Anda di halaman 1dari 27

ii

BLOK 6 TUMBUH KEMBANG


MODUL 5
PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN GIGI DAN ERUPSI GIGI




Disusun oleh : Kelompok 1
Khemal Ilham Rinaldy 1310015102
Jamilah Ibrahim 1310015110
Devi Sarfina 1310015105
Irmawati 1310015091
Aji Ayu N 1310015108
Cyinthia Clarissa 1310015104
Jumiati 1310015097
Siti Nur Azizah 1310015109
Shalahuddin Al Amin 1310015113
Betrik Sefyana M 1310015120


Tutor : drg. Masyhudi, M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014
ii


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil). Laporan ini dibuat sesuai dengan
gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap dengan pertanyaan pertanyaan dan jawaban
yang disepakati oleh kelompok kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami berterima kasih kepada drg.
Masyudi M.Si selaku tutor kami yang telah dengan sabar menuntun kami selama proses
DKK. Terima kasih pula kami ucapkan atas kerja sama rekan sekelompok di Kelompok 1.
Tidak lupa juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
mencari informasi maupun membuat laporan DKK.
Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh sebab itu,
kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga
laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai referensi atau perkembangan
pengetahuan.

Samarinda , Mei 2014
Hormat kami,


Kelompok 1







ii

DAFTAR ISI


Kata pengantar .......................................................................................................... i
Daftar isi..................................................................................................................... ii

BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................................ 1
1.3. Manfaat .......................................................................................................... 1

BAB 2 Pembahasan
2.1 Step 1 : Identifikasi Istilah Asing ................................................................... 2
2.2 Step 2 : Identifikasi Masalah .......................................................................... 2
2.3 Step 3 : Curah Pendapat ................................................................................. 3
2.4 Step 4 : Peta Konsep ...................................................................................... 8
2.5 Step 5 : Learning Objective............................................................................ 9
2.6 Step 6 : Belajar Mandiri . 9
2.7 Step 7 : Sintesis .............................................................................................. 9

BAB 3 Penutup
3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 23
3.2. Saran ............................................................................................................... 23

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 24





ii

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi prenatal dan posnatal yang kurang baik dapat
meyebabkan kelainan pada struktur anatomis gigi. Keadaan ini sangat merugikan baik dari
segi estetik maupun kesehatan. Selain itu kelainan pertumbuhan dan perkembangan secara
umum seperti pada kelainan ginjal, hipoparatiroidisme dan sebagainya juga dapat diikuti
dengan kelainan pada gigi, sehingga hal ini semakin berat dan membutuhkan perhatian
khusus.

1.2 Tujuan
Setelah melewati modul ini mahasiswa di harapkan mengetahui dan dapat menjelaskan :
- Tumbuh kembang gigi pada masa prenatal secara normal
- Tumbuh kembang post-natal gigi susu dan gigi permanen
- Faktor - faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang gigi pada masa prenatal
- Faktor yang mempengaruhi erupsi gigi
- Mekanisme erupsi gigi
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui tumbuh kembang gigi pada secara normal secara pre-natal
dan post-natal dalam bidang kedokteran gigi serta mahasiswa dapat menggunakan ilmu yang
didapat sebagai bekal untuk mempelajari ilmu yang nanti akan dipelajari di blok-blok
selanjutnya.







ii


BAB 2
PEMBAHASAN

SKENARIO
KENAPA GIGI ANAKKU ?
Ibu Wina sangat senang melihat gigi depan anaknya dito umur 6 bulan sudah tumbuh.
Beberapa bulan kemudian gigi yang tumbuh pada permukaan gigi tersebut ada bercak-bercak
putih. Ibu wina cemas hingga dito dibawa ke dokter gigi praktek untuk konsultasi dan
mempriksakan gigi Dito. Dokter mengatakan bahwa erupsi gigi susu Dito tepat waktu tapi
mengalami dekalsifikasi karena ada gangguan pada masa kehamilan. Dokter juga
mengatakan bahawa kelainan akar gigi dan ruang pulpa dapat juga disebabkan karena ada
gangguan pada masa tumbuh kembang gigi. Dokter menyarankan agar menjaga kesehatan
giginya serta memeriksakan rutin setiap 6 bulan.

2.1 IDENTIFIKASI ISTILAH ASING
1. Dekalsifikasi : Proses hilangnya kalsium/ garam- garam dari suatu jaringan seperti
tulang / enamel
2. Erupsi Gigi : Proses fisiologi berupa pergerakan gigi kea rah rongga mulut dari
posisi pertumbuhannya dalam tulang alveolar
3. Ruang Pulpa : Ruang yang berisi jaringan saraf , pembuluh darah dan limfe yang
dibatasi odontoblas

2.2 STEP 2 (IDENTIFIKASI MASALAH)
1. Bagaimana proses tumbuh kembang gigi pada masa prenatal ?
2. Bagaimana tumbuh kembang post natal gigi susu dan gigi permanen ?
3. Faktor factor yang mempengaruhi tumbuh kembang gigi ?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi erupsi gigi ?
5. Bagaimana mekanisme erupsi gigi ?
6. Bagaimana perkembangan pulpa gigi ?
7. Bagaimana perkembangan akar gigi ?
8. Mengapa gigi Dito saat erupsi mengalami dekalsifikasi ?
ii

9. Mengapa bayi mau erupsi mengalami demam ?

2.3 STEP 3 (CURAH PENDAPAT)
1 Perkembangan dimulai saat Minggu ke 5 pada lapisan dasar rongga mulut pada lamina
dentis dari epitel primer yang berbentuk tapal kuda pada Rahang Atas dan Rahang Bawah
. Epitel primer berkembang menjadi 2 yaitu vestinular dentis dan lamina dentis . Lamina
dentis pada rahang atas dan rahang bawah akan memadat masing masing 10 pemadatan
yang akan menjadi gigi susu . 20 area pembesaran disebut knob yang membentuk tunas
gigi . Yang pertama muncul adalah bud taste di bagian anterior mandibula . Setelah
terbentuk lamina gigi susu . akan terbentuk gigi permanen . Lamina dental akan
berkembang sampai usia 15 tahun . Beberapa tahapan perkembangan gigi :
a. Inisiasi ( Bud Stage )
Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut . Sel-sel tertentu
pada lapisan basal dari epitel mulut berpoloferasi lebih cepat daripada sel
sekitarnya . Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di region bakal lengkung
gigi dan meluas sampai seluruh maksila dan mandibula .
b. Proliferasi ( Cap Stage )
Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami proliferasi ,
memadat, dan bervaskularisasi membentuk papilla gigi yang kemudian
membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini . Sel-sel mesenkim yang berada di
sekeliling organ gigi dan papilla gigi memadat dan fibrous , disebut kantong gigi
yang akan menjadi sementum , membran periodontal , dan tulang alveolar .
c. Histodeferensiasi ( Bell Stage )
Terjadi deferensiasi seluler pada tahap ini . Sel-sel epitel email dalam ( inner
email epitelium ) menjadi semakin panjang dan silindris , disebut ameloblas yang
akan berdeferensiasi menjadi email dan sel sel bagian tepi dari papilla gigi
menjadi odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin .
d. Morfodeferensiasi
Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk
menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya . Proses ini terjadi sebelum
deposisi matriks dimulai . Morfologi gigi ini dapat ditentukan bila epitel email
bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan
odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk .
Dentinoenamel junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola
pembentuk setiap macam gigi .Terdapat deposit email dan matriks dentin pada
ii

daerah tempat sel ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi
sesuai dengan bentuk dan ukurannya
e. Aposisi
Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email , dentin , sementum .
Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak kea rah tepi dan
telah terjadi proses kalsifikasi 25 - 30 % .
f. Tahap Kalsifikasi Gigi
Tahap kalsifikasi adalah tahap pengendapan matriks dan garam kalsium .
Kalsifikasi akan mulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami
deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lain dengan
penambahan lapis demi lapis .Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan
kelainan pada kekerasan gigi seperti Hipokalsifikasi . Tahap ini tidak sama pada
tiap individu , dipengaruhi oleh factor genetic sehingga mempengaruhi pola
kalsifikasi , bentuk mahkota dan komposisi mineralisasi .
2. - Terbentuk tunas pada usia 6 tahun
- Tunas menekan bagian bawah gigi akan mengalami resopsi agar gigi susu tanggal .



ii


From Kronfeld R: Bur 35:18-25, 1935 (based on research by WHG Logan and R Kronfeld); adapted by Kronfeld R, Schour I: J ihn Dent
Assoc 26: 18-32, 1939; further adapted by McCall JO, Wald SS: Clinical dental roentgenology: technic and interpretation including
roentgen studies of the child and young adult, Philadelphia, 1940, WB Saunders.

3. Genetik : diatur oleh gen HOX dari mesenkim , WNT , FGF , dan BMP
- Nutrisi
- Jenis Kelamin : wanita lebih dulu karena dipengaruhi hormone estrogen
4. - Genetik
- Jenis Kelamin
- Ras : Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih
lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian .
Orang Amerika , Swiss , Perancis , Inggris , dan Swedia termasuk dalam ras yang
sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yyang terlalu
besar .
- Faktor Lingkungan : Ekonomi , social , nutrisi
5 . Ada 3 tahapan :
a) Praerupsi
Dimulai saat pembentukan benih gigi sampai mahkota selesai dibentuk . Rahang
mengalami pertumbuhan cepat dibagian posterior dan permukaan lateral yang
menyebabkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar kea rah
anteroposterior .
b) Prafungsional
Dimulai dari pementukan akar sampai gigi mencapai dataran oklusi . Gigi bergerak
lebih cepat kea rah vertical . Gigi juga bergerak miring dan rotasi , gerakan ini
tujuannya unttuk memperbaiki posisi gigi berjejal didalam tulang rahang yang masih
mengalami pertumbuhan .
c) Fungsional
ii

Dimulai sejak gigi sudah dapat difungsikan dan berakhir ketika gigi sudah tanggal .
Selama tahap ini gigi bergerak kea rah oklusal , mesial , proksimal . Pergerakan gigi
pada tahap ini bertujuan agar oklusi dan titik kontak proksimal dari gigi dapat
dipertahankan .
6. jaringan pulpa berasal dari sel ektomesenkim (berasal dari neural crest) dari papilla
dentalis. Jaringan pula akan teridentifikasi jika sel-sel ini telah matang dan dentin
telah terbentuk. Diferensiasi odontoblas dari sel ektomesenkim yang tak
terdiferensiasi dituntaskan melalui interaksi sel dengan molekul pensinyal yang
diperantarai lamina basalis dan matriks ekstrasel.
Ekspresi berbagai factor pertumbuhan dari sel-sel membrane email-dalam
akan memulai proses diferensiasi. Odontoblas akan terlihat nyata setelah terjadi
beberapa replikasi sel. Odontoblas akan terlihat nyata setelah terjadi beberapa
replikasi sel. Dalam perkembangan gigi, hanya sel yang berada di sebelah lamina
basalis yang akan bereplikasi penuh menjadi odontoblas. Sel anak yang tidak
bereplikasi penuh yang berasal dari odontoblas tetap berada di region subodontoblas
sebagai preodontoblas. Pada situasi tertentu akibat lingkungan sekitarnya, bila
diperlukan, sel-sel preodontoblas ini akan bereplikasi dan membentuk odontoblas.
Pembentukan dentin oleh odontoblas menandai konversi papilla dentalis
menjadi pulpa. Pembentukan ini dimulai dengan pembentukan junctional complex
dan gap junction yang luas antara odontoblas dan deposisi matriks tak termineralisasi
pada puncak kuspa. Deposisi berjalan kea rah serviks (apeks). Bentuk mahkota
ditentukan sebelumnya oleh pola proliferasi sel-sel epotelium email-dalam. Dentin
yang pertama kali terbentuk disebut mantle dentin. Deposisi dan ukuran serabut
kolagen dalam mantle dentin berbeda dengan yang untuk serabut dentin yang
mengelilingi pulpa, yang terbentuk setelah lapisan odontoblas tersusun rapid an
merepresentasikan sebagian besar dentin yang terbentuk. Mineralisasi terjadi segera
setelah matriks terbentuk. Secara normal, matriks dentin yang terletak persisi di
sebelah lapisan odontoblas tetap tidak termineralisasi dan disebut sebagai predentin.
Ketidakhadirannya merupakan predisposisi terjadinya resorpsi interna oleh
odontoklas.
Ketika sedang berlangsung pembentukan mahkota, elemen-elemen saraf
sensoris dan elemen vaskuler akan bermigrasi ke dalam pula dalam arah menuju
mahkota. Pertumbuhan ke dalam (ingrowth) dari saraf sensoris tak bermielin (serabut
c) terjadi pada waktu yang kurang lebih sama dengan saraf sensoris bermielin (serabut
A). PAda akhirnya saraf bermielin akan kehilangan sarung mielinnya dan berakhir di
ii

region subodontoblas sebagai pleksus yang tak bermielin dan disebut pleksus
Raschkow. Hal ini terjadi biasanya setelah gigi erupsi dan akarnya telah terbentuk
lengkap. Pembentukan dan mineralisasi email dimulai pada pundak kuspa segera
setelah terbentuknya dentin, suatu ekspresi lebih lanjut dari interaksi epitel-ekto-
mesenkim dalam pembentukan akar.
7. Proliferasi sel berlanjut pada daerah servikal atau dasar dari organ enamel dimana sel
epitel enamel dalam dan luar bergabung membentuk akar. Ketika pembentukan
korona lengkap, sel pada daerah enamel ini terus bertumbuh membentuk dua lapisan
sel yang disebut epitel akar atau lapisan hertwigs. Lapisan dalam sel akar, dibentuk
dari epitel enamel bagian dalam atau amelobas di korona dan enamel. Pada akar, sel
membentuk odontoblas dari papilla dental, berdiferensiasi dan menbentuk dentin.
Pembentukan akar berawal dari berkhirnya deposit enamel. Saat akar memanjang,
terjadi pembentukan awal pada akar. Panjang, kelengkungan, ketebalan, dan jumlah
akar semuanya tergantung dari sel-sel di dalam akar. Saat akar dentin dibentuk, sel-sel
luar pada akar berfungsi pada deposisi sementum intermediet, suatu lapisan tipis dari
sementum aseluler yang menutupi tubulus dentin dan permukaan akar. Kemudian sel-
sel luar akan terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan bergerak dari permukaan
akar menjadi sisa-sisa epitel. Pada akhir proses proliferasi akar miring 45 derajat.
Daerah ini dinamakan sekat epitel. Sekat epitel mengelilingi apeks yang terbuka pada
pulpa gigi selama pembentukan akar. Ini adalah ploriferasi sel yang menyebabkan
terjadinya pertumbuhan akar. Pada saat odontoblas berdiferensiasi sepanjang batas
pulpa, terjadi proses dentinogenesis pada akar dan akan memanjang. Pembentukan
dentin berlanjut dari korona hingga ke akar. Dentin meruncing dari crown hingga ke
akar sampai ke epikal batas epitel. Pada perbatasan pulpa dengan pusat epitel, terjadi
proliferasi seluler. Hal ini dikenal dengan zona proliferas pulpa. Daerah ini
memproduksi sel-sel baru yang dibutuhkan untuk proses pemanjangan akar. Akar
semakin mengecil ke bagian apikal dan terbuka kira-kira 1-3 mm sehingga dapat
mensyarafi dan menyuplai darah ke pulpa dan jaringan periodonsium. Bersamaan
dengan memanjangnya akar, gigi mulai bergerak erupsi, yang akan menyediakan
ruangan untuk proses pemanjangan akar. Akar memanjang sesuai dengan pergerakan
erupsi gigi.
8. Hipoplasia dan Hipomineralisi yang terjadi akibat factor local
- Faktor Lokal
ii

Perkembangan gigi tetap dapat dirusak oleh karena trauma atau infeksi yang
berhubungan dengan gigi susu . Pergesaran insisivus gigi susu yang parah akibat
trauma dapat mempengaruhi insisivus tetap yang sedang berkembang . Makin besar
trauma yang mengenai muka anak pada waktu trauma kecelakaan , makin besar
kemungkinan email gigi tetap akan menjadi hipoplastik . Jika kecelakaan terjadi lebih
dari usia 4 tahun , hipomineralisasi lebih sering terjadi dari pada hypoplasia , yang
tampak bercak putih pada permukaan labial .
9. Karena saat gigi akan mendesak gingiva akan menghasilkan tekanan yang akan
mengakibatkan gingiva mengalami inflamasi .

2.4 STEP 4 (PETA KONSEP)



















TUMBUH KEMBANG
GIGI
PERKEMBANGAN GIGI
KALSIFIKASI ERUPSI
AKAR PULPA MAHKOTA
GIGI DESIDUI GIGI PERMANEN
FAKTOR
POLA ERUPSI
ii




2.5 STEP 5 (LEARNING OBJECTIVE)
1. Mekanisme tumbuh kembang gigi prenatal
2. Mekanisme tumbuh kembang gigi post natal ( sulung dan permanen ) serta erupsi gigi
3. Perkembangan pulpa dan akar gigi
2.6 STEP 6 (BELAJAR MANDIRI)
Pada step ini, kami melakukan pembelajaran mandiri secara individu dan kelompok
serta mencari jawaban learning objective dari berbagai referensi.

2.6 STEP 7 SINTESIS MASALAH
A. Mekanisme tumbuh kembang gigi prenatal
Perkembangan awal rongga mulut pada masa embrional berasal dari jaringan
ektodermal yang terdiri dari sel-sel low columnar kemudian berubah menjadi sel-sel
skuamos dan sel-sel stratified. Jaringan ektodermal ini kemudian akan berkembang
membentuk gigi, dagu, dan bibir. Pada perkembangan awal rongga mulut jaringan
ektodermal masih dipisahkan dari jaringan mesenkimal oleh basement membrane
(membrane basal berupa selaput atau jaringan tipis yang memisahkan dua system
yang berbeda).
Perkembangan gigi geligi pada masa embrional dimulai pada minggu ke-6
intra uterin dimana perubahan lokal pertama yang dapat dilihat pada perkembangan
awal tersebut adalah proliferasi epitel oral yang berasal dari jaringan ektodermal yang
diikuti oleh kondensasi jaringan masenkimal.
Epitel oral yang berasal dari jaringan ektodermal ini akan berlanjut
berproliferasi sampai jaringan mesenkimal membentuk lembaran epitel yang sedang
bertumbuh yang disebut pita epitel primer (primary epithelial band) yang berkembang
pada tepi lateral stomadeum (rongga mulut primitif) dimana proliferasi ini diinduksi
oleh origin neural crest (sel-sel pada jaringan mesenkimal).
Pada minggu ke-7 IU tepi bebas primary epithelium band mengalami
invaginasi ke dasar jaringan mesenkimal membentuk 2 pita pada masing-masing
rahang, yaitu pita vestibulum dan pita lamina dentis
a) Pita Vestibulum
TAHAPAN WAKTU
ii

Pita vstibulum terdapat pada bagian bukal dan labial lamina dentis. Pita
vestibulum membelah tepi atas stomadeum dan akan berkembang menjadi
segmen bukal yang merupakan bakal pipi dan bibir.

b) Pita Lamina Dentis
- Lamina dentis diawali dengan bentuk pita pipih terjadi akibat proliferasi
jaringan ektodermal dan ditandai adanya peningkatan aktifitas mitotic tumbuh
dari permukaan jaringan ektodermal sampai ke dasar jaringan mesenkimal dan
terletak pada bagian lingual lamina dentis
- Lamina dentis yang berbentuk tapal kuda ini akan meluas mengikuti bentik
lengkung rahang yang berkembang.
- Lamina dentis berperan dalam pembentukan benih gigi dengan cara beberapa
sel-sel ektodermal lamina dentis membelah lebih cepat dari pada sel-sel di
sekitarnya dan membentuk sepuluh tonjolan-tonjolan kecil pada minggu ke-10
IU.
- Sepuluh tonjolan-tonjolan kecil yang telah terbentuk tersebut akan tambah ke
dalam dasar jaringan mesenkimal .setiap struktur yang berbentuk tonjolan
kecil tersebut merupakan organ enamel yang nantinya akan membentuk
enamel pada gigi sekaligus berperan sebagai cetakan mahkota pada bakal gigi
dan akan menjadi tempat untuk mengendapkan enamel, hal ini akan lebih jelas
dilihat pada tahap bud perkembangan organ enamel.
- Dengan demikian jelaslah bahwa aktivitas fungsional lamina dentis dalam
pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi dibagi atas tiga fase, yaitu
1) Fase pertama, merupakan tahap inisiasi (tahap paling awal suatu
proses) organ enamel pada lamina dentis seluruh pertumbuhan gigi
desidui yang terjadi selama bulan ke-2 IU.
2) Fase kedua, merupakan giliran inisiasi organ enamel pada lamina
dentis untuk pengganti gigi desidui. Hal ini didahului oleh
pertumbuhan ujung bebas lamina dentis dan hal ini terjadi dalam
bulan ke-5 IU, untuk insisivus sentral gigi permanent sampai bulan
ke-10 IU untuk gigi premolar.
3) Fase ketiga, didahului oleh perluasan bagian distal lamina dentis
untuk membentuk organ enamel gigi molar kedua desidui dan
pembentukan organ enamel gigi molar permanent. Waktu inisiasi
gigi molar ke-1 permanen berlangsung pada bukan ke-4 IU, tahun
ii

pertama untuk gigi molar ke-2 permanen tahun ke -4 atau ke-5 untuk
gigi molar ke-3.
Setiap organ enamel selama perkembangannya untuk membentuk
mahkota gigi akan mengalami serangkaian tahapan-tahapan perubahan
morfologi yang dimulai dari pembentukan kuntum gigi yang kecil (tahap
Bud), membesar melalui aktivitas mitosis yang berjalan cepat
membentuk struktur organ enamel seperti topi ( tahap Cap ), dan
akhirnya berkembang membentuk struktur organ enamel seperti bel
(tahap Bell ). Adapun perubahan-perubahan yang terjadi pada tiap-tiap
tahap perkembangan organ enamel dapat dilihat sebagai berikut.

1. Tahap Bud
Tahap Bud adalah suatu tahap permulaan pembentukan kuntum gigi yang
merupakan hasil proliverasi sel-sel ektodermal pada lapisan lamina dentis. Tahap Bud
ini berlangsung pada minggu ke-10 IU. Adapun perubahan yang paling nyata dan
paling dominant terjadi pada tahap Bud ini proliferasi jaringan ektodermal dan
jaringan dan jaringan mesenkimal yang terus berlanjut.
Kuntum gigi desidui berbentuk oval yang telah terbentuk pada tahap Bud
inilah yang kemudian dikenal sebagai organ enamel. Sel-sel pada organ enamel gigi
desidui ini berisi lebih banyak RNA ( libonucleat acids), lebih sedikit glikogen, dan
aktifitas enzim oksidatif yang lebih besar dibantingkan dengan sel-sel yang terdapat
pada jaringan ektodermal yang berdekatang dengan organ enamel desidui tersebut.
RNA diperlukan dalam pembentukan riosom. Ribosom merupakan beberapa partikel
ribonukleoprotein yang penting bagi sintesa protein. Ribosom yang telah terbentuk
bisa ditemui melekat pada organela sitoplasma ataupun bebas didalam sitoplasma.
Adanya organela-organela sitoplasma dalam sel-sel organ enamel menandakan bahwa
sel-sel organ enamel sudah mulai mengadakan metabolisme untuk memenuhi
kebutuhan sel-sel organ enamel itu sendiri dan mempersipkan sel-sel organ enamel
sehingga mampu mensintesa protein yang menjadi matriks organic dalam
pembentukan enamel.
Selama sel-sel dalam organ enamel berproliferasi, jaringan mesenkimal yang
mengelilingi organ enamel mulai berkondensasi. Kondensasi jaringan mesenkimal ini
merupakan tanda awal pembentukan papilla dentis pada gigi insisivus, kaninus, dan
molar pertama desidui. Kira-kira 2 -3 minggu berikutnya kondensasi tersebut terus
ii

berkembang untuk molar kedua desidui. Selanjutnya pada ujung distal lamina dentis
diatas berproliferasi secara teratur kebagian fosterior untuk memulai organ enamel
membentuk kuntum gigi permanent yaitu :
a) molar pertama permanent pada usia 4 bulan IU
b) molar kedua permanent pada usia 1 tahun setelah lahir
c) molar ketiga permanent pada usia 4 tahun setelah lahir

2. Tahap Cap (Tahap Proliferasi)
Tahap proliferasi terjadi pada usia janin 9-10 minggu. Proliferasi merupakan
proses di mana proyeksi dari lamina dentis meluas sampai ke dasar mesenkim pada
tempat yang khusus dan membentuk primordia dari organ enamel. Primordia
merupakan bakal tunas pada pembentukan gigi. Sel-sel pada daerah tepi berkembang
lebih cepat ke arah bawah sehingga membentuk gambaran seperti topi (cap stage).
Sel-sel di bagian luar (bagian cembung) disebut epitel email luar, sedangkan sel-sel
pada bagian dalam (bagian cekung) disebut epitel email dalam.Bila terjadi kegagalan
pada tahap proliferasi akan menyebabkan benih gigi gagal berkembang, sehingga
mengakibatkan anadontia. Bila sel baru berdiferensiasi sebagian atau terlepas dari
organa email, maka dapat terbentuk kista, jika sel telah berdiferensiasi sempurna,
maka akan menimbulkan odontoma, atau gigi supernumerary.
Pada tahap ini juga lamina dentalis akan mengalami pembelahaan sel sehingga
akan terbentuk :
a) Enamel organ
Pada tahap ini enamel organ mengalami diferensiasi dan tampak 3 lapisan sel :
1) Epitel enamel luar (outher enamel epitellium) yang merupakan susunan dari
sel kuboid.
2) Epitel enamel dalam (inner enamel epitellium) terletak pada bagian yang
cekung organ enamel
3) Reticulum stelata ( enamel pulp)
Terletak antara epitel enamel luar dan epitel enamel dalam yang mengisi dari
organ enamel. Sel ini merupakan cairan intrasel yang terdiri dari mucus yaitu
albumin dan glikosaminoglikan tapi sel ini akan tetap menyatu dan memiliki
gambaran bintang.
b) Dental papilla (dentin organ) , berasal dari jaringan mesenkim dibawah epitel
enamel dalam yang mengalami kondensasi, sel mesenkim mendesak epitel enamel
dalam ke atas sehingga akan membentuk topi( cap).
ii

c) Dental sac (periodontal organ),terbentuk seiring dengan perkembangan enamel
organ dan dental papilla sel mesenkim di bawah dental papilla mengalami
kondensasi dan membentuk lapisan yang mengelilingi enamel organ dan dental
papilla.
Pada tahap ini juga terbentuk enamel knot terletak di tengah epitel enamel
dalam dan menonjol ke dental papilla berperan dalam pembentukan fisura gigi.
Enamel knot ini nantinya akan melapisi tepi insisal gigi atau tepi cupsid gigi yang
sedang berkembang. Struktu ini muncul pada tahap cap dan akan hilang sebelum
pembentukan enamel dimulai.

3. Bell Stage
Dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap histodiferensiasi (bell stage awal) dan
tahap morfodiferensiasi (bell stage akhir).
a) Tahap Histodiferensiasi
Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi ke bentuk lonceng (bel). Terjadi
karena kegiatan inti sel membelah diri (mitotic). Proliferasi dari sel-sel sekitar
perifer dan pada bagian dalam dari cekungan organ enamel. Tahap lonceng ini
ditandai oleh histodiferensiasi dan morfodiferensiasi.
Apa yang telah kita lihat pada tahap ini adalah rangkaian perubahan bentuk
dari organ enamel yang khas untuk gigi susu dan permanen. Ketika berubahnya
bentuk kuntum yang dini dengan pembesaran dan pelebaran ke dalam organ pada
cap stage, yang kemudian menjadi organ bentuk lonceng yang besar. Peristiwa
dasar dari diferensiasi sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan akan berlanjut
sebagai dental organ melalui bell stage dan aposisi.
Bell stage, lamina gigi kehilangan kelanjutannya oleh invasi mesenkim dari
jaringan pengikat di sekitarnya. Tetapi lamina gigi berproliferasi terus secara
teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial dari gigi permanen.
Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan jaringan mesoderm
mendorong lagi jaringan epitel selama perkembangan dari organ enamel, sebuah
rangkaian dari perubahan sel menghasilkan 4 lapisan:
1) Epitel bagian luar dari organ enamel
2) Reticulum Stellate , mencapai bentuk sempurna dibandingkan pada tahap
cap. Berfungsi sebagai mekanis( melindungi gigi ), sebagai kebutuhan
nutrisi karena ada glikosaminoglikan.
ii

Epitel bagian dalam dan organ enamel pecah menjadi
3) Stratum intermedia , berfungsi sebagai sumber enzim yang dibutuhkan
pada proses kalsifikasi.
4) Ameloblas , sebagai pembentuk enamel
Sel-sel perifer dari organ dentin menjadi odontoblas, lapisan-lapisan ini
berkembang sebelum pembentukan enamel. Selama tahap pertama pada
pembentukan matriks enamel, ameloblas mempengaruhi mesenkim di dekatnya
untuk membedakan suatu lapisan yang akan menjadi preodontoblas (lapisan
antara ameloblas dan odontoblas), yang merupakan sel-sel pembentuk dentin.
Bentuk terakhir dari enamel-dentin junction ditentukan oleh proses ini.
Permulaan dari pembentukan matriks enamel dan dentin hanya tejadi ketika
preodontoblas telah berdiferensiasi ke dalam odontoblas dan membentuk
hubungan dengan ameloblas dari epitel enamel bagian dalam. Proses ini tampak
terdiri dari langkah sebagai berikut:
1) Odontoblas mulai mengeluarkan matriks predentin di antara odontoblas dan
ameloblas. Matriks ini mengandung vesikel-vesikel yang berisi RNA menurut
perubahan induksi di basal lamina dari ameloblas.
2) Matriks vesikel dari preodontoblas dihadapi oleh membrane sel dasar
preameloblas dan tampak berubah. Kontak dan induksi ini memang
merangsang produksi dan pengeluaran dari matriks enamel oleh ameloblas.
3) Matriks dentin produksinya diteruskan oleh odontoblas. Dentin merangsang
sel-sel ameloblas yang akan membentuk email di atas dentin yang ada.
Matriks enamel pada awalnya diendapkan pada oklusal atau permukaan insisal
dari perkembangan gigi. Sewaktu proses ini berlanjut di daerah-daerah ini, ameloblas
tambahan dari arah apical membuat lingkaran servikal dan pembentukan yang terakhir
dari epithelial diaphragm.
Bila terjadi gangguan pada tahap histodiferensiasi akan mengakibatkan
kelainan dalam struktur gigi. Misalnya pada dentinogenesis imperfekta dan
amelogenesis imperfekta.

ii


Life cycle of the tooth. A, Initiation (bud stage). B,Proliferation (cap stage). C, Histodifferentiation and
morphodifferentiation (bell stage). D, Apposition and calcification. ( Adapted from Schour I, Massler M:
Studies in tooth development:the growth pattern of human teeth, J Am Dent Assoc
27:1785, 7940.)
b) Tahap Morfodiferensiasi
Pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relative dari gigi yang akan
datang dibentuk pada tahap morfodiferensiasi. Morfodiferensiasi tidak mungkin
terjadi tanpa proliferasi. Bell stage yang berlanjut menandai tidak hanya
histodiferensiasi yang aktif tetapi juga suatu tahap penting morfodiferensiasi dari
korona dengan menggaris luarkan dentino enamel junction yang akan datang.
Hubungan dentino-enamel dan dentino-semental berbeda dan mempunyai sifat
khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu dari pembiakan sel. Dalam
penyesuaian dengan pola ini ameloblas, odontoblas dan sementoblas
mengendapkan enamel, dentin dan sementum serta memberi bentuk dan ukuran
yang khas pada gigi.
Di ujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi tonjolan kedua (lamina
dentis) yang nanti akan menjadi gigi tetap. Tangkai gigi kemudian putus sekitar
pembentukan gigi ini. Jaringan mesodermal menjadi tebal membentuk suatu
kantong yang disebut kantong gigi (saccus dentin).
ii

Bila pada tahap morfodiferensiasi ini terjadi gangguan akan mengakibatkan
kelainan dalam bentuk dan ukuran gigi.

4. Maturation Stage
a) Aposisi
Merupakan pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi.
Pertumbuhan aposisi dari enamel dan dentin adalah pengendapan yang
berlapis-lapis dari matriks ekstraseluler. Pertumbuhan aposisi ditandai oleh
pengendapan yang teratur dan berirama dari bahan ekstraseluler yang tidak
mempunyai kemampuan sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang Bila
terjadi gangguan pada tahap aposisi akan mengakibatkan kelainan atau
perubahan struktur dari jaringan keras gigi. Misalnya pada hipoplasia
enamel, gigi yang berwarna kecoklatan karena, tetracycline.












Figh: Tahap kalsifikasi gigi tetap menurut Demirjian, dkk. berakar tunggal (a) dan berakar ganda (b).
(Tahap A: Kalsifikasi titik oklusal, tanpa disertai fusi dari kalsifikasi bagian lain ;Tahap B: Fusi dari titik
mineralisasi; kontur permukaan oklusal sudah terlihat ;Tahap C: Kalsifikasi mahkota gigi telah selesai dan dimulai
proses disposisi dentin; Tahap D: Pembentukan mahkota sudah selesai ;tahap E: Panjang akar gigi lebih pendek
daripada tinggi mahkotanya ;Tahap F: Panjang akar gigi melebihi tinggi mahkota ;Tahap G: Pembentukan akar
sudah selesai, tetapi foramen apikalnya masih terbuka ;Tahap H: Foramen apikal sudah tertutup.)

ii

b) Tahap Kalsifikasi

Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik
ke dalam matriks. Kalsifikasi dimulai selama pengendapan matriks oleh
endapan dari suatu nidus kecil, selanjutnya nidus garam-garam kalsium
anorganik bertambah besar oleh tambahan lapisan-lapisan yang pekat.
Apabila kalsifikasi terganggu, butir kalsium individu di dalam dentin tidak
menyatu, dan tertinggal sebagai butir kalsium besar yang terpisah di dalam
daerah matriks eosinofilik tersendiri yang tidak terkalsifikasi. Kekurangan-
kekurangan semacam ini sangat mudah dikenali di dalam dentin
(intraglobular dentin), tetapi itu semua dapat juga dikenali walaupun tidak
jelas dalam kalsifikasi tulang atau enamel. Proses kalsifikasi email dan
dentin merupakan proses yang sangat sensitif dan berjalan lambat, sehingga
sering dijumpai ketidakteraturan kalsifikasi akibat gangguan sistemik
ataupun lokal. Kalsifikasi enamel dan dentin sangat sensitif pada perubahan-
perubahan metabolik yang kecil pada anak-anak. Kalsifikasi jaringan ini
tidak seragam tetapi sifatnya bervariasi selama perkembangan yang berbeda
dari pertumbuhan individu.

B. Pembentukan Akar Dan Pulpa

1. Pembentukkan Ruang Pulpa
Pembentukkan pulpa diawali dengan jaringan papilla. Awalnya pembuluh
darah akan muncul di bagian tengah papilla sejajar dengan syaraf yang berrperan
untuk memberi nutrisi bagi pertumbuhan organ enamel. Selama perkembangannya
pembuluh darah ini akan muncul dan memberi nutrisi bagi odontoblast. Papilla ini
akan diselubungi oleh jaringan keras dan terbentuk pulpa. Jaringan papilla dental
berdiferensiasi menjadi sel fibroblast dan sel ini akan mensekrsikan kolagen yang
nantinya akan menjadi jaringan ikat pulpa. Didalam pulpa terdapat sel saraf ,
pembuluh darah, limfosit dan plasma, sel mesenkim.

2. Pembentukkan Akar
Sama seperti pembentukan corona, proliferasi sel berlanjut pada daerah
servikal atau dasar dari organ enamel dimana sel epitel enamel dalam dan luar
ii

bergabung membentuk selubung akar ( hetwigs sheath). Ketika pembentukan corona
lengkap, sel pada daerah enamel ini terus bertumbuh membentuk dua lapisan sel yang
disebut epitel akar atau lapisan hertwigs.



Lapisan dalam sel akar, dibentuk dari epitel enamel bagian dalam atau
ameloblast di korona dan enamel. Pada akar, sel membentuk odontoblast dari papilla
dental, berdiferensiasi dan menbentuk dentin. Pembentukan akar berawal dari
berkhirnya deposit enamel. Saat akar memanjang, terjadi pembentukan awal pada
akar. Panjang, kelengkungan, ketebalan, dan jumlah akar semuanya tergantung dari
sel-sel di dalam akar. Saat akar dentin dibentuk, sel-sel luar pada akar berfungsi pada
deposisi cementum intermediet, suatu lapisan tipis dari cementum aseluler yang
menutupi tubulus dentin dan permukaan akar. Kemudian sel-sel luar akan terbagi
menjadi kelompok-kelompok kecil dan bergerak dari permukaan akar menjadi sisa-
sisa epitel. Pada akhir proses proliferasi akar miring 45 derajat. Daerah ini dinamakan
sekat epitel. Sekat epitel mengelilingi apeks yang terbuka pada pulpa gigi selama
pembentukan akar. Ini adalah proliferasi sel yang menyebabkan terjadinya
pertumbuhan akar.
Pada saat odontoblas berdiferensiasi sepanjang batas pulpa, terjadi proses
dentinogenesis pada akar dan akan memanjang. Pada perbatasan pulpa dengan pusat
epitel, terjadi proliferasi seluler. Hal ini dikenal dengan zona proliferasi pulpa. Daerah
ini memproduksi sel-sel baru yang dibutuhkan untuk proses pemanjangan akar. Akar
semakin mengecil ke bagian apikal dan terbuka kira-kira 1-3 mm sehingga dapat
ii

mensyarafi dan menyuplai darah ke pulpa dan jaringan periodonsium. Bersamaan
dengan memanjangnya akar, gigi mulai bergerak erupsi, yang akan menyediakan
ruangan untuk proses pemanjangan akar. Akar memanjang sesuai dengan pergerakan
erupsi gigi.


Akar Tunggal
Lapisan akar dari gigi berakar tunggal adalah tumbuh memanjang pada sel
epitel yang berasal dari organ-organ enamel, menutupi tubulus dentin dan
perkembangan pulpa. Segera setelah sel akar membentuk sementum intermedium,
akar mulai hancur dan membentuk sisa-sisa epitel. Sisa-sisa epitel bertahan dan
bergerak dari daerah permukaan akar ke daerah folikular. Sel mesenkim dari folikel
gigi bergerak di antara sisa-sisa epitel hingga dapat berkonta dengan permukaan akar.
Di sini terjadi diferensiasi menjadi sementoblas dan mulai mensekresi sementoid pada
permukaan sementum intermedium. Sementoid adalah sementum yang belum
terkalsifikasi kemudian berkalsifikasi menjadi sementum yang matang. Lapisan akar
tidak pernah terlihat sebagai struktur yang berkembang karena lapisan sel-selnya
ii

segera hancur setelah akar dentin terbentuk. Bagaimanapun, daerah dari sel epitel
tetap dipertahankan sampai akar terbentuk sempurna dan kemudian hilang.
Akar Ganda
Gigi berakar ganda dibentuk dengan cara yang sama dengan gigi berakar
tunggal hingga terbentuk daerah furkasi. Bagian dari akar mengambil tempat melalui
perkembangan diferensial dari lapisan akar. Sel-sel dari sekat epitel bertumbuh secara
berlebihan pada dua daerah atau lebih sampai berkontak dengan epitel memanjang.
Perpanjangan ini menyatu dan menjadi pembukaan awal menjadi dua atau tiga tahap
pembukaan. Sekat epitel mengelilingi daerah terbuka pada setiap pertumbuhan akar.
Ketika perkembangan gigi molar dimulai, tahap-tahapnya dibagi berdasarkan
pertumbuhan pada bagian tengah akar. Yang akan menunjukkan lapisan akar seperti
pulau-pulau sel. Setelah akar ganda terbentuk, tiap-tiap akar dibentuk oleh unsur yang
sama seperti pada gigi berakar tunggal. Setelah akar lengkap dan lapisannya hancur,
sel epitel berpindah dari permukaan akar sama seperti pada gigi berakar tunggal.

Figh: Pembentukan multiple akar

C. Mekanisme tumbuh kembang gigi post natal
Erupsi Gigi
Banyak pendapat mengenai pengertian erupsi gigi. Menurut Lew (1992), gigi
sinyatakan erupsi jika tonjol gigi atau tepi insisal dari gigi muncul menembus gingiva
dan tidak melebihi 3mm di atas ginggiva level yang dihitung dari tepi insisal gigi.
Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologi berupa proses pergerakan gigi
yang dimulai dari tempat pembentukan gigi di dalam tulang alveolar kemudian gigi
menembus gusi sampai akhirnya gigi mencapai darata oklusal.
ii


Figh: Desirable eruption sequence for the permanent teeth

Proses erupsi gigi dapat dibagi atau tiga tahap yaitu:
1. Tahap Praerupsi
Tahap praerupsi dimulai pada saat pembentukan benih gigi sampai mahkota
selesai dibentuk. Pada tahap praerupsi rahang mengalami perumbuhan pesat di
bagian posterior dan permukaan lateral yang mengakibatkan rahang mengalami
peningkatan panjang dan lebar ke arah anterior_posterior. Untuk menjaga hubungan
yang konstan dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat ini maka
benih gigi bergerak ke arah oklusal.
Pergerakan benih gigi ke arah oklusal pada tahap praerupsi berhubungan
dengan pertumbuhan tulang rahang pada sisi apikal dan jaringan ikat di sekitar
kantung gigi. Pertumbuhan tulang rahang pada sisi apikal pada tahap praerupsi ini
berlangsung lebih cepat daripada sisi yang lain dari tulang rahang yang menyebabkan
terjadinya peniningkatan tekanan pada sisi apikal tulang rahang sehingga benih gigi
terdorong ke arah oklusal. Selain proliferasi aktif dari tulang rahang, bergeraknya
benih gigi ke arah oklusal pada tahap praerupsi ini juga dipicu oleh pertumbuhan dari
jaringan ikat di sekitar kantung gigi. Proferasi jaringan ikat ini berjalan dengan cepat
sehingga menghasilkan kekuatan untuk mendorong gigi ke arah oklusal.
2. Tahap Prafungsional
Tahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi mencapai
dataran oklusal. Pada tahap prafungsional gigi bergerak lebih cepat ke arah vertikal.
Selain bergerak ke arah vertikal, pada tahap prafungsional gigi juga bergerak miring
dan rotasi. Gerakan miring dan rotasi dari gigi ini bertujuan untuk memperbaiki
possisi gigi berjejal di dalam tulang rahang yang masih mengalami pertubuhan.
Pergerakan gigi ke arah oklusi pada tahap prafungsional berhubungan dengan
pertumbuhan jaringan ikat di sekitar kantung gigi. Proliferasi aktif dari jaringan
ligamen periodontal ini menghasilkan suatu tekanan di sekitar kantung gigi yang
ii

akan mendorong ke arah oklusi. Tekanan erupsi pada tahap prafungsional semakin
bertambah sering meningkatnya permeabilitas vaskular di sekitar ligamen periodatal.
3. Tahap Fungsional
Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal.
Selama tahap fungsional gigi bergerak ke arah oklusal, mesial, dan proksimal.
Pergerakan gigi pada tahap fungsional ini bertujuan untuk mengibangi kehilangan
substansi gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik kontak
proksimal dari gigi dapat dipertahankan.




From Kronfeld R: Bur 35:18-25, 1935 (based on research by WHG Logan and R Kronfeld); adapted by Kronfeld R, Schour I: J ihn Dent
Assoc 26: 18-32, 1939; further adapted by McCall JO, Wald SS: Clinical dental roentgenology: technic and interpretation including
roentgen studies of the child and young adult, Philadelphia, 1940, WB Saunders.
ii


BAB 3
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa : Tumbuh kembang gigi
pada masa pre-natal dibagi menjadi 5 tahap yaitu tahap inisiasi, tahap profilerasi,
tahap histodiferensiasi dan tahap mordiferensiasi. Tumbuh kembang pada tahap erupsi
dibagi menjadi 3 tahap yaitu, tahap praerupsi, tahap prafungsional dan tahap
fungsional.

3.2 Saran
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga
kami selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun.


















ii



DAFTAR PUSTAKA

Salder, T. (2010). Langman's Medical Embriology ed:10, alih bahasa : dr.Brahm U. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
(2002). Leher Kepala. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Ralph E. McDonald, David R. Avery, Jeffrey A. Dean . 2004. Dentistry For The Child And
Adolescent, Ed: 8 .USA : Mosby An Affiliate of Elsevier
Bath-balogh , fehrenbach; J.margaret. 2006. Dental embryology ,histology and anatomy,
ed:4. USA: Elsevier Saunders

Anda mungkin juga menyukai