Faktor Pertimbangan
Faktor yang mempengaruhi bentuk & ukuran
Ukuran asli & konsistensi
Kesehata umum pasien
Tekanan yang diberikan oleh otot sekitar apabila gigi sudah lemah dan tekanan diberikan,
maka dapat terjadi resorpsi
Keparahan & lokasi penyakit periodontal
Pembedahan saat ekstraksi gigi
Lamanya kehilangan gigi
Landmark
Landmark Maksila
o Struktur pembatas : border moulding (peripheral area)
Vestibulum labialis
Vestibulum bukali
Frenulum labialis
Frenulum bukalis
Posterior palatal seal mulai dari hamular notch sampai vibrating line (1 – 2 mm
dari AH line) mukosa tebal sehingga bagus untuk retensi
Hamular notch tebal sehingga dapat menerima tekanan yang besar
o Struktur pendukung
Primary stress bearing area daerah yang mendapat tekanan utama,
umumnya tulang karena keras
Hard palate
Alveolar ridge slope
Secondary stress bearing area daerah yang mendapat tekanan selain dari
daerah utama
Rugae sebagai artikulasi, memastikan terjadi resonansi udara, sehingga akan
menimbulkan suara (fonetik)
Tuberositas maksila ada yang besar, ada yang kecil. Pasien yang baru
dicabut giginya, tuberositas nya besar, namun lama-kelamaan akan mengecil
Pembesaran yang mengganggu bidang oklusi bedah
Tulang (palatum durum & residual ridge) dilapisi membran mukosa epitel
berkeratin
Membran mukosa terdiri dari mukosa & submucosa
Bantalan antara basis & tulang
Dukungan utama GT tulang maksila dan palatum
Lingual occlusion!! (rahang bawah lama kehilangan gigi dan membesar sehingga
RA menjadi mengecil)
o Relief area : menghindari struktur dalam mulut yang dapat menerima tekanan
kunyah yang besar sehingga tidak terjadi resorpsi. Merupakan salah satu upaya
untuk menghindari tekanan kunyah yang besar
Foramen insisivum
Di bawah papilla insisivum
Lewatnya n. nasopalatinus & pembuluh darah kalau tertekan, bibir pasien miring
Basis gigi tiruan tidak boleh menekan
Prosesus tajam
Umumnya tidak masalah dilapisi jaringan lunak
Namun tulang tajam melukai jaringan lunak gigi tiruan diatasnya
Torus palatinus sebagai vulcrum
Pembsesaran tulang
Midline palatum / dasar mulut
Relief daerah intaglio
Midline fracture : terjadi akibat torus yang tidak di relief (yang patah itu gigi
tiruannya)
Fovea palatina berada di antara gigi M1 dan M2 kiri dan kanan
Landmark Mandibula
o Struktur pembatas
Vestibulum labilalis
Vestibulum bukalis
Frenulum labialis untuk retensi, agar gigi tiruan tidak bergerak ke kiri dan kanan
Frenulum bukalis
Perpanjangan distal
Retromolar pad
Ruang retromylohyoid
o Struktur pendukung
Alveolar ridge
Buccal shelf
o Relief area
Mylohyoid ridge karena apabila digunakan, maka semua tekanan kunyah akan
terkonsentrasi kesini
Foramen mental keluarnya n. mandibularis
Genial tuberkel
Torus mandibularis
border moulding adalah batas tepi gigi tiruan untuk mencetak otot sehingga mendapat
peripheral seal)
PENCETAKAN ANATOMIS, ALAT DAN BAHAN
Pencetakan anatomis dibuat sebagai bagian dari rencana perawatan. Pencetakan anatomis
didefinisikan sebagai replika negatif dari jaringan lunak mulut untuk membuat model anatomis.
Cetakan anatomis dibuat menggunakan bahan cetak elastic seperti agar atau alginate. Bahan
cetak yang keras tidak digunakan untuk membuat cetakan anatomis, karena bahan yang keras
dapat tertahan di undercut dan mudah patah. Alginat digunakan karena bahan ini elastic
(mencetak undercut) dan ekonomis.
Sumber :
Nawallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. New Delhi : Jaypee Brothers, 2003: 34-7
SENDOK CETAK INDIVIDU DAN TAHAPAN KERJA BORDER
MOULDING
2.1.2 Bahan- Bahan yang Digunakan untuk Membuat Sendok Cetak Individu
Sendok cetak individu biasanya dibuat dari bahan resin akrilik
autopolymerizing (self-cured) atau light-activated (light-cured). Jika
menggunakan resin akrilik light-activated, hanya membutuhkan selembar
resin untuk disesuaikan dengan model diagnostik, yang telah dimodifikasi
dengan relief dan block out wax. Pegangan sendok cetak dibuat menggunakan
sisa bahan, dan sendok cetak dimasukkan ke dalam unit light-curing untuk
dipolimerisasi, mengikuti aturan pabrik. Jika menggunakan resin akrilik
autopolymerizing, secara umum rasio yang digunakan 3 perbanding 1 untuk
polimer terhadap monomer dan dicampur, disesuaikan dengan model
diagnostik, dan mengalami polimerisasi secara kimiawi. Pegangan sendok
cetak dapat ditambahkan sesuai keinginan dengan menggunakan bahan
tambahan. Sendok cetak bisa dipotong sesuai dengan panjang yang
diinginkan, seperti yang sudah ditandai pada model diagnostik, dirapikan dan
lakukan finishing.(3)
Kedua bahan ini memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga menjadi
suatu pertimbangan dalam penggunaanya. Resin akrilik autopolymerizing
memiliki kelebihan bersifat kaku, mudah untuk dibentuk, mudah untuk
dipotong atau dirapikan dan diatur, juga tidak mahal. Kekurangan bahan ini
adalah mengalami perubahan dimensi selama 24 jam setelah dibuat, untuk itu
sebaiknya digunakan setelah waktu tersebut, dan dapat menimbulkan alergi.
Kemudian, untuk resin akrilik light-activated memiliki kelebihan dimana
mudah untuk dibentuk dan dimensinya stabil sehingga bisa langsung
digunakan. Kekurangannya adalah bersifat brittle, menghasilkan partikel
halus pada saat diasah, dan membutuhkan tempat curing khusus. Selain itu
ada beberapa bahan yang juga bisa digunakan untuk membuat sendok cetak
individu yaitu shellac dan impression compound. Shellac telah digunakan
sebelumnya. Bahan ini memiliki sifat brittle dan mudah mengalami distorsi.
Oleh sebab itu, bahan ini tidak disarankan untuk digunakan. Impression
compound telah digunakan untuk membentuk cetakan awal pada sendok cetak
prefabrikasi. Cetakan tersebut dipotong untuk diubah menjadi sendok cetak
individu dan cetakan akhir dibuat dengan bahan yang sesuai.2
Gambar 1. Batas lilin spacer (hijau), batas dari sendok cetak individu (biru) dan stop
oklusal (merah)
Gambar 2. Lapisan base pate wax diletakkan di atas model diagnostik
(a)
(b)
(c)
Gambar (3a-3b) Pegangan sentral dan sayap dikontur dan dibentuk (3c) Sayap lateral
posterior memberikan daya tarik aksial untuk pemindahan sendok cetak yang seragam .
Gambar 4. Pemberian lapisan penghalang udara
Gambar (8a) Pembuatan perforasi (8b) Sendok cetak individu sudah selesai
2. Bukal flange :
a Pasif : pipi diangkat lalu ditarik ke arah luar, ke bawah, dan ke
dalam lalu digerakkan mundur dan maju.
b Aktif : pasien diinstruksikan untuk mengerutkan bibir dan
tersenyum (gambar 13).
Gambar 14. Sendok cetak individu dengan daerah frenulum
bukal pada pembentukan bukal flange.
3. Daerah distobukal :
a Pasif : pipi ditarik ke arah luar, ke bawah, dan ke dalam.
b Aktif : pasien diinstruksikan untuk membuka mulut dengan
lebar, tutup dan gerakkan mandibula dari sisi ke sisi. Membuka
mulut dengan lebar menggambarkan kedalaman dan lebar dari
distobukal flange seperti yang diatur oleh otot, sementara
mandibula bergerak dari sisi ke sisi, disediakan untuk
pergerakan dari prosesus koronoid (gambar 14).
Gambar 15. Sendok cetak individu dengan daerah distobukal
pada pembentukan bukal flange.
2. Bukal flange :
a Pasif : pipi diangkat ke arah luar, ke atas, dan ke dalam dan
digerakkan mundur dan maju.
b Aktif : pasien diinstruksikan untuk mengerutkan bibir dan
tersenyum (gambar 17).
Gambar 18. Pembentukan daerah bukal flange.
th
1. Ferro KJ, Chairman. 2017. The Glossary of Prosthodontic Terms. 9 ed.
Academy of Prosthodontics.
nd
2. Rangarajan V, Padmanabhan TV. 2017. Textbook of Prostodontic. 2 ed.
India : Elsevier. p. 65-75
3. Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. 2009. Textbook of Complete Denture.
th
6 ed. Shelton, Connecticut : People’s Medical Publishing House. p. 97-119
4. Terry DA, Tric O, Blatz MB, Burgess JO. The Custom Impression Tray:
Fabrication And Utilization. International Dentistry SA Vol. 12, No. 3. Clinical.
5. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto J. 2006. Contemporary Fixed
th
Prosthodontic. 4 ed. Philadelphia : Mosby Elsevier. p. 368.
6. Madhav VNV, Prabhudesai. 2012. Elastomeric Impression Technique for
Complete Denture Impressions. Journal of International Dental and Medical
Research. Vol. 5.
7. Soeprapto A. 2017. Buku Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi.
nd
2 ed. Yogyakarta : STPI Bina Insan Mulia. p. 252.
8. Kusmawati FN, Taher P, Dewi SRP. 2013. Luas Kontak Permukaan Hasil
Cetakan Anatomis Basis Gigi Tiruan Penuh Dengan Bahan Cetak Polyvinyl
Siloxane. Jurnal PDGI. Vol. 64, No 2. p. 31-34.
PENCETAKAN INDIVIDUAL, BAHAN DAN TEKNIK
Pencetakan rahang adalah tiruan bentuk negatif dari jaringan rongga mulut yang
merupakan jaringan pendukung gigitiruan. Cetakan dilakukan untuk mendapatkan model yang
merupakan bentuk tiruan yang sesuai dengan bentuk dan ukuran jaringan rongga mulut.
Keberhasilan suatu gigitiruan sangat tergantung pada proses pembuatannya, salah satu tahap
penting dalam proses pembuatan gigitiuruan adalah tahap pencetakan. Dalam tahap tersebut
diguanakan teknik pencetakan yang diharapkan dapat menghasilkan suatu cetakan yang akurat
sehingga dihasilkan pula gigitiruan dengan adaptasi yang baik.
Teknik pencetakan dapat dipilih dengan mempertimbangkan keunggulan dan
kelemahannya. Dukungan terhadap gigitiruan dapat diperoleh dari tulang rahang atas dan rahang
bawah dan mukosa yang menutupinya. Keadaan ini dapat diperoleh dengan menggunakan
tekanan secara selektif yang sesuai dengan kelenturan jaringan yang menutupi daerah pendukung
gigitiruan. Cetakan harus mencakup semua jaringan pendukung sesuai dengan batas-batas
kesehatan dan pergerakan jaringan pendukung dan jaringan pembatas gigitiruan sehingga batas
pinggir gigitiruan harmonis atau sesuai dengan batasan anatomis dan fisiologis dari struktur
rongga mulut, selain itu juga harus terdapat ruangan yang cukup untuk penempatan bahan cetak
pada sendok cetak fisiologis.
Banyak bahan cetak yang sering digunakan pada prostetik dentistry yang
diklasifikasikan, seperti:
1. Bahan yang kaku.
- Plaster of paris
- Paste oxide metalic
2. Bahan termoplastik.
- Modeling plastik
- Bahan cetak malam
- Resin
3. Bahan cetak elastik.
-Reversible hidrokolloid (agar)
- Irreversible hidrokolloid (alginate)
4. Bahan cetak mercaptan rubber-base (thiokol)
- Bahan cetak silicon
- Polyeter.
Secara umum, bahan cetak dapat diklasifikasikan atas bahan-bahanelastik dan non
elastik. Bahan-bahan elastik terbagi atas hidrokoloid dan elastomer, sedangkan bahan non elastik
terdiri dari plaster of paris, komponen cetak, pasta zinc oxide eugenol dan malam cetak.
Sebelum dilakukan pengambilan cetakan pada pasien, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
A. Pemilihan bahan cetak Bahan cetak yang dapat digunakan :
1. Irreversible hidrokolloid. Bahan ini tidak dapat dipakai labih dari satu kali setelah
dipakai. Digunakan untuk model diagnostik. Misalnya : Alginate
2. Reversible hidrokolloid. Bahan cetak ini dapat dipakai berulang-ulang. Hasil cetakan
yang diperoleh lebih akurat. Contoh : Agar, Stent.
Perbedaan antar reversible hidrokolloid dengan irreversible hidrokolloid adalah :
1. Reversible hidrokolloid berubah dari bentuk gel (liat) ke sol (padat), mempunyai
dimensi yang lebih stabil setelah dikeluarkan dari mulut.
2. Irreversible hidrokolloid menjadi gel melalui reaksi kimia dari hasil pencampuran
antara bubuk dan air.
B. Pemilihan sendok cetak
1. Harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakkan dalam mulut harus ada selisih
ruangan kira-kira 4-5 mm.
2. Harus sesuai dengan bahan cetaknya, jika memakai alginate harus memakai sendok cetak yang
berlubang atau yang memakai spiral ditepinya.
3. Sayap sebelah lingual sendok cetak rahang bawah dapat diperpanjang dengan malam untuk
memperluas di bagian posterior.
Teknik mencetak Teknik mencetak dengan penekanan yang selektif antara gigi dan jaringan
pendukung :
1. Teknik mukokompresi : jaringan lunak mulut di bawah penekanan. Pencetakan
dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas tinggi, sehingga
tekanan lebih dibutuhkan ke arah mukosa di bawahnya.
2. Teknik mukostatis : jaringan lunak mulut berada dalam keadaan istirahat. Pencetakan
yang demikian dilakukan dengan menggunakan bahan yang mempunyai viskositas
yang sangat rendah, dimana hanya sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan, sehingga
pada keadaan ini sedikit atau tidak ada sama sekali terjadi pergerakan dari mukosa.
Bahan cetak elastomer terbagi 3 yaitu, polieter, polisulfid dan silikon dan ketiga jenis
elastomer tersebut tersedia dalam berbagai viskositas. Viskositas adalah kemampuan
masingmasing bahan untuk tidak mengalir. Rentangan Nilai Viskositas berbagai bahan cetak
elastomer terlihat pada tabel :
Rentang Nilai
Type Bahan Cetak Viskositas (centi
Poise)
Putty 400.000 – 700.000
Heavy body 200.000 – 300.000
Regular 40.000 – 150.000
Light body and wash 10.000 – 700.000
Polieter tersedia dalam tipe : heavy body, regular, dan light body. Polieter paling kaku
dibanding elastomer lainnya oleh karena itu cetakan polieter sukar dibuka. Polieter memiliki
ketahanan terhadap kekoyakan dan elastisitas yang adekuat. Stabilitas dimensinya sangat baik
pada kelembaban yang rendah, namun bahan cetak polieter bersifat hidrofilik dan menyerap air
pada keadaan kelembaban yang tinggi sehingga dapat mengakibatkan distorsi.
Waktu pengadukan 30 – 45 detik, waktu kerja 2 – 3 menit dan waktu pengerasan 6 – 7
menit dan biasanya digunakan untuk mahkota dan inlay. Contoh bahan cetak polieter adalah :
Impregum, Permadyne Ramitec dan polygel. Polisulfid tersedia dalam tipe : heavy body, regular
dan light body. Kekakuannya relatif rendah, ketahanan cetakan terhadap kekoyakan baik.
Elastisitasnya jauh dari ideal bahan ini dianggap sebagai bahan yang viskoelastis.
Stabilitas dimensi polisulfid adekuat tetapi pengisian tidak boleh ditunda. Keakuratan cetakan
dengan bahan cetak polisulfid baik, bila menggunakan sendok cetak khusus.
Waktu pengadukan 1 menit, waktu kerja 3 – 6 menit dan waktu pengerasan 10 - 20 menit
dan biasanya diguanakan untuk cetakan inlay, mahkota dan jembatan. Contoh bahan cetak
polisulfid adalah : • Permlastic
• Coe-flex
• Omniflex
• Neoplex
Silikon tersedia dam tipe putty, heavy body, regular, light body dan wash. Bahan cetak
silikaon yang berpolimerisasi dengan reaksi kondensasi dikenal sebagai silikon kondensasi,
sedangkan yang berpolimerisasi dengan reaksi adisi disebut silokon adisi yang dikenal dengan
sebutan polivinil siloksan.
Bahan cetak silikon kondensasi mengahsilkan deformasi permanen yang rendah, sifat
kakunya sedang. Ketahanan bahan ini terhadap kekoyakan adekuat dan elastisitasnya sangat bai.
Stabilitas dimensinya buru, oleh karena itu cetakan harus diisi sesegera mungkin. Keakuratan
hasil cetakan silikon kondensasi cukup baik dan dapat dipakai dengan sendok cetak sediaan.
Waktu pengadukan 30 – 60 detik, waktu kerja 2 – 3 menit dan waktu pengerasan 6 – 10
menit, biasanya digunakan untuk pencetakan mahkota, jembatan, dan kadang untuk pencetakan
GTSL. Contoh bahan cetak silikon kondensasi : xantropen dan optosil.
Bahan cetak silikon adisi menghasilkan deformasi permanen yang sangat rendah, cetakan
yang dihasilkan keras. Sehingga menyulitkan pelepasannya dari mulut. Ketahanan bahan ini
terhadap kekoyakan adekuat dan elastisitasnya sangat baik. Stabilitas dimensinya juga sangat
baik. Pengisian pada cetakan dapat ditunda hingga 7 hari. Keakuratan hasil cetakan baik dengan
pemakaian sendok cetak sediaan.
Waktu pengadukan 30 – 45 detik, waktu kerja 2 – 4 menit dan waktu pengerasan 6 – 8
menit, biasanya digunakan untuk pencetakan mahkota, jembatan dan kadang-kadang untuk
GTSL. Contoh bahan cetak silikon adisi : Reprosil, President, Mirror 3 dan Extrude.
Jumlah kompresi yang diterima tidak sama pada seluruh mukosa, jaringan diatas daerah
retromolar akan mengalami pergerakan dengan derajat yang lebih besar daripada jaringan yang
berada lebih ke anterior. Dapat dikatakan bahwa pencetakan yang akurat dipengaruhi oleh deajat
kompresibilitas yang bervariasi dari berbagai jaringan tergantung dari viskositas bahan yang
digunakan. Dengan mengkombinasikan antara metode mukostatis dan mukokompresi yang
dikenal dengan metode fungsional akan memberi keuntungan, dimana untuk mencapai hal ini
secara maksimal dibutuhkan teknik pencetakan ganda.
Jika hal-hal tersebut telah diketahui, maka pengambilan cetakan pada pasien dapat
dilakukan. Pengambilan cetakan ini gunanya untuk mendapatkan model rahang pasien. Dengan
memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka diharapkan akan diperoleh hasil cetakan yang baik
dimana dimana pada cetakan yang baik akan terlihat denga jelas bagian-bagian sebagai berikut :
1. Seluruh gigi-geligi yang masih ada
2. Prosessus alveolaris yang tidak bergigi
3. perlekatan otot-otot, pinggiran cetakan harus kelihatan membulat kecuali pada daerah-daerah
yang menggambarkan perlekatan otot
4. Permukaan cetakan harus halus dan tidak berlubang-lubang
5. Dasar sendok cetak tidak boleh terlihat
6. Cetakan rahang atas harus mencakup sampai hamular notch
7. Cetakan rahang bawah harus mencakup sampai ke retromolar pad
Dapus
1.Alqattan WA, Alalawi HA, Khan ZA. 2016. Impression Techniques and Materials for
Complete Denture Construction. Dental Health: Current Research.
2. Al-Judy HJ. 2015. Comparison Of The Effect Of Sectional Border moulding Using
Different Molding And Final Impression Material On The Retention Of Maxillary Complete
Denture Bases. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences. Vol. 14
BEADING DAN BOXING
Pemasangan beading dilakukan untuk menjaga lebar dan tinggi sulkus dalam gips. Boxing dilakukan untuk
mendapatkan dasar yang halus dan berbentuk baik.
Boxing dan Beading Tujuanya adalah : untuk mempertahankan bentuk tepi hasil yang tercatat pada model
kerja.bentuk tepi dari hasil cetakan akan direproduksi menjadi bentuk tepi gigitiruan.
Utility wax khusus adalah bahan yang paling umum digunakan untuk beading dan boxing. Dental plaster dengan
pumice dan paddle boxing adalah alternatif lain. Teknik untuk beading dan boxing berbeda-beda untuk setiap
bahan.
Wax beading yang paling umum digunakan berwarna biru,dan untuk boxing berwarna putih.
Dengan tidak beading atau wax boxing, modelling wax dapat digunakan sebagai pengganti. Strip modelling wax 5
mm digulung dengan telapak tangan pada permukaan yang rata. wax yang digulung dapat digunakan untuk beading .
Strip modelling wax berukuran 12 - 15 mm digunakan untuk boxing. Strip boxing harus setidaknya 13 mm diukur
secara vertikal dari titik tertinggi cetakan.
Prosedur :
Cetakan harus dibuat stabil menggunakan wax lunak atau modelling clay untuk membuat
permukaancetakan sejajar dengan lantai
Untuk cetakan rahang bawah, dibagian lidah harus ditutupi dengan selembar wax. Selembar wax dipotong
berbentuk “U”yang berdekatan dengan lidah. Wax dibagian lidah menyatu 3-4 mm di bawah kontur lingual
flange. Selembar wax harus dipadukan secara akurat untuk menghindari kebocoran dari dental stone saat
dituangkan ke cetakan.
Beading wax di adaptasi 3-4 mm dibawah kontur tertinggi dari cetakan. Beading harus lebar memiliki 4
mm. Beading wax harus berada disekitar cetakan. Beading yang tidak berbentuk atau ditempatkan dengan
benar dapat menyebabkan terbentuknya lapisan tipis dan tinggi pada cetakan. Ketebalan tambahan harus
ditambahkan ke daerah posterior cetakan rahang bawah.
Beading wax harus ditutup pada kedua sisi (di atas dan di bawah) dari cetakan
Beading wax diposisikan di atas meja. Sepotong boxing sekitar 15 mm dipanaskan dan diadaptasi di sekitar
cetakan beading untuk membentuk dasar gips. Ujung-ujung beading wax disambungkan secara akurat dan
seluruh boxing wax ditutup di kedua sisi (di atas dan di bawah).
siapkan gulungan lilin atau beading wax setebal lebih 3-5 mm kemudian dicetakan dibawah ditepi
seluruh hasi cetakan.
untuk rahang atas penempelan beading wax berakhir dibelakang prossesus alveolar bagian posterior
sebelah kiri kanan. untuk rahang bawah meliputi seluruh tepi hasil cetakan bagian labial, bukal
dan lingual.
untuk bagian lingual ,tempat lidah ditutupi dengan selembar wax yang digabung dengan beading wax
yang sudah dicetakan. Bagian luar beading wax diletakan untuk membentuk basis dari model.
kemudian hasil cetakan yang dilakukan boxing dicor dengan gips stone untuk mendapatkan model
kerja ( model). beading dan boxing juga menggunakan wax sebelum diisi dengan gips dan metode
ini yang lebih sering digunakan.bahan gips pada sendok cetak menggunakam algianat untuk
menstabilkan posisi sendok cetak.
Pembuatan model kerja
Model kerja dibuat menggunakan sendok cetak individual yang telah dilakukan tahap border moulding terlebih
dahulu dan membuat cetakan dengan menggunakan bahan elastomer ( polyvinylsiloxane). Bahan elastomer (Exaflex
Hydrophilic Vinyl Polysiloxane Impression Material Regular bersifat hidrofobik sehingga harus dalam lingkungan
yang kering agar bisa tercetak dengan baik. Oleh karenanya, sebelum pencetakan, mukosa yang akan dicetak
dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan tampon. Pasien diinstruksikan untuk tegak agar bahan cetak tidak
mengalir ke belakang. Teknik mencetak rahang atas maupun bawah yaitu sendok cetak ditekan pada bagian
posterior kemudian lanjutkan penekanan di bagian anterior. Penekanan dilakukan hingga dapat dirasakan berkontak
dengan mukosa di mulut pasien.
setelah selesai mencetak, cetakan negatif tadi dicor dengan menggunakan gips stone sehingga diperoleh model
positif cetakan fisiologis. Selanjutnya model positif tersebut diserahkan ke tekniker untuk pembuatan basis dan
galengan gigit.
Referensi
Textbook of prosthodontics – jaypee Brothers; 1 edition p.92-93
Textbook of Complete denture ; 6 edition p. 124-125
8. PEMBUATAN TANGGUL GIGITAN DAN VERTIKAL DIMENSI
Perendaman model kerja dalam air, model kerja direndam dalam air dengan
suhu kamar selama 5 menit untuk mengeluarkan udara yang terjebak dalam
model kerja sehingga meminimalisir terbentuknya terbentuk gelembung (bubble
defect) pada record base
Aplikasi separator, menggunakan tinfoil subtitute (bisa juga CMS), separator
diaplikasikan 2x menggunakan kuas pada seluruh permukaan yang akan
diaplikasikan resin akrilik. Setelah aplikasi separator yang pertama, ditunggu
hingga mengering lalu dilanjutkan aplikasi kedua.
Gambar 8.2 : Aplikasi separator pada model kerja
Gambar 8.3 : Aplikasi resin akrilik & tampakan record base yang sudah jadi
TAHAP PEMBUATAN BITE RIM
Occlusal rim atau bite rim dibuat dari pink baseplate (set-up wax) atau preformed wax
occlusion rim . Bite rim dibuat berbentuk tapal kuda dan diletakkan diatas record base untuk
memperoleh tinggi gigitan pada keadaan oklusi sentrik yang nantinya akan dipindahkan ke
articulator.
Syarat bite rim:
- Ketinggian pada maksila 22 mm
- Ketinggian pada mandibula 18 mm
- Lebar posterior 8-10 mm
- Lebar anterior 6-8 mm
- Inklinasi gigi c-c kearah labial sudut 15°
Gambar 8.4 : Bite rim yang sesuai kriteria
TAHAPAN KLINIK
Try in base plate dengan bite rim
Diperiksa retensi dan stabilisasinya. Bite rim yang telah sesuai ukurannya dicobakan ke
mulut pasien dan diperiksa profilnya. Jika bibir pasien masih terlihat tertekan maka bite rim
anterior dibuat lebih protrusif. Jika pipi pasien terlihat cekung maka bite rim di bagian bukal
ditambah dengan wax.
Centric relation record adalah suatu relasi mandibula terhadap maxilla pada suatu relasi
vertikal yang ditetapkan pada posisi mandibula paling posterior. Cara menentukan relasi
sentrik dengan Metode Shanahan yaitu dengan menengadahkan kepala pasien sedemikian
rupa sehingga processus condyloideus akan tertarik ke fossa yang paling belakang karena
tarikan dari otot dan menelan ludah berulang-ulang. Pasien diminta menggerakkan
mandibula berulang-ulang sampai pasien biasa dengan oklusi tersebut. Setelah mendapat
posisi sentrik bite rim diberi tanda tempat garis kaninus kanan dan kiri serta median line.
Median line diambil sebagai terusan dari tengah lekuk bibir atas (philtrum). Garis kaninus
tepat pada sudut mulut dalam keadaan rest posisi. Garis kaninus, diperoleh dengan menarik
garis tepat pada sudut mulut dalam keadaan rest posisi. Garis ketawa diperoleh pada saat
pasien tertawa, gusi tidak terihat /batas servik gigi. Pasien diminta untuk membuka dan
menutup mulut lalu dilihat apakah garis tersebut sudah tepat dan tetap pada kedudukannya
dalam keadaan relasi sentrik.
Fiksasi.
Fiksasi dengan cara membuat groove berbentuk V terbalik pada kanan dan kiri bite rim
RA bagian posterior kira-kira pada P1 dan M1, kemudian groove diberi vaselin. Pada bite rim
RB, dilakukan pengurangan malam (2 mm) pada regio yang sejajar dengan double V grove
pada RA, kemudian pada daerah pengurangan tersebut siberi tambahan malam lunak.
Kemudian pasien diinstruksikan pada posisi sentrik. Bite rim RA dan RB dikeluarkan dari
mulut pasien, kemudian bite rim dipasang pada artikulator.
Sumber :
Jagger D, Harrison A. Textbook of Complete Dentures. London: British Dental Association,
2009: 189-93
Facebow berhubungan dengan model maksila untuk penentuan sudut membuka dan menutup
artikulator dalam hubungan yang sama dengan keadaan maksila pasien sesuai sendi anatomis.
Facebow transfer menetapkan hubungan gigi geligi maksila terhadap bidang referensi horizontal
sehingga model maksila dapat dipasang pada artikulator dalam posisi anatomi yang benar. Istilah
lebih sederhana, facebow transfer menetapkan hubungan antara gigi maksila dan kepala pasien
(terhadap TMJ).
Tentukan titik kondil dan bite registration pada pasien kemudian pasangkan facebow pada
pasien tersebut. Setelah mendapatkan rekaman yang sesuai, facebow dipasang pada artikulator.
Berbagai jenis artikulator mempunyai sudut yang berbeda untuk pergerakan maksila dan
mandibula. Artikulator memiliki bagian yang mewakili kepala kondil pasien (umumnya disebut
condylar element or post pada artikulator) dan bagian lain mewakili guiding surfaces or
articular eminence (umumnya disebut condylar housing). Bagian kondil dan guidance surface
harus dianggap sebagai cams yang mampu mereplikasi pergerakan intraoral yang dapat diamati.
Banyak articulator memiliki bagian adjustable yang berguna sebagai vertical stop di depan
artikulator (insisal pin) dan membantu menjaga dimensi vertikal yang telah ditetapkan pada
artikulator. Biasanya ada beberapa tipe mekanisme locking yang akan menjaga bagian atas pada
posisi relasi sentrik terhadap bagain bawah pada artikulator.
Gambar 1. Class III articulator. A: bagian atas;B: bagian bawah C: condylar element or post D:
condylar housing E: pin insisal
Sumber: Textbook of complete dentures.
Gambar 2. Banyak jenis artikulator sesuai untuk pembuatan gigi tiruan. Tipe yang paling umum
digunakan adalah Class III articulator, dapat menerima facebow dan digunakan untuk merekan
keadaan protrusi atau lateral kondil.
Sumber: Textbook of complete dentures.
Pada tahun 1899 untuk pertama kalinya, Bonwill menjelaskan bahwa pada orang dewasa laki-
laki, umumnya jarak antara titik tengah dari gigi seri tengah mandibula dan pusat-pusat di mana
lengan masing-masing sekitar 10,16 cm (empat inci) panjangnya. Itu disebut segitiga sama sisi
Bonwill.
Sumber:
Jagger D, Harison A. Textbook of complete denture. London: British Dental Association.
2009:189-93
BAB 10
PENYUSUNAN GIGI DAN TRY IN
midline dan ujung insisal menyentuh bidang oklusal, gigi insisivus lateralis 1mm di atas bidang
oklusal, dan kaninus rahang atas diposisikan juga menyentuh bidang oklusal. Sumbu aksis
insisivus lateralis lebih ke palatal dan distal jika dibandingkan insisivus sentralis, serta sumbu
aksis kaninus rahang atas harus condong ke arah distal jika dilihat dari arah depan, maka
kaninus hanya terlihat bagian mesialnya saja, dengan bagian servikal tampak menonjol2.
Ketika menyusun gigi untuk try in, gigi posterior disusun terlebih dahulu untuk
mendapatkan kontak oklusi sentris yang baik. Untuk mengatasi kontak exkursif dan
premature, diperlukan oklusi seimbang di artikulator. Pengaturan ini meminimalkan kesulitan
dalam menyusun gigi tiruan dan dalam mengoreksi prematuritas exkursif saat pemasangan.
Dalam menyusun gigi posterior, cusp bukal rahang atas dan rahang bawah tidak boleh dalam
garis vertikal yang sama karena dapat menyebabkan cheek biting. Sehingga untuk
meminimalkan ini maka, cusp bukal gigi maksila diletakkan lebih ke arah bukal dibanding
gigi posterior rahang bawah.1 Cusp bukal premolar pertama menyentuh bidang oklusal dan
cusp palatal 1 mm di atas bidang oklusal. Untuk premolar kedua, baik cusp bukal maupun
palatal menyentuh bidang oklusal. Cusp mesio palatal molar pertama menyentuh bidang
oklusal, cusp mesiobukal terangkat 0,5mm dan cusp distobukal terangkat 1 mm. Pada molar
kedua, cusp mesiobukal sejajar dengan cusp distobukal M1 rahang atas, cusp mesiopalatal
terangkat dan cusp distobukal terangkat 1,5 mm dari bidang oklusal.2
Try In Gigi Tiruan1
Try in gigi tiruan dalam hal ini memperhatikan segi estetik dan fungsional adalah
kesempatan terakhir dokter untuk memastikan bahwa gigi tiruan akan memenuhi tuntutan
estetik dan fonetik pasien. Selain itu, ini adalah kesempatan terakhir untuk memastikan bahwa
model RA dan RB berada dalam hubungan horizontal dan vertikal yang benar pada artikulator
sebelum gigi tiruan diproses. Dokter harus mengevaluasi secara kritis dan objektif sejauh mana
gigi tiruan memenuhi tujuan yang diinginkan dari setiap langkah sebelumnya.
Penunjukan penyisipan uji coba akan membuat penilaian posisi estetika gigi tiruan,
dukungan wajah, fonetik, dimensi vertikal oklusi, skema oklusal, dan posisi oklusi sentris.
Prosedur ini juga akan memberikan pasien kesempatan untuk melihat hasil estetika dari
pertimbangan sebelumnya selama penunjukan catatan maxillomandibular dan proses pemilihan
gigi.
1. Evaluasi Dimensi Vertikal
Dilakukan pemeriksaan ulang mengenai dimensi vertikal yang tepat pada pasien yaitu
berdasarkan dimensi vertikal istirahat dan dimensi vertikal oklusi.Hal ini menyangkut
hubungan interoklusal, fonetik, dan posisi vertikal tersebut terhadap bidang oklusal. Gigi
geligi seharusnya tidak saling berkontak ketika berbicara. Jika ada kontak, maka dapat
dikatakan bahwa dimensi vertikal oklusinya berlebihan.
2. Evaluasi Relasi Sentris
Dengan melakukan pemeriksaan kembali mengenai pencatatan maxillomandibular untuk
mengartikulasikan model rahang bawah dengan model rahang atas pada posisi sentris.
3. Pencatatan Eksentris
Skema oklusal kompleks yang membutuhkan padanan mekanik yang tepat dari gerakan
mandibula yang sebenarnya pada artikulator akan membutuhkan rekaman eksentrik untuk
mengatur panduan kondilus. Catatan posisi protrusif atau catatan posisi lateral, biasanya
digunakan untuk tujuan ini. Hal ini memungkinkan penyesuaian dilakukan sebelum
pemrosesan dan juga akan menyediakan pengaturan artikulator yang tepat untuk
dilakukan try in.
4. Evaluasi dukungan wajah, estetik dan fonetik
Dukungan wajah, penempatan estetika gigi tiruan, dan fonetik harus dievaluasi dengan
cermat. Sebagian besar penopang bibir yang mengelilingi mulut berasal dari posisi dan
angulasi gigi yang tepat dan struktur pendukung dari basis gigi tiruan terutama pada
bagian vestibulum. Posisi dan dukungan yang tepat akan memengaruhi kualitas suara
bicara mengucapkan huruf "v" di mana wet dry line pada bibir bawah harus menyentuh
tepi insisal gigi maksila anterior.
5. Evaluasi akhir
Dilakukan menggunakan gingival shade untuk pemilihan warna basis gigi tiruan jika
diperlukan. Pada tahap ini, sangat penting untuk menanyakan kembali mengenai
kepuasan estetika pasien.
Sumber:
1. Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. Textbook of complete dentures Ed 6th. Shelton:
People’s Medical Publishing Home. 2009. p. 198-224
2. Devlin H. Complete dentures: a clinical manual for the general dental practitioner.
Berlin:Springer. 2002. p.60-5
BAB 11
PROCESSING LAB GIGI TIRUAN LENGKAP
1. Wax Conturing
Wax countouring dari geligi tiruan ialah membentuk dasar dari geligi tiruan malam
sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otot-otot orofasial penderita dan semirip
mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan lunak mulut oleh karena kontur geligi tiruan
malam yang sama dengan kontur jaringan lunak dalam mulut akan menghasilkan geligi
tiruan yang stabil, menjaga denture pada tempatnya secara tetap dan selaras dengan otot-otot
orofasial penderita.
Cara tidak langsung:
Fiksasi pinggiran landasan geligi tiruan dengan malam pada model kerja sambil
disesuaikan dengan bentuk cetakan akhir rahang.
Lunakkan lempeng lilin di atas lampu spiritus sampai lunak dan bias dibentuk.
Tekanlah lilin tersebut pada bagian bukal dan labial dari geligi tiruan atas dan bawah
sampai sekitar leher gigi dan bentuk dengan tekanan jari.
Tunggu lilin sampai mengeras, kemudian dengan lecron/pisau malam, potong llin
disekitar garis servikal dengan sudut 450
Bentuk alur tonjolan akar dari setiap gigi , alurnya makin kea rah apical makin sempit,
kadang-kadang tidak jelas.
Daerah interproksimal harus sedikit cembung , meniru daerah-daerah interdental papilla
sehingga higienis serta mencegah pengendapan sisa-sisa makan dan plak.
Penyelesaian bagian posterior.
Atas; daerah bukal sampai menutupi tuberositas dan daerah palatal yaitu antara mukosa
bergerak dan tak bergerak.
Bawah: daerah bukal bila resorpsi sampai minimal , biasanya di daerah molar dibuat
cekung dan daerah lingual dibuat cekung untuk ruang gerak lidah.
Bentuk rugae pada langit-langit
Bentuk postdam pada model kerja.
Haluskan semua permukaan luar geligi tiruan malam dengan melewatkan di atas api.
Buat stippling seperti keadaan jaringan yang sehat dengan menggunakan sikat yang
berbulu kaku.
bila keadaan rahang pasien prostusive, sayap labialnya dibebaskan dan dibutkan lidah-
lidah . linggir region gigi anterior atas model rahang diradiar sedikit, sehingga ketika
geligi tiruan dipakai akan menekan gusi dan keliahatan gigi seolah-olah keluarr dari gusi
Bila bagian lingual dan palatal terlalu tebal dapat mengganggu bicara dan bila bagian
lingual geligi tiruan terlalu mencuat maka lidah dapat mengangkat geligi tiruan sehingga
geligi tiruan tidak stabil.
Sayap labial harus duduk dengan baik sekitar frenulum labialis, dibuat labial notch.
2. Flasking
Setelah bentuk kontur permukaan gigi tiruan malam/waxing selesai dilakukan, lalu geligi
tiruan dipendalm dalam suatu kotak metal yang terdiri dari bagian-bgian yaitu bagian bawah
dengan “plug”/ sumbat di dasarnya dan bagian atsa s dengan penutup yang digunakan untuk
membuat “sectional mold” , untuk memampatkan dan memproses resin akrilik saat
pembuatan landasan geligi tiruan dan alat-alat prostetik lainnya yang disebut.
Flasking ialah suatu proses penanaman modal dan “trial denture” malam dalam suatu flask /
cuvet untuk membuat sectional mold. Mold bagian bawah dibuat dengan menanam model
dalam gips dan bagian atas dibuat dari 2 adukan stone yang terpisah diatas denture malam.
3. Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik. Yang
mempunyai dua metode :
Dry method : cara mencampur monomer dan polimer langsung kedalam mold.
Wet method : cara mencampur monomer dan polimer langsung diluar mold dan bila
sudah mencapai daogh stage baru dimasukkan kedalam mold.
4. Curing/Processing
Proses curing adalah polimerisasi antara monomer yang bereaksi dengan polimernya bila
dipanaskan atau ditambah zat kimia lainnya. Polimerisasi ada 2 cara yaitu:
a. Secara klinis yang disebut heat curing
b. Secara khemis (zat kimianya sudah ditambahkan dalam monomer) yang disebut cold/self
curing
Pemberian panas ini harus teratur karenareaksi kimia antara monomer dan polimer itu
sendiri bersifat exothermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka temperatur resin akrilik
akan jauh lebih tinggi dari airnya dan monomernya akan berdidih pada temperatur 2120 F /
1000 C. oleh karena itu pada tahap permulaan polimerisasi, temperature air harus dijaga
jangan terlalu tinggi. Dengan demikian panas yang timbul dari reaksi polimerisasi dapat
dialirkan ke bahan investingnya, dan pemanasan yang berlebihan sehingga monomer
mendidih akan mengakibatkan terjadinya porositas pada hasil curing. Porositas dapat juga
disebabkan oleh mold yang kurang terisi atau selama curing kuang dipress sehingga terjadi
shrinkage porosity.
5. Deflasking
Ialah melepaskan geligi tiruan resin akrilik dari flask dan bahan tananmnya tapi tidak boleh
lepas dari model rahangnya supaya geligi tiruan dapat diremounting di articulator kembali
persis seperti sebelum proses flasking, packing, dan curing.
Caranya ialah:
Mold geligi tiruan dilepaskan dari flask.
Gergai dinding luar dari stone mold dari atas ke bawah pada daerah kaninus kanan dan
kiri dan pada uung distalnya kanan dan kiri, hati-hati angan sampai kena geligi tiruanya.
Lalu bongkar sekat stone mold perlahan-lahan, lepas dari permukaan fasial gigi-gigi
denagn pisau gips.
Stone pada permukaan lingual gigi-gigi di trim/dipangkas, yang memperkecil
kesempatan patahnya gigi-gigi.
Sumber:
Nallaswany D. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brother Medical Publishers.
p.210-7
BAB 12
FINISHING, POLISHING, DAN REMOUNTING
Finishing dan polishing
Finishing adalah proses diperolehnya permukaan gigiturian pada tahap akhir. Tidak
semua hasil dari proses finishing diperoleh dari hasil polishing. Contoh proses finishing seperti
menghilangkan noda dan ketidaksempurnaan gigitiruan, pembentukan gigitruan menjadi bentuk
yang ideal, dan permukaan luar bahan gigitruan dibentuk sesuai keinginan Sedangkan, polishing
merupakan prosedur yang berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan goresan-goresan
yang terjadi dari proses pekerjaan sebelumnya.
Tujuan daripada polishing untuk menciptakan permukaan yang halus pada gigi tiruan
yang dibuat. Permukaan yang halus menyebabkan pengurangan adhesi dari plak stain, kalkulus
dan juga untuk mengingkatkan estetik daripada gigi tiruan itu sendiri.
Penghalusan pertama dilakukan dengan alat abrasif yang kasar atau dapat pula dilakukan
dengan alat bur. Pemilihan alat abrasif yang lebih kasar pada proses penghalusan pertama
dimaksudkan untuk mempercepat pengikisan.
Selanjutnya goresan-goresan yang masih tersisa dihilangkan dengan menggunakan alat
abrasif yang lebih halus. Semakin halus alat abrasif, semakin kecil partikel yang dilepaskan atau
dipotong dari permukaan dan goresan yang dihasilkan lebih halus.
Bahan abrasif ini terdiri dari:
1. Kapur
Merupakan salah satu bentuk mineral dari calcite. Kapur adalah abrasif putih yang terdiri atas
kalsium karbonat. digunakan sebagai pasta abrasif ringan untuk memoles email gigi, lembaran
emas, amalgam, dan bahan plastis.
2. Pumice
Merupakan bahan silika berwarna abu-abu muda. Digunakan dalam bentuk pasir tetapi dapat
ditemukan pada abrasif karet. Kedua bentuk ini digunakan untuk memoles bahan plastik.
3. Pasir silika
Campuran partikel mineral kecil yang terutama terdiri atas silika. diaplikasikan dengan
tekanan udara untuk menghilangkan bahan tanam dari logam campur pengecoran.
4. Cuttle
Merupakan bubuk putih calcareus yang digunakan untuk prosedur abrasi yang halus seperti
memoles tepi logam dan restorasi amalgam gigi.
5. Aluminium oxide
Abrasif sintetik kedua yang dikembangkan setelah silikon karbid. Aluminium oxide berupa
bubuk berwarna putih. dapat lebih keras daripada korundum (alumina alami) karena
kemurniannya. Aluminium oxide banyak digunakan untuk merapikan email gigi, logam
campur, maupun bahan keramik
Faktor-faktor yang meningkatkan abrasi yaitu kekuatan partikel abrasi harus lebih kuat
daripada permukaan yang diabrasi, ukuran daripada partikel abrasif, semakin lebar permukaan
maka akan menghasilkan goresan yang lebih dalam daripada partikel yang lebih kecil, tekanan
yang cukup selama prosedur polishing dan finishing menyebabkan tingkat abrasif yang tinggi
didasarkan pada kedalaman pemotongan partikel abrasif pada permukaan,dan bahan lubrikan
yang digunakan, biasanya bahan yang digunakan adalah air. Bahan ini digunakan dengan
handpiece dan bur untuk mendinginkan gigi pada saat preparasi kavitas. Selama finishing dan
polishing, lubrikasi dianjurkan untuk mengurangi pemanasan yang dihasilkan dari tindakan
abrasif.
Sumber:
1. Anusavice JK. Philips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Edisi 20.
2. Rudd Kd, Merrow RM, Rhoads JE. Dental laboratory procedures removable partianl
denture. 1nd ed. St Louis. CV Mosby Company
3. Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku ajar prostodonti untuk pasien tak
bergigi menurut Boucher. Ed 10,Alih bahasa. Mardjono D.Jakarta: EGC, 2001
Remounting
A. Pengertian dan tujuan
Caranya :
I. Setelah model & gigi tiruan akrilik dikeluarkan dari flask
2. Bersihkan gigi tiruan dari kelebihan gips & akrilik, t.u. di daerah oklusi.
3. Model & gigi tiruan atas tempatkan pada lengan artikulator atas.
5. Lengan artikulator atas dikatupkan sehingga 1/3 mahkota gigi – gigi atas tertutup
adonan gips.
6. Gips mengeras, model & gigi tiruan atas dilepaskan dari artikulator.
7. Gigi tiruan A – B dilepas dari model, lalu dipoles.
1. Setelah gigi tiruan selesai dipoles, kedua gigi tiruan dimasukkan ke dalam mulut.
3. Aduk gips cetak (impression plaster ). Taruh gips cetak / occlusal indicator wax di
permukaan oklusal gigi-gigi belakang.
4. Pasien disuruh menutup mulut dalam kedudukan oklusi sentris. Pada waktu menutup
mulut antara gigi atas & bawah harus ada jarak 1 – 2 mm.
5. Setelah gips cetak / occlusal indicator wax mengeras keluarkan dari mulut.
1. Bagian protesa yang menghadap ke jaringan pendukung diulas vaselin. Daerah yang ada
undercut ditutup dengan kapas basah.
2. Model & gigi tiruan atas ditempatkan ke lengan artikulator atas, dengan berpedoman
pada remounting jig.
4. Dengan bantuan occlusal indicator record gigi tiruan bawah dioklusikan pada gigi tiruan
atas.
6. Model & gigi tiruan bawah diletakkan ke lengan artikulator bawah dengan gips
putih.
Model & gigi tiruan atas dikembalikan ke lengan artikulator atas dengan bantuan remounting jig
Menurunkan incisal guidance pin
Model & gigi tiruan bawah dikembalikan ke lengan artikulator bawah dengan bantuan occlusal
indicator wax
Dilakukan mula – mula pada kedudukan oklusi sentris --- artikulator digerakkan buka – tutup.
Pengasahan dilakukan pada permukaan oklusal gigi yang memperlihatkan tanda
articulating paper yang gelap.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan oklusi pada kedudukan oklusi eksentris ---
artikulator digerakkan ke kiri - kanan.
Hukum BULL
Bukal Upper Lingual Lower
Cara memperbaiki kesalahan oklusi :
1.Kesalahan oklusi pada posisi oklusi sentris :
a Cusp gigi yang berlawanan terlalu panjang sehingga gigi-gigi di sisi yang lain tidak
kontak.
Perbaikannya :
Memperlebar fossa.
Cusp palatal dari gigi atas dipersempit dengan mengasah dari sebelah palatal.
Cusp bukal dari gigi bawah dipersempit dengan mengasah dari sebelah bukal.
c. Gigi atas terletak lebih ke bukal dalam hubungannya dengan gigi bawah.
Perbaikannya
Cusp palatal gigi atas dipersempit dengan cara memperlebar fossa.
Cusp bukal dari gigi bawah dipersempit dengan cara memperlebar fossa.
Perbaikannya : Memperpendek cusp bukal gigi atas & cusp lingual gigi bawah.
Mengasah inklinasi distal dari cusp gigi bawah untuk merubahnya ke depan.
Perbaikannya : Memperpendek cusp bukal gigi atas & cusp lingual gigi bawah
Sumber:
Hayakawa,Iwao. Principles and practices of complete denture. Tokyo medical and dental
University. jepang:p. 216-230.
BAB 13
INSERSI DAN OCCLUSAL ADJUSTMENT
1. Insersi GTL
Hubungan yang baik antara operator dan pasien dari mulainya perawatan sampai insersi
prostesis berupa komunikasi yang efektif akan mengawali keberhasilan perawatan. Oleh
karenanya instruksi secara verbal dan tulisan harus diberikan oleh operator. Kesulitan dalam
memakai dan merawat gigitiruan yang merupakan pengalaman baru bagi pasien harus
dijelaskan saat insersi pertama kali. Operator mengajarkan cara pemakaian gigi tiruan, lalu
pasien melakukan try-in gigitiruan yang telah jadi. Hal-hal yang harus diperhatikan:
a) Retensi
Pemeriksaan retensi dengan cara menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau
tidak.
b) Oklusi
Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan bantuan lembar articulating paper,titik-titik kontak
prematur atau daerah yang mengalami tekanan lebih besar diasah dengan menggunakan bur
gurinda. Prosedur ini dilakukan untuk mencari dan menghilangkan semua hambatan oklusal
pada gerak lateral dan protrusi. Pengasahan dilakukan pada permukaan oklusal gigi yang
tampak miring atau memanjang. Pada oklusi eksentrik tidak dilakukan pengasahan pada
bagian distobukal molar dua bawah. Semua pengasahan di sisi keseimbangan dilakukan
terhadap bagian lingual dari permukaan oklusal molar dua bawah.
c) Stabilitas
Pemeriksaan stabilitas gigitiruan dengan cara menekan gigi molar satu kiri dan kanan
secara bergantian apakah ada sisi yang terungkit atau tidak. Pemeriksaan gigitiruan di dalam
mulut saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan, bicara, ekspresi
wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan, maka prostesis dapat dipolis.
Selain itu, periksa juga adaptasi basis dan tepi gigitiruan, posisi distal, dimensi vertikal,
fonetik, estetik, dan keadaan jaringan pendukung gigitiruan juga diperiksa. Pastikan tidak ada
gingiva yang menerima tekanan yang besar. Hal ini akan nampak jika terlihat gingiva yang
berwarna pucat yang diakibatkan oleh tekanan dari gigitiruan. Perhatikan juga pipi dan bibir
pasien jangan ada yang kendur. Bila setelah bercermin pasien merasa puas dengan gigitiruannya
serta tidak ada keluhan, dilakukan kontrol seminggu kemudian.
Selanjutnya, pasien diajarkan cara memasang dan melepas gigitiruannya.Pasien juga
diberikan instruksi penggunaan dan pemeliharaan prostesis, seperti :
Bersihkan gigitiruan dengan sikat dan sabun sehabis makan.
Prostesis direndam dalam air bersih suhu kamar sewaktu dilepas
Pada malam hari, sebelum tidur, lepaskan gigitiruan agar jaringan otot-otot dibawahnya
dapat beristirahat. Sikat bersih dan rendam di dalam air
Sebagai latihan, pertama-tama sebaiknya makan makanan yang lunak atau
makanan yang mudah dimakan. Apabila tidak ada keluhan, maka boleh makan
makanan biasa.
Biasakan mengunyah makanan pada kedua sisi rahang secara bersamaan.
Hindari makanan yang keras, makanan dan minum yang lengkat ataupun
yang terlalu panas.
Apabila ada rasa tidak nyaman atau sakit, gangguan bicara, gigitiruan tidak
stabil, ataupun terjadi kerusakan pada gigitiruan dianjurkan untuk menghubungi
operator.1
Instruksi perawatan berupa penyikatan gigitiruan tidak disarankan memakai pasta gigi
karena sifat abrasifnya akan mengikis prostesis sehingga akan menjadi lebih sulit untuk
dibersihkan dan menjadi tempat akumulasi plak. Penyikatan lidah dan mukosa juga dilakukan
untuk menghilangkan plak dan melancarkan sirkulasi darah pada jaringan ini.2
Sumber:
1. Zarb GA, Bolender CL, Hickey JC, Carlsson GE. Buku ajar prostodonsi untuk pasien tak
bergigi menurut Boucher. Alih bahasa:Mardjono D, Koesmaningati H. Jakarta: EGC; 2002. hal.
159, 270, 276, 429.
2. Goiato MC, Filho HG, Santos DM, Barao VAR, Freitas ACJ. Insertion and follow-up of
complete dentures: A literature review. J Gerodontol. 2011; 28: 200-12
Secara garis besar prosedur pengasahan selektif/koronoplastik setempat terdiri atas tahapan-
tahapan berikut:
1. Menjelaskan pengasahan selektif pada pasien.
2. Penyelarasan posisi interkuspal untuk mendapatkan kontak yang simultan dengan
banyak titik kontak.
3. Penyingkiran kontak yang berlebihan pada gigi insisivus dalam posisi interkuspal.
4. Pemolesan permukaan gigi.
Gambar 4. Kontak oklusal bersilang. Kiri: Tampak proksimal; Kanan: Tampak oklusal.
Pengasahan gigi.
Prosedur dasar untuk mengkoreksi prematuritas oklusal adalah:
a. Memperdalam alur.
Memperdalam alur (grooving) adalah prosedur untuk mengembalikan kedalaman alur
pertumbuhan (developmental groove) yang telah menjadi dangkal akibat keausan oklusal.
Prosedur ini dilakukan dengan bur berbentuk runcing sampai diperoleh kedalaman yang
sesuai.
b. Membulatkan.
Membulatkan (spheroiding) adalah prosedur untuk mengurangi prematuritas dan
memperbaiki kontur gigi. Alat yang digunakan adalah bur yang runcing. Pengasahan
permukaan prematuritas dilakukan dengan sapuan seperti mengecat dimulai 2-3 mm
mesial atau distal dari prematuritas mulai dari tepi oklusal gigi sampai 2-3 mm apikal dari
tanda prematuritas. Dalam melakukan pembulatan harus dijaga jangan sampai tinggi
tonjol gigi dikurangi.
Pengasahan gigi dilakukan dengan ketiga prosedur dasar yang telah dikemukakan di atas.
Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Bila kontak gigi dengan gigi antagonisnya berada tidak pada posisi yang tepat, koreksi
dilakukan untuk menciptakan kontak tonjol yang lebih ideal.
2. Bila kontak gigi terlalu tinggi (keadaan suprakontak yang sebenarnya), koreksi dilakukan
dengan memperdalam kedalaman fossa atau mengurangi tinggi tonjol gigi tergantung pada
hubungan fossa-tonjol gigi individu. Bila yang dilakukan berupa pengurangan tinggi tonjol gigi,
harus diperhatikan jangan sampai mengurangi dimensi vertikal pada gigi posterior. Dalam
melakukan pengasahan, sebaiknya hasil yang dicapai adalah berupa kontak oklusal bersilang
pada posisi interkuspal.
3. Penyingkiran kontak yang berlebihan pada gigi anterior pada posisi interkuspal
Dalam keadaan normal, gigi anterior hanya berkontak ringan atau tidak berkontak sama
sekali dengan gigi antagonisnya. Kontak ini dapat diperiksa dengan menempatkan kertas
artikulasi di antara gigi anterior sambil menyuruh pasien mengatupkan gigi geliginya dalam
posisi interkuspal. Seharusnya dalam keadaan demikian kertas artikulasi dapat ditarik keluar
tanpa koyak. Cara lain untuk memeriksa kontak tersebut adalah dengan cara palpasi dengan jari
yang telah dibasahi pada gigi sewaktu pasien mengkatup-katupkan giginya pada posisi
interkuspal. Pada keadaan yang normal tidak terasa adanya fremitus atau vibrasi.
Untuk menguji apakah penyelarasan pada posisi interkuspal telah selesai, dapat
digunakan pedoman berikut:
1. Pola kontak gigi geligi sudah bilateral, stabil dengan banyak titik kontak.
2. Apabila kertas artikulasi ditaruh pada gigi posterior, terasa bahwa setiap titik kontak yang ada
sama kuatnya menahan kertas artikulasi apabila kertas tersebut ditarik.
3. Pasien tidak merasakan adanya perbedaan antara sisi kiri dengan sisi kanan apabila dia
mengkatupkan gigi gerahamnya secara pelan-pelan dengan sekuat-kuatnya.
4. Pemolesan permukaan gigi
Permukaan gigi yang telah diasah akan menjadi kasar. Untuk itu permukaan gigi yang
diasah harus dilicinkan dan dipoles sehingga terasa lebih nyaman bagi pasien. Pemolesan gigi
dengan menggunakan rubber cup white.
Sumber:
Solberg WK and Seligman DA. Coronoplasty in periodontal therapy, in:Carranza FA Jr &
Newman MG (eds), Clinical Periodontology, 8th edition, Philadelphia, WB Saunders Co., 1996,
p: 537-58.
BAB 14
BILATERAL BALANCED OCCLUSION
Bilateral balanced occlusion (oklusi seimbang) merupakan kontak oklusal gigi anterio
dan posterior secara simultan dan bilateral pada posisi sentrik dan eksenttrik. Selama gerakan
ateral hgigi geligi posterior saing berkontak pada working side dan non-working side (balancing
side).
1. Pentingnya balanced occlusion.
Oklusi seimbang adalah saah satu faktor penting yang mempengaruhi stabilitas
gigi iruan.Tidak ada kesimbangan oklusal akan mempengaruhi gigi tiruan eama
pergerakan rahang bawah. Rata – rata seorang individu melakukan kontak gigi hanya
selama 10 menit dalam satu hari penuh saat pengunyahan dan 4 jm untuk fungsi lainnya.
Dalam 4 jam ini oklusi seimbang penting untuk menjaga stabilitas gigi tiruan dan
lebih penting selama gerakan parafungsional.
2. Pertimbangan umum untuk bbalanced occlusion.
Oklusi seimbang yang ideal dapat dicapai pada kasus ridge yang luas dan besar
pada gigi tiruan penuh, dengan cara gigi diatur didekat linggir
• Gigi tiruan penuh yang giginya diatur jauh dari linggir dan those that rest in
lingggir yang sempit dan pendek akan memiliki oklusi buruk
• Gigi yang memiliki lebar bukolingual sempit dan those that rest on linggir yang
lebar memberikan oklusi seimbang yang ideal
• Keseimbangan yang ideal dicapai dengan mengatur gigi sedikit ke lingual dari
puncak linggir
• Gigi tiruan penuh harus dirancang sedemikian rupa sehingga tekanan oklusi
berpusat di anteroposterior gigi tiruan 65.
3. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan oklusi
5 faktor dasar yang menentukan keseimbangan oklusi :
• Inklinasi kondilar atau kondilar guidance
• Insisal guidance
• Orientasi bidang oklusi atau oklusal
• Angulasi cuspal
• Keseimbangan curves
Dari kelima faktor ini harus ada keseimbangan. Pada insisal dan kondilar
guidance menghasilkan dampak yang sama pada oklusi seimbang (mereka meningkatkan
separasi gigi posterior) Tiga faktor lainnya memiliki efek umum dari oklusi seimbang
(mereka mengurangi separasi gigi posterior)
Efek dari insisal dan condylar guidance harus dinetralkan oleh ketiga faktor
lain untuk mendapatkan oklusi seimbang keseimbanganTidak ada mekanisme
penetralan oklusi hilang.
4. Penyusunan Gigi Anatomis sebagai Balanced articulation Penyusunan gigi anterior :
• overlap vertikal minimal 0.5 mm – 1 mm
• overlap horizontal minimal 1 mm -2 mm Ada kemungkinan gigi akan rotasi,
tipping, overlap atau berjarak, sehingga dalam menyusun gigi anterior sebaiknya
dimulai dari rahang bawah terlebih dahulu.
5. Evaluasi Artikulasi Bilateral Balanced • Diperiksa setelah semua gigi rahang atas dan
rahang bawah disusun • Walaupun gigi yang diposisikan dengan lokasi yang sama seperti
bentuk awal di artikulator, mereka tidak akan bisa sama • Pergerakan artikulator dalam
arah lateral saat dilakukan hubungan end to end antara caninusevaluasi harus minimal
maksila dan mandibula cukup.
Referensi :
1. Zarb GA, Bolender CL. Prosthodontic treatment for edentulous patients. 12th Ed. St. Louis:
The C.V. Mosby Company, 2003: 314-328.
2. The Academy of Prosthodontics. Glossary of Prosthodontics Terms. J Prosthodontics dentistry
2005; 94(1): 17,49,53.
3. Nallaswamy D. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers,
2003: 183-198. 4. CP Owen. Occlusion on complete dentures.
BAB 15
KONTROL
Perjanjian untuk kontrol tidak boleh lebih dari satu minggu setelah gigitiruan dipasang.
Pada kunjungan ini, perlu diperoleh riwayat yang cermat dari keluhan seperti rasa sakit atau
longgarnya gigitiruan tersebut. Apapun komentar pasien tentang gigitiruannya, operator harus
tetap melakukan pemeriksaan, apalagi bila pasien belum terbiasa menggunakan gigitiruan.
Pada saat kontrol, pasien tidak mengeluhkan apapun dan merasa gigitiruannya baik-baik
saja. Namun pada saat pemeriksaan klinis, operator menemukan ulkus pada rahang atas. Hal ini
mungkin disebabkan dari rasa ambang rasa sakit pasien yang tinggi atau ingin menyenangkan
hati orang lain. Dari informasi dan pemeriksaan yang dilakukan dapat ditentukan masalah pada
gigitiruan tersebut.
Ketidakcermatan pada setiap tahapan akan menyebabkan ketidakakuratan yang jarang
diketahui segera dan karena itu memperkirakan mengenai apa yang salah kelak menjadi lebih
sulit. Oleh karenanya, setiap tahapan harus dilakukan dengan teliti.
1. Basker RM, Davenport JC. Prosthetic treatment of edentulous patient. 4th ed. Oxford:
Blackwell Publishing Company; 2002. p.58, 71, 146-7, 177, 188, 190, 211, 260,263-4.
2. Thomson H. Oklusi. Ed 2. Alih Bahasa: Yuwono L. Jakarta: EGC; 2007. hal. 248.
BAB 16
REPARASI, RELINING DAN REBASING GIGI TIRUAN
Relining
Dalam istilah sederhana, reline melibatkan substitusi langsung dari lapisan bahan cetak dalam
gigi tiruan oleh lapisan resin akrilik baru (Gambar. 15.3a). Metode seperti ini cukup memuaskan
untuk gigi tiruan yang lebih rendah, tetapi akan meningkatkan ketebalan langit-langit pada gigi
tiruan atas, tingkat kenaikan tergantung pada bahan cetak yang digunakan. Pasta zinc oxide
eugenol yang lebih kental cenderung menghasilkan ketebalan yang tidak dapat diterima,
sedangkan perubahan minimal akan terjadi dengan bahan cetakan silikon.1
Rebasing
Rebasing memerlukan penggantian sebagian besar dasar akrilik asli dari gigi tiruan dengan
heat-curing resin akrilik (Gambar. 15.3b). Sebuah teknik rebasing tidak memiliki kerugian dan
dengan demikian lebih disukai oleh banyak orang untuk memperbaiki permukaan basis gigi
tiruan. Tentu saja, rebase harus dilakukan ketika bahan dasar gigi tiruan yang ada telah
memburuk atau ketika ada riwayat fraktur sebelumnya pada langit-langit.1
Repair
Kebutuhan untuk memperbaiki atau menambah gigi tiruan sebagian lepasan kadang-kadang akan
muncul. Namun, frekuensi kejadian ini harus dilakukan seminimal mungkin dengan diagnosis
yang cermat, perencanaan perawatan yang tepat, keadaan rongga mulut yang memadai persiapan,
dan pelaksanaan desain gigi tiruan sebagian lepasan yang tepat dengan fabrikasi yang tepat dari
semua komponen bagian. Kebutuhan untuk perbaikan atau penambahan maka akan menjadi hasil
dari komplikasi yang tak terduga yang timbul pada abutment atau gigi lain dalam lengkung,
kerusakan atau distorsi dari gigi tiruan melalui kecelakaan, atau penanganan yang ceroboh oleh
pasien, bukan kesalahan desain atau fabrikasi.2
Sangat penting bagi pasien untuk diinstruksikan dalam menempatkan dan melepaskan
gigi tiruan secara tepat sehingga tekanan yang tidak semestinya tidak ditempatkan di lengan
cengkram, bagian lain dari gigi tiruan, atau pada gigi abutment. Pasien juga harus diberitahu
bahwa perawatan harus diberikan pada gigi tiruan saat diluar mulut, dan bahwa distorsi mungkin
tidak dapat diperbaiki. Ini harus dibuat jelas bahwa tidak ada jaminan terhadap kerusakan atau
distorsi dari penyebab lain kecuali kerusakan kerangka yang jelas.2
Sumber:
1. Basker RM, Davenport JC. Prosthetic treatment of the edentulous patient. Blackwell
Publishing Company. 2002;266-67
2. Carr AB, Brown DT. McCrackens removable partial prosthodontics. Elsevier Mosby.
2011;305