Anda di halaman 1dari 21

DTM

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

OLEH:
Dwi Nurfitri, S.KG
1813101020021

DOSEN PEMBIMBING:
drg. Syahrial, Sp.Pros

DEPARTEMEN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2021
Definisi GTSL
Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah sebuah protesa yang menggantikan satu atau
beberapa gigi yang hilang, pada rahang atas maupun rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh
pasien tanpa pengawasan dokter gigi (Ozkan, 2012).

Indikasi GTSL

1. Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi

2. .Area edentoulus yang panjang sehingga membutuhkan dukungan dan stabilitas dari gigi
disisi rahang yang berlawanan (kontralateral), jaringan residual ridge, gigi penjangkar

3. Kennedy Klas I/II yang jika digunakan GT kantilever dapat menyebabkan torque
sehingga mengakibatkan resorpsi tulang, gigi goyang, restorasi gagal

4. Jaringan periodontal pada gigi yang masih ada kurang baik

5. Kehilangan tulang berlebihan pada residual ridge yang memerlukan perluasan basis
sebagai dukungan tambahan

6. Masalah fisik/emosional pasien karena pengerjaan GTSL dapat meminimalisir waktu di


kursi dental

7. Hubungan antara maksila dan mandibula unfavorable yaitu adanya ketidakharmonisa


ukuran, bentuk dan posisi lengkung antara rahang atas dan rahang bawah

8. Gigi tiruan immediate

9. Kontraindikasi GTJ karena usia pasien dibawah17 tahun dimana ruang pulpa masih lebar
sehingga tidak bisa dilakukan preparasi untuk gigi abutment, atau karena Panjang daerah
edentulous tidak memenuhi syarat Hukum Ante

10. Keinginan pasien karena sosioekonomi kurang (lebih murah) atau pasien tidak ingin gigi
diasah untuk pembuatan GTJ

Kontraindikasi GTSL
1. Kurangnya gigi yang tepat sebagai dukungan, retensi, stabilisasi gigi tiruan sebagian
lepsan

2. Rampan Karies atau kondisi periodontal tidak sehat

3. Oral hygiene pasien buruk

4. Pasien belum siap secara fisik dan mental

5. Pasien alergi terhadap material gigi tiruan sebagian lepasan

6. Pasien tidak tertarik mengganti gigi yang hilang

7. Pasien yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigi tiruan.

8. Usia lanjut

9. Penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)

Klasifikasi Kennedy
 Kelas I : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada dan
berada pada ke dua sisi rahang (bilateral).
 Kelas II : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapi
berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral).
 Kelas III : daerah tak bergigi terletak di antara gigi-gigi yang masih ada di bagian
posterior maupun anteriornya dan unilateral.
 Kelas IV : daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang masih ada
dan melewati garis tengah rahang.
Prinsip dasar desain GTSL

 GTS Paradental

- Gigi penjangkaran kuat

- Gigi hilang sedikit  sadel pendek,beban kunyah kecil

- Kesehatan umum baik

 GTS Paradental-Gingival

- Gigi penjangkaran kurang kuat di satu sisi rahang,sedangkan sisi lainnya cukup kuat

- Banyak gigi hilang pada satu sisi rahang, sedangkan satu sisi lainnya bounded
sadel/jumlah gigi hilang sedikit

- Kesehatan umum baik

 GTS Gingival

- Gigi penjangkaran kurang kuat:akar tunggal, goyang °1 atau °2

- Kehilangan gigi banyak/bilateral free end saddle

- Kesehatan umum baik atau kurang baik seperti diabetes

 Gigi penjangkaran sedekat mungkin dengan diastema

 Pada satu sisi tidak boleh terdapat cengkeram paradental dangingival bersama-sama
karena beda cara kerjanya

 Tebal basis 1-2 mm (terlalu tebal kurang nyaman, terlalu tipis mudah patah)

 Estetis  hindari penggunaan cengkeram di kaninus

Desain Cengkeram

 Cengekram Paradental

1. 3 jari: untuk gigi P dan M

2. Jackson (Full Jackson : untuk gigi P dan M yang mempunyai kontak baik
mesial distal.

3. Half Jackson Paradental : untuk gigi P dan M yang terlalu cembung sehingga
sulit melaluinya karena ada titik kontak diantara 2 gigi

4. Rush Anker/ Ball Retainer : untuk gigi P dan M

5. Roach : untuk gigi P dan M

6. Cengkram S  untuk gigi C dengan singulum besar (ex: RA)


7. Kippmeider  tidak ada lengan, hanya rest di singulum gigi C (stabilisasi
dan meneruskan beban kunyah)

 Cengkeram Gingival

1. 2 jari : untuk gigi P dan M

2. 2 jari panjang untuk gigi P dan M, gigi dekat diastema kurang kuat (goyang
°1)

3. Half Jackson Gingival  gig C,P,M

4. Vestibular Vinger

- Bila gigi sisa hanya anterior yang tidak dapat dilingkari cengkeram dan
vestibulum labial memiliki undercut yang cukup

- Fungsi : untuk tambahan retensi tapi kurang efektif

Desain I
- Kasus kehilangan gigi RA 16, 17, 18 ( Kennedy Klas II) membutuhkan gigi tiruan
sebagian lepasan akrilik dengan desain kombinasi paradental-gingival karena Gigi
penjangkaran kurang kuat di satu sisi rahang,sedangkan sisi lainnya cukup kuat,
Banyak gigi hilang pada satu sisi rahang yaitu 16,17,18, sedangkan satu sisi lainnya
tidak ada yang hilang, menggunakan cengkeram 2 jari di gigi 15 sebagai gigi
penjangkaran karena span edontoulus yang panjang dan free end saddle unilateral
sehingga dibutuhkan retensi dan stablitas dari cengkeram 2 jari, dan menggunakan
cengkeram half Jackson paradental pada gigi 24 dan 27 sebagai penjangkaran
mengikuti teori trypodal configuration.

- Kasus kehilangan gigi RB 36,46 ( Kennedy Klas III modifikasi I) membutuhkan gigi
tiruan sebagian lepasan akrilik dengan desain paradental karena gigi penjangkaran
kuat dan gigi yang hilang sedikit sehingga spannya kecil, menggunakan cengkeram
half Jackson paradental pada gigi 35&37 dan cengkeram half Jackson paradental pada
gigi 45 dan cengkeram 3 jari pada gigi 47. Posisi cengkeram mengikuti teori
quadrilateral configuration.

Desain II

- Kasus kehilangan gigi RA 16, 17, 18 ( Kennedy Klas II) membutuhkan gigi tiruan
sebagian lepasan akrilik dengan desain kombinasi paradental-gingival karena Gigi
penjangkaran kurang kuat di satu sisi rahang,sedangkan sisi lainnya cukup kuat,
Banyak gigi hilang pada satu sisi rahang yaitu 16,17,18, sedangkan satu sisi lainnya
tidak ada yang hilang, menggunakan cengkeram half Jackson gingival di gigi 15
sebagai gigi penjangkaran karena span edontoulus yang panjang dan free end saddle
unilateral, dan menggunakan cengkeram half Jackson paradental pada gigi 24 dan 27
sebagai penjangkaran mengikuti teori trypodal configuration.

- Kasus kehilangan gigi RB 36,46 ( Kennedy Klas III modifikasi I) membutuhkan gigi
tiruan sebagian lepasan akrilik dengan desain paradental karena gigi penjangkaran
kuat dan gigi yang hilang sedikit sehingga spannya kecil, menggunakan cengkeram
half Jackson paradental pada gigi 35 dan cengkeram 3 jari 37 dan cengkeram half
Jackson paradental pada gigi 45 dan cengkeram 3 jari pada gigi 47. Posisi cengkeram
mengikuti teori bilateral configuration.

Desain III (GTSKL)

RA : Kehilangan gigi 16,17,18


 Gigi 15 : back action clasp (indikasi untuk gigi P sebagai terminal abutment pada
Kennedy Klas I/II atau free end saddle)
 Gigi 24: akersclaps (indikasi akersclaps: untuk gigi posterior)
 Gigi 26, 27: doubleakers (alasan: karena tidak terdapat diastema)
 Konektor yang akan digunakan berupa palatal strap, karena terdapat kehilangan gigi
posterior.

RB : Kehilangan gigi 36 dan 46


 Gigi 35,37,45,47: akersclaps, pada kasus ini akan dipasangkan akersclaps dikarenakan
lebih stabil dengan adanya 2 lengan pada akersclaps sebagai retensi dan stabilisasi
 Jenis konektor yang digunakan adalah lingal bar karena ruang dasar mulut mencukupi
untuk dipasangkan lingal bar (syarat ±8mm)

Diagnosis
Kasus kehilangan gigi 16,17,18,28,36,46,48 (RA = Kennedy Klas II, RB = Kennedy Klas III modifikasi
I) akan direhabilitasi dengan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik pada RA dan RB.

Prognosis : Baik

Treatment Plan

1. Perawatan Preprosterik
- Perawatan periodontal : Scaling
- Perawatan konservasi gigi : 15,37,47 (karies email/D3)  Restorasi GIC
38 ( karies dentin/D4)  Restorasi RK
2. Pembuatan GTSL (RA : 16,17 ; RB : 36,46)
PROSEDUR KERJA
- Pencetakan model studi
- PembuatanSCP
- Border Molding
- Pencetakan model kerja/fisiologis
- Surveying
- Pembuatan Lempenggigit
- Pembuatan Galengan Gigit
- Penanaman pada articulator
- Pembuatan cengkeram
- Penyusunan Gigi
- Wax Counturing
- Flasking
- Boiling Up
- Packing
- Curing
- Deflasking
- Finishing
- Polishing
- Insersi
- Kontrol

Prosedur Perawatan
1. Pencetakan model studi

- Alat dan bahan: alat standar, nierbeken, alginat, gelas berisi air, bowl, spatula, sendok
cetak, tissue, bahan disinfeksi, polibib, gelas kumur, saliva ejector

- Posisi pasien duduk dengan bidang oklusi sejajar lantai, RA: setinggi antara bahu dan
siku operator dan tegak, RB: setinggi siku operator dan mulut 45o terhadap lantai

- Pasien diminta untuk berkumur

- Tentukan ukuran sendok cetak pasien dengan dicobakan dalam mulut pasien

- Berikan instruksi kepada pasien dengan simulasi melakukan pencetakan pasien diminta
untuk bernafas melalui hidung

- RA : pasien diminta untuk menunduk dan membentuk mulut seperti huruf O

- RB: pasien diminta untuk mengangkat lidah ke depan dan membentuk mulut seperti
huruf O

- Masukkan powder alginate dalam bowl dan tuangkan air secara perlahan sesuai dengan
instruksi pabrik. Campur dan aduk dengan gerakan stropping hingga homogen

- Kumpulkan alginate menggunakan spattle dan masukkan kedalam sendok cetak dan
ratakan.

- Masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien dengan posisi operator berada pada
depan kanan pasien. Kemudian fiksasi kedua sendok cetak dengan kedua jari

- Pastikan sisa alginate sudah kering dengan cek sisa alginate pada bowl

- Lepaskan dan keluarkan sendok cetak

- Instruksikan pasien untuk berkumur

- Cek hasil cetakan


• Tidak ada gelembung udara/porus
• Cetakan tidak robek
• Cetakan melekat dengan sendok cetak
• Halus, licin
• Tidak ada bagiam sendok cetak yang tidak tertutup bahan cetakan
• Seluruh anatomi tercetak
Rahang Atas
- Gigi tercetak sesuai klinis
- Residual ridge
- Vestibulum bukalis
- Frenulum bukalis
- Frenulum labialis
- Tuberositas maksila
- Hamular notch
- Sutura palatina
- Papila insisivum
- Raphe palatina
- Rugae palatina
- Foramen insisivus
- Foramen palatinus mayus dan minus
- Palatum durum
- Palatum molle
- Fovea palatina
- Fossa pterygomaksila
- Posterior palatal shield
- Torus palatina
Rahang Bawah
- Gigi tercetak sesuai klinis
- Residual ridge
- Vestibulum bukalis
- Vestibulum labialis
- Frenulum bukalis
- Frenulum labialis
- Frenulum lingualis
- Buccal shelf
- Otot dasar mulut
- Linea oblique eksterna
- Linea oblique interna
- Foramen mentale
- Retromolar pad
- Retromylohyoid space
- Sulkus alveolingual
- Torus mandibula
- Spina mentalis

- Bersihkan cetakan dari air liur/saliva dibawah air mengalir

- Segera cor dengan dental stone tipe II/III atau jika tidak sempat dapat ditutup terlebih
dulu dengan kain lembab

1. Pencetakan model kerja/ fisiologis

- Posisi pasien duduk dengan bidang oklusi sejajar lantai, RA: setinggi antara bahu dan
siku operator dan tegak, RB: setinggi siku operator dan mulut 45o terhadap lantai

- Tentukan teknik pencetakan dan bahan cetak

- Pada area tahanan jaringan tinggi

o Teknik : mukokompresi

o Bahan cetak : impression compound / heavy body / elastomer

- Pada area tahan jaringan rendah

o Teknik : mukostatis

o Bahan cetak : alginat

- Pasien diminta untuk berkumur

- Seluruh tahanan jaringan rendah : sama seperti pencetakan model studi menggunakan
teknik mukostatis dengan alginate

- Tahanan jaringan tinggi

- Impression compound
a. Panaskan impression compound dengan mencelupkan dalam air panas 55oC –
60oC selama 4-5 menit hingga lunak

b. Setelah lunak manipulasi dengan tangan

c. Cetakkan ke dalam mulut pasien, tunggu hingga mengeras, keluarkan dan


periksa cetakan

- Cek hasil cetakan: seluruh anatomi tercetak, tidak ada gelembung udara/porus, cetakan
tidak robek, cetakan melekat dengan sendok cetak, halus, licin, tidak ada bagian sendok
cetak yang tidak tertutup bahan cetakan

- Desinfeksi cetakan

- Segera cor dengan dental stone tipe II atau jika tidak sempat dapat ditutup terlebih dulu
dengan kain lembab

3. Surveying
➢ Lakukan identifikasi bagian model yang dapat digunakan sebagai guiding plane dan tentukan
yang bisa dibuat kesejajarannya
➢ Pasang model studi di occlusal table, setelah posisinya tepat kunci oclussal table
➢ Pasang analyzing rod untuk menentukan kesejajaran, guiding plane, dan path of insertion.
Posisi oklusal model sejajajr lantai, namun jika tidak didapat kesejajarannya model dapat
dimiringkan maksimal 10 derajat terhadap lantai
➢ Kunci dan fiksasi surveying table. Lalu lakukan pemasangan kembali analyzing rod untuk
mengecek kesejajarannya dan single path of insertion
➢ Pasang carbon marker untuk menandai area kontur terbesar gigi dan bagian gigi yang harus
dilakukan konturing dan undercut jaringan lunak
➢ Pasang undercut gauge, tentukan area undercut retentif menggunakan undercut gauge dan
tentukan kedalaman undercut untuk menentukan material apa yang akan digunakan
➢ Lakukan block out area undercut dengan baseplate wax lalu lakukan trimming dengan
menggunakan wax trimmer
➢ Lakukan tripoding dengan menandai model studi pada 3 area: anterior, posterior kanan, dan
posterior kiri dengan menggunakan undercut gauge atau carbon marker
4. Pembuatan Lempeng Gigit
➢ Alat dan bahan: model kerja, baseplate wax, lampu spiritus, korek api, lecrone/pisau wax,
kapas, air sabun
➢ Gambar batas mukosa bergerak dan tidak bergerak pada model kerja, dengan batas:
• RA:
o Frenulum labialis dan bukalis bebas
o Menutupi vestibulum labialis dan bukalis
o Fossa pterygomaxillary terisi
o Batas distal 2mm didepan fovea palatine
• RB:
o Frenulum labialis, bukalis, lingualis bebas
o Menutupi vestibulum labialis dan bukalis
o Menutupi retromolar pad
o Menutupi sulkus lingualis dan fossa retromylohyoid
➢ Nyalakan lampu spiritus
➢ Basahi model kerja dengan air
➢ Letakkan selembar baseplate wax di atas model kerja untuk memperkirakan lebar wax yang
akan digunakan. Potong dan gunakan sisanya untuk rahang lain
➢ Lunakkan baseplate wax di atas lampu spiritus, letakkan diatas model kerja sesuai dengan
batas yang tadi sudah digambar. Tekan ringan dan merata hingga rapat/sesuai permukaan model.
Bentuk dan potong tepi lempeng sesuai batas yang ditentukan
➢ Lempeng gigit dikatakan baik, jika:
o Bentuk dan ukuran lempeng gigit benar, sesuai dengan garis batas yang telah dibuat. Bagian
yang berlebih dipotong dan apabila terdapat kekuragan ditambah
o Frenulum bebas
o Ketebalan merata 1,5-2 mm, untuk daerah tepi 2-3 mm
5. Tata Laksana Pembuatan Galangan Gigit
➢ Alat dan bahan: model kerja, baseplate wax, lampu spiritus, korek api, lecrone/pisau wax,
kapas, air sabun
• Cara 1:
o Potong baseplate wax selebar 1 cm sebanyak 5-6 lembar. Lekatkan satu sama lain
o Lengkungkan baseplate wax sesuai bentuk procesus alaveolaris dan lekatkan pada lempeng
gigit
• Cara 2:
o Potong baseplate wax menajdi 2 bagian
o Lunakkan pada api spiritus, lalu gulung sehingga berbentuk silinder, kemudian bentuk sesuai
penampangnya yaitu trapezium
➢ Dasar trapezium dilekatkan pada lempeng gigit di atas prosesus alveolaris sesuai bentuk
lengkungnya dan lekatkan sedemikian rupa hingga tidak terlihat batas antara lempeng gigit dan
galangan gigit
➢ Syarat galangan gigit:
o Bagian posterior tepat di atas prosesus alveolaris
o Tinggi galangan gigit:
RA: 12-14 mm
RB: 1/2-2/3 retromolar pad
o Lebar galangan gigit
Anterior: 6-8mm
Posterior: 8-10mm
➢ Rapikan dan ratakan permukaan oklusal masing-masing galangan gigit
➢ Seluruh permukaan dikilapkan dengan kapas yang dibasahi air sabun tanpa tekanan
6. Penanaman pada artikulator
➢ Galengan gigit yang sudah difiksasi, diletakkan kembali pada model kerja
➢ Lakukan fiksasi model kerja dengan menggunakan wooden prick pada posterior kanan dan
kiri serta anterior
➢ Letakkan model kerja pada artikulator lalu beri plastisin pada basis model RB
➢ Lakukan evaluasi model kerja pada artikulator:
• Bidang oklusal sejajar lantai dievaluasi dengan menggunakan karet, seimbang kiri dan kanan
• Midline model sejajar pin vertical
• Insisal pin berjarak 1-2 mm dari gigi anterior (pada midline, area interdental, dan pertemuan
RA dan RB)
➢ Lakukan pengadukan dental plaster kemudian cor model kerja RA
➢ Rapikan dan haluskan, lalu ikat articulator dengan karet. Tunggu hingga setting
➢ Lepaskan plastisin pada basis model RB, lalu lakukan pengecaran model kerja RB
➢ Rapikan dan haluskan, lalu ikat articulator dengan karet. Tunggu hingga setting.
7. Pembuatan cengkram
Cengkram harus dibuat berdasarkan pemelukan, pengimbangan, retensi, dukungan dan stabilisasi
8. Penyusunan Gigi
Penyusunan gigi dilakukan secara bertahap dari gigi anterior kemudian penyusunan gigi
posterior.
a. Penyusunan Gigi Incisivus 1 Rahang Atas
Inklinasi gigi incisivus 1 atas bersudut 85°, tepi incisal sedikit masuk palatal, dan dilihat dari
bidang oklusal tepi insisal terletak diatas linggir rahang.
Gambar 1.1 Gigi Incisivus 1
b. Penyusunan Gigi Incisivus 2 Rahang Atas
Inklinasi gigi incisivus 2 bersudut 80° dengan bidang oklusal, bagian servikal condong ke palatal
serta dilihat dari bidang oklusal tepi incisal terletak di atas linggir rahang.
Gambar 1.2. Gigi Incisivus 2
c. Penyusunan Gigi Caninus Rahang Atas
Inklinasi gigi caninus sama dengan gigi incisivus 1 atas, bagian servikal tampak lebih menonjol
dan ujung cusp lebih ke palatal dan menyentuh bidang datar artikulator, dilihat dari bidang
oklusal ujung cusp terletak diatas linggir rahang.
Gambar 1.3. Gigi Caninus
d. Penyusunan Gigi Premolar 1 Rahang Atas
Penyusunannya tegak lurus pada bidang oklusi, pada bidang oklusi kira-kira 1 mm diatas bidang
oklusi serta dilihat dari bidang oklusal groove developmental sentral terletak diatas linggir
rahang.
Gambar 1.4. Gigi Premolar 1
e. Penyusunan Gigi Premolar 2 Rahang Atas
Inklinasi mesio-distal tegak lurus dibidang oklusal, cusp bukal dan cusp palatal terletak pada
bidang oklusal serta dilihat dari bidang oklusal developmental groove sentralnya di atas linggir
rahang.
Gambar 1.5. Gigi Premolar 2
f. Penyusunan gigi Molar 1 Rahang Atas
Inklinasi condong ke distal, cusp mesio-bukal gigi molar 1 atas satu garis
dengan permukaan fasial galangan gigit dan permukaan bukal atas terletak pada bidang yang
membentuk sudut dengan permukaan bukal terletak pada bidang yang membentuk sudut dengan
permukaan fasial galangan gigit.
Gambar 1.6. Gigi Molar 1
g. Penyusunan Gigi Molar 2 Rahang Atas
Inklinasi mesio-distal condong ke distal, serta dilihat dari bidang oklusal bukal terlatak pada
kurva lateral.
Gambar 1.7. Gigi Molar 2
9. Wax Contouring
Wax contouring sering disebut dengan waxing gigi tiruan yaitu memberi kontur basis gigi tiruan
pola malam sedemikian rupa sehingga menyerupai anatomi gusi dan jaringan lunak mulut.
10. Flasking
Flasking adalah proses penanaman model gigi tiruan kedalam flask menggunakan bahan plaster
of paris untuk mendapatkan mould space. Ada dua cara flasking yaitu:
a. Pulling the casting
Model gigi tiruan berada di kuvet bawah dari seluruh elemen gigi tiruan dibiarkan terbuka,
setelah boiling out elemen gigi tiruan ikut ke cuvet atas.
b. Holding the casting
Model gigi tiruan berada di kuvet bawah dan semua elemen gigi tiruan ditutup menggunakan
gypsum setelah boiling out akan terlihat ruang sempit setelah pola malam dibuang.
11. Boiling Out
Boiling Out bertujuan untuk menghilangkan wax dari model yang telah ditanam kedalam cuvet
untuk mendapatkan mould space.
12. Packing
Packing adalah proses mencampur monomer dan polimer resin akrilik. Ada dua metode packing
yaitu dry methode yaitu cara mencampur monomer dan polimer langsung di dalam mould. Wet
Methode adalah cara mencampur monomer dan polimer di luar mould dan bila sudah mencapai
dough stage dapat dimasukkan ke dalam mould.
13. Curing
Curing adalah proses polimerisasi antara monomer dan polimer bila dipanaskan atau ditambah
suatu zat kimia lain. Berdasarkan polimerisasinya akrilik dibagi menjadi dua macam, yaitu heat
curing acrylic (memerlukan pemanasan dalam proses polimerisasinya) dan self curing acrylic
(dapat berpolimerisasi sendiri pada temperatur ruang.
14. Deflasking
Deflasking adalah proses melepaskan gigi tiruan akrilik dari model kerja yang tertanam pada
flask, dengan cara memotong-motong gips sehingga model dapat di keluarkan secara utuh.
15. Finishing
Finishing adalah proses menyempurnakan bentuk akhir gigi tiruan dengan membuang sisa-sisa
resin akrilik pada kasus gigi tiruan dan membersihkan sisa-sisa bahan tanam yang masih
menempel pada gigi.
16. Polishing
Polishing adalah proses pemolesan protesa gigi tiruan akrilik, proses ini merupakan proses
terakhir dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari proses menghaluskan
dan mengkilapkan gigi tiruan tanpa mengubah konturnya.
17. Insersi
➢ Alat dan bahan: alat standard, gigi tiruan, kuas, bubuk fletcher, olive oil, articulating paper,
low speed handpiece, acrylc trimmer, tang cengkram
➢ Sebelum dimasukkan ke dalam mulut, lakukan evaluasi GT yaitu tidak ada porus, mengkilap,
halus, tidak tajam, tidak ada gips, ujung kawat membulat (hanya pafa GTS). Lakukan
pengecekan rongga mulut pasien apakah terdapat area eritema atau ulserasi
➢ Lakukan penyesuaian basis dan sayap dengan PIP (fletcher+olive oil) dioleskan dengan kuas
pada seluruh permukaan basis dan sayap hingga merata. Masukkan ke dalam mulut gigi
tiruannya. Lalu lepas
➢ Evaluasi apakah terdapat area basis atau sayap yang terhapus PIP-nya. Jika terhapus, maka
bagian tersebut menekan mukosa dan harus dikurangi dengan acrylic trimmer. Ulangi prosedur
tersebut hingga jejas PIP merata
➢ Lakukan pengecekan oklusi dengan articulating paper pastikan jejas gigi merata dan tidak ada
yang terlalu tebal.
➢ Jika ada yang terlalu tebal lakukan pengasahan gigi dengan acrylic trimmerLakukan
pengecekan cengkram: harus bersifat pasif, tidak menekan, dan terletak pada tempatnya dengan
baik (properly seated)
➢ Tanyakan pada pasien apakah sudah merasa nayaman, tidak sakit, atau teras menekan
➢ Prosedur diatas dilakukan satu per satu rahang
➢ Instruksi: cara melepas pasang GT, membersihkan disikat dibawah air mengalir setiap
sebelum dan setelah dipakai, disimpan dalam wadah berisi air bersih. Pada 24 jam pertama lepas
GT saat makan, pakai saat tidur. Seterusnya pakai saat makan dan lepas saat tidur. Kontrol 1, 3, 7
hari setelah pemasangan
➢ Jelaskan bahwa diawal pemasangan akan terasa tidak nyaman, banyak air liur, sariawan.
18. Kontrol
➢ Alat dan bahan: alat standard, gigi tiruan, kuas, bubuk fletcher, olive oil, articulating paper,
low speed handpiece, acrylic trimmer, tang cengkram
➢ Sebelum dimasukkan rongga mulut, lakukan evaluasi GT, tidak terdapat basis GT yang patah,
cengkram lepas
➢ Lakukan pengecekan rongga mulut pasien apakah terdapat area eritema atau ulserasi
➢ Lakukan penyesuaian basis dan sayap dengan PIP (fletcher+olive oil) dioleskan dengan kuas
pada seluruh permukaan basis dan sayap hingga merata. Masukkan ke dalam mulut gigi
tiruannya. Lalu lepas
➢ Evaluasi apakah terdapat area basis atau sayap yang terhapus PIP-nya. Jika terhapus, maka
bagian tersebut menekan mukosa dan harus dikurangi dengan acrylic trimmer. Ulangi prosedur
tersebut hingga jejas PIP merata
➢ Lakukan pengecekan oklusi dengan articulating paper pastikan jejas gigi merata dan tidak ada
yang terlalu tebal. Jika ada yang terlalu tebal lakukan pengasahan gigi dengan acrylic trimmer
➢ Lakukan pengecekan artikulasi dengan articulating paper pastikan jejas gigi merata dan tidak
ada yang terlalu tebal. Jika ada yang terlalu tebal lakukan pengasahan gigi dengan acrylic
trimmer
➢ Lakukan pengecekan cengkram. Cengkram harus bersifat pasif, tidak menekan, dan terletak
pada tempatnya dengan baik (properly seated)
➢ Tanyakan keluhan subjektif pasien pasca-insersi: apakah sakit, menekan, sariawan, tidak
nyaman, tegang, sulit menelan
➢ Prosedur diatas dilakukan satu per satu rahang
Treatment Sequence

1. RA,RB : Scaling
2. 15,37,47  Restorasi GIC
3. 38  Restorasi RK
4. Evaluasi perawatan preprostetik, apabila baik, dilanjutkan perawatan
5. Pembuatan GTSL
- RA : 16,17
- RB : 36,46

Anda mungkin juga menyukai