Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini tidak

terjadi bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm, yaitu

lapisan dari jaringan ektomesenkim.Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest

cells. Sel ini terdapat disepanjang sisi lateral dari neural plate.

Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary dental lamina”

yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan menjadi tepi oklusal dari

mandibula dan maksila dimana gigi akanerupsi. Dental lamina ini tumbuh dari

permukaan ke mesenchyme di bawahnya. Bersamaan dengan perkembangan dari

primary dentallamina, pada 10 tempat di dalam maxillary arch dan mandibular

arch, beberapa sel dari dental lamina memperbanyak diri pada laju yanglebih

cepat daripada yang lain, sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecildari sel-sel

epithel terbentuk pada dental lamina dalam setiap rahang,yang merupakan calon

benih gigi susu.

Apabila terjadi beberapa gangguan pada proses pertumbuhan dan

perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi, akanmengalami

sejumlah kelainan yang akan mengakibatkan proses pertumbuhan dan

perkembangan gigi dan jaringan rongga mulut pendukung gigi terganggu.

1.2 Rumusan Masalah

a. Tumbuh kembang gigi sulung

b. Tumbuh kembang gigi permanen

1
c. Tumbuh kembang gigi periode mixed dentition

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Parasitologi.

1.4 Metode Penulisan

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menggunakan metode literatur

dan studi pustaka. Metode ini dilakukan dengan cara mencari materi ataupun

artikel yang menunjang, baik melalui internet maupun buku-buku yang berkaitan

dengan topik yang dibahas.

2
BAB II
KASUS : PASKALIS TEETH

During your circle in the integration clinic of RSGM, there was a patient,

Paskalis, 11 years old. She came with her mother who was very concerned about

her daughter’s teeth. She mentioned that most of her daughter’s friend at school

were having appointment with their dentist to have their teeth removed and they

had nice ad white new teeth coming alongway. Paskalis mother recalled the last

time she saw a dentist for Paskalins teeth was when she was about 8-8.5 years old.

Dental history : her first baby teeth erupted when she was around 9 months

old. Lower four anterior teeth were seen first, followed by upper anterior teeth.

Next teeth in the row were lower back teeth. The mother could not remember at

what age Paskalis had all her baby teeth present in her mouth. Her permanent

teeth started to erupt when she was around 7 years old. Some of her baby teeth

came out by themselves , only a few needed a dentist’s help to have them taken

out. Paskalis did not consume sweets or chocolates very often and she loved

brushing her teeth.

Extra oral exam : summetrycal, oval face, no abnormalities can be observed

Intra oral exam :

Permanent teeth present 16,12,11,21,22,26,36,32,31,41,42,46

Deciduous teeth present 55,54,53,63,64,65,75,74,73,83,84,85

16-46 and 26-36 have class I molar relationship; crossbite in 11 and 41;

overbite 25%; overjet 1 mm in 21-41;caries in 65; calculus in 26

3
2.1 Identitas Pasien

Nama : Paskalis

Jenis kelamin : Perempuan

2.2 Problem Identification

 Gigi sulung terlambat tanggal

 Gigi sulung terlambat erupsi

 Gigi permanen terlambat erupsi

 Susunan gigi tidak rapi

2.3 Hipotesis

Gigi sulung terlambat erupsi

2.4 Mekanisme

Gigi sulung terlambat erupsi dan terlambat tanggal;gigi permanen terlambat

erupsi → Gangguan tumbuh kembang gigi → maloklusi kelas I tipe 3

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tumbuh Kembang Gigi Prenatal

Gigi manusia berasal dari dua lapisan benih primer, ektodermal dan

mesodermal, yang juga tumbuh kembang gigi dipengaruhi oleh neural crest

seperti dentin, sementum, pulpa.

3.1.1 Inisiasi

Setelah terbentuk lamina dentalis maka di beberapa tempat sebelah labial

dan buccal secara berderet-deret terbentuk bangunan sebagai putik. Bangunan

sebagai putik tersebut disebut organ email / enamel organ

Pada embrio berumur 2 ½ bulan telah terbentuk organ email sebanyak 10

buah untuk tiap rahang yang nantinya akan menjadi dens deciduas. Organ email

ini tidak saja membentuk email gigi tetapi meluas ke daerah akar gigi sebagai

lapisan epitel yang disebut sebagai lamina epithelialis Hertwig.

3.1.2 Dental Lamina Stage

Minggu ke 6 intra uterin rongga mulut ditutupi ektoderm, penebalanya ini

terdiri dari 2-3 lapis epitel. Mula-mula tampak sebagai penebalan epitel mulut

pada waktu embrio berumur 7-8 minggu. Pada waktu itu lidah telah terbentuk

dengan baik, namun bibir atas dan bawah masih belum terpisah. Penebalan tadi

terjadi pada epitil ectoderm. Penebalan tadi kemudian masuk ke dalam jaringan

5
mesenkim di bawahnya sepanjang rahang atas dan bawah. Penebalan ini disebut

sebagai lamina dentalis.

Di sebelah labial dan buccal dari penebalan tadi terjadi pula penebalan

yang masuk ke dalam jaringan mesenkim di bawahnya di sebut sebagai lamina

festibularis yang nantinya akan menjadi vestibulum oris.

3.1.3 Stadium Putik ( Bud Stage )

Setelah terbentuknya lamina dentalis pada tiap rahang, muncullah pada

tiap rahang 10 buah bangunan bulatpada tempat-tempat yang terpisah sesuai

dengan tempat dens desidua yang akan datang. Bangunan bulat tersebut adalah

primordium gigi sebagai putik gigi. Pada sekitar minggu ke-7 terbentuk kuncup

pertama gigi anterior RB. Pada minggu ke-8 semua kuncup gigi sulung terbentuk.

6
3.1.4 Dentinogenesis

Pada papila dentis terdapat banyak pembuluh darah dan fibril retikuler

diantara sel-selnya. Sel-sel diperifer dekat lapisan ameloblast akan berubah yang

disebut odontoblast. Pembentukan dentin sebenarnya mendahului pembentukan

email, tetapi terjadinya odontoblast ini dipengaruhi adanya ameloblast didekatnya.

Dentinogenesis terjadi dalam 2 tahap :

1. Tahap pembentukan matriks organik oleh odontoblast yang disebut

predentia

2. Mineralisasi matriks

Predetin yang merupakan subtansi linak mengandung fibril-fibril halus

yang berasal dari fibril yang berbeda di jaringan pengikat papila dentis. Fibril-

fibril in merupakan serat kolagen yang disebut serat dari korff.

Mineralisasi terjadi setelah terbentuk predentin setebal beberapa mikron.

Biasanya mineralisasi berjalan secara linear, tetapi kadang kadang dapat pula

brjalan secara globuler yang nantinya akan bersatu pula.

3.1.5 Cap Stage

Tahap ini menandai awal proses histodiferensiasi (diferensiasi jaringan).

Tooth bud juga mulai terbentuk dengan jelas yang menandakan awal

morfodiferensiasi. Karena kecepatan pertumbuhan putik tidak sama rata, maka

putik tidak bertumbuh menjadi bangunan seperti bola tetapi menjadi seperti

bentuk tudung yang ditandai dengan sedikit invaginasi pada ujung putik.

7
Terbentuk suatu depresi di bagian terdalam dari setiap tooth bud dan

membentuk enamel organ, atau disebut juga dental organ. Enamel organ inilah

yang akan menghasilkan enamel. Kemudian di bawah enamel organ ini terdapat

massa dari kondensasi mesenkim. Massa ini disebut sebagai dental papilla, yang

akan menghasilkan dentin dan jaringan pulpa. Membran basal yang memisahkan

enamel organ dan dental papilla menjadi tempat terbentuknya persimpangan

dentino enamel (DEJ). Sisa – sisa mesenkim mengelilingi enamel organ

berkondensasi untuk membentuk dental sac atau dental follicle.

Enamel organ bersama dental follicle dan dental papilla merupakan

primordium gigi yang merupakan jaringan pembentuk gigi beserta ligament

periodontal.

3.1.6 Bell Stage

Tahap ini merupakan kelanjutan dari histo diferensiasi dan

morfodiferensiasi dari bentuk tudung (cap) kemudian menjadi bentuk yang lebih

seperti lonceng.

8
Sel di pusat mengeluarkan sebuah asam mukopolisakarida ke dalam ruang

ekstraseluler antara sel-sel epitel yang meliputi tooth bud, yang menarik air dan

terjadi pembesaran tooth bud.

Diferensiasidari enamel organ memproduksi empat jenis sel :

1. Inner enamel epithelium: berbentuk silindris dan tersusun pada bagian

konkaf. Terdiri atas sel – sel silindris yang akan berdiferensiasi

membentuk ameloblast

2. Outer enamel epithelium: berbentuk kuboid dan tersusun pada permukaan

konvex

3. Stellate reticulum: sebuah zona yang saling berhubungan yang diproduksi

di tengah bud

4. Stratum intermedium: lapisan sel di antara inner enamel epithelium dan

stellate reticulum, berperan penting dalam pembentukan enamel

Dental lamina mulai memecah dan memisahkan epitel oral dari tooth bud.

9
Inner enamel epithelium mulai melipat sehingga memungkinkan untuk

mengenali bentuk mahkota kelas morfologi spesifik gigi. Inner dan outer enamel

ephitelium terus tumbuh kebawah dan membentuk selubung akar epithelial

(Hertwig), yang akan membentuk akar gigi. Di daerah ini, inner dan outer enamel

epithelium akan semakin menyempit hingga tersisa lubang kecil yang akan

menjadi foramen apical.

3.1.7 Amelogenesis

Inner enamel epithelium memanjang dan berbentuk lebih panjang,

kemudian berdiferensiasi menjadi pre-ameloblast. Pre-ameloblast menginduksi sel

– sel mesenkim dental papilla untuk berdiferensiasi menjadi odontoblast. Pre-

10
ameloblast kemudian berdiferensiasi dan mengalami maturasi dan membentuk

ameloblast.

Proses amelogenesis terdiri dari 2 proses, yaitu proses pembentukan

matriks organic dan mineralisasi.

a. Pembentukan matriks organic

Setelah dentin terbentuk, kegiatan sekresi matriks oleh ameloblast dimulai.

Proses pembentukan dan sekresi matriks oleh ameloblast tidak berbeda

dengan proses yang terdapat pada sel yang menghasilkan sekrit lainnya.

Matriks pertama diletakkan ekstraseluler pada permukaan dentin, dan disebut

membrane dentoemail. Pada ujung ameloblast terdapat microvilli, yang

mengabsorbsi zat organic dan air.

b. Mineralisasi

Mineralisasi matriks email dilaksanakan dalam 2 tahap. Pada tahap pertama,

terjadi mineralisasi garam kalsium dalam segmen matriks segera setelah

terbentuk. Pada tahap ini, hanya 25 – 30 % dari kadar mineral yang terdapat

pada email sempurna. Pada tahap kedua, terjadi penebalan Kristal garam yang

telah ada serta pengurangan bahan – bahan organic. Tahap ini terjadi bertahap

dari puncak gigi ke arah leher gigi.

11
3.1.8 Kalsifikasi

Kalsifikasi merupakan proses terdepositkannya garam-garam mineral ke

dalam jaringan tertentu, proses maturasi email dimulai dengan pengendapan

kristal. Urutan pertama kalsifikasi gigi susu adalah incisivus pertama(minggu ke

14), molar pertama (minggu ke 15 ½), incisivus kedua (minggu ke 16), dan molar

kedua (minggu ke 18).

Mahkota gigi terus tumbuh dengan lebar sehingga terjadi kalsifikasi cusp,

saat sebagian besar diameter mahkota gigi telah muncul. Ada sedikit kontrol

genetik yang akan mempengaruhi morfologi mahkota, urutan pertumbuhan, pola

kalsifikasi, kandungan mineral.

3.2 Perkembangan Erupsi Gigi

Erupsi adalah pergerakan gigi dari dalam tulang rahang ke arah oklusal

sampai muncul di rongga mulut pada posisi fungsionalnya. Pergerakan gigi

dimulai dengan sumber akar, kemudian dilanjutkan dengan terlihatnya gigi dalam

rongga mulut. Tingkat maksimum erupsi gigi adalah ketika gigi sampai pada

bidang oklusalnya.

Ada 3 Fase yang mendorong erupsi gigi :

12
a. Pre-erupsi

Merupakan persiapan menuju fase erupsi.Terdiri dari pergerakan untuk

perkembangan dan pertumbuhan benih gigi di dalam procesus alveolaris

sebelum pembentukan akar.

Selama fase ini, gigi yang sedang tumbuh bergerak ke segala arah untuk

memelihara posisi dalam perkembangan rahang.

Bodily movement terjadi yaitu pergeseran seluruh benih gigi yang

menyebabkan resorpsi tulang pada arah pergerakan gigi dan aposisi tulang

dari belakangnya. (terjadi secara terus-menerus sebagai pertumbuhan rahang).

a. Prefungsional erupsi

Dimulai dengan pembentukan akar dan di akhiri dengan pertemuan aspek

oklusal. Lima peristiwa utama berlangsung pada fase ini.

 Fase pengeluaran amelogenesis selesai tepat sebelum pembentukan akar

dan erupsi prefungsional

13
 Tahap intraosseous terjadi ketika pembentukan akar dimulai sebagai hasil

proliferasi dari kedua epitel pelindung akar dan jaringan mesenkim dari

dental papilla dan dental follicle.

 Tahap supraosseous dimulai ketika erupsi gigi bergerak ke arah oklusal

dan melewati tulang dan jaringan penghubung dari mucosa mulut ->

reduced enamel epithelial yang membungkus mahkota berkontak dengan

oral epithalial Ketika hal ini terjadi, reduced enamel epithelial dari

mahkota berproliferasi dan -> ikatan yang kuat dengan oral epithelial.

 Ujung mahkota memasuki rongga mulut dengan menembus pusat sel epitel

berlapis. Tersempurnakan oleh ujung cusp(degenerasi membrane).Proses

ini merupakan tahap awal dari erupsi klinik. Mahkota erupsi kemudian,

dan garis lateral dari mukosa mulut -> dentogingival junction. Ketika

ujung mahkota muncul di rongga mulut, sekitar ½ sampai 2/3 akar

terbentuk.

 Erupsi gigi berlanjut untuk pergerakan ke arah oklusi pada rata-rata

maksimum dan disana terdapat kemunculan bertahap dari banyak mahkota

klinis. Pergerakan oklusal merupakan hasil erupsi aktif. Ketika gigi

bergerak ke arah oklusal, kemunculan bertahap dari mahkota klinis selesai

melewati pemisah dari ikatan epitel mahkota dan hasil pergeseran apical

gusi.

b. Fungsional post eruption

Dimulai ketika gigi oklusi, procesus alveolaris meninggi dan akar melajutkan

pertumbuhannya. Selanjutnya, gigi bergerak secara oklusal yang

14
mengakomodasi pertumbuhan rahang dan memenuhi perpanjangan akar.

Perubahan ditandai terjadinya oklusi. Pemadatan tulang alveolar meningkat

dan serabut utama/principal fibers dari ligament periodontal menyusun

dirinya ke dalam pemisahan orientasi kelompok gusi, alveolar crest, dan

permukaan alveolar sekitar akar.

Arteri berada pada circumferential dan longitudinal, dalam hubungannya

dengan gigi, pada zona pusat ligamen periodontal. Pembuluh darah mulai

memasuki ligamen dari tulang alveolar. Syaraf-syaraf tersusun pada membran

periodontal dan berdampingan dengan pembuluh darah tersebut. Ketika

saluran akar menyempit, sebagai hasil dari pematangan akar, apikal fibers

berkembang menjadi bantalan untuk menahan gaya akibat oklusi.

15
3.2.1 Perubahan Jaringan yang Ada di Sekitar Gigi

Perubahan Jaringan Luar Gigi

Awal : perubahan jaringan ikat dari dental follicle yang membentuk suatu

rongga kecil untuk erupsi gigi.

Dari aspek histologi, bagian coronal dari dental follicle dipadati oleh

banyak monosit dengan osteoklas yang berperan dalam resopsi tulang dan

pembentukan jalan erupsi.

Jalur erupsi tampak sebagai zona dimana jaringan ikat tak terlihat, sel

mengalami degenerasi dan penurunan jumlah, pembuluh darah menjadi lebih

sedikit dan terminal nerves putus dan berdegenerasi. Untuk keberhasilan erupsi

gigi, harus terjadi banyak resopsi pada overlying bony crypt yang dalam keadaan

remodeling konstan sebagai perbesaran benih gigi dan pertumbuhan wajah ke arah

depan dan ke arah samping. Osteoklast berdiferensiasi dan meresorpsi bagian

bony crypt di luar gigi yang erupsi -> peningkatan dimensi jalur erupsi,dan

membiarkan pergerakan gigi ke mukosa mulut. Adanya pelebaran untuk

mengakomodasi pertumbuhan mahkota.

Perubahan Jaringan Sekitar Gigi

Dental follicle membentuk jaringan ikat yang baik. Secara bertahap mulai

pergerakan erupsi, serabut kolagen menjadi berkembang diantara akar dan

permukaan tulang alveolaris. Pada periodontal serabut tampak nyata di area

cervical akar dan meluas pada suatu sudut coronal untuk proses alveolar.

16
Tulang alveolar mengalami remodeling untuk akomodasi pembentukan

akar. ketika mahkota yang besar bergerak oklusal, tulang mengisi untuk

dicocokan dengan diameter akar yang lebih kecil. Ketika proses erupsi, serabut

kolagen lain terlihat sepanjang pembentukan akar. Area ini menjadi dipenuhi

oleh fibroblast tipe myofibroblast (mempunyai kemampuan kontraktil untuk

ikatan sendi periodontal).

Pada awal proses erupsi, lubang-lubang serat mengikat sementum pada

permukaan akar dan tulang alveolar. Beberapa serat keluar saat pergerakan erupsi

gigi, lalu masuk dan mengikat kembali untuk menstabilkan gigi. Remodeling

tulang alveolar berlanjut selama erupsi ketika gigi bergerak ke arah oklusal.

Alveolar mengalami peningkatan tinggi dan merubah bentuknya untuk

mengakomodasi bagian mahkota. Mahkota gigi begerak ke arah oklusal dan

menghasilkan penyimpanan tulang baru di sekitar akar untuk mengurangi ukuran

crypt. Pada bagian atas dan sekitar mahkota, terjadi aksi osteoblas dan osteoklas.

Aksi ini terkoordinasi selama keseluruhan proses erupsi, sepanjang hidup.

Perubahan Jaringan di Bawah Gigi

Perubahan juga terjadi di jaringan folikular dibawah perkembangan gigi.

Perubahan ini berlangsung pada jaringan lunak dan fundic (tulang yang

melingkupi ujung akar). Ketika gigi erupsi, ruang yang disediakan untuk

memperpanjang akar, karena mahkota bergerak oklusal dan meninggi pada tulang

alveolar. Selama pre-erupsi dan fase awal erupsi, folikular fibroblast dan serat

17
ditempatkan pada bidang yang paralel dengan dasar/basis akar . Akar bergerak

sangat cepat selama prefungsional erupsi daripada fase lain.

Tulang trabecula muncul di fundic area, mengkompensasi erupsi gigi dan

menyediakan dukungan ke jaringan apikal. Beberapa penulis mendeskripsikan ini

sebagai bony ladder. Ladder memadat sebagai lapisan alternatif dari lempeng

tulang dan jeringan ikat diletakkan. Pada akhir fase erupsi prefunctional, ketika

gigi menuju oklusinya, sekitar 1/3 enamel tertutup oleh gusi dan akar tidak

sempurna.

Bony ladder diresorbsi secara bertahap, satu lapis pada setiap waktu, untuk

membuat ruang bagi perkembangan ujung akar. Penyempurnaan akar berlanjut

dalam waktu yang lama setelah gigi tersebut bekerja sesuai fungsinya. Proses ini

terjadi selama 1-1,5 tahun pada gigi sulung, dan 2-3 tahun pada gigi permanen.

3.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Erupsi Gigi

Erupsigigiadalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini

masih dianggap sebagai suatu keadaan yang normal jika lamanya perbedaan

waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun. Variasi dalam erupsi gigi dapat

disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Stewart, dkk. faktor-faktor tersebut ialah

sebagai berikut :

a. FaktorKeturunan (Genetik)

Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi. Faktor

genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan

18
erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi. Pengaruh faktor genetic terhadap

erupsi gigi adalah sekitar 78%.

b. FaktorRas

Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi

permanen. Sebagai contoh waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran

Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika

berkulit hitam dan Amerika Indian.

c. JenisKelamin

Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada

setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat

dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini berkisar sampai 5 bulan.

d. FaktorLingkungan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan

tetapi tidak terlalu besar. Pengaruh faktor lingkungan terhadap erupsi gigi

adalah sekitar 20%. Yang termasuk ke dalam faktor lingkungan adalah :

 Sosialekonomi

Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan

seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan. Anak dengan tingkat

ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih

lambat dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah.

 Nutrisi

Nutrisi sebagai factor pertumbuhan dapat memperngaruhi proses erupsi

dan kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh

19
faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar

endokrin. Pengaruh faktor nutrisi terhadap perkembangan gigi hanya

sekitar 1%.

e. FaktorPenyakit

Adanya penyakit, trauma atau injury dapat memperngaruhi erupsi gigi

permanen.

 Faktor lokal

 Kehilangan ruangan akibat tanggal dini gigi susu

 Posisi abnormal

 Gigi berjejal, ruang tidak cukup membuate rupsi menjadi lebih lambat

 Kista dentigerus yang menghalangi gigi untuk erupsi

 Retensi gigi susu

 Resorpsi akar gigi susu yang lambat akibat infeksi periapikal

menyebabkan gigi permanen terlambat erupsi.

3.2.3 Faktor-Faktor Yang Menentukan Posisi Gigi SelamaErupsi

Selama erupsi, gigi melewati empat tahap perkembangan (fig 6-21).

Faktor yang mempengaruhi posisi gigi bervariasi dengan tahapnya.

20
a. Pada permulaan, yakni pada fase pre-erupsi posisi dari germ tooth atau benih

gigi bergantung pada sifat yang diturunkan atau bergantung pada sifat

genetik.

b. Selama erupsi intra-alveolar, posisi gigi juga tergantung dari ada atau

tidaknya gigi yang diganti; kecepatan resorpsi dari gigisulung; premature loss

dari gigi sulung; kondisi patologis lokal dan faktor-faktor lain yang

mengubah pertumbuhan atau konformasi dari prosessus alveolaris. Ada

kecenderungan yang kuat pada gigi untuk bergeser ke arah mesial sebelum

muncul dalam cavitas oral. Phenomena ini disebut sebagai mesial drifting

tendency.

c. Tahap intra-oral (stage preoklusi dari erupsi), pergerakan gigi dipengaruhi

oleh bibir, pipi dan otot lidah; objek benda asing lainnya yang dimasukkan ke

mulut (contoh: jempol, jari tangan, pensil) dan penyimpangan space atau

celah yang disebabkan oleh karies ataupun ekstraksi gigi.

d. Tahap oklusal, ketika gigi beroklusi dengan lengkung gigi (dental arch) yang

berlawanan (stage oklusal pada erupsi), posisi gigi ditentukan oleh sistem

gaya / dorongan (force) yang rumit. Daya erupsi ke-atas dan pertumbuhan

tulang alveolar ditahan oleh daya oklusi yang mengarah ke apeks.

21
Inklinasi axial dari gigi permanen ditentukan oleh gaya kunyah, yang

disalurkan melalu titik kontinyu gigi ke arah anterior, memproduksi resultan

mesial melalui poin kontak dari gigi, yakni “anterior component of force”.

Kecenderungan gigi untuk bergeser ke depan sebagai hasil dari mastikasi dan

penelalan sangat bervariasi tergantung pada angulasi gigi dengan gigi lainnya.

3.2.4 Primary Dentition Stage

 6 bulan hingga 2 tahun : seluruh gigi sulung sedang mengalami erupsi di

dalam mulut

 2 hingga 6 tahun : seluruh gigi sulung telah terdapat dalam rongga mulut,

belum ada gigi permanen yang terlihat

Perkembangan Mahkota dan Akar

Proses kalsifikasi mahkota terjadi di dalam tulang rahang. Setelah mahkota

kalsifikasi, akar gigi mulai terbentuk dan gigi bergerak melewati tulang alveolar

ke permukaan (proses erupsi) dan lama-kelamaan melewati mukosa mulut ke

rongga mulut (erupsi/emergence). Setelah mengalami erupsi, akar terus

bertumbuh hingga akar mencapai bentuk yang sempurna. Pada saat yang sama

ketika gigi sulung terbentuk dan mengalami erupsi, gigi permanen telah mulai

terbentuk juga di dalam tulang rahang. Seiring dengan tumbuhnya dan kalsifikasi

gigi permanen, gigi permanen lama-kelamaan bergerak ke arah oklusal untuk

menggantikan gigi sulung.

22
Kalsifikasi Mahkota Gigi Sulung

Mahkota keduapuluh gigi dulung mulai kalsifikasi pada saat antara 4-6

bulan intrauterin. Crown completion seluruh gigi sulung terjadi selama tahun

pertama setelah kelahiran bayi, rata-rata butuh waktu 10 bulan dari awal

kalsifikasi hingga mencapai kalsifikasi sempurna.

Pembentukan Akar dan Kemunculan Gigi Sulung

Akar gigi terbentuk dari dentin dan sementum. Pada pinggir cervical

mahkota, cementum mulai membentuk akar yang melapisi dentin. Sementum

mirip dengan jaringan tulang dan sementum menutupi akar gigi dalam lapisan

tipis. Akar dikatakan telah terbentuk sempurna ketika sementum telah sempurna

menutupi permukaan akar. Lapisan sementum yang melapisi gigi sulung lebih

tipis daripada lapisan sementum yang melapisi gigi permanen. Semenutm dapat

diperbaiki atau diresorpsi sebagai respon trauma periodontal.

Pembentukan akar dimulai ketika enamel mahkota terbentuk, dan pada

saat itu lah gigi memulai pergerakan ke arah oklusal melewati tulang ke rongga

mulut. Setelah mahkota gigi sulung erupsi ke rongga mulut (6 bulan – 24 bulan),

gigi sulung melanjutkan erupsinya hingga gigi beroklusi dengan gigi antagonisnya

pada rahang yang berlawanan. Gigi sulung melanjutkan erupsinya juga untuk

mengkompensasi atrisi yang terjadi pada permukaan incisal dan oklusai ketika

gigi yang berlawanan tidak ada.

23
Urutan Kemunculan Gigi Sulung

Gigi uslung yang pertama erupsi adalah incisivus sentral (i1) mandibula

pada 6 bulan, dan dilanjutkan dengan erupsinya gigi incisivus lateral (i2)

mandibula pada umur 7 bulan. Setelah itu, gigi incisivus sentral (i1) maxilla

erupsi pada umur 7½ bulan, diikuti dengan erupsinya gigi incisivus lateral maxilla

pada umur 9 bulan. Molar pertama (m1) mandibula erupsi lebih dulu yaitu pada

bulan ke 12, dilanjutkan dengan erupsinya gigi molar pertama maxilla pada umur

14 bulan. Caninus mandibula erupsi pada umur 16 bulan dan caninus maxilla

erupsi pada umur 18 bulan. Erupsi molar kedua (m2) mandibula terjadi pada umur

20 bulan, diikuti dengan erupsinya molar kedua maxilla pada umur 24 bulan.

Dengan demikian, gigi molar kedua mandibula yang muncul paling akhir

menyelesaikan primary dentition.

Ruang mesiodistal yang dihasilkan gigi caninus sulung dengan molar lebih

besar daripada yang dihasilkan gigi caninus permanen dengan premolar karena

gigi molar sulung lebih lebar daripada premolar permanen yang akan

menggantikannya. Perbedaan ruang ini disebut leeway space.

Seiring gigi sulung erupsi, akan terbentuk ruang di antara gigi-gigi

anterior, khususnya pada saat tulang rahang bertumbuh. Ruang ini disebut primate

space. Ruang ini bukan suatu kelainan, melainkan suatu hal yang alami bahkan

berguna sebagai ruang bagi incisivus dan caninus permanen bertumbuh.

24
Crown and Root Completion Gigi Sulung

Pembentukan sempurna mahkota gigi sulung dicapai pada usia 3 ½ - 4

bulan untuk incisivus sentral, 4 – 5 bulan untuk incisivus lateral, 5 ½ - 6 bulan

untuk molar pertama, 9 bulan untuk caninus, dan 10 – 11 bulan untuk molar

kedua. Selama periode ini kadang-kadang terjadi kelainan bentuk, pigmentasi,

mineralisasi, dan struktur.

Pembentukan akar gigi dicapai pada usia 18 bulan – 3 tahun, dengan

rincian pad usia 1 ½ tahun untuk incisivus sentral, 1 ½ - 2 tahun untuk incisivus

lateral, 2 ¼ - 2 ½ tahun untuk molar pertama, 3 – 3 ¼ tahun untuk caninus, dan 3

tahun untuk molar ke dua.

25
Resorpsi Akar dan Tanggalnya Gigi Sulung

3 tahun setelah akar gigi sulung terbentuk sempurna, akar akan mengalami

resorpsi, biasanya pada apex akar atau sisi dekat apex akar. Resorpsi gigi sulung

adalah proses hilangnya (dissolve away) gigi sulung secara perlahan karena erupsi

gigi permanen yang terletak di bawahnya yang akan menggantikannya. Resorpsi

akar berlangsung seiring gigi pengganti bergerak lebih dekat ke permukaan

hingga gigi sulung lama kelamaan akan goyang dan tanggal. Proses tanggalnya

gigi susu ini sering disebut exfoliation. Sesuah gigi sulung tanggal, mahkota gigi

pengganti yang sudah dekat di permukaan siap untuk erupsi.

26
3.2.5 Mixed Dentition Stage

Masa ketika gigi susu dan gigi permanen berada dalam mulut pada waktu

yang bersamaan dikenal sebagai mixed dentition stage. Gigi permanen kemudian

ada yang disebut dengan successional teeth dan accessional teeth. Successional

teeth adalah gigi permanen yang erupsi pada tempat atau daerah yang sebelumnya

ditempati oleh gigi susu, sedangkan accessional teeth adalah gigi permanen yang

erupsi secara posterior dari gigi susu.

Mixed dentition stage diawali dengan erupsi gigi permanen yang pertama,

biasanya gigi incisive central mandibula, dan berakhir saat gigi susu yang terakhir

sudah tanggal. Pada periode mixed dentition ini terjadi perubahan yang signifikan

dengan hilangnya 20 gigi susu dan erupsi dari gigi permanen.

3.2.6 Permanent Dentition Stage

UrutanErupsi Gigi

Gigi permanen yang pertama erupsi adalah gigi molar pertama rahang

bawah, yaitu saat anak berumur 6 tahun, tetapi kadang-kadang gigi insisif pertama

rahang bawah erupsi bersamaan atau bahkan mendahului gigi molar pertama

tersebut. Setelah itu gigi insisif pertama rahang atas dan gigi insisif kedua rahang

bawah erupsi pada umur 7-8 tahun diikuti gigi insisif kedua rahang atas pada

umur 8-9 tahun. Gigi kaninus rahang bawah erupsi pada umur 9-10 tahun dan gigi

premolar pertama rahang atas pada umur 10-11 tahun, dan seterusnya.

27
Tabel Kronologi Perkembangan Gigi Permanen Maksila

Gigi Kalsifikasi MahkotaLengkap Erupsi AkarLengkap


Insisif 1 3-4 bulan 4-5 tahun 7-8 10 tahun
tahun
Insisif 2 10-12 4-5 tahun 8-9 11 tahun
bulan tahun
Caninus 4-5 bulan 6-7 tahun 11-12 13-15 tahun
tahun
Premolar 1½-1¾ 5-6 tahun 10-11 12-13 tahun
1 tahun tahun
Premolar 2-2 ¼ 6-7 tahun 10- 12-14 tahun
2 tahun 12tahun
Molar 1 Saatlahir 2 ½ - 3 tahun 6-7 9-10 tahun
tahun
Molar 2 2½-3 7-8 tahun 12-13 14-16 tahun
tahun tahun
Molar 3 7-9 tahun 12-16 tahun 17-21 18-25 tahun
tahun

TabelKronologiPerkembangan Gigi Permanen Mandibula

Gigi Kalsifikasi MahkotaLengkap Erupsi AkarLengkap


Insisif 1 3-4 bulan 4-5 tahun 6-7tahun 9tahun
Insisif 2 3-4bulan 4-5 tahun 7-8tahun 10tahun
Caninus 4-5 bulan 6-7 tahun 9- 12-14tahun
10tahun
Premolar 1¾-2 5-6 tahun 10- 12-13 tahun
1 tahun 12tahun
Premolar 2 ¼-2 ½ 6-7 tahun 11-12 13-14 tahun
2 tahun tahun
Molar 1 Saatlahir 2 ½ - 3 tahun 6-7 9-10 tahun
tahun
Molar 2 2½-3 7-8 tahun 11-13 14-15tahun
tahun tahun
Molar 3 8-10tahun 12-16 tahun 17-21 18-25 ahun
tahun

28
3.3 Perkembangan Oklusi Gigi

3.3.1 Definisi Oklusi

Oklusi adalah cara maksila dan mandibula berhubungan atau berartikulasi.

Pada kenyataannya, dental occlusion lebih kompleks karena melibatkan

pembelajaran mengenai gigi, morfologi gigi, otot – otot pengunyahan, struktur

tulang, dan sendi temporomandibula. Selain itu, melibatkan juga hubungan gigi

pada oklusi sentral (hubungan kontak maksimal antara gigi- gigi maksila dan

mandibula ketika mengatup). Karena semuanya membutuhkan koordinasi

neuromuskular, oklusi juga melibatkan pemahaman tentang sistem

neuromuskular.

3.3.2 Perubahan Oklusi Gigi dengan Pertambahan Usia

Sejak lahir sampai dewasa dan seterusnya, oklusi gigi akan mengalami

perubahan yang signifikan. Perubahannya drastis misalnya pada tahap

perkembangan gigi campuran (mixed dentition stage). Penting bagi seorang dokter

untuk mengetahui dan mengenal perubahan yang biasa atau secara normal terjadi

pada perkembangan gigi sehingga dapat mendiagnosa perkembangan

abnormalnya.

3.3.3 Tahap Perkembangan Gigi

Untuk menyederhanakan rangkaian perubahan hubungan gigi geligi

selama tahapan perkembangannya, maka rangkaian tersebut dibagi menjadi empat

29
tahap yakni gum pads, primary dentition, mixed dentition, dan permanent

dentition.

3.3.3.1 Gum Pads Stage

Tahap ini terjadi sejak lahir sampai erupsi gigi primer pertama, biasanya

insisivus sentral mandibula yang terjadi sekitar bulan ke 6 sampai 7 postnatal.

Saat lahir, prosessus alveolar dilindungi oleh gum pad yang segera tersegmentasi

untuk menunjukkan site perkembangan gigi. Gusi itu kaku, seperti dalam mulut

edentulous dewasa. Bentuk gum pad maksila seperti tapal kuda, sedangkan pada

mandibula bentuknya menyerupai huruf U.

Bantalan gusi (gum pads) pada lengkung maksila dan mandibula

memperlihatkan adanya peninggian dan groove yang memperjelas posisi berbagai

gigi primer yang masih berkembang dalam alveolar ridges. Beberapa anak lahir

dengan satu atau lebih incisor primer yang sudah erupsi, di mana hal ini akan

menyebabkan situasi yang menyakitkan bagi ibu ketika dia harus menyusui.

Bantalan gusi maksila sedikit tumpang tindih (overlaps) dengan bantalan

gusi mandibula baik secara horizontal maupun vertikal sehingga permukaan

30
bantalan gusi yang berlawanan memberikan cara yang lebih efisien dalam

menekan ASI selama menyusui.

3.3.3.2 Primary Dentition Stage

Tahapan ini terjadi setelah erupsi gigi primer pertama sampai erupsi gigi

permanen pertama pada usia 6 tahun postnatal. Ada 4 karakteristik dari tahap ini,

yakni overbite, overjet, spacing, dan hubungan gigi primer molar kedua.

a. Overbite

Overbite adalah jarak vertikal antara insisivus 1 maksila dan insisivus 1

mandibula. Hubungan ini dapat dinyatakan dalam milimeter atau lebih sering

dalam persentase seberapa besar jarak overlap mahkota insisivus 1 maksila

terhadap insisivus 1 mandibula. Overbite dalam primary dentition biasanya

bervariasi antara 10% dan 40%.

Jika incisal edge insisivus terletak pada garis yang sama, maka disebut “edge

to edge atau zero overbite”

31
.

Namun jika ada kekurangan overlap, maka disebut “openbite” dan

dinyatakan dalam millimeter.

b. Overjet

Overjet adalah jarak horizontal antara permukaan labial Insisiv sentral

mandibula dengan ujung insisal Insisivus sentral maksila. Hubungan ini

dinyatakan dalam millimeter. Jika incisor maksila lebih lingual dari incisor

mandibula, maka disebut underjet. Jarak normal overjet dalam primary

dentition bervariasi antara 0 dan 4 mm. Overjet berkurang tajam selama 6

bulan pertama postnatal, terutama pada anak dengan perkembangan oklusi

normal.

32
c. Spacing

Pada tahap primary dentition, seorang anak mungkin memiliki space (jarak)

di antara gigi geliginya. Ukuran space tersebut bervariasi. Bisa sama besar

(generalized space), tidak sama besar (localized space), tidak ada space, atau

space terlalu kecil sehingga pertumbuhan gigi tidak rapi. Adanya space dalam

tahap primary dentition merupakan sesuatu hal yang umum terjadi. Space ini

sangat penting untuk perkembangan gigi permanen.

33
Menurut Foster, space terjadi hampir pada 2/3 individu dalam tahap primary

dentition. Biasanya terdapat space yang lebih lebar atau space localized atau

disebut juga primate space. 87% terjadi pada lengkung maksila, biasanya

antara incisive lateral dan canine. 78% terjadi pada lengkung mandibula,

biasanya antara canine dan molar primer pertama. Primate space berguna

dalam penempatan canine pada lengkung gigi lawannya.

d. Hubungan Molar

Dalam tahap primary dentition, hubungan molar anteroposterior dijelaskan

melalui hubungan antara bidang terminal. Bidang terminal adalah permukaan

distal dari molar primer kedua maksila dan mandibula. Pada dasarnya, kedua

bidang terminal dapat berhubungan satu sama lain dalam satu dari tiga cara.

Ketiga hubungan bidang terminal tersebut adalah:

 Flush Terminal Plane (A)

Antara bidang maksila dan mandibula berada pada garis yang sama secara

anteroposterior.

34
 Mesial Step (B)

Bidang terminal maksila relatif lebih posterior daripada bidang terminal

mandibula.

 Distal Step (C)

Bidang terminal maksila relatif lebih anterior daripada bidang terminal

mandibula.

Kata relatif perlu ditekankan. Deskripsi mesial step ataupun distal step tidak

mengidentifikasi mana dari dua lengkung gigi yang berada di depan atau di

belakang.

Menentukan hubungan bidang terminal dalam tahap primary dentition sangat

penting bagi seorang dokter karena erupsi molar 1 permanen dipandu oleh

permukaan distal molar 2 primer.

Selama tahap pertumbuhan gigi primer, overbite, overjet, dan hubungan

anteroposterior gigi-geligi tidak mengalami perubahan signifikan kecuali mereka

dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti trauma, kebiasaan, atau karies.

35
Gigi sulung maksila dan mandibula ketika oklusi akan berkontak dengan

dua gigi pada rahang yang berlawanan, kecuali i1 mandibula dan m2 maksila.

Gigi sulung ada dalam penjajaran dan oklusi yang normal setelah umur 2 tahun,

dengan semua akar lengkap ketika umur 3 tahun. Setahun atau setelah semua gigi

erupsi dengan berkembangnya rahang akan terbentuk jarak kecil antar gigi

tersebut yang disebut dengan diastema.

Gigi anterior berpisah dan biasanya menunjukkan jarak yang lebih besar

dengan perjalanan waktu, yang disebabkan oleh pertumbuhan rahang dan

munculnya gigi permanen dari sisi lingual. Jarak ini biasanya dimulai antara

umur 4 dan 5 tahun. Gigi caninus dan molar biasanya dalam posisi yang tetap

selama pertumbuhan rahang, tetapi juga sering timbul jarak.

Oklusi normal gigi primer pada usia 3 tahun adalah sebagai berikut: .

1. Permukaan mesial incisivus sentral maksila dan mandibula satu garis satu

sama lain pada median line.

2. Insisivus sentralis maksila beroklusi dengan insisivus sentralis mandibula

dan sepertiga mesial insisivus lateral.

3. Insisivus lateral maksila beroklusi dengan 2/3 distal insisivus lateral

mandibula dan mesial caninuc mandibula.

4. Caninus maksila beroklusi dengan bagian distal caninus mandibula sampai

ujung cusp dan sepertiga mesial molar pertama mandibula.

5. Molar pertama maksila beroklusi dengan dua pertiga distal molar pertama

mandibula dan bagian mesial dari molar kedua mandibula.

6. Molar kedua maksila beroklusi dengan 2/3 distal molar kedua mandibula.

36
7. Gigi primer m2 mandibula bagian mesiodistalnya biasanya lebih lebar

daripada m2 maksila sehingga menimbulkan flush terminal plane di akhir

perkembangan gigi primer

Hubungan Rahang Neonatal

Meskipun gum pads maksila dan mandibula saling bersentuhan sepanjang

circumference arch (lingkar lengkung), tidak tepat jika kita menyebutnya

“menggigit” karena hubungan rahang belum terlihat. Hubungan neonatal tidak

bisa digunakan sebagai kriteria diagnostik untuk memprediksi oklusi selanjutnya

pada gigi primer. Open bite anterior pada gum pads adalah normal dan merupakan

prasyarat untuk pertumbuhan incisor berikutnya. Simpson dan Cheung

menemukan bahwa hanya 2% neonates mempunyai open bite anterior pada

hubungan gum pad nya.

37
Mulut neonates kaya akan sistem sensorik yang memberikan masukan

untuk berbagai fungsi vital neuromuscular seperti menyusui, respirasi, menelan,

menguap, dan batuk.

Perubahan Dimensional Lengkung Gigi

Gigi sulung tersusun pada rahang dalam bentuk dua lengkung yakni

lengkung maksila dan lengkung mandibula. Outline yang mengikuti permukaan

labial dan bukal gigi maksila menggambarkan bentuk elips dan lebih besar

daripada outline yang mengikuti permukaan yang sama pada mandibula.

Kebanyakan lengkung primer berbentuk bulat telur (ovoid). Biasanya ada

generalized interdental spacing di bagian anterior yang jumlahnya akan menurun

seiring dengan pertambahan usia.

Ketika lahir, lengkung primer cukup lebar untuk mengangga incisive

primer. Di awal tahap perkembangan, lidah penting dalam membentuk lengkung

38
gigi untuk membentuk gigi primer di sekitarnya. Namun peranannya berkurang

seiring dengan pertambahan usia, pembentukan refleks oklusal, dan aktivitas bibir

yang lebih matang setelah erupsi incisive dan setelah berhenti disusui.

Bagian anterior lengkung gigi sedikit meningkat dari lahir sampai 12 bulan

dan perubahan terjadi sangat sedikit sesudahnya. Peningkatan terjadi sedikit lebih

besar pada maksila dibandingkan dengan mandibula. Diameter posterior

meningkat lebih nyata daripada lengkung gigi bagian depan. Untuk 6 bulan

pertama, perkembangannya cepat dan meluas pada beberapa dimensi maksila.

Peningkatan dimensi lengkung gigi berkaitan dengan erupsi gigi primer. Lebar

kubah palatal meningkat dari lahir sampai sekitar usia 12 bulan dan relatif

konstan sampai 2 tahun pertama.

Biasanya, dimensi lengkung rahang diukur melalui:

 Panjang lengkung

 Diameter bicanine

 Diameter bimolar

 Lingkar lengkung (arch perimeter atau arch circumference)

39
Perubahan Lengkung Maksila

Lebar intercanine meningkat rata – rata 6 mm pada anak dengan usia

antara 3 dan 13 tahun. Akan terus mningkat antara 13 dan 45 tahun sekitar 1.7

mm.

Pada tahap primary dentition, terjadi peningkatan lebar intermolar 2 mm

antara usia 3 dan 5 tahun.

Perubahan Lengkung Mandibula

Antara usia 3 dan 13 tahun, lebar interkanin meningkat rata – rata 3.7 mm.

Pada tahap primary dentition, terjadi peningkatan lebar intermolar 1.5 mm antara

usia 3 dan 5 tahun.

Perubahan dalam Hubungan Lengkung Gigi

Terdapat perbedaan antara bentuk dan hubungan pada lengkung rahang

atas dan bawah preerupsi dan post erupsi. Awalnya perkembangan maksila lebih

anterior tehadap mandibula, tetapi saat dewasa area alveolar apical anterior

maksila lebih posterior daripada area apical anterior mandibula. Insicor maksila

biasanya cenderung ke labial daripada incisor mandibula. Bentuk posterior

mandibula lebih luas dan melintang daripada posterior maksila selama periode

prenatal. Hubungan ini sampai masa dewasa. Oleh karena itu, akar gigi lebih

lateral di segmen posterior mandibula daripada segmen posterior maksila.

Inklinasi buccolingual pada gigi posterior mandibula lebih jelas.

40
Jadi, kesimpulan tanda-tanda perkembangan gigi primer normal :

a. Space anterior,

b. Primate space,

c. overbite dan overjet dangkal,

d. Flush terminal plain,

e. Lengkung gigi berbentuk bulat telur (ovoid)

3.3.3.3 Mixed Dentition Stage

Pada periode awal dari mixed dentition, terjadi temporary open bite, yang

biasanya terjadi karena belum selesainya erupsi dari gigi incisive atau karena

gangguan mekanis seperti kebiasaan menggigit jari. Pada perkembangan normal,

open bite ini akan ada sampai gigi incisive telah sempurna bererupsi, kecuali

kalau terdapat kebiasaan buruk yang terus-menerus.

Terdapat beberapa karakteristik pada periode mixed dentition:

a. Spacing

Diastema merupakan ruang antara dua gigi yang bersebelahan. Pada periode

mixed dentition, adanya diastema di antara gigi incisive central maxilla

merupakan suatu keadaan yang normal. Umumnya diastema tersebut

berukuran antara 1.0 sampai 3.0 mm. biasanya distema ini menutup saat

caninus maxilla erupsi sempurna dan tidak memerlukan penggunaan alat

orthodontic.

41
b. Molar Relationship (hubungan antara gigi molar)

Terminal planes dari gigi M2 susu mempengaruhi jalan erupsi dari gigi M1

permanen. (Figure 5-1). Contohnya, terminal planes relationship pada

pertumbuhan gigi susu adalah flush, maka permanen molar akan erupsi dalam

cusp to cusp atau end to end relationship pada mixed dentition stage.

Terdapat klasifikasi angle dari molar relationship:

 Class I molar relationship  mesiobuccal cusp dari gigi M1 permanen

maxilla beroklusi dengan buccal groove M1 permanen mandibula.

Hubungan ini dikatakan hubungan yang normal atau yang seharusnya.

(Figure 5-2,A)

 Class II molar relationship  mesiobuccal cusp dari gigi M1 permanen

maxilla beroklusi dengan mesial dari buccal groove M1 permanen

mandibula. (Figure 5-2,B)

42
 Class III molar relationship  mesiobuccal cusp dari gigi M1 permanen

maxilla beroklusi dengan distal dari buccal groove M1 permanen

mandibula. (Figure 5-2,C)

Dari hasil studi pada anak selama 8 tahun (usia 5-13 tahun), didapatkan

apabila terminal plane relationship pada primary dentition stage adalah distal

stage, maka akan berkembang menjadi Class II molar relationship pada

permanent dentition stage. Flush terminal plane relationship 56% akan

berkembang menjadi Class I molar relationship dan 44% menjadi Class II

molar relationship pada permanent dentition stage. Sedangkan pada kasus

mesial step saat primary dentition stage, semakin besar mesial step tersebut,

semakin besar pula kemungkinan molar relationship untuk berkembang

menjadi Class I atau Class III. Perkembangan untuk menjadi Class II

mungkin terjadi namun sangat jarang. Sebaliknya, kemungkinan untuk

menjadi Class III bertambah.

Penyebab Perubahan dalam Molar Relationship

Beberapa faktor terlibat dalam perubahan dalam molar relationship dari

hubungan flush terminal plane, yang dianggap “normal” pada awal mixed

dentition stage, sampai Class I molar relationship yang “normal“ dalam tahap gigi

permanen.

43
The Leeway Spaces

Jarak atau jumlah lebar mesiodistal antara gigi taring susu dengan molar

susu pertama dan kedua dengan jumlah pada gigi taring permanen dengan

premolar permanen pertama dan kedua disebut leeway space. Leeway space ini

terdapat pada lengkung maxilla dan mandibula. Pola lengkung gigi yang paling

menguntungkan adalah ketika leeway space berlebihan (kombinasi dari ukuran

gigi taring dan premolar yang belum mengalami erupsi lebih kecil daripada daerah

lengkung gigi yang tersedia).

Leeway space pada lengkung mandibula lebih besar daripada lengkung

maxilla. Rata-rata, gigi taring dan premolar yang belum mengalami erupsi 1.8 mm

lebih kecil, pada tiap sisi pada lengkung mandibula. Pada lengkung maxilla,

leeway space rata-rata hanya memiliki lebar 0.9 mm tiap sisi. Kadang-kadang

kombinasi ukuran dari gigi yang belum mengalami erupsi lebih besar dari tempat

yang tersedia. Kondisi ini disebut defisiensi leeway space, dan hasilnya akan

terjadi lengkung gigi yang berdesakan (crowding). Penting untuk dicatat bahwa

untuk kebanyakan individu, perubahan perkembangan pada dimensi lengkung gigi

yang lainnya tidak akan cukup untuk mengkompensasi defisiensi leeway space.

Perbedaan leeway space antara dua lengkung gigi memungkinkan molar

permanen pertama untuk bergerak ke arah mesial relatif lebih banyak pada

lengkung mandibula daripada lengkung maxilla.

44
Pertumbuhan mandibula

Pada umumnya, baik maxilla maupun mandibula tumbuh ke bawah dan ke

depan, tetapi selama tahap perkembangan ini mandibula berkembang relatif lebih

ke depan daripada maxilla. Perubahan perkembangan relatif ini mungkin ikut

berkontribusi dalam transisi dari end-to-end (cusp-to-cusp) menjadi Class I molar

relationship. Hasil dari penelitian di Iowa mengindikasikan bahwa terdapat

korelasi yang lemah terjadi antara perubahan molar relationship dan perubahan

anteroposterior jaw relationship. Hasil dari Iowa juga mengindikasikan bahwa

perubahan dalam variabel lain, seperti lebar intercanine, panjang lengkung gigi,

dan hubungan maxilla dengan mandibula berhubungan dan secara langsung

berkontribusi terhadap perubahan dalam molar relationship.

Karakteristik Pola Lengkung Gigi “Normal” pada Mixed Dentition Stage

Status lengkung gigi pada remaja merupakan suatu tanda klinis yang dapat

dengan mudah dikenali selama mixed dentition stage. Metode paling sederhana

45
untuk mengevaluasi status lengkung gigi akan adanya/predisposisi dari maloklusi

adalah dengan membandingkan lengkung gigi pasien pada mixed dentition stage

dengan pola lengkung gigi yang dianggap ideal.

Pola lengkung gigi ideal pada mixed dentition stage setelah erupsi

insisivus pertama dan kedua memiliki berbagai karakteristik, antara lain:

a. Class I molar and canine relationship

b. Leeway space positif (tidak ada ketidaksesuaian antara ukuran gigi dengan

panjang dental arch)

c. Rotasi minor atau tidak ada sama sekali atau insisivus yang berdesakkan

d. Inklinasi normal buccolingual axial

e. Inklinasi normal mesiodistal axial

f. Kontak proksimal yang ketat

g. Marginal ridge yang rata secara vertical

h. Oklusal plane yang rata atau sedikit melengkung

Faktor Lingkungan yang Dapat Mempengaruhi Pola Lengkung Gigi

Hal utama yang menentukan maloklusi adalah kecenderungan/predisposisi

genetik. Di sisi lain, ada faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi penempatan

lengkung gigi, termasuk hilangnya gigi susu, karies interproximal, kondisi

patologis, ankilosis gigi sulung, kebiasaan oral, dan trauma.

Faktor lingkungan yang paling sering mempengaruhi lengkung gigi adalah

karies dan hilangnya gigi susu secara prematur. Menururt Northway, Wainright,

dan Demirjian, karies, sebagaimana hilangnya gigi molar susu pertama dan kedua

46
secara prematur, dapat menyebabkan berkurangnya panjang lengkung gigi.

Sebagai contoh, hilangnya gigi molar susu kedua secara prematur memiliki efek

yang paling merusak pada dental arch dan menyebabkan penutupan space

sepanjang 2-4 mm. Hilangnya molar susu pertama rahang atas secara prematur

menyebabkan gigi taring yang terhalang, sedangkan hilangnya gigi molar susu

kedua rahang atas secara prematur biasanya menyebabkan dampak pada

pertumbuhan premolar kedua. Kehilangan space terbesar merupakan hasil

pergerakan mesial dari molar permanen.

3.3.3.4 Permanent Dentition Stage

Karakteristik Oklusi Normal Pada Tahap Perkembangan Gigi Dewasa

Tahap ini dimulai setelah gigi sulung tanggal dan erupsi seluruh gigi

permanen (tidak termasuk molar ketiga).Beberapa karakteristik oklusi normal

pada tahap ini meliputi:

a. Overlap: pada occluding dentition normal, gigi pada maksila terletak

labial/bukal terhadap gigi pada mandibula.

Bentuk lengkung rahang (arch) pada maxilla cenderung untuk lebih melebar

daripada mandibula. Sebagai hasilnya, gigi maxilla menggantungkan gigi

mandibula ketika gigi berada dalam oklusi sentrik (posisi intercusp

maksimal). Aspek lateral atau anteroposterior dari posisi “overhang” ini

disebut overjet. Hubungan pada lengkung rahang dan gigi mempunyai makna

fungsional, termasuk kemungkinan peningkatan durasi kontak oklusal dalam

protrusif dan perpindahan lateral dalam pemotongan dan mastikasi.

47
Overlap dari gigi maxilla melewati gigi mandibula mempunyai sifat

pelindung: selama perpindahan pembukaan dan penutupan rahang, pipi, bibir,

dan lidah.

b. Angulations: pada tahap pembentukan gigi permanen ini, gigi pada

umumnya diposisikan secara vertikal pada tulang alveolar. Selain itu, pada

tahap ini gigi memiliki angulasi bukolingual dan mesiodistal.

c. Occlusion: selain incisivus central pada mandibula dan molar kedua pada

maksila, masing-masing gigi permanen mengalami oklusi dengan dua gigi

pada lengkung yang berlawanan.

d. Arch curvature: kurvatur anteroposterior pada lengkung mandibula disebut

curve of spee, sedangkan pada lengkung maksila disebut compensating curve.

Kurvatur bukolingual dari satu sisi terhadap sisi yang lainnya disebut Monson

curve atau Wilson curve.

e. Overbite atau overjet: jangkauan overbite biasanya berkisar antara 10%

hingga 50% (mencapai 1/3 tinggi mahkota gigi insisif bawah), sedangkan

jangkauan overjet antara 1,0 hingga 3,0 mm.

48
f. Posterior relationship: molar maksila dan mandibula berada dalam oklusi

kelas I (mesiobuccal cusp dari molar pertama maksila terletak pada buccal

groove pada molar pertama mandibula). Secara lebih spesifik, caninus pada

maksila harus beroklusi dengan caninus mandibula dan premolar pertama.

Oklusi Normal

Untuk cukup dapat mendeskripsikan mengenai oklusi abnormal, maka apa

yang dimaksud dengan oklusi normal dan bentuk wajah normal harus disepakati.

Oklusi normal termasuk variasi pada posisi gigi dan hubungan yang menyimpang

sedikit dari oklusi ideal. Oklusi normal sering muncul pada populasi, sementara

oklusi ideal jarang ditemukan.

- Konsep Oklusi normal

Yang dimaksud dengan oklusi normal secara ortodontis merupakan Angle’s

Class I occlusion. Gigi kunci pada klasifikasi ini adalah molar permanen

pertama. Mesiobuccal cusp pada M1 rahang atas harus beroklusi dengan

mesiobuccal groove pada M1 rahang bawah.

Oklusi normal melibatkan kontak oklusal, alignment of teeth, overjet,

overbite, hubungan dan susunan gigi antara arches dan hubungan gigi pada

struktur tulang.

49
“Normal” secara sederhana menggambarkan kondisi umum yang ditemukan

di mana tidak ada penyakit. Tidak hanya diterima secara anatomis, namun

juga adaptasi fisiologis.

- Oklusi Normal Menurut Angle

Angle mendeskripsikan oklusi normal sebagai barisan gigi yang tersusun rata

pada tempatnya pada kurva dengan kesesuaian antara lengkung rahang atas

dan rahang bawah. Menurut Angle, kunci pada oklusi normal pada orang

dewasa adalah hubungan anteroposterior antara molar pertama rahang atas

dan molar pertama rahang bawah. Konsep Angle mengenai oklusi normal

secara esensial merupakan deskripsi dari oklusi ideal. Angle menyatakan

50
bahwa pengetahuan mengenai oklusi normal harus termasuk pengetahuan

mengenai hubungan normal pada permukaan oklusal gigi susu dan gigi

permanen, bentuk dan strukturnya, pertumbuhan dan perkembangan gigi,

rahang, dan otot. Angle berpikir bahwa molar pertama dan caninus adalah

gigi yang paling dapat diandalkan. Deskripsinya mengenai hubungan molar

pertama dan caninus dalam oklusi normal merupakan observasi dasar di mana

diagnosa gigi dan ortodontik ditegakkan. Angle menyatakan:

1. Dalam oklusi normal, mesiobuccal cusp molar pertama rahang atas

beroklusi pada sulkus di antara mesial dan distal buccal cusp dari molar

pertama rahang bawah.

2. Inklinasi mesial dan distal dari mesiobuccal cusp dari mesial dan distal

buccal cusp berada di antara mesial dan distal buccal cusp dari molar

pertama rahang bawah.

3. Inklinasi distobuccal cusp molar pertama rahang atas berada di antara

distobuccal cusp dan molar pertama rahang bawah dan mesiobuccal cusp

molar kedua rahang bawah.

4. Inklinasi mesial rahang atas (caninus) beroklusi dengan inklinasi distal

rahang bawah (kaninus).

5. Inklinasi distal dari kaninus rahang atas beroklusi dengan inklinasi mesial

dari buccal cusp premolar rahang bawah.

6. Setiap gigi pada kedua rahang memiliki dua support antagonis pada rahang

yang berlawanan, kecuali pada incisivus sentral dan molar ketiga rahang

atas.

51
Angle menekankan pentingnya interdigitasi cuspal untuk menetapkan oklusi

normal selama erupsi gigi dan untuk mempertahankan oklusi yang baik.

Angle menyaratkan bahwa oklusi normal pada gigi dipertahankan oleh:

1. occlusal inclined planes dari cusp,

2. support yang berasal dari kesesuaian ukuran rahang atas dan rahang

bawah,

3. Pengaruh otot labial, bukal, dan lingual.

Oklusi Ideal (Andrew’s Six Keys to Normal Occlusion)

Lawrence F. Andrews telah mempelajari 120 model pasien non-ortodontik

dengan oklusi normal selama 4 tahun. Ia mengidentifikasikan 6 kunci

karakteristik. Berdasarkan pendapatnya, untuk mencapai oklusi normal, 6 kunci

ini harus terpenuhi. Enam kunci tersebut adalah:

(1) Molar Relationship

Mesiobuccal cusp pada M1 rahang atas beroklusi dengan groove di antara

mesiobuccal cusp dan middle buccal cusp pada molar pertama rahang

bawah

52
(2) Crown angulation: semua mahkota gigi memiliki angulasi mesial pada

derajat yang berbeda-beda (mesiodistal tip)

(3) Crown inclination: inklinasi mengacu pada inklinasi labiolingual atau

buccolingual pada mahkota gigi.

 Incisive terinklinasi menuju permukaan buccal atau labial

 Gigi posterior rahang atas terinklinasi ke lingual, sama halnya dari

caninus ke premolar. Mahkota pada molar rahang atas terinklinasi lebih

sedikit daripada caninus dan premolar.

 Gigi posterior rahang bawah terinklinasi ke lingual, makin bertambah

dari caninus menuju premolar.

53
(4) Rotation : tidak ada.

Gigi harus terbebas dari rotasi yang tidak diinginkan. Jika mengalami rotasi,

molar atau bicuspid akan menempati space lebih dari normal. Sedangkan

pada incisive akan menempati space kurang dari normal.

(5) Spaces : tidak ada jarak di antara gigi.

(6) Occlusal plane : occlusal plane datar atau sedikit melengkung

54
Occlusal plane yang datar merupakan syarat dari stabilitas oklusi. Diukur

dari cusp yang paling menonjol dari molar kedua rahang bawah sampai

incisive sentral rahang bawah, tidak ada kelengkungan lebih dalam 1.5 mm

dari titik stabilitas.

Perubahan pada Hubungan Rahang Atas dan Rahang bawah

Sebagai klinikan kita harus mengetahui terdapat perbedaan antara ukuran

pre-erupsi dan post-erupsi dan hubungan dari arkus maksila dan arkus mandibula.

Pada awal perkembangan maksila berada di anterior mandibula, tetapu pada

dewasa daerah anterior apical alveolar rahang atas lebih posterior daripada daerah

anterior apical rahang bawah. Incisive rahang atas biasanya lebih labial daripada

incisive rahang bawah. Ukuran dari bagian posterior mandibula lebih lebar, secara

transversal, daripada bagian posterior maksila selama masa prenatal. Hubungan

ini terjadi hingga masa kanak-kanak. Oleh karena itu, apical dari gigi terletak

lebih lateral pada posterior rahang bawah daripada posterior rahang atas. Sebagai

tambahan, inklinasi buccolingual pada gigi posterior rahang bawah biasanya lebih

jelas.

55
Dua aspek dari perkembangan rahang yang akan dibicarakan, yaitu waktu

memulai kalsifikasi dari gigi dan urutan erupsi gigi.

Pada gigi pemanen, waktu kalsifikasi tidak dimulai hingga beberapa lama

setelah kelahiran, gigi molar pertama (M1) permanen merupakan gigi pertama

yang melakukan kalsifikasi selama bulan kedua postnatal. Molar ketiga (M3)

pemanen merupakan gigi terakhir yang memulai kalsifikasi sekitar usia 8-9 tahun.

Pada arkus mandibula, urutan erupsi gigi adalah sebagai berikut, molar

pertama (6), incisive sentral (1), incisive lateral (2), caninus (3), premolar pertama

(4), premolar kedua (5), molar kedua (7), dan molar ketiga (8) atau 6-1-2-3-4-5-7-

8. Untuk arkus maksila biasanya urutan erupsi gigi adalah sebagai berikut 6-1-2-

4-5-3-7-8. Pada wanita biasanya mendahului laki-laki pada waktu erupsi kira-kira

usia 5 bulan.

Pergantian dari gigi primer oleh gigi permanen sering terjadi antata usia 6-

12 tahun. Bagaimanapun, waktu erupsi untuk gigi permanen dari bervariasi,

tergantung pada gigi itu sendiri, pada incisive rahang bawah mempunyai waktu

erupsi yang bervariasi. Dengan kata lain, 90% dari gigi incisive permanen rahang

bawah erupsi dengan menghabiskan waktu 3.1 tahun. Disisi lain, tidak termasuk

molar ketiga (M3), yang mempunyai variasi terbesar dalam waktu erupsi,

premolar kedua rahang bawah menunjukan variasi yang besar pada waktu erupsi

menghabiskan waktu 6.6 tahun.

56
Perubahan dimensi pada lengkung rahang selama perkembangan oklusal

Transisi dari tahap gigi primer ke gigi permanen berakibat pada panjang

lengkung rahang, garis keliling lengkung rahang, dan lebar intermolar serta

intercanine.

Lebar gigi akan tetap sama dan lingkar lengkung rahang, dimana gigi

diletakkan, mengecil. Tetapi panjang dari tulang mandibula dan maksila

meningkat. Terdapat hubungan yang erat antara germs gigi dan pertumbuhan

tulang rahang. Hanya selama postnatal, lingkungan akan mendorong mahkota gigi

untuk memberi bentuk dan ukuran pada lengkung rahang. Ukuran lengkung

rahang tidak berhubungan dengan ukuran dari gigi yang tersusun didalamnya.

Biasanya, seperti yang sudah dikatakan diatas, dimensi lengkung rahang

diukur melalui: (1) lebar pada gigi caninus, primary molar (premolar) dan molar

satu permanen (M1), (2) panjang dan (3) lingkar lengkung rahang.

57
a. Lebar

Selama erupsi gigi incisive permanen pada maksila, dimensi intercanine

(diukur dari caninus primer) bertambah kira-kira 3 mm. sebelum atau saat

erupsi caninus permanen, peningkatan lain kira-kira 2 mm terjadi pada jarak

antara caninus ke caninus lain. Peningkatan jarak pada intercanine maksila

dikarenakan tekanan ke arah distal pada saat erupsi incisive permanen pada

caninus permanen dan pertumbuhan lebar dari maksila pada sutura

midpalatal. Sehingga penambahan jarak (total 4-5 mm) antara molar pertama

permanen maksila dapat dilihat setelah mereka erupsi.

Pada arkus mandibula, terjadi peningkatan jarak intercanine seperti yang

terjadi pada maksila, selama erupsi gigi incisive permanen (rata-rata 3mm).

bagaimana pun tidak seperti arkus maksila, tidak ada penambahan tambahan

jarak caninus-caninus yang terjadi pada arkus mandibula selama tahap

selanjutnya dari perkembangan gigi. Setelah erupsi molar, jarak antara molar

pertama mandibula meningkat bersamaan dengan arkus maksila.

Terdapat dua cara untuk mengukur lebar lengkung rahang. Metode yang

paling sering digunakan adalah mengukur jarak antara hubungan contralateral

gigi pada cusp tips (lebar intercanine atau intermolar). Pengukuran lain

dengan meninjau gingival level pada palatal atau lingual gigi, pengukuran ini

menunjukan lebar dari tulang arkus. Peningkatan pada jarak intercanine lebih

besar ketika diukur dari cusp tips gigi daripada gingival level, bagian pada

arkus maksila. Hal ini dikarenakan diameter labio-lingual mahkota dari

caninus permanen lebih besar daripada caninus primer.

58
Perlu dicatat bahwa hanya mandibula yang mengalami penambahan lebar

yang signifikan selama erupsi incisive, ketika cuspids primer bergerak kearah

distal hingga ke primate space. Karena prosessus alveolaris maksila mengecil,

membentuk dinding palatal, lebar akan meningkat untuk memelihara

pertumbuhan vertikal alveolar, yaitu selama masa aktif erupsi gigi.

Penambahan lebar lengkung rahang pada kedua lengkung primary molar

(premolar) hanya sedikit. Artinya penambahan itu kurang dari 2 mm,

mungkin dikarenakan mahkota permanen lebih meruncing daripada primary

dan gigi maksila mengalami perubahan signifikan pada inklinasi aksial

buccolingual.

Molar pertama (M1) pada maksila, mengalami pembahan lebar secara

signifikan daripada pembahan panjang intermolar pada mandibula, meskipun

pertumbuhan processus alveolaris hampir vertikal pada mandibula.

Hanya mekanisme postnatal untuk pelebaran lebar tulang basal dari

mandibula yang berupa deposisi pada batas lateral dari corpus mandibularis.

Karena adanya deposisi tersebut, meskipun sedikit dapat terlihat penambahan

lebar dari lengkung rahang bawah.

Maksila melebar dengan pertumbuhan vertikal yang sederhana, karena

processus alveolaris yang mengecil. Kemudian, sutura midpatal dapat

membuka kembali dengan metode ‘palatal splitting’ untuk menambah lebar

maksila. Terdapat sedikit hubungan antara penambahan lebar lengkung

rahang dengan penambahanan lebar wajah.

59
b. Panjang

Panjang lengkung rahang mempunyai peran penting dalam terapi orthodontic.

Panjang lengkung rahang diartikan sebagai jarak dari permukaan ter-labial

gigi incisive sentral hingga garis yang menghubungkan titik mesial (atau

distal) dari gigi molar 1 permanen pada bidang midsagittal.

Pengukuran dam perubahan pada dimensi lengkung rahang cukup besar

berdasarkan studi dari Moorrees. Perubahan pada panjang lengkung rahang

terjadi pada dua fase yang berbeda selama perkembangan oklusal.

Selama masa transisi, panjang lengkung maksila sedikit bertambah (0,5 mm)

karena erupsi yang lebih labial dari gigi incisive sentral permanen pada

maksila. Pola erupsi ini membuat lingkar lengkung maksila bertambah

panjang dibandingkan dengan posisi incisive primer.

Peningkatan tambahan kira-kira 1 mm dapat dilihat ketika gigi incisive lateral

permanen erupsi. Selama masa transisi kedua, panjang lengkung rahang

biasanya berkurang karena leeway space membuat gigi premolar permanen

dan molar 1 bergerak ke depan. Sehingga rata-rata panjang lengkung maksila

sedikit lebih panjang pada anak usia 3 tahun daripada usia 15 tahun.

Pada lengkung mandibula, tidak ada perubahan klinis yang signifikan terjadi

selama masa transisi pertama karena erupsi incisive permanen pada

mandibula ke lingkar lengkung yang sama dengan incisive primer mandibula.

Pada masa transisi kedua, terjadi pemendekan panjang lengkung mandibula,

karena leeway space yang lebih panjang pada mandibula daripada maksila

membuat migrasi lebih keanterior dari premolar dan molar, yang

60
mengakibatkan pemendekan panjang lengkung mandibula. Sehingga rata-rata

panjang lengkung mandibula sedikit lebih panjang pada anak usia 3 tahun

daripada 15 tahum. Nerdasarkan Moorrees, 2-3 mm pemendekan pada

panjang lengkung mandibula dapat di lihat dari susunan penuh gigi primer ke

susunan gigi permanen.

c. Circumference or perimeter

Bagian terpenting dari dimensi lengkung rahang adalah lingkar (garis

keliling) lengkung rahang, yang biasanya diukur dari permukaan distal molar

2 primer (atau permukaan mesial dari molar 1 permanen) mengelilingi

lengkung rahang hingga titik kontak dan incisal edge pada lengkung halus ke

permukaan distal dari molar 2 primer (atau permukaan mesial dari molar 1

permanen) sisi yang berlawanan. Lingkar mandibula dan maksila sedikit

berbeda. Baik Fisk dan Moorrees mengakatan arti reduksi pada lingkar

lengkung mandibula selama masa transisi dan awal gigi dewasa sekitar 5 mm.

Adanya penurunan yang besar akibat (1) late mesial shift dari molar pertama

(M1) permanen yang disebut ‘leeway space’ terbentuk dahulu, (2)

kecenderungan mesial drifting pada gigi posterior terjadi sepanjang hidup, (3)

sejumlah kecil interproximal dari gigi dan (4) posisi lingual dari incisive

karena perbedaan pertumbuhan maksilomandibular.

Incisive permanen pada mandibula lebih tebal secara labiolingual daripada

yang dulu. Ketika incisive permanen mandibula menjadi miring secara labial,

lingkar lengkung mandibula akan sedikit bertambah. Kesimpulannya, lingkar

61
lengkung mandibula biasanya berkurang pada laki-laki dan perempuan

selama masa transisi dan remaja.

Lingkar lengkung maksila, secara kontras, justru mengalami peningkatan.

Terdapat perbedaan angulasi pada incisive permanen maksila, dibandingkan

dengan yang primer.

62
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi terjadi dalam 2 periode, yaitu

periode prenatal (preerupsi) dan periode postnatal (erupsi dan post erupsi).

Periode erupsi ini dibagi kembali menjadi 3 periode yaitu periode gigi sulung

(deciduous dentition), periode gigi campuran (mixed dentition), serta periode gigi

permanen (permanent dentition) beserta masing-masing karakteristik oklusinya

pada tiap periode.

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa pertumbuhan dan

perkembangan gigi pada periode awal berperan besar dalam pertumbuhan dan

perkembangan gigi pada periode selanjutnya.Hubungan gigi dengan gigi

antagonis dan dengan gigi di sebelahnya harus sesuai agar didapatkan susunan

gigi yang normal. Hubungan gigi pada periode awal (periode gigi sulung) menjadi

penting karena jika hubungan gigi pada periode ini normal maka kemungkinan

hubungan gigi pada periode selanjutnya dapat menjadi normal. Namun jika pada

periode awal terdapat abnormalitas, hubungan gigi yang normal akan sulit didapat

pada periode selanjutnya. Terdapat syarat-syarat oklusi normal dan ideal yang

harus dipenuhi pada suatu susunan gigi yang baik.

Pada kasus anak bernama Paskalis, yang menjadi permasalahan utama

adalah gigi sulung pertama yang terlambat erupsi (gigi sulung pertama Paskalis

erupsi pada usia 9 bulan di mana erupsi gigi sulung pertama yang normal adalah

pada usia 6 bulan). Terlambatnya eruspi gigi sulung pertama Paskalis

63
menyebabkan terlambatnya gigi sulung tanggal. Gigi sulung yang terlambat

tanggal akan menyebabkan pertumbuhan gigi permanen yang akan

menggantikannya menjadi terlambat juga dan berada pada posisi yang tidak

normal. Pada kasus ini, crossbite pada gigi 11 dan 41 merupakan susunan gigi

yang tidak seharusnya (abnormal) dikarenakan terhambatnya gigi permanen

erupsi dan berada pada posisi yang tidak sesuai. Keadaan susunan gigi yang tidak

normal disebut sebagai maloklusi. Pada kasus ini Paskalis mengalami maloklusi

kelas I tipe 3.

Perawatan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki susunan gigi Paskalis

salah satunya adalah penggunaan alat rehabilitasi gigi yaitu alat orthodonti. Maka

dari itu, Paskalis dianjurkan untuk dirujuk kepada speasialis orthodonti untuk

penanganan lebih lanjut.

64
DAFTAR PUSTAKA

Bishara, E Samir. 2001. Textbook Of Orthodontics. Saunders Company: USA.

Profitt, William. 2006. Contemporary Orthodontics 4th edition. Elsivier Health


Science.

English, Jeryl D, dkk. 2009. Mosby’s Orthodontics Review. Elsivier: St. Louis.

Wheeler, C Russel. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology and Occlusion.


Philadelphia: W.B Saunders Company, 1984: 2

Singh, Gurkeerat. 2007. Textbook Of Orthodontics. Second Edition. New Delhi:


Jaypee Brother Medical Publishers.

65

Anda mungkin juga menyukai