Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK IDENTIFIKASI PASIEN

GIGI TIRUAN JEMBATAN

Oleh :

MARIA YOPITA 40617012

NEVI HIDAYAH 40618052

PUTRI RAHAYU L. 40617013

REZEKI AMALIAH 10612017

SHOLEHUDIN AL AYUBI 406170

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI
2020

IP Kartu Status

1. Nama penderita :

Diperlukan untuk mempermudah komunikasi, membedakan pederita satu dengan lainya,

mengetahui suku dan ras.

2. Alamat, untuk :

Memudakan menghubungi pasien, mengetahui latar belakang lingkungan.

3. Pekerjaan, untuk :

Penjadwalan kunjungan, keadaan social ekonomi pasien, berhubungna dengan

pembiayaan.

4. Jenis kelamin :

Berhubungan dengan aspek psikologis :

Wanita : lebih mementingkan estetik

Pria : membutuhkan protesa yang kuat

5. Usia :

Berhubungan dengan kemampuan progonosa

Usia muda : prognosa baik, lebih mudah beradaptasi dengan gigi tiruan

Usia tua : adaptasi gigi tiruan sulit, kemampuan regenerasi jaringan

6. Anamnesa

Untuk mengetahui keinginan, kebutuhan, sifat, karakter, status ekonomi, social,

pengetahuan, dan pengalaman

a. Keluhan utama

Alasan utama datang keklinik, kebutuhan , motivasi.


b. Riwayat geligi

Sebab kehilangan gigi, pencabutan terakhir, untuk mengetahui proses penyembuhan

pasca pencabutan.

c. Pengalaman dengan GT

Penderita yang pernah memakai gigi tiruan : adatasi mudah, memahami prosedur.

Penderita yang belum pernah : membutuhkan waktu adaptasi, belum memahami

prosedur.

d. Riwayat penyakit

Berhubungan dengan penyakit sistemik (yang memperparah keadaan, karena terjadi

resoebsi pada alveolar ridge lebih cepat dari pasien yang sehhat).

7. Ekstra oral

- Sendi TMJ, berhubungan dengan oklusi, untuk mengetahui ada/tidaknya kelainan TMJ.

- Bentuk muka, berhubungan dengan bentuk insisiv sentral atas, garis median, garis

kaninus, garis senyum.

- Mata, berhubungan dengan warna gigi, kesejajaran bidang oklusal, tinggi gigit,

penetapan galangan RA.

- Hidung, berhubungan dengan menentukan garis kaninus, garis chamfer

- Bibir, berhubungan dengan menentukan tinggi rendahnya galangan gigit.

8. Intra oral

- Gigi geligi : ditulis semua kelainan gigi.

- Jaringan lunak : ditulis semua kelainan pada rongga mulut.

- Status lokalis : ditulis kelainan pada gigi, ex : rotasi, migrasi, tipping


- Foto Ro : melihat struktur tulang yang akan menjadi pedukung, melihat bentuk,

panjang, jumlah akar, melihat kelainan bentuk pada residual ridge, sisa akar, keadaan

vitalitas gigi, kelainan periapikal.

- Oklusi : kontak gigi RA dan RB

- Vestibulum : untuk menentukan sayap labial, menunjang support dan retensi

- Bentuk insisiv 1 RA : sesuai profil wajah

- Frenulum : berhubungan dengan penutupan (seal), fungsi untuk retensi dan stabilisasi

- Bentuk ridge : berhubungan dengan retensi dan stabilitas

- Relasi ridge : untuk membantu penyusunan gigi


GIGI TIRUAN JEMBATAN

DEFINISI GIGI TIRUAN JEMBATAN (GTJ)

Gigi tiruan jembatan merupakan gigi tiruan yang menggantikan kehilangan satu/lebih gigi geligi

asli yang diletakkan secara permanen dengan semen serta didukung sepenuhnya oleh satu /

beberapa gigi (Katorowicz, et.all.,2014)

INDIKASI PEMAKAIAN GIGI TIRUAN JEMBATAN

1. Pasien berusia 20-50thn

2. Mempunyai struktur gigi yang sehat

3. Oral hygiene baik

4. Gigi abutment mampu menerima tekanan pontik

5. Oklusi dan jaringan periodontium baik

6. Tidak mempunyak kebiasaan buruk ( Kartowowicz, et.all., 2014)

KONTRAINDIKASI GIGI TIRUAN JEMBATAN

1. Pasien dengan usia <20 tahun dan > 50 tahun

2. Oral hygiene buruk

3. Indeks karies tinggi

4. Adanya crossbite/gigi malposisi/oklusi abnormal

5. Gigi yang digantikan banyak

6. Abutment abnormal
7. Jaringan periodontal abnormal

8. Pasien mempunyai kebiasaan buruk (Hardijono, 2001)

KEGAGALAN GIGI TIRUAN JEMBATAN

1. Intrusi gigi pendukung  posisi dimana gigi menjauhi bidang oklusal

2. Karies gigi abutment akibat dari restorasi retainer yang terlampau panjangbatau kurang

panjang

3. Periodontitis jaringan pendukung

4. Konekto patah

5. Terjadi perubahan pada pulpa  efek dari cara preparasi yang tidak dilindungi GTTS

6. Jembatan patah  diakibatkan oleh hubungan shoulder atau bahu tidak baik, teknik

pengecoran yang salah, serta fatique bahan (Hardijono, 2001).


Komponen GTJ

Gigi tiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer, konektor, dan

abutment, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Pontik

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang hilang dan

berfungsi untuk mengembalikan:

o Fungsi kunyah dan bicara

o Estetis

o Comfort (rasa nyaman)

o Mempertahankan hubungan antar gigi tetangga mencegah migrasi /

hubungan dengan gigi lawan  ektrusi


1) Pontik Sanitary

Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan linggir alveolus

sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan linggir alveolus (1-3 mm),

dan permukaan dasar pontik cembung dalam segala aspek. Tujuan pembuatan dasar

pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan dapat dengan mudah dibersihkan. Adanya

bentuk pontik yang demikian mengakibatkan kekurangan dalam hal estetis sehingga

hanya diindikasikan untuk pontik posterior rahang bawah(Arifin, 2000).

2) Pontik Ridge Lap

Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir alveolus sedangkan

bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit menyentuh mukosa dari linggir. Hal ini

mengakibatkan estetis pada bagian labial/bukal lebih baik, dan mudah dibersihkan

pada bagian palatal. Walaupun demikian menurut beberapa hasil penelitian, sisa

makanan masih mudah masuk ke bawah dasar pontik dan sulit untuk dibersihkan.

Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan posterior(Arifin,

2000).
3) Pontik Conical Root

Pontik conical root biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat yang dibuatkan atas

permintaan pasien yang sangat mengutamakan estetis dalam kegiatan sehari-hari.

Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar pontik masuk ke dalam soket gigi yang baru

dicabut kira-kira 2 mm. Pontik ini dipasang segera setelah dilakukannya pencabutan

dan pada pembuatan ini tidak menggunakan restorasi provisional.

b. Retainer

Retainer adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer direkatkan dengan semen

pada gigi penyangga yang telah dipersiapkan dan berfungsi sebagai stabilisasi dan retensi

(Arifin, 2000).

Macam – macam retainer :

1. Retainer Ekstra Korona

Retainer yang retensinya berada dipermukaan luar mahkota gigi penyangga.

2. Retainer Intra Korona

Retainer yang retensinya berada dibagian dalam mahkota gigi penyangga.

3. Retainer Dowel Crown

Retainer yang retensinya berupa pasak yang telah disemenkan ke saluran akar yang

telah dirawat dengan sempurna.

c. Konektor

Adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor harus dapat mencegah

distorsi atau fraktur selama gigi tiruan berfungsi (Arifin, 2000).


1. Konektor Rigid

Konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada komponen GTC.

Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTC. Konektor rigid dapat

dibuat dengan cara:

 Pengecoran (casting)

Penyatuan dua komponen GTC dengan satu kali proses tuang.

 Penyolderan (soldering)

Penyatuan dua komponen GTC dengan penambahan logam campur (metal

alloy) yang dipanaskan.

 Pengelasan (welding)

Penyatuan komponen GTC dengan pemanasan dan/atau tekanan.

2. Konektor Nonrigid

Konektor yang memungkinkan pergerakan terbatas pada komponen GTC.

Diindikasikan bila terdapat pier/intermediate abutment untuk penggangti beberapa

gigi yang hilang. Konektor nonrigid bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan

perbaikan (repair) GTC. Contohnya adalah dovetail dan male and female.

d. Abutment

Adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk menahan gigi tiruan

cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran periodontal, panjang

serta jumlah akar.


Macam Desain GTJ

Adapun 6 macam desain dari GTC yang perbedaannya terletak pada dukungan yang ada pada

masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:

a. Fixed-fixed Bridge

Semua komponen digabungkan secara rigid, dengan cara penyolderan setiap unit

individual bersama atau menggunakan satu kali pengecoran

Indikasi

 Penggantian 1 – 3 gigi yang saling bersebelahan

 Pasien yang punya tekanan kunyah normal – kuat

 Gigi penyangga tidak terlalu besar

 Gigi penyangga derajat goyangnya 1 (normal).

Kontra-Indikasi

 Pontics/span yang terlalu panjang

 Gigi penyangga memiliki kelainan periodontal atau karies esktensif

 Pasien yang masih muda dengan ruang pulpa besar.

b. Semi Fixed Bridge

Pada jenis ini, gaya yang datang dibagi menjadi dua, menggunakan konektor rigid dan

non rigid sehingga tekanan oklusi akan lebih disalurkan ke tulang dan tidak dipusatkan

ke retainer.

Indikasi

 Salah satu abutment miring >20° atau intermediate abutment

 Kehilangan 1 atau 2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital

 Kehilangan 2 gigi dengan gigi penyangga intermediate.


c. Cantilever Bridge

Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih abutment.

Keuntungan

 Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil maksimal

 Jaringan yang rusak tidak banyak

 Estetika paling baik karena kesederhanaan desainnya serta menggunakan full-

porcelain crown.

Indikasi

 Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.

Kontra-Indikasi

 Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban oklusalnya tidak terlalu besar.

d. Spring Cantilever Bridge

Suatu gigi tiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke gigi atau

penyangga gigi.

Indikasi

 Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi pilihan terbaik

karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics sehingga tidak terlalu

terlihat jika menggunakan logam

 Gigi dalam 1 regio tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai gigi

penyangga, baik karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena

faktor fisik retainernya

 Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik).

Kontra-Indikasi
 Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek sehingga kurang retentif

untuk dijadikan penyangga

 Pada gigi di mandibula

 Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya torus atau bentuknya

yang terlalu dangkal/dalam. Selain alasan fungsional, faktor estetik juga menjadi

masalah

 Gigi penyangga tidak memiliki kontak proksimal, menyebabkan gigi berisiko

bergerak.

e. Compound Bridge

Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan bersatu

menjadi suatu kesatuan. Diindikasikan pada pengganti gigi hilang yang membutuhkan

gabungan beberapa tipe GTC.

f. Adhesive Bridge/Resin-Bonded Fixed Partial Denture/Maryland Bridge

Merupakan GTC yang sangat konservatif karena preparasi yang sangat minimal.

Dilakukan preparasi gigi penyangga hanya sebatas email. GTC tipe ini terdiri dari satu

atau dua beberapa pontik yang didukung retainer tipis yang direkatkan dengan semen

dengan sistem etcing bonding ke email gigi penyangga di bagian lingual dan proksimal.

Okusi

Oklusi adalah berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah

pada saat kedua rahang tersebut menutup. Oklusi dibagi menjadi :


1. Oklusi statis

Oklusi ini mengacu pada posisi dimana gigi geligi rahang atas dan rahang bawah saling

berkontak. Hubungan gigi geligi rahang atas dan bawah dalam keadaan tertutup atau

hubungan daerah kunyah gigi geligi tidak berfungsi (statik). Oklusi statik merupakan

hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau

hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi

statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cuspto

marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusptofossa. Sedang pada

hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite)

dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara

incisaledge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi

gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisaledge RB sampai incisaledge RA.

Secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Bilateral balancedoc clusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi

keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak

b. Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi

keseimbangan tidak kontak

c. Mutually protected occlusion, dijupai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang

pada gigi posterior

d. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalam klasifikasi diatas. (Hamzah,

Zahreni,dkk)

2. Oklusi dinamis/fungsional
Oklusi ini mengacu pada hubungan antara gigi geligi rahang atas dan rahang bawah pada

saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral ataupun kedepan/ gerak

antero-posterior dan gerakan laterotrusion (Thomson dan Hamish., 2007).

Hukum Ante

Dalam Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan sebaiknya berpatokan pada hukum Ante. Hukum

Ante adalah konsep yang dikemukakan pada tahun 1800an dan masih digunakan sampai

sekarang. Hukum ante menyatakan bahwa "Luas area permukaan akar gigi penyangga

harus sama atau lebih besar dari luas area permukaan akar gigi yang hilang atau daerah

anodonsia". Dalam keadaan tertentu, kita tidak perlu mentaati hukum Ante, pada keadaan

 Akar gigi penyangga (abutment teeth) panjang, kokoh dan tertanam baik dalam

proc. Alveolaris.

 Tekanan kunyah yang ringan atau tidak berkontak sama sekali, misal gigi lawan

merupakan removable denture, sehingga tekanan kunyah tidak akan sama dengan

gigi asli.

 Bentuk akar gigi penyangga yang tebal dan besar.

Gambaran Klinis Peridontal Normal

Jaringan periodontal terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal, tulang alveolar.

Gambaran periodontal normal antara lain :


1. Gingiva

a. Warna : Coral pink. Warna gingiva berdasarkan vaskularisasi dan ketebalan keratin

b. Konsistensi : Kenyal dan ulet. Konsistensi berdasarkan kandungan kolagen.

c. Tekstur : Halus dan adanya stippling

d. Kontur : Corallike fashion, knife edge

e. Ukuran : tidak ada enlargement

f. Bleding on probe (BOP) : tidak ada

2. Sementum : pada gambaran radiografi Tidak ada hipersementosis

3. Ligamen periodontal : pada gambaran radiografi tidak adanya pelebaran periodontal space

4. Tulang alveolar : pada gambaran radiografi tidak adanya gambaran terputusnya lamina

dura (Manson and Eley., 2017)

Tahapan Preparasi GTJ

Preparasi atau pengasahan gigi penyangga dilakukan untuk memperoleh ruang bagi restorasi

gigi tiruan jembatan yang akan dipasang.

1. Operator memakai sarung tangan karet dan masker

2. Pasien memakai penutup dada

3. Gunakan alat-alat yang sudah steril (kaca mulut, sonde, pinset, dan mata bur)

4. Dudukkan pasien di dental chair, dengan posisi yang tepat

5. Membuat alur panduan untuk pengurangan bidang oklusal (guiding grooves for occlusal

reduction).

a. Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan menggunakan round-end tapered fissure

diamond bur pada fossa sentral, mesial dan distal bidang oklusal dan hubungkan sehingga
membentuk saluran (channel) di sepanjang alur bagian tengah oklusal (central groove) yang

meluas ke distal dan mesial marginal ridge.

b. Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan menggunakan round-end tapered

diamond bur pada developmental groove bukal dan lingual gigi, serta pada tiap triangular ridge

diawali dari puncak cusp (cusp tip) hingga ke dasar cusp.

c. Pada area yang permukaan oklusalnya kontak dengan permukaan oklusal gigi antagonis,

buatlah alur dengan kedalaman 1,5 mm, menggunakan round-end tapered diamond bur dengan

memposisikan mata bur pada angulasi 45° terhadap sumbu gigi sehingga terbentuk bevel pada

functional cusp.

6. Melakukan pengurangan pada bidang oklusal (occlusal reduction)

a. Lakukan pengurangan bidang oklusal secara bertahap. Bidang oklusal pada sisi mesial

dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan ataupun sebaliknya. Apabila sisi

mesial bidang oklusal telah selesai dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang oklusal

dapat dilakukan begitupun sebaliknya.

b. Lakukan cek oklusi sentrik dengan menggunakan kertas artikulasi (articulating paper).

Apabila masih terdapat area yang terkena spot (dark spot area), maka dilakukan pengurangan

kembali pada area tersebut hingga spot tidak tampak saat cek oklusi sentrik.

7. Preparasi bidang aksial.

Buatlah 3 buah alur panduan pada bidang bukal dan lingual gigi yang sejajar dengan sumbu

gigi, menggunakan round-end tapered diamond bur

8. Melakukan pengurangan pada bidang aksial (axial reduction) dan pembuatan finishing line

berbentuk chamfer (bahu liku).


Macam Finishing line:

a. Knife-edge.

Tipe ini memerlukan pengurangan gigi yang paling sedikit. Terkadang digunakan pada gigi

yang berbentuk bell-shaped, karena pembutannya yang lebih sulit, sehingga

dapatmenyebabkan pengurangan gigi yang berlebihan.

b. Chamfer.

Tipe ini sering dipilih sebagai akhiran tepi untuk restorasi ekstrakoronal, mudahdibentuk,

dan memberikan ruang untuk ketebalan yang memadai pada restorasi emas

tanpamenyebabkan kontur yang berlebihan dari restorasi. Menghasilkan konsentrasi

tekanan yanglebih rendah, dan dengan mudah dapat masuk ke celah gingiva. Desain ini

memberi tempat yangterbatas untuk restorasi metal keramik sehingga menghasilkan

distorsi margin yang besar dan estetis yang kurang baik. Selain itu, ketahanan desain ini

terhadap tekanan vertikal kurang baik. Champer untuk bahan akrilik.

c. Shoulder.

Tipe ini dipilih terutama pada situasi dimana bagian terbesar material diperlukan untuk

memperkuat restorasi pada daerah tepi gigi, seperti untuk restorasi all-porcelain atau

restorasi metal keramik. Desain ini sulit dipreparasi, undercut minimum, dan tahan

terhadap distorsi margin. Selain itu, shoulder akan menghasilkan tekanan yang paling

sedikit di daerah servikal dan memberikan tempat maksimum untuk porselen dan metal,

sehingga porselen dapat dibakar pada tepi metal dan menghasilkan estetis yang baik.

Shoulder untuk bahan porselen tetapi bevel untuk bahan full metal

d. Chamfer atau shoulder bevel.


Desain ini lebih sering digunakan oleh beberapa dokter yang percaya bahwa tepi bevel

lebih mudah dalam mendapatkan cetakannya dan dapat membuat tepi gigi dari restorasi

tuang lebih mudah dipolis. Bevel biasanya dikombinasikan untuk bentuk proksimal box.

Bevel tersebut bertujuan untuk :1. Mengkompensir kekurangan dalam kecermatan selama

proses casting dan penyemenan. 2. Proteksi terhadap enamel margin. 3. Memungkinkan

burnishing setelah penyemenan. 4. Menambah retensi. Shoulder with bevel untuk bahan

porselen fuse to metal

Chamfer dan shoulde rmemberi bentuk akhiran tepi yang jelas, yang bisadiidentifikasikan

dalam preparasi mahkota sementara dan die. Chamfer membutuhkan pengurangan aksial yang

minimal dan cocok untuk restorasi all-ceramic konservatif. Kedalaman preparasi margin

shoulder menurut Rouse et al (2001) berkisar 1-1,5 mm untuk memberikan ketepatan,

kedudukan maksimum, dan estetis yang baik.

a. Lakukan pengurangan bidang aksial secara bertahap. Bidang aksial pada sisi mesial

dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan ataupun sebaliknya. Apabila sisi

mesial bidang aksial telah selesai dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang aksial dapat

dilakukan begitupun sebaliknya

b. Buatlah finishing line berbentuk chamfer bersamaan dengan pengurangan bidang aksial,

mengelilingi seluruh permukaan bidang aksial (sisi bukal-lingual dan mesial-distal). Chamfer

dibuat dengan lebar 0,5-1 mm agar ketebalan logam pada area tersebut cukup. Preparasi

chamfer menggunakan round-end fissured diamond bur atau round-end tapered diamond bur.

Untuk kemiringan dinding aksial dan pembulatan dibuat 40 - 60 dan untuk melihat kesejajaran

dinding aksial dengan cara mencetak hasil preparasi dengan menggunakan bahan cetak alginat

dan setelah itu di cor dengan menggunakan gypsum tipe III dan setelah setting dilepas dan di
cek dengan menggunakan 2 sonde lurus diletakkan disebelah mesial gigi penyangga 1 dan dan

gigi penyangga 2 setelah itu dapat dilihat dari arah bukal, lingual/palatal dan oklusal.

9. Penghalusan (finishing)

a. Gunakan torpedo fine-finishing bur atau torpedo white stone untuk menghaluskan

permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer

b. Cek permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer menggunakan sonde,

permukaan tersebut harus halus.

Secara keseluruhan hasil preparasi masih memberikan gambaran anatomis dari gigi tersebut

sebelum diasah. Selama proses preparasi perhatikan proses pendinginan dengan semburan air

pada high speed berfungsi secara sempurna. Apabila pasien mengeluh tidak tahan rasa ngilu

pertimbangkan melakukan proses anestesi. Berikan jeda preparasi dengan meminta pasien

kumur kumur agar pasien tidak terlalu lelah.

Pengertian Overbite dan Overjet

Overjet adalah jarak horizontal antara gigi-gigi insisivus atas dan bawah pada keadaan oklusi,

yang diukur pada ujung incisal insisvus atas. Overjet tergantung pada inklinasi dari gigi-gigi

insisvus dan hubungan antero-posterior dari lengkung gigi. Jika gigi rahang atas berada pada

lingual gigi insisivus rahang bawah, hubungan tersebut digambarkan sebagai underjet. Ukuran

Overjet normal berkisar 0 - 4,0 mm (Bishara,2001)

Overbite adalah jarak vertikal antara ujung gigi-gigi insisivus atas dan bawah. Overbite

dipengaruhi oleh derajat perkembangan vertikal dari segmen dento-alveolar anterior. Idealnya,

gigi-gigi insisivus bawah harus berkontak dengan sepertiga permukaan palatal dari insisivus

atas, pada keadaan oklusi, namun bisa juga terjadi overbite yang berlebihan atau tidak ada
kontak insisal. Pada keadaan ini overbite disebut tidak sempurna jika insisivus bawah di atas

ketinggian edge insisal atas, atau gigitan terbuka anterior, jika insisivus bawah lebih pendek

dari edge insisal atas pada oklusi.Overbite pada gigi permanen bervariasi antara 10 - 40%

(Bishara et al, 2001) .

Hubungan Gigi Tiruan Jembatan terhadap jarak overjet dan overbite. Dimana sebelum insersi

dan setelah insersi jarak overbite dan overjet harus sama


DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Zahrenidrg, dkk. 2009. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi BlogStomatognatik. Jember:
Unej

Hardijono, B.S. 2001. “Alternatif Perawatan Kehilangan Gigi dengan Resin Bonded Prothesis”.
Kumpulan Makalah Ilmiah FKG UI. Vol: 1-6.

Kantorowicz , Howe C., Shortall, and Shovelton. 2014. “Inlay, Mahkota, dan Jembatan”.
Jakarta : EGC.

Manson JD, Eley BM., 2017. Buku Ajar Periodontologi.Edisi 2. Jakarta : Hipocrates p:1-5

Thomson, Hamish., 2007. Oklusi Gigi Edisi 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai