ANGGOTA :
1
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN
SGD 7 MODUL 2.2 LBM 2
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….. 3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………….. 4
B. Skenario………………………………………………………………………………….. 5
C. Identifikasi Masalah……………………………………………………………………. 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori………………………………………………………… ………………. 6
B. Kerangka Konsep………………………………………………………………………. 14
BAB III : KESIMPULAN…………………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………… 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Erupsi gigi diartikan sebagai pergerakan gigi pada tempat pembentukannya di
dalam tulang alveolar ke arah dataran oklusal pada kavitas oral (Almonaiteine, et al.,
2010). Erupsi gigi merupakan suatu proses kompleks dan berkesinambungan dari
rangkaian lingkaran hidup gigi, terdiri atas fase inisiasi, proliferasi, histodiferensiasi,
morfodiferensiasi, aposisi, klasifikasi, dan juga erupsi. Pada gigi desidui sesudah erupsi
akan diikuti dengan eksfoliasi, sedangkan pada gigi permanen erupsi merupakan fase
terakhir (Soewondo, et al., 2014). Proses erupsi gigi adalah proses fisiologis dimana
gigi bergerak ke arah vertikal, mesial, bergerak miring, dan rotasi. Waktu erupsi gigi di
rongga mulut berbeda untuk tiap gigi, gigi geligi pada rahang bawah biasanya erupsi
sebelum gigi geligi rahang atas (Erlinda, et al., 2014). Perkiraan waktu erupsi
merupakan pedoman perencanaan kesehatan gigi anak termasuk mendiagnosisi,
mencegah, dan mengobati pada kedokteran gigi anak dan orthodontik. Prediksi waktu
erupsi juga berguna dalam pedoman oklusi, khususnya dalam menentukan gigi desidui
mana yang harus diekstraksi dan menentukan waktu untuk rencana perawatan
orthodontik (Poureslami, et al., 2015).
4
B. Skenario
Seorang anak laki – laki berusia 8 tahun dating bersama ibunya ke dokter gigi
dengan keluhan gigi susu depan atas tidak kunjung tanggal. Ibu mengatakan anak
pertamanya pada usia yang sama sudah memiliki gigi depan permanen. Pemeriksaan
intraoral terdapat benjolan pada gusi yang berada tepat didepan gigi 51 dan 61. Gigi 51
dan 61 luksasi derajat 2.
C. Identifikasi Masalah
1. Apa faktor yang menyebabkan erupsi gigi?
2. Apa saja tahapan dari erupsi gigi?
3. Bagaimana mekanisme erupsi gigi?
4. Bagaimana resorpsi fisiologis sampai gigi decidui tanggal?
5. Apa faktor yang mempengaruhi tanggalnya gigi?
6. Pada umur berapa gigi decidui mengalami penanggalan?
7. Apa diagnosis penyakit terkait benjolan pada skenario?
8. Apa saja faktor penyebab dari benjolan didepan gigi 51 dan 61?
9. Bagaimana perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi benjolan tersebut?
10. Sebut dan jelaskan jenis dari luksasi!
11. Apa penyebab dari luksasi?
12. Apa saja klasifikasi derajat luksasi?
13. Apa akibat dari luksasi?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Apa faktor yang menyebabkan erupsi gigi?
a. Faktor Genetik (Keturunan)
Faktor genetik dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi. Faktor genetik
mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi,
termasuk proses kalsifikasi. Menurut Stewart, pengaruh faktor genetik terhadap
erupsi gigi adalah sekitar 78%.
b. Faktor Ras
Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi
permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa
lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika
Indian. Orang Amerika, Swiss, Prancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras
yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi
yang terlalu besar. Erupsi lebih cepat pada ras Afrika hitam dibandingkan
dengan ras Kaukasoid, orang Korea (Mongoloid) sedikit lebih cepat daripada ras
Kaukasia, dan pada orang Australia pribumi lebih lambar daripada Kaukasoid.
c. Jenis Kelamin
Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan
dengan anak laki-laki.
d. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi
tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan,
pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20%.
e. Gizi
Gizi merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan gigi
serta rahang jika gizi tidak terpenuhi akan menyebabkan gangguan pada erupsi
sehingga erupsi gigi terjadi keterlambatan.
f. Faktor Lokal
Faktor Lokal ini berupa jarak gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi
yang berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa yang menebal, dan gigi sulung
yang tanggal sebelum waktunya.
g. Penyakit
Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik
dan beberapa sindrom yang dapat menyebabkan gigi terlambat erupsi.
6
Perubahan yang paling nyata dan paling dominan adalah proliferasi jaringan
ektodermal dan jaringan mesenkimal yang terus berlanjut.
b. Proliferasi ( cap stage )
Dimulai pada minggu ke-11 IU, sel-sel organ enamel masih terus berproliferasi
sehingga organ enamel lebih besar sehingga berbentukan cekung seperti topi.
Bagian yang cekung diisi oleh kondensasi jaringan mesenkim dan berproliferasi
membentuk papila dentis yang akan membentuk dentin.
c. Histodiferensiasi
Tahap bel merupakan perubahan bentuk organ enamel dari bentuk topi menjadi
bentuk bel. Perubahan histodiferensiasi mencakup perubahan sel-sel perifer
papila dental menjadi odontoblas (sel-sel pembentuk dentin).
d. Morfodiferensiasi
Morfodiferensiasi adalah susunan sel-sel dalam perkembangan bentuk jaringan
atau organ. Perubahan morfodiferensiasi mencakup pembentukkan pola
morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari mahkota gigi.
e. Aposisi
Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi (email,
dentin, dan sementum).
f. Kalsifikasi
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik selama
pengendapan matriks .Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan
pada kekerasan gigi seperti hipokalsifikasi.
7
erupsi pada tahap ini semakin bertambah seiring meningkatnya permeabilitas
vaskular disekitar ligamen periodontal yang memicu keluarnya cairan secara difus
dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukkan cairan di sekitar ligamen
periodontal yang kemudian menghasilkan tekanan erupsi. Faktor lain yang juga
berperan dalam menggerakkan gigi ke arah oklusal pada tahap ini adalah
perpanjangan dari pulpa, di mana pulpa yang sedang berkembang pesat ke arah
apikal dapat menghasilkan kekuatan untuk mendorong mahkota ke arah oklusal.
8
Neuromuscular theory or unification theory: Teori ini menyatakan bahwa
kekuatan simultan dan seimbang dari otot orofasial yang berada di bawah
kendali sistem saraf pusat, bertanggung jawab atas erupsi aktif gigi. Kekuatan
neuromuskuler terkoordinasi dikonversi menjadi energi listrik, elektrokimia, dan
biomekanik untuk merangsang aksi seluler dan molekuler di dalam dan di
sekitar folikel gigi dan organ email. Tindakan ini mempersiapkan jalur serta
fungsi seluler lainnya untuk erupsi gigi yang sedang berkembang.
Role of gubernacular cord: Ini merupakan struktur yang terdiri dari jaringan ikat
yang menghubungkan folikel gigi dengan gingiva di atasnya, sehingga
memandu jalannya erupsi gigi.
4. Bagaimana resorpsi fisiologis sampai gigi desidui tanggal?
Pertumbuhan benih gigi permanen, sel odontoblast menjadi aktif. Kemudian merusak
tulang pemisah antara benih gigi permanen dan gigi sulungnya. Terjadi resorpsi akar
gigi desidui dan terus merusak akar gigi desidui hingga tanggal secara fisiologis.
9
- Adanya gigi sulung tanggal sebelum waktunya yang disebabkan karies akan
kehilangan daerah kontak sehingga ruangan akan mengecil dan bergeser kearah
tempat gigi yang kosong.
- Adanya gigi sulung tanggal sebelum waktunya yang berpengaruh terhadap
perkembangan rahang dan juga gigi geraham pertama juga tidak dapat tumbuh
pada posisi yang normal
- Adanya pencabutan dini gigi sulung dan menyebabkan gigi tetap lebih cepat erupsi
dan atau lebih lambat erupsi. Hal ini disebabkan karena socket terisi oleh jaringan
fibrous yang kuat, sehingga erupsi dari gigi tetap tidak cukup untuk menerobos
jaringan.
- penyakit gusi, yaitu infeksi gusi berat yang disebabkan oleh penumpukan plak.
Infeksi ini dapat merusak jaringan dan tulang pada gusi, meningkatkan risiko
kerusakan gigi dan menyebabkan gigi tanggal dan ompong.
- Trauma di sekitar mulut, misalkan akibat kecelakaan, benturan keras, pukulan, atau
kebiasaan menggunakan gigi untuk membuka tutup botol dan mengunyah es batu.
- Kondisi medis tertentu, misalkan diabetes, osteomielitis, tekanan darah tinggi
(hipertensi), rematik, dan penyakit autoimun.
- Adanya regulasi folikel dan koordinasi waktu resorbsi tulang serta komposisi pada
akar gigi sulung yang akan diganti. pergerakan folikel gigi dari gigi permanen
pengganti menyebabkan gigi tersebut dapat erupsi.
6. Pada umur berapa gigi desidui mengalami penanggalan?
10
terjadinya akumulasi darah, cairan jaringan, yang terjadi dalam follicular kantung
yang meluas di sekitar erupsi mahkota.
c. Gingival Hyperplastia
d. Abses gigi, yaitu pembengkakan gingiva akibat kuman yang sudah mati dalam
gingiva.
e. Kista dentigerous atau kista folikular merupakan kista odontogenik yang
dihubungkan dengan mahkota gigi yang impaksi, embedded, tidak erupsi atau
yang sedang tumbuh. Kista ini menutupi mahkota yang belum erupsi dan
melekat pada gigi di daerah cemento enamel junction.
8. Apa saja faktor penyebab dari benjolan didepan gigi 51 dan 61?
11
10. Sebut dan jelaskan jenis dari luksasi!
- Konkusi (Concussion), yaitu trauma yang mengenai jaringan pendukung gigi yang
menyebabkan gigi lebih sensitif terhadap tekanan dan perkusi tanpa adanya
kegoyangan atau perubahan posisi gigi.
- Subluksasi (Subluxation), yaitu kegoyangan gigi tanpa disertai perubahan posisi
akibat trauma pada jaringan pendukung gigi.
- Luksasi ekstrusi (partial displacement), yaitu pelepasan sebagian gigi ke luar dari
soketnya. Ekstrusi menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih panjang.
- Luksasi intrusi(intrusion luxation), yaitu pergerakan gigi ke dalam tulang alveolar,
dimana dapat menyebabkan kerusakan atau fraktur soket alveolar. Luksasi intrusi
menyebabkan mahkota gigi terlihat lebih pendek.
- Avulsi (avulsion)(hilang atau ekstraartikulasi) yaitu pergerakan seluruh gigi ke luar
dari soket.
11. Apa penyebab dari luksasi?
- Terjadi karena trauma pada gigi dan struktur jaringan pendukungnya dan merusak
suplai vaskular dan persarafan pada gigi tersebut. Trauma gigi anterior dapat terjadi
secara langsung dan tidak langsung, trauma gigi secara langsung terjadi ketika
benda keras langsung mengenai gigi, sedangkan trauma gigi secara tidak langsung
terjadi ketika benturan yang mengenai dagu menyebabkan gigi rahang bawah
membentur gigi rahang atas dengan kekuatan atau tekanan besar dan tiba-tiba.
- Kehilangan jaringan tulang pendukungnya, periodontal poket, pelebaran ligamen
periodontal, kerusakan tulang angular akibat radang atau penyakit periodontal yang
lanjut.
- Adanya abses pada ujung saluran akar (karena gigi berlubang). Goyah gigi karena
abses bersifat sementara. Bila abses sembuh, gigi bisa jadi kuat kembali.
12. Apa saja klasifikasi derajat luksasi?
- Derajat 1 : kegoyangan normal (sedikit) < dari 1mm (ketika pergeseran gigi tidak
jauh berbeda dari keadaan normal)
- Derajat 2 : kegoyangan sampai dengan 1 mm
- Derajat 3 : kegoyangan >1mm dari segala arah dan gigi dapat ditekan ke arah
apikal
13. Apa akibat dari luksasi?
Akibat dari luksasi sendiri tergantung dari penyebab terjadinya luksasi itu sendiri,
apabila terjadi karena proses fisiologis, luksasi tidaklah berimbas terlalu banyak secara
struktural, sedangkan apabila terjadi karena trauma bisa saja merubah struktur tatanan
anatomi rongga mulut dan gigi.
12
B. Peta Konsep
ERUPSI GIGI
PENANGANAN
13
BAB III
KESIMPULAN
Erupsi gigi merupakan suatu proses yang melibatkan banyak fator. Erupsi gigi
merupakan salah satu fase kritis dari kelangsungan pertumbuhan dan fungsi gigi di
dalam rongga mulut. Selama proses erupsi terjadi kerusakan dan perbaikan jaringan
sebagai suatu proses fisiologis yang normal. Namun, bukan berarti tidak ada
permasalahan yang timbul dari proses tersebut. Berdasarkan uraian di atas seorang
dokter gigi perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang proses erupsi dan
permasalahan yang sering menyertai proses tersebut. Mengenali penyebab dan gejala
klinis suatu penyakit merupakan suatu pedoman untuk dapat menetapkan diagnosa dan
membuat keputusan yang tepat terhadap tindakan perawatan yang diperlukan bagi
pasien.
14
Daftar Pustaka
Agrawal, A. A. (2015). Gingival enlargements: Differential diagnosis and review of literature.
World Journal of Clinical Cases, 3(9): 779-788.
Almonaitiene, R., Balciuniene, I., & Tutkuviene, J. (2018). Factors influencing permanent teeth
eruption. Part one – general factors . Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial
Journal, Vol. 12, No. 3.
Berkovitz, B. K., Holland, G. R., & Moxham, B. J. (2014). Oral Anatomy,Histology and
Embryology. PHILADELPHIA: Elsevier.
Dellyan, P.M,. 2016. Pengaruh Resorpsi Akar Gigi Sulung. Journal Of Dentistry Universitas
Indonesia.
Jain, P., & Rathee, M. (2019). Anatomy, Head and Neck, Tooth Eruption. In P. Jain, & M.
Rathee, StatPearls (pp. 320-370). Rohtak: StatPearls Publishing.
Kjær, I. (2015). Mechanism of Human Tooth Eruption: Review Article Including a New Theory
for Future Studies on the Eruption Process. Hindawi Publishing Corporation-Scientifica,
Volume 2014, Article ID 341905.
Kurniasih, Indri. 2016. Permasalahan – Permasalahan yang menyertai Erupsi Gigi, Mutiara
Medika Vol.8 (1) 52-59
Lailasari, D., Zenab, Y., Herawati, E., & Wahyuni, I. S. (2018). Correlation between permanent
teeth eruption and nutrition status of 6-7-years-old children. Padjadjaran J Dent, 30(2):
116-123.
Mulia, D. P., Indiarti, I. S., & Budiarjo, S. B. (2018). Effect of root resorption of primary teeth on
the development of its permanent successors: An evaluation of panoramic radiographs
in 7–8 year-old boys. Journal of Physics: Conf. Series 1073, 32015 .
Soewondo, Willyanti, et al. 2017. Erupsi Gigi Sulung pada Anak dengan Riwayat Lahir
Prematur, Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal Universitas Padjadjaran, 46(1).
Vinayachandran, D., & Saravanakarthikeyan, B. (2018). ‘Pink Tooth’: An Obvious Manifestation
of Insidious Pathology- A Case Report. Acta Scientific Dental Sciences, Volume 2 Issue
8 106-107.
15