik dan tunggu
sampai dough stage.
4) Kemudian di atas adonan diberi plastik selofan dan diratakan dengan
botol.
5) Bentuk adoanan sesuai bentuk rahang (ketebalan 2 mm) dengan jari.
6) Sebelum akrilik benar-benar keras, angkat sendok cetak individu, dan
kembalikan pada model lagi.
7) Kurangi kira-kira 2 mm dari batas sendok cetak individu dan frenulum
harus bebas.
8) Bentuk pegangan sendok cetak individu (Soeprapto, 2017).
2. Tahap-tahap dalam border molding adalah sebagai berikut :
Tahapan Border Moulding Lilin spacer masih berada pada sendok cetak
selama prosedur border moulding berlangsung dan sebelum melakukan
prosedur border moulding, tepi sendok cetak dikurangi terlebih dahulu 2 mm
dari batas jaringan yang harus dicetak. Apabila menggunakan greenstick
compound sebagai bahan border moulding, secara bertahap compound
dipanaskan dengan lampu spiritus dan didinginkan dengan cara direndam di
dalam air selama beberapa detik hingga mencapai suhu kerja sekitar 49℃
(120F) sampai 60℃(140 F), agar pasien tidak merasakan panas dari
greenstick yang sudah dilunakkan dan agar greenstick tidak terlalu cair.
Greenstick ditambahkan sedikit demi sedikit pada tepi luar sendok cetak
individu, kemudian dimasukkan ke dalam rongga mulut pasien untuk
membentuk tepi yang cocok dengan gerakan fisiologis dari struktur anatomi
pembatas gigi tiruan. Prosedur border moulding dilakukan secara berurutan
dimulai dari vestibulum bukal, kemudian vestibulum labial, daerah posterior
palatum pada rahang atas dan bagian lingual dari rahang bawah. Setelah
prosedur border moulding selesai, lilin spacer dibuang dari permukaan dalam
sendok cetak fisiologis (Madhav, 2012 ; Rahn, 2009).
3. Tahap-tahap dalam pencetakan adalah sebagai berikut :
Mencetak fungsional RA dan RB meliputi beberapa tahap kerja Tahap
berikutnya yakni membuat cetakan dengan menggunakan bahan elastomer
(polyvinylsiloxane). Bahan elastomer (Exaflex Hydrophilic Vinyl Polysiloxane
Impression Material Regular Type, GC America Inc., Jepang) ini bersifat
hidrofobik sehingga harus dalam lingkungan yang kering agar bisa tercetak
dengan baik. Oleh karenanya, sebelum pencetakan, mukosa yang akan dicetak
dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan tampon. Pasien
diinstruksikan untuk tegak agar bahan cetak tidak mengalir ke belakang.
Teknik mencetak rahang atas maupun bawah yaitu sendok cetak ditekan pada
bagian posterior kemudian lanjutkan penekanan di bagian anterior. Penekanan
dilakukanhingga dapat dirasakan berkontak dengan mukosa di mulut pasien.
Setelah selesai mencetak, cetakan negatif tadi dicor dengan menggunakan gips
stone sehingga diperoleh model positif cetakan fisiologis. Selajutnya adalah
proses pembuatan lempeng dan galengan gigit (Angelia, 2015).
Daftar Pustaka

Angelia,Veronica,Syafrinani.2015. Penatalaksanaan Gigi Tiruan Lengkap dengan


Lingir Datar dan Hubungan Rahang Klas III Disertai Cerebrovasculae Accident
(Laporan Kasus).Jurnal B-Dent.2(1):44-50
Basker, R.M.,J.C. Devenport, dan J.M. Thomason. 2011. Prosthetic Treatment of
Edentulous Patient-5th ed.New Delhi:Palatino by Aptara.
Budiono, Endang,Susilaningsih, Dyah F.2016. Pengembangan Instrumen Penilaian
Kinerja Keterampilan Mencetak Rahang Bergigi Teknik Mukostatik. Journal of
Educational Research and Evaluation.6(1):49-56.
Hatrick CD,Eakle WS,Bird WS. 2011. Dental Materials Clinical Applications for
Dental Assistant and Dental Hygienist.2nd ed. Missouri:Saunders Elsevier :203
Madhav VNV, Prabhudesai. 2012. Elastomeric Impression Technique for Complete
Denture Impressions. Journal of International Dental and Medical Research.
Vol.5
Muchtar, Meriyam,Ike D.H.2019. Functional Impression Technique For Making
Complete Denture In Flat-Ridge Patient Teknik Pencetakan Fungsional Untuk
Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap Pada Pasien Dengan Lingir Datar.Makassar
Dent J .8(1):16-21
Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. 2009. Textbook of Complete Denture. 6th ed.
Shelton, Connecticut : People’s Medical Publishing House. p. 97-11
Soeprapto A. 2017. Buku Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. 2nd
ed. Yogyakarta : STPI Bina Insan Mulia. p. 252
Sumardhi, dkk. 2005. Ilmu Material dan Teknologi. Medan.USU press.
Terry DA, Tric O, Blatz MB, Burgess JO.2010. The Custom Impression Tray:
Fabrication And Utilization. International Dentistry SA Vol. 12, No. 3. Clinical.

b. Jelaskan cara melakukan penetapan gigit beserta ukurannya pada kasus yang
saudara buat (berdasarkan referensi , tidak boleh sama dengan ppt)

Penetapan Gigit
Berfungsi untuk memperoleh kondisi ideal rahang atas dan rahang bawah di
dalam rongga mulut dengan memproyeksikannya keluar mulut. Berdasarkan skenario
diatas tahapan penetapan gigit :
1. Persiapan
a. Lempeng dan galengan gigit
b. Kesejajaran bidang oklusal, gal. gigit dari arah depan dengan garis
interpupil dan dari arah samping sejajar bidang champer (tragus alanasi)
2. Menetapkan relasi vertikal
3. Menetapkan relasi horisontal
4. Mencatat relasi sentrik
(Gunadi, 2012).
1. Persiapan
Pasien dicobakan basis gigitiruan dan galengan gigit atau bite rim rahang atas dan
rahang bawah. Basis dan bite rim terbuat dari base plate wax. Periksa kestabilan basis
dengan melihat ketebalan dan kerapatan basis rahang atas dan bawah. Bite rim harus
dibuat sesuai dengan lengkung rahang. Tinggi bite rim anterior labial bawah sebesar
18 mm dan labial atas 22 mm.Tahap selanjutnya adalah melakukan kesejajaran pada
bite rim atas. Dimulai dengan membuat garis nasoauricular atau garis camper dengan
cara menarik benang mulai dari bawah hidung pasien ke bagian atas tragus telinga
pasien untuk membantu menilai kesejajaran. Lalu, masukkan bite rim rahang atas ke
dalam mulut dan sejajarkan bite rim rahang atas dengan garis camper dengan bantuan
fox plane guide. Kesejajaran galengan gigit yang terlihat dari fox plane terhadap garis
camper. Pada saat melakukan kesejajaran pada bite rim rahang atas, beberapa hal
yang harus diperhatikan seperti penentuan tinggi bite rim rahang atas dan garis
servikal yang berjarak 2 mm dari low lip linevbibir atas pada saat pasien tersenyum,
penyesuaian labial fullness dan penentuan kesejajaran galengan gigi trahang atas
anterior dan posterior terhadap garis camper. Bite rim disesuaikan sehingga bite rim
bawah berimpit rapat dengan rim atas pada saat beroklusi (Zarb, 2002).
2. Menetapkan relasi vertikal
Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan penentuan dimensi vertikal. Penentuan
dimensi pada kasus dengan pasien edentulus, dimulai dengan menentukan dimensi
vertikal istirahat tanpa menggunakan bite rim atas dan bawah. Pasien diminta untuk
mengucapkan huruf ”M”, dan dalam posisi istirahat dimensi vertikal diukur dan
didapatkan hasilnya yaitu 83 mm. Dimensi vertikal oklusi diperoleh dari dimensi
vertikal saat istirahat dikurangi dengan free way space sebesar 3 mm sehingga
diperoleh dimensi vertikal oklusi sebesar 80 mm. Kemudian, bite rim atas dan bawah
dimasukkan kembali ke dalam mulut, lalu pasien diminta menelan dan mengigit
dalam oklusi sentris, kemudian dilakukan pengukuran dimensi vertikal oklusi
kembali. Bite rim bawah dikurangi hingga diperoleh dimensi vertikal oklusi yang
telah ditetapkan. Selama proses pengurangan bite rim bawah ini, bite rim atas
dikeluarkan dari mulut agar basis yang terbuat dari malam tidak berubah bentuk
(Zarb, 2002).
3.Menetapkan relasi horizontal
Yaitu hubungan RB terhadap RA dari arah horizontal. Yang dicari adalah:
relasi sentrik, yaitu relasi paling posterior mandibula terhadap maksila, di mana
kondili terletak paling posterior dalam fossa glenoid pada tinggi gigit tertentu,
yang masih memungkinkan pergerakkan mandibula ke lateral
Cara mendapatkan relasi sentris (yang sering dilakukan di klinik):
 Metode reflek fungsional : penderita duduk dan kepala pada posisi dorsal
fleksi, kemudian diinstruksikan utk melakukan gerakan menelan berulang
kali
 Melakukan gerakan mandibula maju mundur dan dibantu operator
mendorong mandibula sampai posisi Posterior
 Membuka dan menutup mulut berulang kali sampai lelah, kmd menutup
mulut dan gal. gigit dalam keadaan kontak, operator membantu
meletakkan posisi distal
 Daerah palatum galengan gigit diberi nukleus dari walkhoff, kemudian
penderita diinstruksikan untuk menyentuh nukleus tersebut dengan ujung
lidah, operator membantu mendorong mandibula ke posterior (Gunadi,
2012).
4.Mencatat (recording) relasi sentris :
 Dibuat keratan bentuk “V” pada regio M1 galengan gigit RB (bagian oklusal)
 Oklusal RA posterior cukup dibuat keratan pada lokasi berhadapan
 Pada keratan diberi malam lunak, kemudian dilakukan relasi sentris atau
memakai steples.
 Kemudian galengan gigit dikeluarkan dari dalam mulut dalam keadaan kontak
dan difiksir
 Kemudian dibuat garis pada gal. gigit sisi anterior :
 Garis median
 Garis senyum
 Garis kanin (Gunadi, 2012)
Daftar Pustaka
Gunadi, Haryanto A, dkk. 2012. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1. Jakarta
: Hipokrates.
Zarb., Bolender., Carlsson., Boucher’s. Buku Ajar Prostodonsi untuk Pasien tak
Bergigi Menurut Boucher. Alih Bahasa: Mardjono D, Koesmaningati H. Jakarta:
EGC;2002. hal 159,270,276429.
2. Pada gambar GTSL di bawah ini
a. Tentukan klasifikasi Kennedy
b. Sebutkan komponen komponen dari GTSL tsb (beri tanda panah di komponen
contoh a:……., b:……. dst ) dan jelaskan fungsinya

Gambar 1

Gambar 2

a. Gambar 1

Kelas 2 Modifikasi 1 Karena unilateral free end denture dan mempunyai 1 area
endentulous.

Gambar 2
Kelas 2 Modifikasi 1 Karena unilateral free end denture dan mempunyai 1 area
endentulous.

b. Komponen gambar a Keterangan


1. Suporting rest = Mencegah terjadinya
ungkitan
2. Gigi anasir = Menggantikan gigi yang hilang
3. Basis gigi tiruan = Meneruskan tekanan
kunyah ke mukosa dan tulang alveolar,
Melekatnya cengkram, menggantikan jaringan
yang hilang, Memberi retensi pada protesa.
4. Konektor mayor = menahan daya lateral,
sebagai indirect retainer, stabilisasi GTSL
5. Retainer = retensi, stabilisasi,meneruskan
beban kunyah ke gigi abutment
6. Oklusal rest = meneruskan beban vertikal
pada gigi

Komponen Gambar b

Keterangan
1. Cengkram = Mencegah terjadinya ungkitan
2. Gigi anasir = Menggantikan gigi yang hilang
3. Basis gigi tiruan = Meneruskan tekanan
kunyah ke mukosa dan tulang alveolar,
Melekatnya cengkram, menggantikan jaringan
yang hilang, Memberi retensi pada protesa.
4. Konektor mayor = menahan daya lateral,
sebagai indirect retainer, stabilisasi GTSL

Anda mungkin juga menyukai