MODUL 5 PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN GIGI DAN ERUPSI GIGI
Disusun oleh : Kelompok 1 Khemal Ilham Rinaldy 1310015102 Jamilah Ibrahim 1310015110 Devi Sarfina 1310015105 Irmawati 1310015091 Aji Ayu N 1310015108 Cyinthia Clarissa 1310015104 Jumiati 1310015097 Siti Nur Azizah 1310015109 Shalahuddin Al Amin 1310015113 Betrik Sefyana M 1310015120
Tutor : drg. Masyhudi, M.Si
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2014 ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil). Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap dengan pertanyaan pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami berterima kasih kepada drg. Masyudi M.Si selaku tutor kami yang telah dengan sabar menuntun kami selama proses DKK. Terima kasih pula kami ucapkan atas kerja sama rekan sekelompok di Kelompok 1. Tidak lupa juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari informasi maupun membuat laporan DKK. Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai referensi atau perkembangan pengetahuan.
Samarinda , Mei 2014 Hormat kami,
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .......................................................................................................... i Daftar isi..................................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2. Tujuan ............................................................................................................ 1 1.3. Manfaat .......................................................................................................... 1
Daftar Pustaka ........................................................................................................... 24
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi prenatal dan posnatal yang kurang baik dapat meyebabkan kelainan pada struktur anatomis gigi. Keadaan ini sangat merugikan baik dari segi estetik maupun kesehatan. Selain itu kelainan pertumbuhan dan perkembangan secara umum seperti pada kelainan ginjal, hipoparatiroidisme dan sebagainya juga dapat diikuti dengan kelainan pada gigi, sehingga hal ini semakin berat dan membutuhkan perhatian khusus.
1.2 Tujuan Setelah melewati modul ini mahasiswa di harapkan mengetahui dan dapat menjelaskan : - Tumbuh kembang gigi pada masa prenatal secara normal - Tumbuh kembang post-natal gigi susu dan gigi permanen - Faktor - faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang gigi pada masa prenatal - Faktor yang mempengaruhi erupsi gigi - Mekanisme erupsi gigi 1.3 Manfaat Agar mahasiswa dapat mengetahui tumbuh kembang gigi pada secara normal secara pre-natal dan post-natal dalam bidang kedokteran gigi serta mahasiswa dapat menggunakan ilmu yang didapat sebagai bekal untuk mempelajari ilmu yang nanti akan dipelajari di blok-blok selanjutnya.
ii
BAB 2 PEMBAHASAN
SKENARIO KENAPA GIGI ANAKKU ? Ibu Wina sangat senang melihat gigi depan anaknya dito umur 6 bulan sudah tumbuh. Beberapa bulan kemudian gigi yang tumbuh pada permukaan gigi tersebut ada bercak-bercak putih. Ibu wina cemas hingga dito dibawa ke dokter gigi praktek untuk konsultasi dan mempriksakan gigi Dito. Dokter mengatakan bahwa erupsi gigi susu Dito tepat waktu tapi mengalami dekalsifikasi karena ada gangguan pada masa kehamilan. Dokter juga mengatakan bahawa kelainan akar gigi dan ruang pulpa dapat juga disebabkan karena ada gangguan pada masa tumbuh kembang gigi. Dokter menyarankan agar menjaga kesehatan giginya serta memeriksakan rutin setiap 6 bulan.
2.1 IDENTIFIKASI ISTILAH ASING 1. Dekalsifikasi : Proses hilangnya kalsium/ garam- garam dari suatu jaringan seperti tulang / enamel 2. Erupsi Gigi : Proses fisiologi berupa pergerakan gigi kea rah rongga mulut dari posisi pertumbuhannya dalam tulang alveolar 3. Ruang Pulpa : Ruang yang berisi jaringan saraf , pembuluh darah dan limfe yang dibatasi odontoblas
2.2 STEP 2 (IDENTIFIKASI MASALAH) 1. Bagaimana proses tumbuh kembang gigi pada masa prenatal ? 2. Bagaimana tumbuh kembang post natal gigi susu dan gigi permanen ? 3. Faktor factor yang mempengaruhi tumbuh kembang gigi ? 4. Faktor apa saja yang mempengaruhi erupsi gigi ? 5. Bagaimana mekanisme erupsi gigi ? 6. Bagaimana perkembangan pulpa gigi ? 7. Bagaimana perkembangan akar gigi ? 8. Mengapa gigi Dito saat erupsi mengalami dekalsifikasi ? ii
9. Mengapa bayi mau erupsi mengalami demam ?
2.3 STEP 3 (CURAH PENDAPAT) 1 Perkembangan dimulai saat Minggu ke 5 pada lapisan dasar rongga mulut pada lamina dentis dari epitel primer yang berbentuk tapal kuda pada Rahang Atas dan Rahang Bawah . Epitel primer berkembang menjadi 2 yaitu vestinular dentis dan lamina dentis . Lamina dentis pada rahang atas dan rahang bawah akan memadat masing masing 10 pemadatan yang akan menjadi gigi susu . 20 area pembesaran disebut knob yang membentuk tunas gigi . Yang pertama muncul adalah bud taste di bagian anterior mandibula . Setelah terbentuk lamina gigi susu . akan terbentuk gigi permanen . Lamina dental akan berkembang sampai usia 15 tahun . Beberapa tahapan perkembangan gigi : a. Inisiasi ( Bud Stage ) Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut . Sel-sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berpoloferasi lebih cepat daripada sel sekitarnya . Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di region bakal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh maksila dan mandibula . b. Proliferasi ( Cap Stage ) Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami proliferasi , memadat, dan bervaskularisasi membentuk papilla gigi yang kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini . Sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan papilla gigi memadat dan fibrous , disebut kantong gigi yang akan menjadi sementum , membran periodontal , dan tulang alveolar . c. Histodeferensiasi ( Bell Stage ) Terjadi deferensiasi seluler pada tahap ini . Sel-sel epitel email dalam ( inner email epitelium ) menjadi semakin panjang dan silindris , disebut ameloblas yang akan berdeferensiasi menjadi email dan sel sel bagian tepi dari papilla gigi menjadi odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin . d. Morfodeferensiasi Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya . Proses ini terjadi sebelum deposisi matriks dimulai . Morfologi gigi ini dapat ditentukan bila epitel email bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk . Dentinoenamel junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola pembentuk setiap macam gigi .Terdapat deposit email dan matriks dentin pada ii
daerah tempat sel ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan ukurannya e. Aposisi Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email , dentin , sementum . Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak kea rah tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi 25 - 30 % . f. Tahap Kalsifikasi Gigi Tahap kalsifikasi adalah tahap pengendapan matriks dan garam kalsium . Kalsifikasi akan mulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lain dengan penambahan lapis demi lapis .Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti Hipokalsifikasi . Tahap ini tidak sama pada tiap individu , dipengaruhi oleh factor genetic sehingga mempengaruhi pola kalsifikasi , bentuk mahkota dan komposisi mineralisasi . 2. - Terbentuk tunas pada usia 6 tahun - Tunas menekan bagian bawah gigi akan mengalami resopsi agar gigi susu tanggal .
ii
From Kronfeld R: Bur 35:18-25, 1935 (based on research by WHG Logan and R Kronfeld); adapted by Kronfeld R, Schour I: J ihn Dent Assoc 26: 18-32, 1939; further adapted by McCall JO, Wald SS: Clinical dental roentgenology: technic and interpretation including roentgen studies of the child and young adult, Philadelphia, 1940, WB Saunders.
3. Genetik : diatur oleh gen HOX dari mesenkim , WNT , FGF , dan BMP - Nutrisi - Jenis Kelamin : wanita lebih dulu karena dipengaruhi hormone estrogen 4. - Genetik - Jenis Kelamin - Ras : Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian . Orang Amerika , Swiss , Perancis , Inggris , dan Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yyang terlalu besar . - Faktor Lingkungan : Ekonomi , social , nutrisi 5 . Ada 3 tahapan : a) Praerupsi Dimulai saat pembentukan benih gigi sampai mahkota selesai dibentuk . Rahang mengalami pertumbuhan cepat dibagian posterior dan permukaan lateral yang menyebabkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar kea rah anteroposterior . b) Prafungsional Dimulai dari pementukan akar sampai gigi mencapai dataran oklusi . Gigi bergerak lebih cepat kea rah vertical . Gigi juga bergerak miring dan rotasi , gerakan ini tujuannya unttuk memperbaiki posisi gigi berjejal didalam tulang rahang yang masih mengalami pertumbuhan . c) Fungsional ii
Dimulai sejak gigi sudah dapat difungsikan dan berakhir ketika gigi sudah tanggal . Selama tahap ini gigi bergerak kea rah oklusal , mesial , proksimal . Pergerakan gigi pada tahap ini bertujuan agar oklusi dan titik kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankan . 6. jaringan pulpa berasal dari sel ektomesenkim (berasal dari neural crest) dari papilla dentalis. Jaringan pula akan teridentifikasi jika sel-sel ini telah matang dan dentin telah terbentuk. Diferensiasi odontoblas dari sel ektomesenkim yang tak terdiferensiasi dituntaskan melalui interaksi sel dengan molekul pensinyal yang diperantarai lamina basalis dan matriks ekstrasel. Ekspresi berbagai factor pertumbuhan dari sel-sel membrane email-dalam akan memulai proses diferensiasi. Odontoblas akan terlihat nyata setelah terjadi beberapa replikasi sel. Odontoblas akan terlihat nyata setelah terjadi beberapa replikasi sel. Dalam perkembangan gigi, hanya sel yang berada di sebelah lamina basalis yang akan bereplikasi penuh menjadi odontoblas. Sel anak yang tidak bereplikasi penuh yang berasal dari odontoblas tetap berada di region subodontoblas sebagai preodontoblas. Pada situasi tertentu akibat lingkungan sekitarnya, bila diperlukan, sel-sel preodontoblas ini akan bereplikasi dan membentuk odontoblas. Pembentukan dentin oleh odontoblas menandai konversi papilla dentalis menjadi pulpa. Pembentukan ini dimulai dengan pembentukan junctional complex dan gap junction yang luas antara odontoblas dan deposisi matriks tak termineralisasi pada puncak kuspa. Deposisi berjalan kea rah serviks (apeks). Bentuk mahkota ditentukan sebelumnya oleh pola proliferasi sel-sel epotelium email-dalam. Dentin yang pertama kali terbentuk disebut mantle dentin. Deposisi dan ukuran serabut kolagen dalam mantle dentin berbeda dengan yang untuk serabut dentin yang mengelilingi pulpa, yang terbentuk setelah lapisan odontoblas tersusun rapid an merepresentasikan sebagian besar dentin yang terbentuk. Mineralisasi terjadi segera setelah matriks terbentuk. Secara normal, matriks dentin yang terletak persisi di sebelah lapisan odontoblas tetap tidak termineralisasi dan disebut sebagai predentin. Ketidakhadirannya merupakan predisposisi terjadinya resorpsi interna oleh odontoklas. Ketika sedang berlangsung pembentukan mahkota, elemen-elemen saraf sensoris dan elemen vaskuler akan bermigrasi ke dalam pula dalam arah menuju mahkota. Pertumbuhan ke dalam (ingrowth) dari saraf sensoris tak bermielin (serabut c) terjadi pada waktu yang kurang lebih sama dengan saraf sensoris bermielin (serabut A). PAda akhirnya saraf bermielin akan kehilangan sarung mielinnya dan berakhir di ii
region subodontoblas sebagai pleksus yang tak bermielin dan disebut pleksus Raschkow. Hal ini terjadi biasanya setelah gigi erupsi dan akarnya telah terbentuk lengkap. Pembentukan dan mineralisasi email dimulai pada pundak kuspa segera setelah terbentuknya dentin, suatu ekspresi lebih lanjut dari interaksi epitel-ekto- mesenkim dalam pembentukan akar. 7. Proliferasi sel berlanjut pada daerah servikal atau dasar dari organ enamel dimana sel epitel enamel dalam dan luar bergabung membentuk akar. Ketika pembentukan korona lengkap, sel pada daerah enamel ini terus bertumbuh membentuk dua lapisan sel yang disebut epitel akar atau lapisan hertwigs. Lapisan dalam sel akar, dibentuk dari epitel enamel bagian dalam atau amelobas di korona dan enamel. Pada akar, sel membentuk odontoblas dari papilla dental, berdiferensiasi dan menbentuk dentin. Pembentukan akar berawal dari berkhirnya deposit enamel. Saat akar memanjang, terjadi pembentukan awal pada akar. Panjang, kelengkungan, ketebalan, dan jumlah akar semuanya tergantung dari sel-sel di dalam akar. Saat akar dentin dibentuk, sel-sel luar pada akar berfungsi pada deposisi sementum intermediet, suatu lapisan tipis dari sementum aseluler yang menutupi tubulus dentin dan permukaan akar. Kemudian sel- sel luar akan terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan bergerak dari permukaan akar menjadi sisa-sisa epitel. Pada akhir proses proliferasi akar miring 45 derajat. Daerah ini dinamakan sekat epitel. Sekat epitel mengelilingi apeks yang terbuka pada pulpa gigi selama pembentukan akar. Ini adalah ploriferasi sel yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan akar. Pada saat odontoblas berdiferensiasi sepanjang batas pulpa, terjadi proses dentinogenesis pada akar dan akan memanjang. Pembentukan dentin berlanjut dari korona hingga ke akar. Dentin meruncing dari crown hingga ke akar sampai ke epikal batas epitel. Pada perbatasan pulpa dengan pusat epitel, terjadi proliferasi seluler. Hal ini dikenal dengan zona proliferas pulpa. Daerah ini memproduksi sel-sel baru yang dibutuhkan untuk proses pemanjangan akar. Akar semakin mengecil ke bagian apikal dan terbuka kira-kira 1-3 mm sehingga dapat mensyarafi dan menyuplai darah ke pulpa dan jaringan periodonsium. Bersamaan dengan memanjangnya akar, gigi mulai bergerak erupsi, yang akan menyediakan ruangan untuk proses pemanjangan akar. Akar memanjang sesuai dengan pergerakan erupsi gigi. 8. Hipoplasia dan Hipomineralisi yang terjadi akibat factor local - Faktor Lokal ii
Perkembangan gigi tetap dapat dirusak oleh karena trauma atau infeksi yang berhubungan dengan gigi susu . Pergesaran insisivus gigi susu yang parah akibat trauma dapat mempengaruhi insisivus tetap yang sedang berkembang . Makin besar trauma yang mengenai muka anak pada waktu trauma kecelakaan , makin besar kemungkinan email gigi tetap akan menjadi hipoplastik . Jika kecelakaan terjadi lebih dari usia 4 tahun , hipomineralisasi lebih sering terjadi dari pada hypoplasia , yang tampak bercak putih pada permukaan labial . 9. Karena saat gigi akan mendesak gingiva akan menghasilkan tekanan yang akan mengakibatkan gingiva mengalami inflamasi .
2.4 STEP 4 (PETA KONSEP)
TUMBUH KEMBANG GIGI PERKEMBANGAN GIGI KALSIFIKASI ERUPSI AKAR PULPA MAHKOTA GIGI DESIDUI GIGI PERMANEN FAKTOR POLA ERUPSI ii
2.5 STEP 5 (LEARNING OBJECTIVE) 1. Mekanisme tumbuh kembang gigi prenatal 2. Mekanisme tumbuh kembang gigi post natal ( sulung dan permanen ) serta erupsi gigi 3. Perkembangan pulpa dan akar gigi 2.6 STEP 6 (BELAJAR MANDIRI) Pada step ini, kami melakukan pembelajaran mandiri secara individu dan kelompok serta mencari jawaban learning objective dari berbagai referensi.
2.6 STEP 7 SINTESIS MASALAH A. Mekanisme tumbuh kembang gigi prenatal Perkembangan awal rongga mulut pada masa embrional berasal dari jaringan ektodermal yang terdiri dari sel-sel low columnar kemudian berubah menjadi sel-sel skuamos dan sel-sel stratified. Jaringan ektodermal ini kemudian akan berkembang membentuk gigi, dagu, dan bibir. Pada perkembangan awal rongga mulut jaringan ektodermal masih dipisahkan dari jaringan mesenkimal oleh basement membrane (membrane basal berupa selaput atau jaringan tipis yang memisahkan dua system yang berbeda). Perkembangan gigi geligi pada masa embrional dimulai pada minggu ke-6 intra uterin dimana perubahan lokal pertama yang dapat dilihat pada perkembangan awal tersebut adalah proliferasi epitel oral yang berasal dari jaringan ektodermal yang diikuti oleh kondensasi jaringan masenkimal. Epitel oral yang berasal dari jaringan ektodermal ini akan berlanjut berproliferasi sampai jaringan mesenkimal membentuk lembaran epitel yang sedang bertumbuh yang disebut pita epitel primer (primary epithelial band) yang berkembang pada tepi lateral stomadeum (rongga mulut primitif) dimana proliferasi ini diinduksi oleh origin neural crest (sel-sel pada jaringan mesenkimal). Pada minggu ke-7 IU tepi bebas primary epithelium band mengalami invaginasi ke dasar jaringan mesenkimal membentuk 2 pita pada masing-masing rahang, yaitu pita vestibulum dan pita lamina dentis a) Pita Vestibulum TAHAPAN WAKTU ii
Pita vstibulum terdapat pada bagian bukal dan labial lamina dentis. Pita vestibulum membelah tepi atas stomadeum dan akan berkembang menjadi segmen bukal yang merupakan bakal pipi dan bibir.
b) Pita Lamina Dentis - Lamina dentis diawali dengan bentuk pita pipih terjadi akibat proliferasi jaringan ektodermal dan ditandai adanya peningkatan aktifitas mitotic tumbuh dari permukaan jaringan ektodermal sampai ke dasar jaringan mesenkimal dan terletak pada bagian lingual lamina dentis - Lamina dentis yang berbentuk tapal kuda ini akan meluas mengikuti bentik lengkung rahang yang berkembang. - Lamina dentis berperan dalam pembentukan benih gigi dengan cara beberapa sel-sel ektodermal lamina dentis membelah lebih cepat dari pada sel-sel di sekitarnya dan membentuk sepuluh tonjolan-tonjolan kecil pada minggu ke-10 IU. - Sepuluh tonjolan-tonjolan kecil yang telah terbentuk tersebut akan tambah ke dalam dasar jaringan mesenkimal .setiap struktur yang berbentuk tonjolan kecil tersebut merupakan organ enamel yang nantinya akan membentuk enamel pada gigi sekaligus berperan sebagai cetakan mahkota pada bakal gigi dan akan menjadi tempat untuk mengendapkan enamel, hal ini akan lebih jelas dilihat pada tahap bud perkembangan organ enamel. - Dengan demikian jelaslah bahwa aktivitas fungsional lamina dentis dalam pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi dibagi atas tiga fase, yaitu 1) Fase pertama, merupakan tahap inisiasi (tahap paling awal suatu proses) organ enamel pada lamina dentis seluruh pertumbuhan gigi desidui yang terjadi selama bulan ke-2 IU. 2) Fase kedua, merupakan giliran inisiasi organ enamel pada lamina dentis untuk pengganti gigi desidui. Hal ini didahului oleh pertumbuhan ujung bebas lamina dentis dan hal ini terjadi dalam bulan ke-5 IU, untuk insisivus sentral gigi permanent sampai bulan ke-10 IU untuk gigi premolar. 3) Fase ketiga, didahului oleh perluasan bagian distal lamina dentis untuk membentuk organ enamel gigi molar kedua desidui dan pembentukan organ enamel gigi molar permanent. Waktu inisiasi gigi molar ke-1 permanen berlangsung pada bukan ke-4 IU, tahun ii
pertama untuk gigi molar ke-2 permanen tahun ke -4 atau ke-5 untuk gigi molar ke-3. Setiap organ enamel selama perkembangannya untuk membentuk mahkota gigi akan mengalami serangkaian tahapan-tahapan perubahan morfologi yang dimulai dari pembentukan kuntum gigi yang kecil (tahap Bud), membesar melalui aktivitas mitosis yang berjalan cepat membentuk struktur organ enamel seperti topi ( tahap Cap ), dan akhirnya berkembang membentuk struktur organ enamel seperti bel (tahap Bell ). Adapun perubahan-perubahan yang terjadi pada tiap-tiap tahap perkembangan organ enamel dapat dilihat sebagai berikut.
1. Tahap Bud Tahap Bud adalah suatu tahap permulaan pembentukan kuntum gigi yang merupakan hasil proliverasi sel-sel ektodermal pada lapisan lamina dentis. Tahap Bud ini berlangsung pada minggu ke-10 IU. Adapun perubahan yang paling nyata dan paling dominant terjadi pada tahap Bud ini proliferasi jaringan ektodermal dan jaringan dan jaringan mesenkimal yang terus berlanjut. Kuntum gigi desidui berbentuk oval yang telah terbentuk pada tahap Bud inilah yang kemudian dikenal sebagai organ enamel. Sel-sel pada organ enamel gigi desidui ini berisi lebih banyak RNA ( libonucleat acids), lebih sedikit glikogen, dan aktifitas enzim oksidatif yang lebih besar dibantingkan dengan sel-sel yang terdapat pada jaringan ektodermal yang berdekatang dengan organ enamel desidui tersebut. RNA diperlukan dalam pembentukan riosom. Ribosom merupakan beberapa partikel ribonukleoprotein yang penting bagi sintesa protein. Ribosom yang telah terbentuk bisa ditemui melekat pada organela sitoplasma ataupun bebas didalam sitoplasma. Adanya organela-organela sitoplasma dalam sel-sel organ enamel menandakan bahwa sel-sel organ enamel sudah mulai mengadakan metabolisme untuk memenuhi kebutuhan sel-sel organ enamel itu sendiri dan mempersipkan sel-sel organ enamel sehingga mampu mensintesa protein yang menjadi matriks organic dalam pembentukan enamel. Selama sel-sel dalam organ enamel berproliferasi, jaringan mesenkimal yang mengelilingi organ enamel mulai berkondensasi. Kondensasi jaringan mesenkimal ini merupakan tanda awal pembentukan papilla dentis pada gigi insisivus, kaninus, dan molar pertama desidui. Kira-kira 2 -3 minggu berikutnya kondensasi tersebut terus ii
berkembang untuk molar kedua desidui. Selanjutnya pada ujung distal lamina dentis diatas berproliferasi secara teratur kebagian fosterior untuk memulai organ enamel membentuk kuntum gigi permanent yaitu : a) molar pertama permanent pada usia 4 bulan IU b) molar kedua permanent pada usia 1 tahun setelah lahir c) molar ketiga permanent pada usia 4 tahun setelah lahir
2. Tahap Cap (Tahap Proliferasi) Tahap proliferasi terjadi pada usia janin 9-10 minggu. Proliferasi merupakan proses di mana proyeksi dari lamina dentis meluas sampai ke dasar mesenkim pada tempat yang khusus dan membentuk primordia dari organ enamel. Primordia merupakan bakal tunas pada pembentukan gigi. Sel-sel pada daerah tepi berkembang lebih cepat ke arah bawah sehingga membentuk gambaran seperti topi (cap stage). Sel-sel di bagian luar (bagian cembung) disebut epitel email luar, sedangkan sel-sel pada bagian dalam (bagian cekung) disebut epitel email dalam.Bila terjadi kegagalan pada tahap proliferasi akan menyebabkan benih gigi gagal berkembang, sehingga mengakibatkan anadontia. Bila sel baru berdiferensiasi sebagian atau terlepas dari organa email, maka dapat terbentuk kista, jika sel telah berdiferensiasi sempurna, maka akan menimbulkan odontoma, atau gigi supernumerary. Pada tahap ini juga lamina dentalis akan mengalami pembelahaan sel sehingga akan terbentuk : a) Enamel organ Pada tahap ini enamel organ mengalami diferensiasi dan tampak 3 lapisan sel : 1) Epitel enamel luar (outher enamel epitellium) yang merupakan susunan dari sel kuboid. 2) Epitel enamel dalam (inner enamel epitellium) terletak pada bagian yang cekung organ enamel 3) Reticulum stelata ( enamel pulp) Terletak antara epitel enamel luar dan epitel enamel dalam yang mengisi dari organ enamel. Sel ini merupakan cairan intrasel yang terdiri dari mucus yaitu albumin dan glikosaminoglikan tapi sel ini akan tetap menyatu dan memiliki gambaran bintang. b) Dental papilla (dentin organ) , berasal dari jaringan mesenkim dibawah epitel enamel dalam yang mengalami kondensasi, sel mesenkim mendesak epitel enamel dalam ke atas sehingga akan membentuk topi( cap). ii
c) Dental sac (periodontal organ),terbentuk seiring dengan perkembangan enamel organ dan dental papilla sel mesenkim di bawah dental papilla mengalami kondensasi dan membentuk lapisan yang mengelilingi enamel organ dan dental papilla. Pada tahap ini juga terbentuk enamel knot terletak di tengah epitel enamel dalam dan menonjol ke dental papilla berperan dalam pembentukan fisura gigi. Enamel knot ini nantinya akan melapisi tepi insisal gigi atau tepi cupsid gigi yang sedang berkembang. Struktu ini muncul pada tahap cap dan akan hilang sebelum pembentukan enamel dimulai.
3. Bell Stage Dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap histodiferensiasi (bell stage awal) dan tahap morfodiferensiasi (bell stage akhir). a) Tahap Histodiferensiasi Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi ke bentuk lonceng (bel). Terjadi karena kegiatan inti sel membelah diri (mitotic). Proliferasi dari sel-sel sekitar perifer dan pada bagian dalam dari cekungan organ enamel. Tahap lonceng ini ditandai oleh histodiferensiasi dan morfodiferensiasi. Apa yang telah kita lihat pada tahap ini adalah rangkaian perubahan bentuk dari organ enamel yang khas untuk gigi susu dan permanen. Ketika berubahnya bentuk kuntum yang dini dengan pembesaran dan pelebaran ke dalam organ pada cap stage, yang kemudian menjadi organ bentuk lonceng yang besar. Peristiwa dasar dari diferensiasi sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan akan berlanjut sebagai dental organ melalui bell stage dan aposisi. Bell stage, lamina gigi kehilangan kelanjutannya oleh invasi mesenkim dari jaringan pengikat di sekitarnya. Tetapi lamina gigi berproliferasi terus secara teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial dari gigi permanen. Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan jaringan mesoderm mendorong lagi jaringan epitel selama perkembangan dari organ enamel, sebuah rangkaian dari perubahan sel menghasilkan 4 lapisan: 1) Epitel bagian luar dari organ enamel 2) Reticulum Stellate , mencapai bentuk sempurna dibandingkan pada tahap cap. Berfungsi sebagai mekanis( melindungi gigi ), sebagai kebutuhan nutrisi karena ada glikosaminoglikan. ii
Epitel bagian dalam dan organ enamel pecah menjadi 3) Stratum intermedia , berfungsi sebagai sumber enzim yang dibutuhkan pada proses kalsifikasi. 4) Ameloblas , sebagai pembentuk enamel Sel-sel perifer dari organ dentin menjadi odontoblas, lapisan-lapisan ini berkembang sebelum pembentukan enamel. Selama tahap pertama pada pembentukan matriks enamel, ameloblas mempengaruhi mesenkim di dekatnya untuk membedakan suatu lapisan yang akan menjadi preodontoblas (lapisan antara ameloblas dan odontoblas), yang merupakan sel-sel pembentuk dentin. Bentuk terakhir dari enamel-dentin junction ditentukan oleh proses ini. Permulaan dari pembentukan matriks enamel dan dentin hanya tejadi ketika preodontoblas telah berdiferensiasi ke dalam odontoblas dan membentuk hubungan dengan ameloblas dari epitel enamel bagian dalam. Proses ini tampak terdiri dari langkah sebagai berikut: 1) Odontoblas mulai mengeluarkan matriks predentin di antara odontoblas dan ameloblas. Matriks ini mengandung vesikel-vesikel yang berisi RNA menurut perubahan induksi di basal lamina dari ameloblas. 2) Matriks vesikel dari preodontoblas dihadapi oleh membrane sel dasar preameloblas dan tampak berubah. Kontak dan induksi ini memang merangsang produksi dan pengeluaran dari matriks enamel oleh ameloblas. 3) Matriks dentin produksinya diteruskan oleh odontoblas. Dentin merangsang sel-sel ameloblas yang akan membentuk email di atas dentin yang ada. Matriks enamel pada awalnya diendapkan pada oklusal atau permukaan insisal dari perkembangan gigi. Sewaktu proses ini berlanjut di daerah-daerah ini, ameloblas tambahan dari arah apical membuat lingkaran servikal dan pembentukan yang terakhir dari epithelial diaphragm. Bila terjadi gangguan pada tahap histodiferensiasi akan mengakibatkan kelainan dalam struktur gigi. Misalnya pada dentinogenesis imperfekta dan amelogenesis imperfekta.
ii
Life cycle of the tooth. A, Initiation (bud stage). B,Proliferation (cap stage). C, Histodifferentiation and morphodifferentiation (bell stage). D, Apposition and calcification. ( Adapted from Schour I, Massler M: Studies in tooth development:the growth pattern of human teeth, J Am Dent Assoc 27:1785, 7940.) b) Tahap Morfodiferensiasi Pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relative dari gigi yang akan datang dibentuk pada tahap morfodiferensiasi. Morfodiferensiasi tidak mungkin terjadi tanpa proliferasi. Bell stage yang berlanjut menandai tidak hanya histodiferensiasi yang aktif tetapi juga suatu tahap penting morfodiferensiasi dari korona dengan menggaris luarkan dentino enamel junction yang akan datang. Hubungan dentino-enamel dan dentino-semental berbeda dan mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu dari pembiakan sel. Dalam penyesuaian dengan pola ini ameloblas, odontoblas dan sementoblas mengendapkan enamel, dentin dan sementum serta memberi bentuk dan ukuran yang khas pada gigi. Di ujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi tonjolan kedua (lamina dentis) yang nanti akan menjadi gigi tetap. Tangkai gigi kemudian putus sekitar pembentukan gigi ini. Jaringan mesodermal menjadi tebal membentuk suatu kantong yang disebut kantong gigi (saccus dentin). ii
Bila pada tahap morfodiferensiasi ini terjadi gangguan akan mengakibatkan kelainan dalam bentuk dan ukuran gigi.
4. Maturation Stage a) Aposisi Merupakan pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi. Pertumbuhan aposisi dari enamel dan dentin adalah pengendapan yang berlapis-lapis dari matriks ekstraseluler. Pertumbuhan aposisi ditandai oleh pengendapan yang teratur dan berirama dari bahan ekstraseluler yang tidak mempunyai kemampuan sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang Bila terjadi gangguan pada tahap aposisi akan mengakibatkan kelainan atau perubahan struktur dari jaringan keras gigi. Misalnya pada hipoplasia enamel, gigi yang berwarna kecoklatan karena, tetracycline.
Figh: Tahap kalsifikasi gigi tetap menurut Demirjian, dkk. berakar tunggal (a) dan berakar ganda (b). (Tahap A: Kalsifikasi titik oklusal, tanpa disertai fusi dari kalsifikasi bagian lain ;Tahap B: Fusi dari titik mineralisasi; kontur permukaan oklusal sudah terlihat ;Tahap C: Kalsifikasi mahkota gigi telah selesai dan dimulai proses disposisi dentin; Tahap D: Pembentukan mahkota sudah selesai ;tahap E: Panjang akar gigi lebih pendek daripada tinggi mahkotanya ;Tahap F: Panjang akar gigi melebihi tinggi mahkota ;Tahap G: Pembentukan akar sudah selesai, tetapi foramen apikalnya masih terbuka ;Tahap H: Foramen apikal sudah tertutup.)
ii
b) Tahap Kalsifikasi
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik ke dalam matriks. Kalsifikasi dimulai selama pengendapan matriks oleh endapan dari suatu nidus kecil, selanjutnya nidus garam-garam kalsium anorganik bertambah besar oleh tambahan lapisan-lapisan yang pekat. Apabila kalsifikasi terganggu, butir kalsium individu di dalam dentin tidak menyatu, dan tertinggal sebagai butir kalsium besar yang terpisah di dalam daerah matriks eosinofilik tersendiri yang tidak terkalsifikasi. Kekurangan- kekurangan semacam ini sangat mudah dikenali di dalam dentin (intraglobular dentin), tetapi itu semua dapat juga dikenali walaupun tidak jelas dalam kalsifikasi tulang atau enamel. Proses kalsifikasi email dan dentin merupakan proses yang sangat sensitif dan berjalan lambat, sehingga sering dijumpai ketidakteraturan kalsifikasi akibat gangguan sistemik ataupun lokal. Kalsifikasi enamel dan dentin sangat sensitif pada perubahan- perubahan metabolik yang kecil pada anak-anak. Kalsifikasi jaringan ini tidak seragam tetapi sifatnya bervariasi selama perkembangan yang berbeda dari pertumbuhan individu.
B. Pembentukan Akar Dan Pulpa
1. Pembentukkan Ruang Pulpa Pembentukkan pulpa diawali dengan jaringan papilla. Awalnya pembuluh darah akan muncul di bagian tengah papilla sejajar dengan syaraf yang berrperan untuk memberi nutrisi bagi pertumbuhan organ enamel. Selama perkembangannya pembuluh darah ini akan muncul dan memberi nutrisi bagi odontoblast. Papilla ini akan diselubungi oleh jaringan keras dan terbentuk pulpa. Jaringan papilla dental berdiferensiasi menjadi sel fibroblast dan sel ini akan mensekrsikan kolagen yang nantinya akan menjadi jaringan ikat pulpa. Didalam pulpa terdapat sel saraf , pembuluh darah, limfosit dan plasma, sel mesenkim.
2. Pembentukkan Akar Sama seperti pembentukan corona, proliferasi sel berlanjut pada daerah servikal atau dasar dari organ enamel dimana sel epitel enamel dalam dan luar ii
bergabung membentuk selubung akar ( hetwigs sheath). Ketika pembentukan corona lengkap, sel pada daerah enamel ini terus bertumbuh membentuk dua lapisan sel yang disebut epitel akar atau lapisan hertwigs.
Lapisan dalam sel akar, dibentuk dari epitel enamel bagian dalam atau ameloblast di korona dan enamel. Pada akar, sel membentuk odontoblast dari papilla dental, berdiferensiasi dan menbentuk dentin. Pembentukan akar berawal dari berkhirnya deposit enamel. Saat akar memanjang, terjadi pembentukan awal pada akar. Panjang, kelengkungan, ketebalan, dan jumlah akar semuanya tergantung dari sel-sel di dalam akar. Saat akar dentin dibentuk, sel-sel luar pada akar berfungsi pada deposisi cementum intermediet, suatu lapisan tipis dari cementum aseluler yang menutupi tubulus dentin dan permukaan akar. Kemudian sel-sel luar akan terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan bergerak dari permukaan akar menjadi sisa- sisa epitel. Pada akhir proses proliferasi akar miring 45 derajat. Daerah ini dinamakan sekat epitel. Sekat epitel mengelilingi apeks yang terbuka pada pulpa gigi selama pembentukan akar. Ini adalah proliferasi sel yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan akar. Pada saat odontoblas berdiferensiasi sepanjang batas pulpa, terjadi proses dentinogenesis pada akar dan akan memanjang. Pada perbatasan pulpa dengan pusat epitel, terjadi proliferasi seluler. Hal ini dikenal dengan zona proliferasi pulpa. Daerah ini memproduksi sel-sel baru yang dibutuhkan untuk proses pemanjangan akar. Akar semakin mengecil ke bagian apikal dan terbuka kira-kira 1-3 mm sehingga dapat ii
mensyarafi dan menyuplai darah ke pulpa dan jaringan periodonsium. Bersamaan dengan memanjangnya akar, gigi mulai bergerak erupsi, yang akan menyediakan ruangan untuk proses pemanjangan akar. Akar memanjang sesuai dengan pergerakan erupsi gigi.
Akar Tunggal Lapisan akar dari gigi berakar tunggal adalah tumbuh memanjang pada sel epitel yang berasal dari organ-organ enamel, menutupi tubulus dentin dan perkembangan pulpa. Segera setelah sel akar membentuk sementum intermedium, akar mulai hancur dan membentuk sisa-sisa epitel. Sisa-sisa epitel bertahan dan bergerak dari daerah permukaan akar ke daerah folikular. Sel mesenkim dari folikel gigi bergerak di antara sisa-sisa epitel hingga dapat berkonta dengan permukaan akar. Di sini terjadi diferensiasi menjadi sementoblas dan mulai mensekresi sementoid pada permukaan sementum intermedium. Sementoid adalah sementum yang belum terkalsifikasi kemudian berkalsifikasi menjadi sementum yang matang. Lapisan akar tidak pernah terlihat sebagai struktur yang berkembang karena lapisan sel-selnya ii
segera hancur setelah akar dentin terbentuk. Bagaimanapun, daerah dari sel epitel tetap dipertahankan sampai akar terbentuk sempurna dan kemudian hilang. Akar Ganda Gigi berakar ganda dibentuk dengan cara yang sama dengan gigi berakar tunggal hingga terbentuk daerah furkasi. Bagian dari akar mengambil tempat melalui perkembangan diferensial dari lapisan akar. Sel-sel dari sekat epitel bertumbuh secara berlebihan pada dua daerah atau lebih sampai berkontak dengan epitel memanjang. Perpanjangan ini menyatu dan menjadi pembukaan awal menjadi dua atau tiga tahap pembukaan. Sekat epitel mengelilingi daerah terbuka pada setiap pertumbuhan akar. Ketika perkembangan gigi molar dimulai, tahap-tahapnya dibagi berdasarkan pertumbuhan pada bagian tengah akar. Yang akan menunjukkan lapisan akar seperti pulau-pulau sel. Setelah akar ganda terbentuk, tiap-tiap akar dibentuk oleh unsur yang sama seperti pada gigi berakar tunggal. Setelah akar lengkap dan lapisannya hancur, sel epitel berpindah dari permukaan akar sama seperti pada gigi berakar tunggal.
Figh: Pembentukan multiple akar
C. Mekanisme tumbuh kembang gigi post natal Erupsi Gigi Banyak pendapat mengenai pengertian erupsi gigi. Menurut Lew (1992), gigi sinyatakan erupsi jika tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi muncul menembus gingiva dan tidak melebihi 3mm di atas ginggiva level yang dihitung dari tepi insisal gigi. Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologi berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari tempat pembentukan gigi di dalam tulang alveolar kemudian gigi menembus gusi sampai akhirnya gigi mencapai darata oklusal. ii
Figh: Desirable eruption sequence for the permanent teeth
Proses erupsi gigi dapat dibagi atau tiga tahap yaitu: 1. Tahap Praerupsi Tahap praerupsi dimulai pada saat pembentukan benih gigi sampai mahkota selesai dibentuk. Pada tahap praerupsi rahang mengalami perumbuhan pesat di bagian posterior dan permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar ke arah anterior_posterior. Untuk menjaga hubungan yang konstan dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat ini maka benih gigi bergerak ke arah oklusal. Pergerakan benih gigi ke arah oklusal pada tahap praerupsi berhubungan dengan pertumbuhan tulang rahang pada sisi apikal dan jaringan ikat di sekitar kantung gigi. Pertumbuhan tulang rahang pada sisi apikal pada tahap praerupsi ini berlangsung lebih cepat daripada sisi yang lain dari tulang rahang yang menyebabkan terjadinya peniningkatan tekanan pada sisi apikal tulang rahang sehingga benih gigi terdorong ke arah oklusal. Selain proliferasi aktif dari tulang rahang, bergeraknya benih gigi ke arah oklusal pada tahap praerupsi ini juga dipicu oleh pertumbuhan dari jaringan ikat di sekitar kantung gigi. Proferasi jaringan ikat ini berjalan dengan cepat sehingga menghasilkan kekuatan untuk mendorong gigi ke arah oklusal. 2. Tahap Prafungsional Tahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi mencapai dataran oklusal. Pada tahap prafungsional gigi bergerak lebih cepat ke arah vertikal. Selain bergerak ke arah vertikal, pada tahap prafungsional gigi juga bergerak miring dan rotasi. Gerakan miring dan rotasi dari gigi ini bertujuan untuk memperbaiki possisi gigi berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami pertubuhan. Pergerakan gigi ke arah oklusi pada tahap prafungsional berhubungan dengan pertumbuhan jaringan ikat di sekitar kantung gigi. Proliferasi aktif dari jaringan ligamen periodontal ini menghasilkan suatu tekanan di sekitar kantung gigi yang ii
akan mendorong ke arah oklusi. Tekanan erupsi pada tahap prafungsional semakin bertambah sering meningkatnya permeabilitas vaskular di sekitar ligamen periodatal. 3. Tahap Fungsional Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah oklusal, mesial, dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap fungsional ini bertujuan untuk mengibangi kehilangan substansi gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik kontak proksimal dari gigi dapat dipertahankan.
From Kronfeld R: Bur 35:18-25, 1935 (based on research by WHG Logan and R Kronfeld); adapted by Kronfeld R, Schour I: J ihn Dent Assoc 26: 18-32, 1939; further adapted by McCall JO, Wald SS: Clinical dental roentgenology: technic and interpretation including roentgen studies of the child and young adult, Philadelphia, 1940, WB Saunders. ii
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa : Tumbuh kembang gigi pada masa pre-natal dibagi menjadi 5 tahap yaitu tahap inisiasi, tahap profilerasi, tahap histodiferensiasi dan tahap mordiferensiasi. Tumbuh kembang pada tahap erupsi dibagi menjadi 3 tahap yaitu, tahap praerupsi, tahap prafungsional dan tahap fungsional.
3.2 Saran Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.
ii
DAFTAR PUSTAKA
Salder, T. (2010). Langman's Medical Embriology ed:10, alih bahasa : dr.Brahm U. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. (2002). Leher Kepala. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Ralph E. McDonald, David R. Avery, Jeffrey A. Dean . 2004. Dentistry For The Child And Adolescent, Ed: 8 .USA : Mosby An Affiliate of Elsevier Bath-balogh , fehrenbach; J.margaret. 2006. Dental embryology ,histology and anatomy, ed:4. USA: Elsevier Saunders
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis