Anda di halaman 1dari 12

Penyesuaian dan / atau Aktivasi Komponen

Kunci keberhasilan alat lepasan adalah penyesuaian yang tepat pada komponen retensi

dan aktivasi yang benar pada komponen aktif, baik dari segi arah maupun besarnya gaya.

Penyesuaian Komponen Retensi

Cengkeram Adams

Cengkeram adam merupakan komponen retensi utama pada semua alat lepasan, sehingga

keberhasilan perawatan bergantung dari apakah alat ini cukup retentif untuk mempertahankan

posisi alat setelah dilakukan aktivasi. Banyak komponen aktif yang mempunyai efek melepaskan

setelah diaktivasi, dan tanpa retensi yang cukup alat tidak akan tetap bertahan di dalam mulut

pasien, sehingga pergerakan gigi kurang efektif.

Sebelum dilakukan penyesuaian, operator harus memastikan bahwa alat sudah pas

terpasang dengan baik. Sesudah dikonfirmasi, dengan apa alat mudah terlepas dari rongga mulut

harus diperiksa. Retensi harus ditambah apabila pasien dapat melepaskan alat menggunakan

lidahnya dengan mudah, atau hanya dengan sedikit tekanan jari.

Sebelum dilakukan penyesuaian, perlu diperiksa apakah posisi setiap bagian cengkeram

adams pada gigi sudah tepat (Gambar 4.6):

 Bagian melayang kawat harus terletak sedekat mungkin dengan titik kontak gigi, ketika

kawat keluar dari akrilik palatal ke bagian bukal gigi.

 Jembatan harus berada pada 2/3 jarak dari margin gingiva ke puncak cups gigi, dan harus

ada jarak antara permukaan bukal gigi dan jembatan yang tidak boleh lebih dari 1,5 mm.

 Arrowhead/kepala panah harus terletak di bawah lingkaran terbesar (undercut) tepat

diatas margin gingiva pada bagian mesiobukal dan distobukal mahkota gigi.
a b

Gambar 4.6 Karakteristik desain cengkeram Adams. Perhatikan posisi arrowhead (panah;a)
yang masuk ke dalam daerah undercut mesiobukal dan distobukal gigi molar pertama tetap, dan
bagian melayang kawat terletak tepat di embrasure gigi (panah; b) untuk mencegah gangguan
oklusal dengan rahang bawah.

Penyesuaian satu bagian cengkeram Adams tentu akan mempengaruhi bagian lain, oleh

sebab itu, penyesuaian harus dilakukan dengan hati-hati, posisi tiap-tiap bagian harus diperiksa

kembali setiap sesudah dilakukan penyesuaian. Sebagai contoh, penyesuaian pada bagian yang

melayang untuk membuat lebih dekat dengan titik kontak akan membuat arrowhead lebih

mendekati margin gingiva. Hal ini juga akan menjadikan jembatan menjauh dari permukaan

bukal gigi dan mendekati mukosa bukal (Gambar 4.7).

Penyesuaian cengkeram Adams yang tidak pas dan membuatnya menjadi retentif dapat

membuat gagal dan memakan waktu bagi mereka yang tidak berpengalaman. Tentu saja terdapat

keterbatasan terhadap penyesuaian yang dapat dilakukan di tempat praktik, dan jika sebagian

besar alat yang datang dari laboratorium membutuhkan penyesuaian yang signifikan, maka hal

ini harus didiskusikan dengan teknisi laboratorium atau dapat menggunakan laboratorium yang

lain.
Gambar 4.7 Penyesuaian bagian melayang dari cengkeram Adams: ketika arrowhead tidak
mencengkeram daerah undercut mesiobukal atau distobukal (a), panah, maka bagian yang
melayang harus disesuaikan dengan menekuknya kearah gingiva tempat kawat keluar dari akrilik
(b). disini terlihat bagian melayang di distal sudah disesuaikan (arah penyesuaian diberikan tanda
panah); b) sudah dilakukan penyesuaian di kedua titik sehingga mencengkeram undercut seperti
terlihat pada gambar (c).

Setelah semua bagian cengkeram Adams sudah terletak pada posisinya, maka retensi alat

harus diperiksa ulang. Secara teori, posisi cengkeram Adams yang sudah benar harus dipastikan

bahwa alat sudah memiliki retensi yang cukup, tetapi faktor pasien dan keakuratan bahan cetak

haruslah menjadi pertimbangan.

Jika masih harus menambah retensi maka langsung saja lakukan penyesuaian pada

arrowhead (Gambar 4.8). Paruh tang Adams 64 (yang dikenal juga sebagai tang universal atau

tang Adams) harus ditempatkan tepat di sebelah palatal dari arrowhead dan dibuat ditekuk ke

dalam sedikit dari arrowhead. Penyesuaian pada arrowhead dilakukan sedikit saja karena bagian
ini merupakan bagian yang paling berperan pada cengkeram Adams, penyesuaian yang

dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang dapat menjadikan bagian ini patah karena

wire fatigue. Setiap cengkeram Adams harus disesuaikan secara bergantian. Diperlukan masukan

dari pasien untuk mengatakan cengkeram mana yang terasa terlalu kencang atau terlalu longgar.

Retensi dirasa sudah cukup apabila diperlukan tarikan jari yang cukup kuat pada

cengkeram di kedua sisi untuk melepaskan alat.

Gambar 4.8 Meski arrowhead sudah menggunakan undercut tetapi retensi masih perlu
ditingkatkan, maka kedua arrowhead mungkin perlu disesuaikan, seperti yang terlihat disini
ditunjukkan pada arrowhead mesial. Tang memegang kawat dengan kuat, dan alat diputar
sedemikian rupa sehingga masing-masing arrowhead dapat lebih mencengkeram daerah
undercut (panah). Hati-hati jangan terlalu keras dalam mengencangkan alat karena gigi molar
akan ekstrusi; pasien juga akan merasa sangat tidak nyaman atau sukar memakai alat.

Cengkeram Southend

Cengkeram Southend digunakan sebagai komponen retensi di bagian anterior rongga

mulut. Komponen ini mencengkeram daerah undercut permukaan labial dari gigi insisif rahang

atas, hanya pada insisal sampai margin gingiva. Undercut ini lebih terlihat jelas pada gigi insisif

yang posisi biasanya cenderung inklinasi (miring) atau proklinasi (protrusi), tetapi apabila insisif

retroklinasi (retrusi) retensinya menjadi terbatas.


Retensi cengkeram Southend jangan diubah sampai alat sudah dipaskan posisinya dan

retensi cengkeram Adams telah dioptimalkan. Penentuan posisi cengkeram Southend harus

diperiksa sebelum dilakukan perubahan/penyesuaian apapun, untuk memastikan bahwa letaknya

sudah di undercut atau belum dan tidak masuk ke dalam gusi. Kawat juga harus berkontak

dengan gigi.

Retensi ditingkatkan dengan memegang kawat tepat di bagian kawat yang keluar dari

pelat dasar akrilik dengan tang Adams 64, dan memberikan sedikit tekanan menggunakan jari

dengan perlahan sehingga cengkeram Southend bergerak ke palatal dan mendekati baseplate

(pelat dasar) (Gambar 4.9). Hal ini harus dilakukan pada masing-masing dua tempat kawat yang

keluar dari baseplate. Penting untuk tidak menambahkan retensi terlalu banyak yang

menyebabkan pasien kesulitan saat memasang dan membuka mulut.

Gambar 4.9 Mengencangkan cengkeram Southend: tang memegang cengkeram tepat di tempat
kawat keluar dari akrilik, dan pada lengan vertikal cengkeram ditekan dengan jari sehingga
masing-masing sisi tertekan kuat ke arah baseplate (panah).

Labial Bowl (Busur Labial)

Busur labial dapat digunakan sebagai komponen retensi di bagian anterior, meskipun

sama halnya dengan cengkeram Southend, retensi yang diperoleh dari busur labial ini jauh lebih
baik pada gigi yang biasanya inklinasi atau proinklinasi, dan minimal pada gigi yang retroklinasi.

Busur labial harus terletak pada dua pertiga mahkota gigi insisif/ 1/3 mahkota dari insisal gigi

anterior dengan U-Loop berbatasan dengan gigi kaninus. Harus diperiksa dan dipastikan U-Loop

tidak masuk mengenai pulpa atau melukai sulkus bukal. Busur kawat harus berkontak sebanyak

mungkin dengan gigi insisif, tetapi bergantung dari susunan gigi yang ada. Akrilik baseplate/plat

dasar harus berkontak dengan permukaan palatal gigi. Bagian melayang juga harus berkontak

dengan titik kontak antara gigi kaninus atas dan gigi premolar (Gambar 4.10).

Gambar 4.10 Letak busur labial yang baik dan pas (a). Perhatikan posisinya, harus berada pada
pertengahan mahkota insisif atas (b); kawat membentuk kurva yang berkontak sebanyak
mungkin dengan permukaan labial(a); U-loop yang berada di sebelah gigi kaninus dan bagian
melayang yang melewati kontak antara gigi kaninus dan premolar.

Retensi ditingkatkan dengan mengencangkan busur di sekitar gigi insisif sehingga

membuat alat lebih sulit dilepaskan pada gigi yang posisinya cenderung inklinasi atau proklinasi,

karena lebar lengkung di dua pertiga mahkota gigi lebih kecil daripada lebar lengkung di tepi

insisal. Busur dikencangkan dengan mengecilkan U-Loop. Paruh tang Adams 64 ditempatkan di

kedua sisi sudut vertikal dari U-Loop dan diberikan tekanan ringan untuk mendekatkan sisi-sisi

U-loop (Gambar 4.11).


Gambar 4.11 Mengencangkan busur labial: tang mengecilkan (tanda panah) U-Loop sehingga
sisi U sedikit saling mendekat. Karena penyesuaian akan merubah posisi busur, diperlukan
penyesuaian lagi (lihat Gambar 4.12)

Tindakan ini akan menggerakkan busur bukan hanya ke palatal tetapi juga ke insisal. Jika busur

sekarang berada lebih ke insisal dari dua pertiga mahkota, maka perlu disesuaikan dengan

mengangkatnya ke atas agar pada posisi yang benar. Hal ini dapat dilakukan dengan

memegang/mencekeram dasar lengan vertikal dari U-Loop yang berhubungan dengan busur, dan

memberikan tekanan secara perlahan dengan jari untuk menaikkan busur ke atas (Gambar 4.12).

Tindakan yang sama juga harus dilakukan pada sisi kontra-lateral dari U-loop. Posisi busur harus

diperiksa lagi dan juga retensi pelat harus diperiksa ulang untuk memastikan bahwa busur yang

dinaikkan tidak akan mengurangi retensi. Retensi yang memadai/adekuat dihasilkan oleh

friksi/gesekan yang jelas mudah dilihat antara busur dengan gigi saat busur digerakkan ke atas

dan ke bawah, tetapi tidak boleh terlalu kencang hingga alat tidak akan secara otomatis kembali

kepada posisinya saat diinsersi (Gambar. 4.12c).


Gambar 4.12 Mengencangkan busur labial dengan mengecilkan U-loop (lihat gambar 4.11)
menyebabkan bagian anterior busur labial bergerak ke insisal; oleh sebab itu, harus didorong lagi
ke gingiva (tanda panah; a) sehingga beradi di dua pertiga mahkota permukaan labial gigi insisif.
Sebelum insersi alat, busur labial harus terletak kurang lebih di insisal edge (b); sehingga harus
diangkat melewati permukaan labial agar berada pada posisinya (c dan lihat gambar 4.10)

Aktivasi Komponen Aktif

Pegas Z

Sulit untuk melakukan mengaktifasikan terlalu banyak pada pegas Z, terutama karena

sangat sulit untuk membuat alat pas jika pegas Z over-aktivasi/ terlalu diaktifasi. .
Sebagai patokan, pegas Z harus diaktivasi sampai lengan bebas terletak tepat di bawah

tepi insisal gigi yang akan digerakkan saat alat dipegang pada posisinya, tepat sebelum alat

diinsersi sepenuhnya.

Pegas disesuaikan dengan cara menempatkan paruh bulat tang Adams 65 (Juga dikenal

sebagai tang spring-forming) ke dalam heliks/spiral yang terletak paling dekat dengan tepi pelat

dasar, dan membuka heliks/spriral secara perlahan dengan cara menarik alat menjauh dari tang

sehingga pegas bergerak ke atas dan ke depan. Alat kemudian harus diinsersi ulang kedalam

mulut pasien untuk melihat dan memeriksa sejauh mana besar aktivasinya.

Penting bahwa lengan bebas dari pegas Z harus parallel/terletak sejajar dengan

permukaan palatal gigi untuk memastikan kontak merata dan karenanya bahkan memaksa

distribusi gaya yang merata pada gigi. Titik kontak pada permukaan palatal akan menyebabkan

gerakan rotasi. Tentu saja, pada gigi itu sudah diputar/rotasi, terkadang hanya memungkinkan

kontak titik. Namun, pada situasi seperti ini, kontak titik akan berfungsi untuk memutar gigi

yang bermasalah.

Posisi lengan bebas pegas Z disesuaikan dengan menempatkan paruh bulat tang Adams

65 ke dalam heliks yang dekat dengan lengan bebas. Tekan secara perlahan lengan bebas untuk

menyesuaikan posisinya.

Setelah dilakukan aktivasi, pegas Z akan tertekan saat alat sudah pada posisinya. Karena

pegas Z cenderung kembali ke panjang asal, maka gigi akan terdorong ke labial, dengan catatan

penutupan posterior adekuat mencegah insisif bawah menghalangi pergerakan gigi atas. Saat

pegas Z ingin kembali ke panjang semula, kompresinya akan melepaskan alat; pegas cenderung

merosot melalui kurva permukaan palatal. Inilah alas an mengapa retensi harus ditempatkan
seanterior mungkin jika menggunakan pegas Z, dan retensi alat harus benar-benar baik. (Gambar

4.13).

Gambar 4.13 (a) Aktivasi pegas Z : Paruh tang Adams 65 (yang disebut juga tang pembentuk
pegas) menjepit/mencengkeram koil, satu paruh menjepit/mencengkeram bagian luar dan paruh
yang lain menjepit/mencekeram bagian dalam koil. Alat kemudian ditarik dengan kuat menjauhi
tang sehingga pegas tertarik ke atas, dan menjauh ke arah depan (tanda panah) dari pelat dasar.
Sebelum alat diinsersikan, pegas harus terletak seperti dalam gambar (b), dengan pegas Z yang
aktif akan terletak di tepi insisal. Jika pelat sudah diinsersikan (c), pegas akan
tertekan/dikompresi ke belakang gigi dan letaknya pada pertengahan permukaan palatal gigi. Jika
aktivasi hanya menggerakkan pegas ke depan, dan bukannya ke atas dan menjauh dari alat, maka
pegas akan terletak terlalu dekat dengan tepi insisal sehingga posisinya tidak akan benar.
Pegas T

Pegas T digunakan untuk menggerakkan gigi premolar dan molar ke bukal. Seperti

halnya semua komponen aktif, retensi alat harus dioptimalkan sebelum dilakukan aktivasi.

Pegas T harus diposisikan dengan akhiran loop parallel/sejajar dengan bagian yang

membulat/ bulbositas di palatal mahkota gigi, dan harus berkontak/bersentuhan dengannya.

Aktivasi dilakukan dengan menaikkan pegas T secara perlahan menjauh dari pelat dasar.

Tepat sesaat sebelum diinsersi sepenuhnya, saat alat sudah berada pada posisinya, pegas T

seharusnya sekarang sudah terletak/berada lebih oklusal daripada bagian membulat yang

terbesar/bulbositas maksimum di bagian palatal mahkota gigi. Ketika sepenuhnya alat sudah

diinsersi, Pegas T akan menekan kembali pada bagian yang membulat/ bulbositas maksimum

dari gigi tersebut dan, saat kembali ke panjang awal/ panjangnya yang tidak tertekan, itu akan

membuat pegas T mendorong gigi secara bukal. (Gambar 4.14)

Gambar 4.14 (a) Pegas T; (b) aktivasi awal menggunakan tang pembentuk pegas untuk menarik
akhiran yang berujung bebas pegas ke atas, ke depan dan menjauh dari pelat dasar seperti yang
ditunjukkan pada gambar (tanda panah). Aktivasi selanjutnya membutuhkan lebih banyak
pelepasan kawat (kawat yang lebih panjang), yang didapat dari loop reservoir/cadangan (Lihat
Gambar 4.15)
Saat gigi bergerak ke bukal, panjang pegas T perlu ditambah sehingga tetap berkontak

dengan gigi. Hal ini dilakukan dengan membuka/melepaskan “cadangan/reservoir” kawat loop

dengan cara mendatarkan/meratakan loop tersebut (Gambar 4.15).

Gambar 4.15 Aktivasi pegas T dengan menggunakan loop cadangan/reservoir membutuhkan


paruh persegi tang pembentuk pegas yang ditempatkan di dalam loop cadangan, kemudian
ditekan/dicengkeram seperti terlihat dalam gambar (a). Karena dasar pegas T terpendam di
dalam akrilik, maka akhiran/ujung bebas harus dipanjangkan, seperti terlihat dalam gambar (b).
hal ini akan mengakibatkan pegas T letaknya bertumpu lebih tinggi di tonjol/cups palatal seperti
yang ditunjukkan belum diinsersi sepenuhnya (b). Jika sudah diinsersi sepenuhnya, pegas akan
aktif dan menekan tonjol/cups palatal (c)

Anda mungkin juga menyukai