Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

SGD 7 MODUL 2.2 LBM 2

OROCRANIOFACIAL GROWTH & DEVELOPMENT


Gigiku Mau Ganti

ANGGOTA :

1. ALYA PRASETYANING BUDI 31101900007


2. AVISA AURA NISA' AZZAHWA 31101900017
3. DAFFA AULIA SYAHARANI 31101900023
4. FARKHAN NUGROHO 31101900032
5. MELIA NAVA NURAHMA 31101900053
6. M. FAIZ FAZ SUKARNO 31101900054
7. NDANDUNG SAPUTRA 31101900068
8. SALWA FEBRIA MONICA 31101900081
9. SHOFIE AULIA HABIEB ADDIEN 31101900087
10. SOFIA LA TSANIA 31101900090
11. VIYATA RAFIKHA PERMATASARI 31101900097
12. YASHINTA NAFA S 31101900099

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG


SEMARANG

1
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN
SGD 7 MODUL 2.2 LBM 2

OROCRANIOFACIAL GROWTH & DEVELOPMENT


Gigiku Mau Ganti
Telah Disetujui oleh :

Tutor Semarang, 23 Maret 2020

drg. Muthia Choirunnisa ………………………………….

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….. 3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………….. 4
B. Skenario………………………………………………………………………………….. 5
C. Identifikasi Masalah……………………………………………………………………. 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori………………………………………………………… ………………. 6
B. Kerangka Konsep………………………………………………………………………. 14
BAB III : KESIMPULAN…………………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………… 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Erupsi gigi diartikan sebagai pergerakan gigi pada tempat pembentukannya di
dalam tulang alveolar ke arah dataran oklusal pada kavitas oral (Almonaiteine, et al.,
2010). Erupsi gigi merupakan suatu proses kompleks dan berkesinambungan dari
rangkaian lingkaran hidup gigi, terdiri atas fase inisiasi, proliferasi, histodiferensiasi,
morfodiferensiasi, aposisi, klasifikasi, dan juga erupsi. Pada gigi desidui sesudah erupsi
akan diikuti dengan eksfoliasi, sedangkan pada gigi permanen erupsi merupakan fase
terakhir (Soewondo, et al., 2014). Proses erupsi gigi adalah proses fisiologis dimana
gigi bergerak ke arah vertikal, mesial, bergerak miring, dan rotasi. Waktu erupsi gigi di
rongga mulut berbeda untuk tiap gigi, gigi geligi pada rahang bawah biasanya erupsi
sebelum gigi geligi rahang atas (Erlinda, et al., 2014). Perkiraan waktu erupsi
merupakan pedoman perencanaan kesehatan gigi anak termasuk mendiagnosisi,
mencegah, dan mengobati pada kedokteran gigi anak dan orthodontik. Prediksi waktu
erupsi juga berguna dalam pedoman oklusi, khususnya dalam menentukan gigi desidui
mana yang harus diekstraksi dan menentukan waktu untuk rencana perawatan
orthodontik (Poureslami, et al., 2015).

4
B. Skenario
Seorang anak laki – laki berusia 8 tahun dating bersama ibunya ke dokter gigi
dengan keluhan gigi susu depan atas tidak kunjung tanggal. Ibu mengatakan anak
pertamanya pada usia yang sama sudah memiliki gigi depan permanen. Pemeriksaan
intraoral terdapat benjolan pada gusi yang berada tepat didepan gigi 51 dan 61. Gigi 51
dan 61 luksasi derajat 2.
C. Identifikasi Masalah
1. Apa faktor yang menyebabkan erupsi gigi?
2. Apa saja tahapan dari erupsi gigi?
3. Bagaimana mekanisme erupsi gigi?
4. Bagaimana resorpsi fisiologis sampai gigi decidui tanggal?
5. Apa faktor yang mempengaruhi tanggalnya gigi?
6. Pada umur berapa gigi decidui mengalami penanggalan?
7. Apa diagnosis penyakit terkait benjolan pada skenario?
8. Apa saja faktor penyebab dari benjolan didepan gigi 51 dan 61?
9. Bagaimana perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi benjolan tersebut?
10. Sebut dan jelaskan jenis dari luksasi!
11. Apa penyebab dari luksasi?
12. Apa saja klasifikasi derajat luksasi?
13. Apa akibat dari luksasi?

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Apa faktor yang menyebabkan erupsi gigi?
a. Faktor Genetik (Keturunan)
Faktor genetik dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi. Faktor genetik
mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi,
termasuk proses kalsifikasi. Menurut Stewart, pengaruh faktor genetik terhadap
erupsi gigi adalah sekitar 78%.
b. Faktor Ras
Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi
permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa
lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika
Indian. Orang Amerika, Swiss, Prancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras
yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi
yang terlalu besar. Erupsi lebih cepat pada ras Afrika hitam dibandingkan
dengan ras Kaukasoid, orang Korea (Mongoloid) sedikit lebih cepat daripada ras
Kaukasia, dan pada orang Australia pribumi lebih lambar daripada Kaukasoid.
c. Jenis Kelamin
Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan
dengan anak laki-laki.
d. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi
tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan,
pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20%.
e. Gizi
Gizi merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan gigi
serta rahang jika gizi tidak terpenuhi akan menyebabkan gangguan pada erupsi
sehingga erupsi gigi terjadi keterlambatan.
f. Faktor Lokal
Faktor Lokal ini berupa jarak gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi
yang berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa yang menebal, dan gigi sulung
yang tanggal sebelum waktunya.
g. Penyakit
Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik
dan beberapa sindrom yang dapat menyebabkan gigi terlambat erupsi.

2. Apa saja tahapan dari erupsi?


a. Inisiasi ( bud stage)
Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal dan pembentukkan
kuntum gigi yang dikenal sebagai organ enamel pada minggu ke-10 IU.

6
Perubahan yang paling nyata dan paling dominan adalah proliferasi jaringan
ektodermal dan jaringan mesenkimal yang terus berlanjut.
b. Proliferasi ( cap stage )
Dimulai pada minggu ke-11 IU, sel-sel organ enamel masih terus berproliferasi
sehingga organ enamel lebih besar sehingga berbentukan cekung seperti topi.
Bagian yang cekung diisi oleh kondensasi jaringan mesenkim dan berproliferasi
membentuk papila dentis yang akan membentuk dentin.
c. Histodiferensiasi
Tahap bel merupakan perubahan bentuk organ enamel dari bentuk topi menjadi
bentuk bel. Perubahan histodiferensiasi mencakup perubahan sel-sel perifer
papila dental menjadi odontoblas (sel-sel pembentuk dentin).
d. Morfodiferensiasi
Morfodiferensiasi adalah susunan sel-sel dalam perkembangan bentuk jaringan
atau organ. Perubahan morfodiferensiasi mencakup pembentukkan pola
morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari mahkota gigi.
e. Aposisi
Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi (email,
dentin, dan sementum).
f. Kalsifikasi
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik selama
pengendapan matriks .Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan
pada kekerasan gigi seperti hipokalsifikasi.

(a. Bud Stage, b. Cup Stage, c. Bell Stage, d. Usia 6 bulan)


3. Bagaimana mekanisme erupsi gigi?
- Teori mekanisme erupsi gigi dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
a. Gigi didorong atau didesak keluar sebagai hasil dari kekuatan yang dihasilkan
dari bawah dan disekitarnya, seperti pertumbuhan tulang alveolar, akar, tekanan
darah atau tekanan cairan dalam jaringan (proliferasi).
b. Gigi mungkin keluar sebagai hasil dari tarikan jaringan penghubung di sekitar
ligament periodontal.

Pergerakan gigi ke arah oklusal berhubungan dengan pertumbuhan jaringan ikat di


sekitar soket gigi. Proliferasi aktif dari ligamen periodontal akan menghasilkan
tekanan di sekitar kantung gigi yang mendorong gigi ke arah oklusal. Tekanan

7
erupsi pada tahap ini semakin bertambah seiring meningkatnya permeabilitas
vaskular disekitar ligamen periodontal yang memicu keluarnya cairan secara difus
dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukkan cairan di sekitar ligamen
periodontal yang kemudian menghasilkan tekanan erupsi. Faktor lain yang juga
berperan dalam menggerakkan gigi ke arah oklusal pada tahap ini adalah
perpanjangan dari pulpa, di mana pulpa yang sedang berkembang pesat ke arah
apikal dapat menghasilkan kekuatan untuk mendorong mahkota ke arah oklusal.

- Teori klasik mengenai erupsi gigi.


 Cushioned hammock theory: Diusulkan oleh Hary Sicher, menurut teori ini,
Cushioned hammock ligamen di bawah gigi bertanggung jawab atas erupsi ini.
 Root formation theory: Menurut teori ini, gaya yang diarahkan secara apikal
oleh akar yang berproliferasi memberikan gaya oklusal reaktif yang
menghasilkan pergerakan koronal pada gigi yang erupsi. Namun, telah terlihat
bahwa gigi tanpa akar dapat erupsi, dan gigi erupsi bahkan setelah selesainya
pembentukan akar mereka. Juga, beberapa gigi erupsi pada jarak yang lebih
besar dari total panjang akar mereka. Selain itu, dentin yang baru terbentuk di
puncak akar tidak mengalami mineralisasi dan rentan terhadap trauma.
 Vascular pressure/ hydrostatic pressure theory: Menurut teori ini, peningkatan
tekanan cairan jaringan lokal di pembuluh pulpa gigi dan daerah periapikal
memberikan tekanan hidrodinamik dan hidrostatik di dalam pembuluh yang
menyebabkan erupsi gigi.
 Bone remodeling theory/ Dental follicle theory: Menurut teori ini, osteoblas dan
osteoklas dari folikel gigi menyebabkan remodeling tulang melalui resorpsi di
daerah koronal dan aposisi tulang di daerah apikal, dengan demikian,
membentuk jalur di mana gigi dapat erupsi secara pasif.
 Periodontal ligament traction theory: Menurut teori ini, kompleks ligamen-folikel
gigi periodontal mengerahkan kekuatan erupsi melalui kekuatan traksi fibroblas
ketika mereka berkontraksi.
- Teori baru mengenai erupsi gigi :
 Bite forces theory: Menurut teori ini, jaringan lunak folikel gigi mendeteksi
tekanan gigitan, yang pada akhirnya mengarahkan proses remodeling tulang
dan erupsi gigi.
 Innervation-provoked pressure theory: Teori ini menyatakan bahwa persarafan
dalam membran akar menyebabkan tekanan pada aspek apikal gigi yang
menyebabkan erupsi gigi.
 The equilibrium theory: Menurut teori ini, begitu gigi mencapai bidang
fungsionalnya, erupsi lebih lanjut terjadi sebagai respons terhadap
pertumbuhan vertikal rahang bawah menjauhi rahang atas. Saat gigi
mendapatkan lebih banyak ruang, gigi itu erupsi secara oklusal (tumbuh kearah
vertical keatas) untuk mempertahankan kontak oklusal dengan gigi pada arkus
yang berlawanan.

8
 Neuromuscular theory or unification theory: Teori ini menyatakan bahwa
kekuatan simultan dan seimbang dari otot orofasial yang berada di bawah
kendali sistem saraf pusat, bertanggung jawab atas erupsi aktif gigi. Kekuatan
neuromuskuler terkoordinasi dikonversi menjadi energi listrik, elektrokimia, dan
biomekanik untuk merangsang aksi seluler dan molekuler di dalam dan di
sekitar folikel gigi dan organ email. Tindakan ini mempersiapkan jalur serta
fungsi seluler lainnya untuk erupsi gigi yang sedang berkembang.
 Role of gubernacular cord: Ini merupakan struktur yang terdiri dari jaringan ikat
yang menghubungkan folikel gigi dengan gingiva di atasnya, sehingga
memandu jalannya erupsi gigi.
4. Bagaimana resorpsi fisiologis sampai gigi desidui tanggal?
Pertumbuhan benih gigi permanen, sel odontoblast menjadi aktif. Kemudian merusak
tulang pemisah antara benih gigi permanen dan gigi sulungnya. Terjadi resorpsi akar
gigi desidui dan terus merusak akar gigi desidui hingga tanggal secara fisiologis.

Resorpsi pada gigi decidui dapat terjadi karena dua keadaan :


1. Terjadi karena resopsi fisiologis, resopsi ini terjadi pada gigi yang sehat maupun gigi
dengan karies, namun kariesnya tidak sampai menyentuh jaringan pulpa. Resopsi
fisiologis terjadi akibat aktifitas sell clastic, yang menyebabkan hilangnya cementum
dan dentin di area akar gigi decidui akibat demineralisasi. Proses ini diregulasi oleh
oleh folikel gigi permanent dan stellate reticulum gigi permanent. Dikarenakan
hilangnya jaringan akar gigi primer (decidui), akan terjadi kemerah-merahan atau
bahkan pembengkakan di area sekitar gigi tersebut (hyperplasia) yang diakibatkan
oleh jaringan vascular yang mengisi kekosongan daerah resorbsi. Atau yang biasa
disebut pink tooth of mummery yang diambil dari nama seorang anatomist James
Howard Mummery. Setelah jaringan akar gigi decidui teresorpsi dengan sempurna
maka akan terjadi avulsi/penanggalan gigi.
2. Resorpsi diakibatkan oleh keadaan patologis, resorpsi akar gigi primer akibat
patologis misalnya terjadi karena adanya inflamasi maupun necrosis(kematian sell)
pada jaringan pulpa, biasanya hal ini terjadi dikarenakan adanya karies gigi yang
mengakibatkan infeksi pada jaringan pulpa yang kemudian memicu terjadinya
resorbsi sebagai cara jaringan tersebut mencegah penyebaran inferksi secara lebih
luas. Resorbsi patologis dipicu oleh cell osteoclass, dan dengan interval yang lebih
cepat dibandingkan oleh resorbsi fisiologis. Baik tipe maupun derajat(kecepatan)
resorbsi tidak memiliki efek pada pertumbuhan gigi permanent.
5. Apa faktor yang mempengaruhi tanggalnya gigi?
- Adanya karies proximal pada gigi sulung yang dibiarkan tanpa perawatan
penambalan dapat mengakibatkan migrasi atau miringnya gigi tetangganya
sehingga tempat yang disediakan untuk gigi tetap dapat terganggu.

9
- Adanya gigi sulung tanggal sebelum waktunya yang disebabkan karies akan
kehilangan daerah kontak sehingga ruangan akan mengecil dan bergeser kearah
tempat gigi yang kosong.
- Adanya gigi sulung tanggal sebelum waktunya yang berpengaruh terhadap
perkembangan rahang dan juga gigi geraham pertama juga tidak dapat tumbuh
pada posisi yang normal
- Adanya pencabutan dini gigi sulung dan menyebabkan gigi tetap lebih cepat erupsi
dan atau lebih lambat erupsi. Hal ini disebabkan karena socket terisi oleh jaringan
fibrous yang kuat, sehingga erupsi dari gigi tetap tidak cukup untuk menerobos
jaringan.
- penyakit gusi, yaitu infeksi gusi berat yang disebabkan oleh penumpukan plak.
Infeksi ini dapat merusak jaringan dan tulang pada gusi, meningkatkan risiko
kerusakan gigi dan menyebabkan gigi tanggal dan ompong.
- Trauma di sekitar mulut, misalkan akibat kecelakaan, benturan keras, pukulan, atau
kebiasaan menggunakan gigi untuk membuka tutup botol dan mengunyah es batu.
- Kondisi medis tertentu, misalkan diabetes, osteomielitis, tekanan darah tinggi
(hipertensi), rematik, dan penyakit autoimun.
- Adanya regulasi folikel dan koordinasi waktu resorbsi tulang serta komposisi pada
akar gigi sulung yang akan diganti. pergerakan folikel gigi dari gigi permanen
pengganti menyebabkan gigi tersebut dapat erupsi.
6. Pada umur berapa gigi desidui mengalami penanggalan?

Rahang Atas Rahang Bawah

Incisivus central 6-7 tahun 6-7 tahun

Incisivus lateral 7-8 tahun 7-8 tahun

Caninus 9-12 tahun 9-12 tahun

Molar I 9-11 tahun 9-11 tahun

Molar II 10-12 tahun 10-12 tahun

7. Apa diagnosis penyakit terkait dengan benjolan pada skenario?


a. Eruption Cyst, merupakan suatu variasi dari kista dentigerous yang mengelilingi
gigi yang sedang erupsi. Kista erupsi memperlihatkan suatu pembengkakan
yang halus menutupi gigi yang erupsi, dengan warna berbeda dari gingival
normal. terkadang sakit , tidak mengalami infeksi, lembut dan berfluktuasi.
Dikategorikan lesi yang warna kebiru kebiru-biruan, diisi giginya bukan nanah

b. Eruption Hematoma adalah suatu lesi kebiru-biruan, buram, lesi asymptomatic


yang melapisi gigi yang sedang erupsi. Bengkak terjadi dalam kaitannya dengan

10
terjadinya akumulasi darah, cairan jaringan, yang terjadi dalam follicular kantung
yang meluas di sekitar erupsi mahkota.
c. Gingival Hyperplastia

d. Abses gigi, yaitu pembengkakan gingiva akibat kuman yang sudah mati dalam
gingiva.
e. Kista dentigerous atau kista folikular merupakan kista odontogenik yang
dihubungkan dengan mahkota gigi yang impaksi, embedded, tidak erupsi atau
yang sedang tumbuh. Kista ini menutupi mahkota yang belum erupsi dan
melekat pada gigi di daerah cemento enamel junction.
8. Apa saja faktor penyebab dari benjolan didepan gigi 51 dan 61?

- Pembesaran yang terjadi akibat inflamasi


- Pembesaran yang terjadi akibat obat-obatan
- Pembesaran yang terjadi akibat nafas lewat mulut
- Pembesaran yang terjadi akibat kelainan genetic
- Pembesaran yang terjadi akibat hormonal
- Pembesaran yang terjadi akibat defisiensi vitamin c
- Pembesaran yang terjadi akibat plasma sell gingivitis
- Pembesaran yang terjadi akibat penyakit sistemik
9. Bagaimana perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi benjolan tersebut?
Perawatan dilakukan tergantung dengan diagnosis.
a. Eruption cyst : paling baik dibiarkan agar pecah secara spontan. Pembedahan
hanya diindikasikan jika gigi mengalami kegagalan erupsi.
b. Eruption hematoma : dapat dibedakan dari suatu eruption cyst dengan
pemeriksaan transilumination. Perawatan tidaklah diindikasikan, selama eruption
hematoma dapat pecah dan keluar pada saat gigi menembus gingiva.
c. Pemberian obat antibiotik.
d. Pengeluaran nanah.

11
10. Sebut dan jelaskan jenis dari luksasi!
- Konkusi (Concussion), yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi yang
menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya
kegoyangan atau perubahan posisi gigi.
- Subluksasi (Subluxation), yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi
akibat trauma pada jaringan pendukung gigi.
- Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi ke luar dari
soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang.
- Luksasi intrusi(intrusion luxation), yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar,
dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi
menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek.
- Avulsi (avulsion)(hilang atau ekstraartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar
dari soket.
11. Apa penyebab dari luksasi?
- Terjadi karena trauma pada gigi dan struktur jaringan pendukungnya dan merusak
suplai vaskular dan persarafan pada gigi tersebut. Trauma gigi anterior dapat terjadi
secara langsung dan tidak langsung, trauma gigi secara langsung terjadi ketika
benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung
terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah
membentur gigi rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-tiba.
- Kehilangan jaringan tulang pendukungnya, periodontal poket, pelebaran ligamen
periodontal, kerusakan tulang angular akibat radang atau penyakit periodontal yang
lanjut.
- Adanya abses pada ujung saluran akar (karena gigi berlubang). Goyah gigi karena
abses bersifat sementara. Bila abses sembuh, gigi bisa jadi kuat kembali.
12. Apa saja klasifikasi derajat luksasi?
- Derajat 1 : kegoyangan normal (sedikit) < dari 1mm (ketika pergeseran gigi tidak
jauh berbeda dari keadaan normal)
- Derajat 2 : kegoyangan sampai dengan 1 mm
- Derajat 3 : kegoyangan >1mm dari segala arah dan gigi dapat ditekan ke arah
apikal
13. Apa akibat dari luksasi?
Akibat dari luksasi sendiri tergantung dari penyebab terjadinya luksasi itu sendiri,
apabila terjadi karena proses fisiologis, luksasi tidaklah berimbas terlalu banyak secara
struktural, sedangkan apabila terjadi karena trauma bisa saja merubah struktur tatanan
anatomi rongga mulut dan gigi.

12
B. Peta Konsep

ERUPSI GIGI

WAKTU ERUPSI FAKTOR YANG


PROSES ERUPSI
MEMPENGARUHI
ERUPSI GIGI

NORMAL TIDAK NORMAL GENETIK


INISIASI
RAS
PROLIFERASI
GIZI
HISTODIFERENSIASI
LOKAL
MORFODIFERENSIASI
PENYAKIT
APOSISI
LINGKUNGAN
KALSIFIKASI

PENANGANAN

13
BAB III
KESIMPULAN

Erupsi gigi merupakan suatu proses yang melibatkan banyak fator. Erupsi gigi
merupakan salah satu fase kritis dari kelangsungan pertumbuhan dan fungsi gigi di
dalam rongga mulut. Selama proses erupsi terjadi kerusakan dan perbaikan jaringan
sebagai suatu proses fisiologis yang normal. Namun, bukan berarti tidak ada
permasalahan yang timbul dari proses tersebut. Berdasarkan uraian di atas seorang
dokter gigi perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang proses erupsi dan
permasalahan yang sering menyertai proses tersebut. Mengenali penyebab dan gejala
klinis suatu penyakit merupakan suatu pedoman untuk dapat menetapkan diagnosa dan
membuat keputusan yang tepat terhadap tindakan perawatan yang diperlukan bagi
pasien.

14
Daftar Pustaka
Agrawal, A. A. (2015). Gingival enlargements: Differential diagnosis and review of literature.
World Journal of Clinical Cases, 3(9): 779-788.

Almonaitiene, R., Balciuniene, I., & Tutkuviene, J. (2018). Factors influencing permanent teeth
eruption. Part one – general factors . Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial
Journal, Vol. 12, No. 3.

Berkovitz, B. K., Holland, G. R., & Moxham, B. J. (2014). Oral Anatomy,Histology and
Embryology. PHILADELPHIA: Elsevier.

Dellyan, P.M,. 2016. Pengaruh Resorpsi Akar Gigi Sulung. Journal Of Dentistry Universitas
Indonesia.

Jain, P., & Rathee, M. (2019). Anatomy, Head and Neck, Tooth Eruption. In P. Jain, & M.
Rathee, StatPearls (pp. 320-370). Rohtak: StatPearls Publishing.

Kjær, I. (2015). Mechanism of Human Tooth Eruption: Review Article Including a New Theory
for Future Studies on the Eruption Process. Hindawi Publishing Corporation-Scientifica,
Volume 2014, Article ID 341905.

Kurniasih, Indri. 2016. Permasalahan – Permasalahan yang menyertai Erupsi Gigi, Mutiara
Medika Vol.8 (1) 52-59

Lailasari, D., Zenab, Y., Herawati, E., & Wahyuni, I. S. (2018). Correlation between permanent
teeth eruption and nutrition status of 6-7-years-old children. Padjadjaran J Dent, 30(2):
116-123.

Mulia, D. P., Indiarti, I. S., & Budiarjo, S. B. (2018). Effect of root resorption of primary teeth on
the development of its permanent successors: An evaluation of panoramic radiographs
in 7–8 year-old boys. Journal of Physics: Conf. Series 1073, 32015 .

Soewondo, Willyanti, et al. 2017. Erupsi Gigi Sulung pada Anak dengan Riwayat Lahir
Prematur, Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal Universitas Padjadjaran, 46(1).
Vinayachandran, D., & Saravanakarthikeyan, B. (2018). ‘Pink Tooth’: An Obvious Manifestation
of Insidious Pathology- A Case Report. Acta Scientific Dental Sciences, Volume 2 Issue
8 106-107.

15

Anda mungkin juga menyukai