Oleh :
KEDIRI
2020
IP Kartu Status
1. Nama penderita :
2. Alamat, untuk :
3. Pekerjaan, untuk :
pembiayaan.
4. Jenis kelamin :
5. Usia :
Usia muda : prognosa baik, lebih mudah beradaptasi dengan gigi tiruan
6. Anamnesa
a. Keluhan utama
pasca pencabutan.
c. Pengalaman dengan GT
Penderita yang pernah memakai gigi tiruan : adatasi mudah, memahami prosedur.
prosedur.
d. Riwayat penyakit
resoebsi pada alveolar ridge lebih cepat dari pasien yang sehhat).
7. Ekstra oral
- Sendi TMJ, berhubungan dengan oklusi, untuk mengetahui ada/tidaknya kelainan TMJ.
- Bentuk muka, berhubungan dengan bentuk insisiv sentral atas, garis median, garis
- Mata, berhubungan dengan warna gigi, kesejajaran bidang oklusal, tinggi gigit,
8. Intra oral
panjang, jumlah akar, melihat kelainan bentuk pada residual ridge, sisa akar, keadaan
- Frenulum : berhubungan dengan penutupan (seal), fungsi untuk retensi dan stabilisasi
Gigi tiruan jembatan merupakan gigi tiruan yang menggantikan kehilangan satu/lebih gigi geligi
asli yang diletakkan secara permanen dengan semen serta didukung sepenuhnya oleh satu /
6. Abutment abnormal
7. Jaringan periodontal abnormal
2. Karies gigi abutment akibat dari restorasi retainer yang terlampau panjangbatau kurang
panjang
4. Konekto patah
5. Terjadi perubahan pada pulpa efek dari cara preparasi yang tidak dilindungi GTTS
6. Jembatan patah diakibatkan oleh hubungan shoulder atau bahu tidak baik, teknik
Gigi tiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer, konektor, dan
a. Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang hilang dan
o Estetis
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan linggir alveolus
sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan linggir alveolus (1-3 mm),
dan permukaan dasar pontik cembung dalam segala aspek. Tujuan pembuatan dasar
pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan dapat dengan mudah dibersihkan. Adanya
bentuk pontik yang demikian mengakibatkan kekurangan dalam hal estetis sehingga
Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir alveolus sedangkan
bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit menyentuh mukosa dari linggir. Hal ini
mengakibatkan estetis pada bagian labial/bukal lebih baik, dan mudah dibersihkan
pada bagian palatal. Walaupun demikian menurut beberapa hasil penelitian, sisa
makanan masih mudah masuk ke bawah dasar pontik dan sulit untuk dibersihkan.
Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan posterior(Arifin,
2000).
3) Pontik Conical Root
Pontik conical root biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat yang dibuatkan atas
Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar pontik masuk ke dalam soket gigi yang baru
dicabut kira-kira 2 mm. Pontik ini dipasang segera setelah dilakukannya pencabutan
b. Retainer
Retainer adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer direkatkan dengan semen
pada gigi penyangga yang telah dipersiapkan dan berfungsi sebagai stabilisasi dan retensi
(Arifin, 2000).
Retainer yang retensinya berupa pasak yang telah disemenkan ke saluran akar yang
c. Konektor
Adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor harus dapat mencegah
Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTC. Konektor rigid dapat
Pengecoran (casting)
Penyolderan (soldering)
Pengelasan (welding)
2. Konektor Nonrigid
gigi yang hilang. Konektor nonrigid bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan
perbaikan (repair) GTC. Contohnya adalah dovetail dan male and female.
d. Abutment
Adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk menahan gigi tiruan
cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran periodontal, panjang
Adapun 6 macam desain dari GTC yang perbedaannya terletak pada dukungan yang ada pada
a. Fixed-fixed Bridge
Semua komponen digabungkan secara rigid, dengan cara penyolderan setiap unit
Indikasi
Kontra-Indikasi
Pada jenis ini, gaya yang datang dibagi menjadi dua, menggunakan konektor rigid dan
non rigid sehingga tekanan oklusi akan lebih disalurkan ke tulang dan tidak dipusatkan
ke retainer.
Indikasi
Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih abutment.
Keuntungan
porcelain crown.
Indikasi
Kontra-Indikasi
Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban oklusalnya tidak terlalu besar.
Suatu gigi tiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke gigi atau
penyangga gigi.
Indikasi
Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi pilihan terbaik
karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics sehingga tidak terlalu
penyangga, baik karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena
Kontra-Indikasi
Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek sehingga kurang retentif
Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya torus atau bentuknya
yang terlalu dangkal/dalam. Selain alasan fungsional, faktor estetik juga menjadi
masalah
bergerak.
e. Compound Bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan bersatu
menjadi suatu kesatuan. Diindikasikan pada pengganti gigi hilang yang membutuhkan
Merupakan GTC yang sangat konservatif karena preparasi yang sangat minimal.
Dilakukan preparasi gigi penyangga hanya sebatas email. GTC tipe ini terdiri dari satu
atau dua beberapa pontik yang didukung retainer tipis yang direkatkan dengan semen
dengan sistem etcing bonding ke email gigi penyangga di bagian lingual dan proksimal.
Okusi
Oklusi adalah berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah
Oklusi ini mengacu pada posisi dimana gigi geligi rahang atas dan rahang bawah saling
berkontak. Hubungan gigi geligi rahang atas dan bawah dalam keadaan tertutup atau
hubungan daerah kunyah gigi geligi tidak berfungsi (statik). Oklusi statik merupakan
hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau
hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi
statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cuspto
marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusptofossa. Sedang pada
hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite)
dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara
incisaledge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi
gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisaledge RB sampai incisaledge RA.
Secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Bilateral balancedoc clusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi
b. Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi
c. Mutually protected occlusion, dijupai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang
d. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalam klasifikasi diatas. (Hamzah,
Zahreni,dkk)
2. Oklusi dinamis/fungsional
Oklusi ini mengacu pada hubungan antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah pada
saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral ataupun kedepan/ gerak
Hukum Ante
Dalam Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan sebaiknya berpatokan pada hukum Ante. Hukum
Ante adalah konsep yang dikemukakan pada tahun 1800an dan masih digunakan sampai
sekarang. Hukum ante menyatakan bahwa "Luas area permukaan akar gigi penyangga
harus sama atau lebih besar dari luas area permukaan akar gigi yang hilang atau daerah
anodonsia". Dalam keadaan tertentu, kita tidak perlu mentaati hukum Ante, pada keadaan
Akar gigi penyangga (abutment teeth) panjang, kokoh dan tertanam baik dalam
proc. Alveolaris.
Tekanan kunyah yang ringan atau tidak berkontak sama sekali, misal gigi lawan
merupakan removable denture, sehingga tekanan kunyah tidak akan sama dengan
gigi asli.
Jaringan periodontal terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal, tulang alveolar.
a. Warna : Coral pink. Warna gingiva berdasarkan vaskularisasi dan ketebalan keratin
3. Ligamen periodontal : pada gambaran radiografi tidak adanya pelebaran periodontal space
4. Tulang alveolar : pada gambaran radiografi tidak adanya gambaran terputusnya lamina
Preparasi atau pengasahan gigi penyangga dilakukan untuk memperoleh ruang bagi restorasi
3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, dan mata bur)
5. Membuat alur panduan untuk pengurangan bidang oklusal (guiding grooves for occlusal
reduction).
a. Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan menggunakan round-end tapered fissure
diamond bur pada fossa sentral, mesial dan distal bidang oklusal dan hubungkan sehingga
membentuk saluran (channel) di sepanjang alur bagian tengah oklusal (central groove) yang
diamond bur pada developmental groove bukal dan lingual gigi, serta pada tiap triangular ridge
c. Pada area yang permukaan oklusalnya kontak dengan permukaan oklusal gigi antagonis,
buatlah alur dengan kedalaman 1,5 mm, menggunakan round-end tapered diamond bur dengan
memposisikan mata bur pada angulasi 45° terhadap sumbu gigi sehingga terbentuk bevel pada
functional cusp.
a. Lakukan pengurangan bidang oklusal secara bertahap. Bidang oklusal pada sisi mesial
dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan ataupun sebaliknya. Apabila sisi
mesial bidang oklusal telah selesai dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang oklusal
b. Lakukan cek oklusi sentrik dengan menggunakan kertas artikulasi (articulating paper).
Apabila masih terdapat area yang terkena spot (dark spot area), maka dilakukan pengurangan
kembali pada area tersebut hingga spot tidak tampak saat cek oklusi sentrik.
Buatlah 3 buah alur panduan pada bidang bukal dan lingual gigi yang sejajar dengan sumbu
8. Melakukan pengurangan pada bidang aksial (axial reduction) dan pembuatan finishing line
a. Knife-edge.
Tipe ini memerlukan pengurangan gigi yang paling sedikit. Terkadang digunakan pada gigi
b. Chamfer.
Tipe ini sering dipilih sebagai akhiran tepi untuk restorasi ekstrakoronal, mudahdibentuk,
dan memberikan ruang untuk ketebalan yang memadai pada restorasi emas
tekanan yanglebih rendah, dan dengan mudah dapat masuk ke celah gingiva. Desain ini
distorsi margin yang besar dan estetis yang kurang baik. Selain itu, ketahanan desain ini
c. Shoulder.
Tipe ini dipilih terutama pada situasi dimana bagian terbesar material diperlukan untuk
memperkuat restorasi pada daerah tepi gigi, seperti untuk restorasi all-porcelain atau
restorasi metal keramik. Desain ini sulit dipreparasi, undercut minimum, dan tahan
terhadap distorsi margin. Selain itu, shoulder akan menghasilkan tekanan yang paling
sedikit di daerah servikal dan memberikan tempat maksimum untuk porselen dan metal,
sehingga porselen dapat dibakar pada tepi metal dan menghasilkan estetis yang baik.
Shoulder untuk bahan porselen tetapi bevel untuk bahan full metal
lebih mudah dalam mendapatkan cetakannya dan dapat membuat tepi gigi dari restorasi
tuang lebih mudah dipolis. Bevel biasanya dikombinasikan untuk bentuk proksimal box.
Bevel tersebut bertujuan untuk :1. Mengkompensir kekurangan dalam kecermatan selama
burnishing setelah penyemenan. 4. Menambah retensi. Shoulder with bevel untuk bahan
Chamfer dan shoulde rmemberi bentuk akhiran tepi yang jelas, yang bisadiidentifikasikan
dalam preparasi mahkota sementara dan die. Chamfer membutuhkan pengurangan aksial yang
minimal dan cocok untuk restorasi all-ceramic konservatif. Kedalaman preparasi margin
a. Lakukan pengurangan bidang aksial secara bertahap. Bidang aksial pada sisi mesial
dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan ataupun sebaliknya. Apabila sisi
mesial bidang aksial telah selesai dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang aksial dapat
b. Buatlah finishing line berbentuk chamfer bersamaan dengan pengurangan bidang aksial,
mengelilingi seluruh permukaan bidang aksial (sisi bukal-lingual dan mesial-distal). Chamfer
dibuat dengan lebar 0,5-1 mm agar ketebalan logam pada area tersebut cukup. Preparasi
chamfer menggunakan round-end fissured diamond bur atau round-end tapered diamond bur.
Untuk kemiringan dinding aksial dan pembulatan dibuat 40 - 60 dan untuk melihat kesejajaran
dinding aksial dengan cara mencetak hasil preparasi dengan menggunakan bahan cetak alginat
dan setelah itu di cor dengan menggunakan gypsum tipe III dan setelah setting dilepas dan di
cek dengan menggunakan 2 sonde lurus diletakkan disebelah mesial gigi penyangga 1 dan dan
gigi penyangga 2 setelah itu dapat dilihat dari arah bukal, lingual/palatal dan oklusal.
9. Penghalusan (finishing)
a. Gunakan torpedo fine-finishing bur atau torpedo white stone untuk menghaluskan
b. Cek permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer menggunakan sonde,
Secara keseluruhan hasil preparasi masih memberikan gambaran anatomis dari gigi tersebut
sebelum diasah. Selama proses preparasi perhatikan proses pendinginan dengan semburan air
pada high speed berfungsi secara sempurna. Apabila pasien mengeluh tidak tahan rasa ngilu
pertimbangkan melakukan proses anestesi. Berikan jeda preparasi dengan meminta pasien
Overjet adalah jarak horizontal antara gigi-gigi insisivus atas dan bawah pada keadaan oklusi,
yang diukur pada ujung incisal insisvus atas. Overjet tergantung pada inklinasi dari gigi-gigi
insisvus dan hubungan antero-posterior dari lengkung gigi. Jika gigi rahang atas berada pada
lingual gigi insisivus rahang bawah, hubungan tersebut digambarkan sebagai underjet. Ukuran
Overbite adalah jarak vertikal antara ujung gigi-gigi insisivus atas dan bawah. Overbite
dipengaruhi oleh derajat perkembangan vertikal dari segmen dento-alveolar anterior. Idealnya,
gigi-gigi insisivus bawah harus berkontak dengan sepertiga permukaan palatal dari insisivus
atas, pada keadaan oklusi, namun bisa juga terjadi overbite yang berlebihan atau tidak ada
kontak insisal. Pada keadaan ini overbite disebut tidak sempurna jika insisivus bawah di atas
ketinggian edge insisal atas, atau gigitan terbuka anterior, jika insisivus bawah lebih pendek
dari edge insisal atas pada oklusi.Overbite pada gigi permanen bervariasi antara 10 - 40%
Hubungan Gigi Tiruan Jembatan terhadap jarak overjet dan overbite. Dimana sebelum insersi
Hamzah, Zahrenidrg, dkk. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi BlogStomatognatik. Jember:
Unej
Hardijono, B.S. 2001. “Alternatif Perawatan Kehilangan Gigi dengan Resin Bonded Prothesis”.
Kumpulan Makalah Ilmiah FKG UI. Vol: 1-6.
Kantorowicz , Howe C., Shortall, and Shovelton. 2014. “Inlay, Mahkota, dan Jembatan”.
Jakarta : EGC.
Manson JD, Eley BM., 2017. Buku Ajar Periodontologi.Edisi 2. Jakarta : Hipocrates p:1-5