Anda di halaman 1dari 4

Kusumaningrum (2016) menyatakan hak adalah kepentingan hukum yang

dilindungi oleh hukum. Kepentingan sendiri berarti tuntutan yang diharapkan untuk
dipenuhi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hak pasien adalah suatu tuntutan pasien
yang pemenuhannya dilindungi oleh hukum (Kusumaningrum, 2016). Terdapat 3
macam hak berdasarkan sumber pemenuhannya yaitu: 
 Hak manusia karena kodratnya, yaitu hak yang kita peroleh begitu lahir, seperti
hak untuk hidup dan hak untuk bernafas. Hak ini tidak boleh diganggu gugat oleh
negara, bahkan negara wajib menjamin pemenuhannya.
 Hak yang lahir dari hukum, yaitu hak yang diberikan oleh negara kepada warga
negaranya. Hak ini juga disebut sebagai hak hukum, contoh : hak untuk memberi
suara dalam pemilu.
 Hak yang lahir dari hubungan kontraktual. Hak ini didasarkan pada perjanjian
kontrak antara orang yang satu dengan yang lain. Contoh pada peristiwa jual beli,
termasuk di dalamnya jual jasa beli bidang kesehatan.

Berkaitan dengan hak pasien maka sebenarnya merupakan hak yang asasi dan
bersumber dari hak dasar individual, the right of self determination dimana dalam
Black’s. Law Dictionary berarti sebagai right yang mengandung beberapa arti antara
lain hak alami (natural right) hak politik (political right) serta hak pribadi (civil right).
Hak untuk menentukan nasib sendiri lebih dekat artinya dengan hak pribadi, yaitu hak
atas keamanan pribadi yang berkait erat dengan hidup, bagian tubuh, kesehatan,
kehormatan, serta hak atas kebebasan pribadi (Freddy, 2007). Konvensi hak asasi
manusia hukum internasional mengasumsikan bahwa individu harus diakui sebagai
subjek hukum internasional. Langkah pertama karya besar ini telah diletakkan pada
tanggal 7 Desember 1948 ketika Majelis Umum PBB mengesahkan Universal
Declaration of Human Right (Freddy, 2007) . Berbicara bidang pelayanan kesehatan,
maka bidang ini mempunyai ciri khas serta dianggap lebih mendasar, yang berbeda
dengan pelayanan jasa atau produk lainnya, yaitu seperti ketidak tahuan. konsumen,
konsumen tidak memiliki daya tawar atau daya pilih, produk pelayanan kesehatan
bukan konsep homogen, pembatasan terhadap kompetisi, ketidakpastian tentang sakit,
serta kesehatan sebagai hak asasi. Dalam hal ini pasien harus dipandang sebagai
subjek yang memiliki pengaruh besar atas hasil akhir layanan yang bukan sekedar
objek. Hak-hak pasien harus dipenuhi mengingat kepuasan pasien menjadi salah satu
barometer mutu layanan sedangkan ketidakpuasan pasien dapat menjadi pangkal
tuntutan hukum. Berkaitan dengan mutu pelayanan medis, tentunya seorang pasien
mempunyai harapan. Sebenarnya yang menjadi harapan pasien sebagai konsumen
pelayanan medis meliputi :
a. Pemberian pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan;
b. Membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap tanpa membedakan unsur
sara (suku, agama, ras dan antar golongan);
c. Jaminan keamanan, keselamatan dan kenyamanan;
d. Komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pasien.

Selain harapan tersebut, terdapat beberapa hak yang dimiliki oleh seorang pasien
yang harus dilakukan oleh dokter. Konsekwensi seorang dokter dalam menjalankan
profesinya untuk merealisasikan hakhak yang dimiliki oleh pasien dengan
mengkomunikasikan setiap tindakan itu kepada pasiennya (Titik, 2010).
Menurut Ferawati dkk (2014), hak dan kewajiban pasien diatur dalam dua
undang-undang yaitu UU nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, dan UU nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. UU nomor 29 tahun 2004 dan UU nomor 36 tahun 2009
menjabarkan hak dan kewajiban yang dimiliki oleh seseorang sebagai pasien
seutuhnya. Sedangkan UU no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang
menjabarkan hak pasien sebagai konsumen pada pelayanan kesehatan.
UU Nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran dan UU Nomor 36 Tahun
2014 tentang Kesehatan menjabarkan hak dan kewajiban pasien sebagai berikut:
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:
1. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis yaitu diagnosis
dan tata cara tindakan medis; tujuan tindakan medis yang dilakukan; alternatif
tindakan lain dan risikonya; risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. 
2. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
3. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
4. menolak tindakan medis; Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian
atau seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima
dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Hak menerima
atau menolak tidak berlaku pada penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara
cepat menular ke dalam masyarakat yang lebih luas; keadaan seseorang yang tidak
sadarkan diri; atau gangguan mental berat.
5. mendapatkan isi rekam medis dan merahasiakannya. Setiap orang berhak atas
rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan. Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi
tidak berlaku dalam hal perintah undang-undang; perintah pengadilan; izin yang
bersangkutan; kepentingan masyarakat; atau kepentingan orang tersebut.
6. Menuntut ganti rugi. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,
tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian
akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
Tuntutan ganti rugi tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.

Secara khusus mengenai hak-hak konsumen diatur dalam undang-undang Nomor


8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dimana dalam Pasal 4 menyatakan
bahwa hak seorang konsumen adalah sebagai berikut :
 Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa;
 Hak untuk memilih barang dan/atau jasa, serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi, serta jaminan yang dijanjikan;
 Hak atas informasi yang benar,jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa;
 Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
 Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan secara patut;
 Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
 Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur, serta tidak
diskriminatif;
 Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya.
Daftar Pustaka
Freddy Tengker, 2007, Hak Pasien, Mandar Maju, Bandung, hal. 33.

Titik Triwulan Tutik, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Prestasi Pustaka,
Jakarta, hal. 11.

Ferawati, T., S. Sunarsih dan S. Wahyuningsih. 2014. Gambaran Sikap Pasien


terhadap Hak dan Kewajiban Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Sukoharjo. Jurnal Rekam Medis. 8(1): 86-93.

Kusumaningrum, A. E. 2016. Penerapan Hak dan Kewajiban Pasien sebagai


Konsumen dalam Pelayanan Medis. Prosiding Semnas Hasil Penelitian Hukum
Kesehatan. 23 Mei 2016. Denpasar: Universitas Mahasaraswati Press.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek


Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai