Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PEDAHULULUAN
1.1Latar Belakang

Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina
dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi kedalam
jaringan mesenkim disekitar maksila dan mandibula yang kemudian akan membentuk
benih gigi.
Benih gigi kemudian akan melalui tahap perkembangan yang disebut tahap bud,
pada tahap ini terjadi perkembangan sel epitel yang dikelilingi oleh sel mesenkim. Secara
bertahap sel epitel yang berbentuk bulat ini semakin membesar hingga memperoleh
bentuk permukaan yang cekung yang merupakan pertanda dimulainya tahap
perkembangan selanjutnya, yaitu tahap cap. Pada tahap cap sel epitel berkembang
menjadi organ enamel dan sel mesenkim berkembang menjadi papila dental yang akan
berkembang menjadi pulpa, jaringan yang mengelilingi kedua struktur ini disebut folikel
dental. Folikel dental nantinya akan berkembang menjadi sementum, ligamen
periodontal dan tulang alveolar.
Setelah tahap cap gigi memasuki tahap morfodiferensisasi dan histodiferensiasi
yang disebut tahap bell, pada tahap ini enamel organ telah berdifferensiasi menjadi sel
epitel enamel dalam yang mengelilingi organ enamel dan sel epitel enamel luar yang
akan berkembang menjadi ameloblas yang membentuk enamel pada mahkota gigi,
sedangkan papila dental berkembang membentuk pulpa dan odontoblas yang akan
berkembang lebih lanjut menjadi dentin.

1.2Rumusan Masalah
1

a. Apa aja tahap-tahap embriologi gigi ?


b. Factor-faktor apa saja mempengaruhi erupsi gigi ?
1.3Tujuan
a. Mengetahui tahap-tahap erupsi gigi
b. Sebagai pemeuhan tugas biologi tentang embriologi gigi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi
Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi
yang dimulai dari tempat pembentukkan gigi di dalam tulang alveolar kemudian gigi
menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal.terdapat 20 gigi
desidui dan 32 gigi permanen. Setiap gigi berbeda-beda secara anatomi, tetapi dasar
proses pertumbuhannya sama pada semua gigi.
Gigi secara embriologi berasal dari dua jaringan, yaitu ektoderm yang akan
membentuk enamel dan mesoderm yang akan membentuk pulpa, sementum, dan
pulpa. Gigi terdiri dari mahkota yang dikelilingi oleh enamel dan dentin serta akar
yang tidak ditutupi oleh enamel. Gigi terdiri dari pulpa yang vital (terdapat
persarafan) yang didukung oleh ligamen periodontal. Pada minggu ke-5 masa
embrio, epitel ektoderm yang melapisi kavum oris mengalami penebalan sepanjang
tepi dari bakal rahang atas dan rahang bawah. Penebalan ini terdiri atas dua lapisan
yang meluas sampai ke mesenkim, di mana lapisan pertama yaitu di sebelah labial
akan memisahkan diri dan membentuk ruangan di antara bibir dan prosesus
alveolaris dari rahang. Lapisan kedua yaitu di sebelah lingual akan membentuk gigi
yang disebut lamina dentalis. Pada lamina dentalis, terjadi penebalan yang berbentuk
kuncup dan masuk ke dalam jaringan pengikat (mesoderm). Kuncup-kuncup ini
merupakan benih-benih gigi. Ada 10 benih-benih gigi dalam masing-masing tulang
rahang yang akan menjadi gigi desidui. Pada awal minggu ke-10 lamina dentalis
yang masih tinggal akan membentuk kuncup-kuncup lagi yang akan menjadi benihbenih gigi permanen.
Perkembangan gigi dimulai sejak dalam kandungan (fetus) sekitar 28 hari
Gigi desidui berkembang pada minggu ke-6 dan minggu ke-8 dan gigi permanen
berkembang pada minggu ke-20. Tahap mineralisasi pada gigi desidui dimulai pada
minggu ke-14 IU dan seluruh gigi desidui termineralisasi secara sempurna setelah
3

kelahiran. Gigi I dan M1 permanen termineralisasi pada atau waktu setelah


kelahiran, setelah itu baru gigi-gigi permanen lain mengalami mineralisasi.Erupsi
gigi terjadi setelah formasi dan mineralisasi mahkota terbentuk sempurna tetapi
sebelum akar terbentuk sempurna. Gigi tumbuh dari dua tipe sel, yaitu epitel oral
dari organ enamel dan sel mesenkim dari papilla dental.
Perkembangan enamel dari enamel organ dan perkembangan dentin dari papila
dental. Mahkota dan bagian akar dibentuk sebelum gigi tersebut erupsi, mahkota
dibentuk terlebih dahulu, kemudian baru pembentukkan akar. mandibula dan
maksila menurut Sadler, dipersiapkan untuk tumbuhnya gigi geligi. Perkembangan
gigi dibagi dalam 3 tahap, yaitu : tahap pra-erupsi, tahap pra-fungsional (tahap
2.2

erupsi), dan tahap fungsional.


Tahap Tahap Embriologi Gigi
2.2.1 Tahap Pra-Erupsi

Tahap pra-erupsi, yaitu saat mahkota gigi terbentuk dan posisinya dalam
tulang rahang cukup stabil (intraosseus), ketika akar gigi mulai terbentuk dan
gigi mulai bergerak di dalam tulang rahang ke arah rongga mulut, penetrasi
mukosa, dan pada saat akar gigi terbentuk setengah sampai tiga perempat dari
panjang akar.
Tahap pra-erupsi terdiri dari :
a. Inisiasi (Bud Stage)
Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal dan pembentukkan
kuntum gigi yang dikenal sebagai organ enamel pada minggu ke-10 IU.
Perubahan yang paling nyata dan paling dominan adalah proliferasi jaringan
ektodermal dan jaringan mesenkimal yang terus berlanjut.
b. Proliferasi (Cap Stage)
Dimulai pada minggu ke-11 IU, sel-sel organ enamel masih terus

berproliferasi sehingga organ enamel lebih besar sehingga berbentukan cekung


seperti topi. Bagian yang cekung diisi oleh kondensasi jaringan mesenkim dan
berproliferasi membentuk papila dentis yang akan membentuk dentin. Papila
dental yang dikelilingi oleh organ enamel akan berdiferensiasi menjadi pulpa.
Jaringan mesenkim di bawah papila dental membentuk lapisan yang bertambah
padat dan berkembang menjadi lapisan fibrosa yaitu kantong gigi (dental sakus)
primitif.
c. Histodiferensiasi (Bell Stage)
Tahap bel merupakan perubahan bentuk organ enamel dari bentuk topi
menjadi bentuk bel. Perubahan histodiferensiasi mencakup perubahan sel-sel
perifer papila dental menjadi odontoblas (sel-sel pembentuk dentin). Ada empat
lapisan sel yang dapat dilihat pada tahap bell, yaitu Outer Enamel Epithelium,
Retikulum Stelata, Stratum Intermedium, dan Inner Enamel Epithelium.
d. Morfodiferensiasi
Morfodiferensiasi adalah susunan sel-sel dalam perkembangan bentuk
jaringan atau organ. Perubahan morfodiferensiasi mencakup pembentukkan pola
morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari mahkota gigi. Morfologi
gigi ditentukan bila epitel email bagian dalam tersusun sedemikian rupa
sehingga batas antara epitel email dan odontoblas merupakan gambaran
dentinoenamel junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel junction
mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu pada
pembiakan sel.
e. Aposisi
Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi
(email, dentin, dan sementum). Pertumbuhan aposisi ditandai oleh pengendapan

yang teratur dan berirama dari bahan ekstraseluler yang mempunyai


kemampuan sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang.
f. Kalsifikasi
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik
selama pengendapan matriks. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang
sebelumnya telah mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari bagian ke
bagian lainnya dengan penambahan lapis demi lapis. Gangguan pada tahap ini
dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti hipokalsifikasi.
2.2.2 Tahap Pra-Fungsional/Pra-Oklusal (Tahap Erupsi)
Erupsi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin erumpere, yang
berarti menetaskan. Erupsi gigi adalah suatu proses pergeraka gigi secara aksial
yang dimulai dari tempat perkembangan gigi di dalam tulang alveolar sampai
akhirnya mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi gigi
merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari tahap
pembentukkan gigi sampai gigi muncul ke rongga mulut.
Menurut Lew (1997, cit Primasari A, 1992), gigi dinyatakan erupsi jika
mahkota telah menembus gingiva dan tidak melebihi 3 mm di atas gingiva
level dihitung dari tonjol gigi atau dari tepi insisal. Gerakan dalam proses
erupsi gigi adalah ke arah vertikal selama proses gigi berlangsung, gigi juga
mengalami pergerakan miring, rotasi, dan pergerakan ke arah mesial. Proses
erupsi gigi permanen selain gigi molar permanen, melibatkan gigi desidui,
yaitu gigi desidui tanggal yang digantikan oleh gigi permanen. Resorpsi tulang
dan akar gigi desidui mengawali pergantian gigi desidui oleh gigi
permanennya. Resoprsi akar gigi desidui dimulai di bagian akar gigi desidui
yang paling dekat dengan benih gigi permanen. Tahap awal erupsi gigi

permanen akan menghasilkan tekanan erupsi yang akan menyebabkan resorpsi


akar gigi desidui. Namun, folikel gigi dan retikulum stelata yang merupakan
bagian dari komponen gigi juga berperan dalam resorpsi akar gigi desidui.

Gambar 1 : Skema proses molekuler dan seluler saat


inisiasi proses resorpsi akar gigi sulung.

Erupsi gigi permanen tidak terlepas dari proses seluler dan molekuler.
Sel-sel reticulum stelata dari gigi permanen yang sedang terbentuk mensekresi
parathyroid hormone (PTH) related protein (PTHrP), yaitu suatu molekul
pengatur pembentukan yang dibutuhkan untuk erupsi gigi. PTHrP yang
disereksi kemudian terikat dalam suatu fungsi parakrin pada reseptor PTHrP
yang diekspresikan oleh sel-sel dalam folikel gigi. Interleukin 1a juga
disereksi oleh epitel stelata dan dengan cara yang sama terikat pada reseptor
IL-1a yang ditemukan pada folikel gigi. Akibatnya, sel-sel folikel gigi yang
terstimulasi ini akan mensereksi faktor-faktor perekrut monosit, seperti
colony-stimulating factor-1, monocyte chemotactic protein-1 atau vascular
endothelial growth factor. Kemudian, di bawah pengaruh faktor-faktor
tersebut, monosit dibawa dari daerah di dekat folikel gigi yang kaya pembuluh
darah dan diletakkan di daerah koronal.

Gambar 2 : Skema dari interaksi sistem RANK/RANKL


untuk diferensiasi dan aktifasi osteoklas/odontoklas.

Bila lingkungan folikel gigi mendukung maka monosit-monosit


tersebut akan berfusi, lalu berdiferensiasi menjadi sel-sel osteoklas atau
odontoklas yang jika sel-sel tersebut berkontak dengan sel-sel yang
mengekspresikan RANKL (Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B
Ligand) maka akan meresorpsi jaringan keras. RANKL adalah suatu protein
yang terikat pada membran yang TNF ligand yang diekspresikan oleh
osteoblast,

odontoblast,

pulpa,ligamen

periodontal,

fibroblast,

dan

sementoblas yang berfungsi dalam menginduksi dan mengaktifasi osteoklas


dari sel-sel precursor. Reseptor RANKL adalah RANK (Receptor Activator of
Nuclear Factor Kappa B) yang diekspresikan oleh osteoklas dan odontoklas.
OPG (Osteoprotegerin) merupakan glikoprotein yang termasuk golongan
TNF. OPG dihasilkan oleh berbagai macam sel dan menghambat diferensiasi
osteoklas dari sel prekursornya. OPG juga bertindak sebagi reseptor RANKL
dan bila RANKL dan OPG bertemu maka tidak terjadi pembentukkan
osteoklas. Sel-sel yang mengekspresikan OPG antara lain odontoblast,
ameloblast, dan sel-sel pulpa.

Gambar 3 : Skema inhibisi diferensiasi dan aktifasi osteoklas/


odontoklas yang diperantarai OPG.
Teori mekanisme erupsi gigi dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :

1. Gigi didorong atau didesak keluar sebagai hasil dari kekuatan yang
dihasilkan dari bawah dan disekitarnya, seperti pertumbuhan tulang alveolar,
akar, tekanan darah atau tekanan cairan dalam jaringan (proliferasi).
2. Gigi mungkin keluar sebagai hasil dari tarikan jaringan penghubung di
sekitar ligamen periodontal. Pergerakan gigi ke arah oklusal berhubungan
dengan pertumbuhan jaringan ikat di sekitar soket gigi. Proliferasi aktif dari
ligamen periodontal akan menghasilkan tekanan di sekitar kantung gigi yang
mendorong gigi ke arah oklusal. Tekanan erupsi pada tahap ini semakin
bertambah seiring meningkatnya permeabilitas vaskular di sekitar ligamen
periodontal yang memicu keluarnya cairan secara difus dari dinding vaskular
sehingga terjadi penumpukkan cairan di sekitar ligamen periodontal yang
kemudian menghasilkan tekanan erupsi. Faktor lain yang juga berperan dalam
menggerakkan gigi ke arah oklusal pada tahap ini adalah perpanjangan dari
pulpa, di mana pulpa yang sedang berkembang pesat ke arah apikal dapat
menghasilkan kekuatan untuk mendorong mahkota ke arah oklusal.
2.2.3 Tahap Fungsional/Tahap Oklusal

Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah tanggal dan
berlangsung bertahun-tahun. Selama tahap ini gigi bergerak ke arah oklusal, mesial,
dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap ini bertujuan untuk mengimbangi
kehilangan substansi gigi yang terpakai selama berfungsi sehingga oklusi dan titik
kontak proksimaldipertahankan.
Pada tahap ini, tulang alveolar masih mengalami pertumbuhan terutama pada
bagian soket gigi sebelah distal. Demikian halnya dengan sementum pada akar gigi
yang menimbulkan interpretasi bahwa bergeraknya gigi ke arah oklusal dan proksimal
pada tahap ini berhubungan dengan pertumbuhan tulang alveolar dan sementum.

Interpretasi ini tidak benar, pertumbuhan tulang alveolar dan sementum bukanlah
penyebab bergeraknya gigi tetapi pertumbuhan tulang alveolar dan sementum yang
terjadi merupakan hasil dari pergerakan gigi. Pergerakan gigi pada tahap fungsional
sama dengan pada tahap prafungsional, tetapi proliferasi ligamen periodontal berjalan
lambat.
2.3 Waktu Erupsi Gigi
Waktu erupsi gigi diartikan sebagai waktu munculnya tonjol gigi atau tepi insisal
dari gigi menembus gingiva. Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat perbedaan waktu
erupsi antara satu populasi dengan populasi lain yang berbeda ras. Berdasarkan
penelitian Hurme pada berbagai etnis di Amerika Serikat dan Eropa Barat didapat data
bahwa tidak ada dua individu yang mempunyai waktu erupsi yang persis sama pada
rongga mulut. Perbedaan atau variasi 6 bulan pada erupsi gigi adalah biasa, tetapi
kecenderungan waktu erupsi terjadi lebih lambat daripada waktu erupsi lebih awal.
Berdasarkan penelitian Djaharuddin (1997, cit Primasari A, 1980) di Surabaya,
terdapat perbedaan waktu erupsi gigi permanen pada anak perempuan dan anak laki-laki
di mana gigi pada anak perempuan lebih cepat dari pada anak laki-laki.
Menurut Mundiyah, tidak terdapat perbedaan waktu erupsi gigi desidui antara anak
perempuan dan anak laki-laki. Gigi yang bererupsi pertama kalinya adalah gigi susu atau
gigi desidui atau gigi primer. Untuk beberapa lama gigi susu akan berada dalam rongga
mulut untuk melaksanakan aktivitas fungsionalnya, sampai akhirnya gigi permanen
erupsi untuk menggantikan gigi susu tersebut.
Gigi susu berjumlah 20 di rongga mulut, yaitu 10 pada maksila dan 10 pada
mandibula. Gigi susu terdiri dari insisivus pertama, insisivus kedua, kaninus, molar
pertama dan molar kedua di mana terdapat sepasang pada rahang untuk tiap jenisnya.

10

Erupsi gigi desidui dimulai saat bayi berusia 6 bulan yang ditandai dengan munculnya
gigi insisivus rahang bawah dan berakhir dengan erupsi gigi molar dua pada usia 2 tahun.
Gigi permanen berjumlah 32 yang terdiri dari 4 insisivus, 2 kaninus, 4 premolar, dan 6
molar pada masing-masing rahang. Waktu erupsi gigi permanen ditandai dengan
erupsinya gigi molar pertama permanen rahang bawah pada usia 6 tahun. Pada masa ini
gigi insisivus pertama rahang bawah juga sudah bererupsi di rongga mulut. Gigi insisivus
pertama rahang atas dan gigi insisivus kedua rahang bawah mulai erupsi pada usia 7-8
tahun, serta gigi insisivus kedua rahang atas erupsi pada usia 8-9 tahun. Pada usia 10-12
tahun, periode gigi bercampur akan mendekati penyempurnaan ke periode gigi
permanen. Gigi kaninus rahang bawah erupsi lebih dahulu daripada gigi premolar
pertama dan gigi premolar kedua rahang bawah. Pada rahang atas, gigi premolar pertama
bererupsi lebih dahulu dari gigi kaninus dan gigi premolar kedua bererupsi hampir
bersamaan dengan gigi kaninus. Erupsi gigi molar kedua berdekatan dengan erupsi gigi
premolar kedua, tetapi ada kemungkinan gigi molar kedua bererupsi lebih dahulu
daripada gigi premolar kedua. Erupsi gigi yang paling akhir adalah molar ketiga rahang
atas dan rahang bawah.
Tabel 1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Permanen
Gigi

Rahang atas

Tahap awal
pembentukan
jaringan
keras

Mahkota
lengkap
(tahun)

Erupsi
(tahun)

Pembentukan
akar lengkap
(tahun)

Insisivus
pertama
Insisivus
kedua
Kaninus

3-4 bulan

4-5

7-8

10

10 bulan

4-5

8-9

11

4-5 bulan

6-7

11-12

13-15

Premolar
pertama
Premolar
kedua

11/2 - 13/4
tahun
2 - 21/4
Tahun

5-6

10-12

12-13

6-7

10-11

12-14

11

Rahang
bawah

Molar
pertama
Molar kedua

Pada saat
lahir

21/2 3

6-7

9-10

21/2 - 3 tahun

7-8

12-13

14-16

Molar ketiga

7 9 tahun

12-16

17-21

18-25

Insisivus
pertama
Insisivus
kedua
Kaninus

3 4 bulan

4-5

6-7

3 4 bulan

4-5

7-8

10

4 5 bulan

6-7

9-10

12-14

Premolar
pertama
Premolar
kedua
Molar
pertama
Molar kedua

11/2 13/4
Tahun
2 21/4
Tahun

5-6

10-12

12-13

6-7

11-12

13-14

Pada saat
lahir

21/2 3

6-7

9-10

2/2 3 tahun

7-8

11-13

14-15

Molar ketiga

7-9 tahun

12-16

17-21

18-25

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Erupsi Gigi


Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini dapat
terjadi dalam setiap periode dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi, terutama
pada periode transisi pertama dan kedua. Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan
oleh banyak faktor, yaitu :
a. Faktor Genetik (Keturunan)
Faktor genetik dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi. Faktor genetik
mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk
proses kalsifikasi. Menurut Stewart, pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah
sekitar 78%.

b. Faktor Ras

12

Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi
permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih
lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian. Orang
Amerika, Swiss, Prancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu
Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar. Erupsi
lebih cepat pada ras Afrika hitam dibandingkan dengan ras Kaukasoid, orang Korea
(Mongoloid) sedikit lebih cepat daripada ras Kaukasia, dan pada orang Australia pribumi
lebih lambar daripada Kaukasoid.
c. Jenis Kelamin
Waktu erupsi gigi permanen mandibula dan maksila terjadi bervariasi pada setiap
individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan
dengan anak laki-laki.
d. Faktor Lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi tidak
banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan, pengaruh faktor
lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20%. Faktor-faktor yang termasuk
ke dalam faktor lingkungan, antara lain :
1. Sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorang
dan faktor lainnya yang berhubungan. Anak dengan tingkat ekonomi rendah cenderung
menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan dengan anak yang
tingkat ekonomi menengah.

2. Nutrisi

13

Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan perkembangan
rahang. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan proses
kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan
nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh nutrisi terhadap
perkembangan gigi adalah sekitar 1%.
e. Faktor Penyakit
Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan
beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism,
Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy.
f. Faktor Lokal
Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat
erupsi, malformasi gigi, adanya gigi yang berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa gusi
yang menebal, dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya.
2.5 Pembentukan Akar
Seiring dengan pembentukan mahkota, terjadi proliferasi sel yang berlanjut pada
bagian servikal atau dasar dari organ enamel, dimana sel epitel enamel luar dan dalam
bergabung dan membentuk sarung akar. Ketika mahkota selesai terbentuk, sel pada
bagian ini berkembang menjadi sel dengan lapisan berlapis ganda yang disebut sarung
epitel akar atau sering disebut juga sarung akar hertwigs, yangperkembangannya akan
menentukan panjang, kelengkungan, ketebalan serta jumlah dari akar gigi. Seiring
pembentukan dentin pada bagian akar, sarung akar mendeposit sementum intermediat ,
kemudian sarung akar memecah dan membentuk epithelialrest, yang kemudian
berpindah ke daerah folikular. Di daerah folikular sel mesenkim dari folikel gigi bergerak
diantara epithelial rest kearah permukaan akar gigi,

14

kemudian berdifferensiasi menjadi sementoblas dan mulai mensekresi sementoid pada


permukaan dari sementum intermediat. Sementoid adalah sementum yang belum
terkalsifikasi yang nantinya akan berkalsifikasi menjadi sementum.

2.6 Anatomi Gigi


Berdasarkan anatomi eksternalnya, gigi dibagi atas tiga bagian, yaitu : mahkota,
servikal gigi/cemento enamel junction, dan akar gigi. Mahkota gigi adalah bagian gigi
yang dapat dilihat pada rongga mulut yang dilapisi oleh enamel. Gigi geligi memiliki
bentuk mahkota yang beranekaragam, sesuai dengan fungsinya di dalam rongga mulut.
Secara histologis, lapisan gigi tersusun atas empat jaringan utama : enamel,dentin,
sementum, dan pulpa. Enamel, dentin, dan sementum merupakan jaringan keras gigi
yang mengandung mineral dan material inorganik, sedangkan pulpa merupakan jaringan
lunak yang mengandung jaringan ikat, jaringan saraf dan pembuluh darah. Berbeda
dengan mahkota gigi, Akar gigi adalah bagian dari gigi yang diselimuti oleh sementum.
Enamel adalah jaringan bewarna putih dan merupakan jaringan paling keras pada
tubuh manusia yang melindungi permukaan eksternal dari mahkota anatomis gigi.
Sementum adalah jaringan keras yang menyelimuti akar gigi, dan memiliki ketebalan
yang sama dengan tulang. Dentin adalah jaringan keras bewarna kuning yang berada
dibawah lapisan enamel dan sementum, yang menyusun sebagian besar dari mahkota dan
akar gigi (gambar 1). Ditengah-tengah dentin terdapat jaringan lunak tidak terkalsifikasi
yang mengandung jaringan ikat, saraf dan pembuluh darah yang disebut pulpa (gambar
1). Dentin dan pulpa tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, kecuali pada gigi yang
telah dipotong, dipreparasi, ataupun mengalamikaries yang dalam.

15

Berdasarkan waktu pembentukannya didalam gigi, dentin dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu : dentin primer, dentin sekunder, dan dentin tersier. Dentin primer adalah dentin
yang terbentuk didalam gigi sebelum foramen apikal terbentuk sempurna. Dentin
sekunder adalah dentin yang terbentuk didalam gigi setelah foramen apical terbentuk
sempurna, dan pembentukannya berlanjut seumur hidup. Dentin tersier adalah dentin
yang terbentuk pada daerah tertentu sebagai respon terhadap injuri pada dentin yang
terpapar pada daerah tersebut.
Pembentukan dentin sekunder dan dentin tersier dapat menyebabkan volume kamar
pulpa semakin mengecil dan pencarian orifisi saluran akar menjadi semakin sulit.

Gambar 1. Anatomi gigi.

2.7 Komponen Saluran Akar Gigi


Ruang pulpa dibagi menjadi dua bagian, yaitu pulpa korona (kamar pulpa) dan pulpa
akar (saluran akar). Gambaran lainnya adalah tanduk pulpa, orifisi , saluran akar
aksesoris (lateral), dan foramen apikalis.
Seiring dengan bertambahnya usia, volume ruang pulpa semakin berkurangkarena
deposisi dentin sekunder yang terus terjadi, deposisi dari dentin ini terjadi secara
perlahan-lahan, dan meningkat setelah usia 35-40 tahun. Deposit dentin sekunder dapat
menutupi orifisi saluran akar, sehingga menyebabkan pencarian orifisi saluran akar
menjadi lebih sulit.
2.6.1 Tanduk Pulpa
Tanduk pulpa adalah proyeksi kecil dari jaringan pulpa vital yang berada tepat
dibawah cusp atau developmental lobe. Walaupun tanduk pulpa berbeda

16

ketinggian dan lokasinya, tanduk pulpa tunggal cenderung berhubungan dengan


tiap tonjol gigi posterior, sementara tanduk pulpa mesial dan distal cenderung
terletak pada insisivus. Secara umum, tanduk pulpa gigi berusia muda terletak
paling tinggi, tetapi pada gigi yang berusia lebih tua ketinggiannya menurun ke
arah margin servikal .
2.6.2 Kamar Pulpa
Kamar pulpa adalah ruangan di dalam gigi yang berisi pulpa dan dikelilingi
oleh dentin. (gambar 3). Bentuk kamar pulpa, baik dalam arah longitudinal
maupun dalam dimensi potongan melintangnya, bergantung pada bentuk mahkota;
konfigurasi ini bervariasi sesuai proses penuaan dan/atau iritasi yang mengenainya.
Pada dasar kamar pulpa terdapat orifisi

yang merupakan jalan masuk kedalam

saluran akar.
2.6.3 Saluran Akar
Saluran akar adalah saluran utama yang berada didalam akar gigi yang berisi
jaringan pulpa. Saluran akar berada sepanjang akar, dimulai sebagai orifisi
berbentuk corong dan keluar sebagai foramen apikalis (gambar 3). Bentuk saluran
akar

bervariasi

sesuai

dengan

bentuk,

lengkung,

dan

besarnya

akar.

Ketidakteraturan dan penyimpangan pada anatomis saluran akar adalah hal yang
biasa dijumpai, terutama pada gigi posterior.

17

Gambar 2. Komponen saluran akar gigi

18

Anda mungkin juga menyukai