Anda di halaman 1dari 19

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKALAH

TEETH DEVELOPMENT

OLEH:
Andi Annisa Eka Aprilda (J065231001)
Andi Aliya Nurul Syaikah (J065231006)

DOSEN:
Prof. Dr. Irene Edith Rieuwpassa, drg., M.Si., PBO

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah pada mata
kuliah Patologi Oral Jaringan Keras Gigi Anak dengan sub materi Tooth Formation
yang merupakan tugas dalam mata kuliah PPDGS Ilmu Kedokteran Gigi Anak.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Irene Edith
Rieuwpassa, drg., M.Si., PBO yang telah membimbing dan mengarahkan
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas rangkuman yang berjudul “Teeth
Development” ini dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
sehingga kritik dan masukan yang membangun sangat diharapkan untuk
memperbaiki pada kesempatan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terkhusus pada bidang
kedokteran gigi anak. Atas segala perhatian, penulis mengucapkan terima kasih.

Makassar, Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Penentuan identitas gigi geligi oleh kode odontogenik …………..
Gambar 2.2: Diagram representasi oral ectodermal dan dental lamina…………
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Timeline of tooth development …………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kronologi yang akurat dari tahapan perkembangan benih gigi sulung
sangat penting secara klinis bagi dokter gigi. Hal ini sering kali diperlukan
untuk menjelaskan kepada orang tua urutan waktu perkembangan benih gigi
saat di dalam rahim dan selama masa bayi. Misalnya jika didapatkan kelainan
pigmentasi tetrasiklin, deformasi pembentukan email, dan anomali gigi
herediter, dapat dijelaskan jika tahapan perkembangan gigi telah diketahui.
Pengetahuan ini juga dapat menjadi bahan diskusi dan edukasi terkait morfologi
gigi sebelum pasien anak dipertimbangkan untuk prosedur restoratif.(1)
Perkembangan benih gigi dari sel embrio disebut juga dengan Life Cyle of
Teeth. Siklus ini teridiri atas beberapa tahapan yang sangat sensitif terhadap
potensi kelainan pada pembentukan benih gigi. Kelainan ini tentunya sangat
bergantung pada tingkat keparahan dan tahapan gangguan perkembangan
gigi.(2)
Kontrol genetik dari perkembangan gigi merupakan serangkaian peristiwa
kompleks yang mencakup jenis, ukuran, dan posisi organ email dan proses
pembentukan email dan dentin. Tahapan perkembangan dan proses fisiologis
dari odontogenesis ini memberikan pengetahuan pada tahapan dan asal-usul
berbagai jenis anomali.(3)
Perkembangan gigi-geligi melalui proses kompleks yang disebut juga
odontogenesis, dalam mekanisme pembentukan gigi terbagi dalam tahap
morfologi dan tahap fisiologis. Jika pada prosesnya tidak berjalan dengan baik
maka dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan pada gigi baik itu
kelebihan gigi atau kekurangan gigi (supernumerary teeth atau anadontia), dan
abnormalitas lainnya.(4)
1.2.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tahapan
pertumbuhan dan perkembangan gigi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Odontogenesis
Odontogenesis atau pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi merupakan
suatu proses tahapan kompleks yang terkait di dalamnya interaksi epitel dan
mesenkim, morfogenesis, formasi matriks, dan mineralisasi. Semua gigi tidak
berkembang secara bersamaan. Perkembangan benih gigi sulung dimulai antara
sekitar 6 sampai dengan 8 minggu intrauterin.(5)

2.1.1. Epitel dan Mesenkim sebagai dasar pembentukan jaringan dental dan
pertumbuhan embrio gigi
Gigi geligi dan struktur periodontal terbentuk dari pembesaran jaringan epitel
yang membentuk rongga mulut. Mandibula, tulang hidung, dan tulang frontal
dominan dipenuhi oleh sel mesenkim yang merupakan lanjutan dari sistem saraf
kranial. Sel-sel bermigrasi ke tempat yang berbeda ke beberapa bagian dari wilayah
kraniofasial yang sedang berkembang untuk akhirnya membentuk jaringan keras,
mekanoreseptor, dan melanosit, tergantung pada isyarat posisi dari lingkungan
mereka. Oleh karena itu, struktur kompleks gigi dan tulang alveolar berkembang
dalam konteks epitel-mesenkim yang berkelanjutan antara ektoderm oral dan sel
mesenkim yang berasal dari puncak saraf.(6)
Benih gigi mulai terbentuk pada masa prenatal dengan spesifikasi yang
mewakili daerah dari epitel rahang yang memiliki kapasitas untuk menghasilkan
gigi dan mesenkim di bawahnya yang berisi informasi untuk menentukan bentuk
mahkota (tipe gigi).
2.1.2. Penentuan regio odontogenik dan identitas gigi
Morfologi regio odontogenik ditentukan oleh kode homeobox odontogenik,
dimana domain ekspresi gen homeobox ini, dibatasi oleh spasial di mesenkim yang
akan memberikan isyarat posisi pertumbuhan gigi. Epitel memberikan sinyal dalam
bentuk BMP-4 di daerah distal (insisivus) dan FGF-8/9 di daerah proksimal (molar)
yang mengatur ekspresi spasial ini. Tanggapan mesenkim terhadap sinyal-sinyal ini
akan menghasilkan ekspresi gen seperti Msx1 dan Msx2 untuk regio insisivus dan
Barx1, Dlx1, 2, 5, dan 6 pada daerah molar.

Gambar 2.1: Penentuan identitas gigi geligi oleh kode odontogenik homeobox
memperlihatkan molekul yang saling silang. Ekspresi gen Msx-1 dan Msx-2 sebagai
daerah untuk benih gigi insisivus, serta ekspresi gen Barx-1 dan Dix-2 sebagai daerah
untuk pertumbuhan benih gigi molar.

Gen DIx juga berperan dalam menentukan identitas gigi rahang atas atau
rahang bawah. Gen DIx-1 dan DIx-2 berperan dalam ekspresi pembentukan rahang
atas, sedangkan DIx-1, 2, 4 dan 6 dibutuhkan dalam pembentukan rahang bawah.

2.1.3. Penentuan Antero-Posterior


Berdasarkan model kode homeobox, isyarat molekuler utama bertanggung
jawab untuk intra dan inter pola rahang yang diatur oleh ekspresi gen Bmp dan Fgf
di anterior dan posterior jaringan ektodermal. FGF-8 menginduksi ekspresi Lhx-
6/7, Dlx-1/2, dan Barx-1 (penanda mesenkim oral posterior), dan secara bersamaan
menghilangkan ekspresi Gsc (penanda mesenkim aboral). BMP-4 yang ada di
anterior jaringan ektodermal menginduksi ekspresi Msx-1/2, dan secara bersamaan
membatasi ekspresi Barx-1 ke bagian posterior rahang yang berkontribusi dalam
pembentukan molar. Msx-1 kemungkinan besar mempengaruhi pertumbuhan
tulang rahang, sedangkan Msx-2 memiliki efek stimulasi pada pertumbuhan tulang
alveolar.
2.1.4. Dental lamina
Perkembangan gigi dibuktikan dengan terbentuknya epitel yang menebal
dan berbetuk bulat hingga oval pada pita jaringan epitel dan setiap lengkungan
tediri dari cikal bakal 10 benih gigi sulung yang disebut dengan dental lamina.
Dental lamina terbentuk tegak lurus dengan oral ektodermal dan berinteraksi
dengan ektomesenkim yang mendasarinya serta mengelilingi pertumbuhan epitel
untuk membentuk tunas (juga disebut odontogenik atau benih gigi).(5)
Setiap benih gigi permanen berkembang dari perpanjangan lingual dari
dental lamina dan disebut dengan successional lamina. Karena tidak ada pendahulu
untuk gigi molar permanen, benih gigi molar permanen berkembang langsung dari
distal lamina gigi, yang disebut dengan accessional lamina.

Gambar 2.2: Diagram representasi oral ectodermal dan dental lamina. (A) successional
lamina, (B) accessional lamina
2.1.5. Tahapan Usia Perkembangan Gigi
Tabel 2.1. Timeline of tooth development
Usia (Intrauterine) Tahapan Perkembangan
Minggu ke 6-7 Pembentukan dental lamina
Minggu ke 8 Bud stage untuk benih gigi insisivus,
caninus, dan molar sulung
Minggu ke 14 Bell stage untuk benih gigi sulung; bud
stage untuk benih gigi permanen
Minggu ke 18 Pembentukan dentin dan ameloblast
berdiferensiasi untuk gigi sulung
Minggu ke 32 Pembentukan dentin dan ameloblast
berdiferensiasi untuk gigi molar
permanen pertama

2.1.6. Pembentukan dentin (dentinogenesis)


Sel-sel dari epitel email bagian dalam menginduksi sel-sel di pinggiran
papilla gigi untuk membentuk sel kolumnar pembentuk dentin, yaitu odontoblas.
Pada awalnya, odontoblas mengeluarkan matriks dentin yang belum
termineralisasi. Matriks dentin yang terbentuk sebelum inisiasi mineralisasi dikenal
sebagai predentin. Ketika predentin menjadi setebal kurang lebih 5 µm, mineralisasi
dimulai di dalam matriks pada titik-titik acak dalam bentuk zona bulat
hidroksiapatit yang disebut kalsospherit yang terbentuk di dalam matriks dentin dan
pada akhirnya kalsospherit ini menyatu membentuk dentin termineralisasi.(7)
Lapisan dentin pertama yang termineralisasi disebut sebagai dentin mantel,
dan sisanya disebut sebagai dentin sirkumfleksa. Ketika pengendapan berlanjut, sel-
sel odontoblas mundur ke arah papilla gigi, membentuk kurva berbentuk S. Formasi
ini meninggalkan proses memanjang yang dikenal sebagai proses odontoblas, yang
kemudian dikelilingi oleh tubulus dentin.
2.1.7. Pembentukan enamel (amelogenesis)
Pembentukan enamel dimulai segera setelah lapisan pertama dentin
diletakkan oleh odontoblas. Sel-sel dari epitel email bagian dalam berdiferensiasi
menjadi ameloblas. Ini adalah sel kolumnar yang melekat pada stratum
intermedium melalui basis pita. Perpanjangan piramidal muncul di ujung sekretori
ameloblas yang dikenal sebagai tomes yang melaluinya matriks email disekresikan
di persimpangan amelodentinal.
Setelah matriks email diletakkan, dengan segera, proses mineralisasi dimulai
dengan sekresi ion kalsium dan fosfat ke dalam matriks email, membentuk kristal
hidroksiapatit. Semakin banyak matriks yang disekresikan dan termineralisasi, sel-
sel ameloblas bergerak menjauh dari persimpangan amelodentinal membentuk pola
kristalit yang terkandung di dalam prisma email. Prisma ini juga dikenal sebagai
batang email karena mereka berjalan dari sambungan amelodentinal ke permukaan
email. Saat email matang, kristalit di dalam email bertambah besar, dan kandungan
organiknya berkurang. Setelah pembentukan email selesai, sel ameloblas
kehilangan serat tomes, mendatar, dan menjadi epitel email yang berkurang.
Lapisan ini melindungi email selama erupsi dan akhirnya menjadi epitel junctional.
2.1.8. Pembentukan akar
Setelah pembentukan mahkota selesai, pembentukan akar dimulai.
Selubung akar Hertwig yang dibentuk oleh pertumbuhan ke bawah dari epitel email
bagian dalam dan luar tumbuh ke arah apikal, membungkus papilla gigi, dan
menguraikan bentuk akar. Folikel gigi yang membentuk ligamen periodontal dan
sementum terletak di luar selubung ini.
2.1.9. Pembentukan sementum (sementogenesis)
Setelah akar selesai terbentuk, fragmentasi selubung akar Hertwig terjadi.
Proses ini memungkinkan sel-sel dari folikel gigi yang berdekatan untuk
bersentuhan dengan dentin akar. Sel-sel ini selanjutnya berdiferensiasi untuk
membentuk sel-sel pembentuk sementum yang disebut sebagai sementoblas. Sel-
sel ini merupakan sel berbentuk kubus berlapis tunggal pada permukaan dentin
akar. Matriks sementum disekresikan oleh sel-sel ini, dan kemudian, proses
mineralisasi dimulai dengan pengendapan kristal hidroksiapatit. Lapisan tipis
sementum yang tidak termineralisasi yang berada di permukaan disebut sebagai
sementoid.
2.1.10. Pembentukan ligamen periodontal
Sel-sel folikel gigi selain sementoblas berdiferensiasi menjadi fibroblas
yang mengeluarkan kolagen. Ketika pembentukan sementum dimulai, serat kolagen
yang disekresikan oleh fibroblas di dalam folikel gigi mengorientasikan diri mereka
sendiri ke dalam ikatan yang tegak lurus dengan permukaan akar dan membentuk
serat utama ligamen periodontal. Salah satu ujung dari serat-serat ini tertanam
dalam sementum yang sedang berkembang, dan ujung lainnya di tulang alveolar
dan ini dikenal sebagai serat Sharpey.

2.2 Life Cycle of the Tooth


2.2.1 Dental Lamina (8)

Pita epitel primer memunculkan lamina gigi di bagian dalam lengkung gigi. Lalu,
lamina vestibular di bagian luar lengkung gigi, keduanya tumbuh menjadi
ektomesenkim.[6] Lamina gigi dalam beberapa bagian tampak sebagai struktur
seperti benang vertikal. Lamina gigi sebenarnya adalah lembaran vertikal sepanjang
lengkung alveolar. Baik pita epitel primer maupun lamina gigi berfungsi sebagai
fondasi untuk perkembangan beberapa benih gigi selanjutnya.

Lamina dideskripsikan lembaran epitel berbentuk tapal kuda yang muncul dari pita
epitel, yang tumbuh ke bawah di dalam tulang rahang akan membentuk 10 titik
yang berbeda di setiap lengkung untuk gigi sulung erupsi, sel-sel epitel basal lamina
gigi berproliferasi lebih banyak, dan berinklusi ke dalam mesenkim yang mendasari
tulang rahang yang sedang berkembang. Ujung bebas bawah dari perpanjangan
vertikal lembaran lamina gigi menunjukkan serangkaian pertumbuhan sel epitel
bulat karena proliferasi sel ke dalam ektomesenkim.

Setiap pertumbuhan ke bawah dari lamina gigi ini merupakan awal dari
pertumbuhan gigi sulung. Perpanjangan sekunder atau cabang dari lamina gigi
memicu benih gigi permanen. Dari titik ini, perkembangan gigi berlangsung dalam
tiga tahap: bud stage, cap stage, bell stage.

Gambar 1: (a) Lengkung alveolar atas dan bawah. (b) Mengembangkan lamina gigi
di sepanjang puncak punggungan

Gambar 2: (a) Permukaan bagian dalam mukosa mulut yang cekung. (b) Benih gigi
yang timbul dari lamina gigi

2.2.2 Inisiasi (Bud) Stage (8)

pembesaran inisial globular yang bebas dari lamina dura disebut sebagai tahap
inisiasi (Bud Stage) yang dikelilingi oleh sel-sel kolumnar dan pusat poligonal sel.
Tahap inisiasi muncul pertama kali pada anterior daerah mandibular.

tahap ini dideskripsikan menyerupai kuncup bunga berbonggol kemudian


membesar seperti kenop di ujung bawah, dan batang vertikal menyambung. batang
tersebut Pada dasarnya merupakan bagian vertikal dari sisi lamina gigi dan kenop
berproses menjadi benih gigi. Batang vertikal yang berjalan sepanjang lengkungan
alveolar melekat pada permukaan mukosa mulut melalui band epitel lalu Kenop
dikelilingi oleh kondensasi ectomesenchymal.
Gambar 3: (a) Tahap kuncup awal yang muncul dari permukaan bagian dalam
mukosa. (b) Tahap kuncup akhir dalam dimensi ketiga yang menunjukkan tahap
kuncup globular yang secara internal diisi dengan sel. Sel-sel kantung gigi terlihat
di pinggiran organ email yang sedang berkembang.

2.2.3 Proliferation (Cap) Stage (8)

Saat tahap tunas berkembang lebih jauh, bentuknya menyerupai topi. Tunas gigi
pada lamina gigi tidak tumbuh menjadi bola besar. Sebaliknya, terdapat
pertumbuhan yang tidak merata di berbagai bagian tunas gigi, yang menyebabkan
terbentuknya bentuk topi, yang melekat pada lamina gigi di atasnya.

Aspek dimensi ketiga tahap topi Komponen epitel benih gigi menyerupai topi yang
berada di atas agregasi ektomesenkim berbentuk bola. Ini menunjukkan invaginasi
yang terlihat seperti depresi secara eksternal, di permukaan bawah. Hal ini terlihat
sebagai lipatan ringan yang dimulai dari dasar benih gigi dan semakin dalam di
dalam benih gigi. Depresi ini merupakan lokasi masa depan berkembangnya tepi
insisal dan titik puncak gigi yang sedang berkembang. Gigi geraham depan dan
geraham akan mengalami banyak depresi seperti itu. Seluruh benih gigi terus
tenggelam lebih dalam ke dalam ektomesenkim di bawahnya. (papila gigi dan
kantung gigi) [Gambar 4]. Bibit gigi mengandung sel retikulum bintang di bagian
dalam dan sel kolumnar di bagian lingkarnya.
Gambar 4: Menunjukkan bagian dari cap stage yang terisi secara internal dengan
stellate reticulum dan dikelilingi oleh kantung gigi dalam tiga dimensi

2.2.4 Histodifferentiation and Morphodifferentiation (Bell) Stage (8)

Pada tahap ini, hubungan antara lamina gigi dan membran mukosa mulut
mengalami degenerasi dan pembentuk struktur email terus tumbuh di dalam rahang
secara independen sampai menjadi mahkota gigi kemudian akar gigi mulai
terbentuk. Pada tahap lonceng, permukaan dasar benih gigi semakin berinvaginasi,
yaitu sel epitel email dalam (inner email epithelium) menunjukkan lipatan ke dalam
dan masuk ke dalam organ email dan semakin dalam. Invaginasi/cekungan ini
mengandung papila gigi. Bagian dasar epitel enamel luar, sepanjang lingkar
lengkung benih gigi bermigrasi ke sel epitel email dalam. Sepanjang Titik transisi
ini di keliling oleh lingkaran serviks yang tampak seperti cincin dalam animasi
video tiga dimensi (3D) dan lingkaran lapisan ganda dalam animasi video tiga
dimensi (2D). Pada tahap lonceng, proses pembentukan akar dimulai, erupsi terjadi
secara bersamaan sehingga dengan setiap peningkatan pembentukan akar, gigi
bergerak ke luar rahang untuk menciptakan ruang lebih lanjut bagi sisa
pembentukan akar. Selama pembentukan akar, invaginasi pada tepi bawah benih
gigi awalnya tampak seperti cakram dalam 3D, dimana sel epitel email luar
berlanjut ke dalam sebagai epitel email dalam. Invaginasi ini terjadi di sepanjang
lingkar persimpangan sementoenamel di masa depan dan berbentuk cincin terlipat.
Lipatan atau lingkaran serviks di tepi organ email berbentuk lonceng yang
membesar ini merupakan tempat aktivitas mitosis. Zona invaginasi marginal
melingkar di bagian bawah meluas lebih ke bawah dan menjadi struktur berbentuk
barel berlapis ganda, diisi dengan papila gigi di tengah, dan dikelilingi oleh jaringan
kantung gigi di perifer. Selubung jaringan lunak silindris berlapis ganda ini disebut
sebagai hertwig’s epithelial rooth sheath (HERS) [Gambar 6]. Dentin terbentuk
secara melingkar, sepanjang panjangnya, pada permukaan bagian dalam dinding
silinder selubung. Setelah pembentukan dentin silinder, suplai nutrisi terputus dari
papila gigi dan HERS mulai mengalami degenerasi di banyak tempat dan menjadi
berlubang. Sel kantung gigi kemudian bersentuhan dengan dinding dentin yang
baru terbentuk, melalui perforasi ini dan mulai berdiferensiasi menjadi sementoblas
dan mengendapkan jaringan sementum. Seiring dengan degenerasi HERS, akar
ditutupi oleh dentin berbentuk silinder di bagian dalam dan sementum di bagian
luar. Setiap peningkatan pembentukan panjang akar mendorong gigi keluar dari
soketnya dan mengakibatkan erupsi.

Gambar 5: Tahap lonceng dengan setiap lapisan yang diiris dalam dimensi ketiga.
(a) Utuh (b) kantung gigi terbuka. (c) Epitel enamel luar terbuka (d) Epitel enamel
dalam terbuka
Gambar 6: Menunjukkan bagian pembentukan akar. (a) Diafragma epitel di dasar
akar yang sedang berkembang. (b) TS dari pembentukan 2 akar. (c) TS dari
pembentukan 3 akar. (d) L.S. akar yang menunjukkan lingkaran serviks dan
diafragma epitel. (e) L.S. akar yang menunjukkan pembentukan jaringan keras

2.2.5 Apposition and Calcification (9)

Tahap aposisi merupakan tahap akhir histodiferensiasi dan morfodiferensiasi. Akan


terjadi pembentukan matriks keras gigi yang berasal dari ameloblas dan odontoblas
yaitu berupa matriks email dan matriks dentin.

Ameloblas dan odontoblas akan mengendapkan matriks email dan matriks dentin
menurut pola dan kecepatan tertentu dan sel ini akan memulai aktivitasnya pada
tempat khusus yang disebut growth centre atau pusat pertumbuhan, sesaat setelah
dentinoenamel junction selesai terbentuk. kelainan pada tahap ini dapat
mengakibatkan dentinogenesis Imperfecta dan enamel hypoplasia.

Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-garam


kalsium. kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah
mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya
dengan penambahan lapis demi lapis.

tahap ini tidak sama pada setiap individu, dipengaruhi oleh faktor keturunan. faktor
genetik mempengaruhi pola kalsifikasi, bentuk mahkota dan komposis mineralisasi.
kalsifikasi gigi tetap mulai sejak lahir, yaitu saat molar pertama tetap mulai
terkalsifikasi. gangguan pada tahap ini dapat menyebakan kelainan pada kekerasan
gigi seperti hipokalsifikasi.

BAB III
KESIMPULAN

Perkembangan benih gigi sulung dimulai antara sekitar 6 sampai dengan 8 minggu
intrauterin. Benih gigi mulai terbentuk pada masa prenatal dengan spesifikasi yang
mewakili daerah dari epitel rahang yang memiliki kapasitas untuk menghasilkan
gigi dan mesenkim di bawahnya yang berisi informasi untuk menentukan bentuk
mahkota (tipe gigi). Morfologi regio odontogenik ditentukan oleh kode homeobox
odontogenik, dimana domain ekspresi gen homeobox ini, dibatasi oleh spasial di
mesenkim yang akan memberikan isyarat posisi pertumbuhan gigi. Setiap benih
gigi permanen berkembang dari perpanjangan lingual dari dental lamina dan
disebut dengan successional lamina. Karena tidak ada pendahulu untuk gigi molar
permanen, benih gigi molar permanen berkembang langsung dari distal lamina gigi,
yang disebut dengan accessional lamina. Pada Minggu ke-8 Bud stage untuk benih
gigi insisivus, caninus, dan molar sulung. Kemudian, Minggu ke-14 Bell stage
untuk benih gigi sulung; bud stage untuk benih gigi permanen. Minggu ke-18
Pembentukan dentin dan ameloblast berdiferensiasi untuk gigi sulung. Minggu ke-
32 Pembentukan dentin dan ameloblast berdiferensiasi untuk gigi molar permanen
pertama.
DAFTAR PUSTAKA

1. Turner E, Dean J. Development and Morphology of the Primary Teeth. In:


McDonald and Avery’s Dentistry for the Child and Adolescent. 11th ed.
Elsevier; 2022. p. 101.

2. Ansari G, Golpayegani M, Welbury R. Histology and Embryology of the


Teeth and Periodontium. In: Atlas of Pediatric Oral and Dental
Developmental Anomalies. 1st ed. John Wiley & Sons Ltd All; 2019. p. 13–
6.

3. Soxman J, Wunsch P, Haberland C. Anomalies of the Developing Dentition.


Switzerland: Springer; 2019. 1–6 p.

4. Yunus B, Iman KI. Prevalensi anomali jumlah gigi ditinjau dari radiografi
panoramik di RSGM UNHAS Makassar. J Radiol Dentomaksilofasial
Indones. 2020;4(1):17.

5. Sivapathasundharam B. Textbook of Oral Embryology & Histology. Jaypee


Brothers Medical Publishers Pvt. Limited; 2019. 22 p.

6. Matalová E, Lungová V, Sharpe P. Development of Tooth and Associated


Structures. In: Stem Cell Biology and Tissue Engineering in Dental Sciences.
2015. p. 335–46.

7. Rathee M, Jain P. Embryology, Teeth. StatPearls Publishing LLC. 2023.

8. Tamgadge S, Tamgadge A. Histology of tooth development in 3d animation


video and images - A preliminary report. J Microsc Ultrastruct. 2021 Jul
1;9(3):141–4.

9. DR.drg. Muh.Harun Achmad, M.Kes. SK, Prof. drg. Mansur Natsir P., Prof.
Dr.drg. Rasmidar Samad M. maloklusi pada anak dan penanganannya.
pertama. Dharmawan S, editor. jakarta: sagung seto; 2016. 44–45 p.

Anda mungkin juga menyukai